• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Bab ini diuraikan mengenai hasil analisis dan evaluasi mengenai Manajemen Piutang yang dijalankan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana. Dalam Bab ini juga diberikan saran yang ditujukan kepada perusahaan untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang diperoleh dari hasil analisis dan evaluasi atas bab terdahulu.

BAB II

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali berdiri pada tanggal 31 Maret 1983 sebagai perintis dari perusahaan pola group, PT. Beton telah menjadi perusahaan pertama di Indonesia dengan satu spesifikasi bisnis di bidang pengembangan dan system rangka bangaunan.

Saat ini PT. Beton sebagai perusahaan yang memimpin pasar di bidang pembentukan dan sistim rangka bangunan pada gedung bertingkat atau pada bangunan proyek sipil dan telah dipercaya oleh para kontraktor dalam negeri atau asing. Kepercayaan dan dukungan kuat dari para ahli desain, perancang bangunan, kalkulasi struktur dan sarana pengawasan pada PT. Beton telah menunjukkan hasil yang memuaskan untuk setiap proyek, karena:

- Mempercepat waktu pembangunan

- Pengadaan bahan konkrit beton yang berkualitas dan terjamin

- Meningkatkan jumlah pemakaian kembali pada bahan bangunan dan

sistemnya

- Pengadaan sarana kebersihan bagi masyarakat.

PT. Beton Perkasa Wijaksana mempunyai kantor pusat yang berada di Jalan Raya Serang Km. 16,7. Cikupang Tangerang. Dan telah mempunyai kantor-kantor cabang seperti di jalan Penjernihan Raya 40. Jakarta Pusat, jalan Surabaya-Malang Km. 49-50. Pandaan, Komp. Kawasan Industri Tugu Wijaya Kusuma.

Jalan Tugu Industri IV / 1B. Semarang, dan jalan Alamsyah Ratu Perwira Negara No. 12. Palembang.

Pada tanggal 17 juni 2006 PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali mendirikan kantor cabang di Medan yang bertempat di jalan Aluminium Raya No. 67. Tanjung Mulia Medan.

Laju pembangunan yang kian pesat, kegiatan PT. Beton Perkasa Wijaksana cabang Medan ikut meningkat dengan beberapa pembangunan proyek yang dilakukan di wilayah kota Medan seperti: Proyek Royal Residenc di jalan Palang Merah Medan, proyek Pelayanan kantor pajak di jalan Palang Merah Medan, proyek J. Marriot di jalan Putri Hijau Medan, proyek City Hall di jalan Balai kota Medan, proyek Cambridge Apartemen di jalan S. Parman Medan. Dilain pihak PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak hanya melakukan pembangunan proyek, tetapi juga menyewakan atau rental alat- alat kontruksi bangunan.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam setiap perusahaan merupakan kerangka dasar dari koordinasi hubungan struktural terhadap semua fungsi yang berada dalam perusahaan tersebut. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda. Struktur organisasi memerinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana berbagai tingkatan aktivitas yang berkaitan satu sama lain sampai tingkatan tertentu, atau dengan kata lain menggambarkan masalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab semua karyawan di dalam sebuah perusahaan.

PT. Beton Perkasa Wijaksana merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan dan system rangka bangaunan yang dikepalai seorang Manajer. Adapun bentuk struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA – Branch Office

Note: Foreman = Kepala Pelaksana

Quality Assurance Enginering Logistic Foreman Mgt Service Sub Branch Mgr Security Marketing Marketing Repr. Project Manager Cost Control Quality Control Site Manajer Procurement Branch Manager Bagan 1

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan seperti yang tertera pada Struktur Organisasi adalah sebagai berikut:

1. Branch Manager

• Bagian yang merumuskan kebijaksanaan utama dalam pelaksanaan

kegiatan oprasional perusahaan untuk mencapai tujuan umum perusahaan pada kantor cabang.

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada kantor cabang. 2. Quality Assurance

• Bangian yang menangani tentang kualitas (hasil pekerjaan) secara menyeluruh terhadap bakisting (form work) di lapangan/proyek dan mengawasi beberapa barang-barang di proyek, seperti: Enginering, Cost

control, Logistic, Pelaksanaan / Foreman, yang sesuai dengan setandar

perusahaan. 3. Security

• Bagian yang bekerja sebagai keamanan terhadap perusahaan 4. Marketing

• Bagian yang menangani pemasaran produk dari perusahaan, yaitu meliputi sales dan rental barang-barang material system dan pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.

5. Manajement service

Bagian yang menangani tentang keuangan, Accounting, Human Research, dan General Affair.

7. Project Manager

• Manajer yang menangani atau bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.

8. Site Manager

• Bagian yang bertugas membantu Project Manager, yang bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek. 9.Quality Control

• Bagian yang bertugas menangani tentang kualitas hasil pekerjaan

bakisting. 10. Logistic

• Bagian yang menangani tentang kebutuhan-kebutuhan material di

lapangan/proyek dalam proses bakisting, seperti: kayu, paku, play wood, dan barang-barang material system.

11. Enginering

• Bagian yang menangani tentang perhitungan progress atau hasil pekerjaan mandor dan menghitung progress perusahaan yang akan diberikan kepada kontraktor utama.

12. Cost Control

• Bagian yang menangani tentang pembayaran di proyek (kas kecil proyek) dan mengontrol pengeluaran terhadap bajet proyek.

13. Foreman

• Orang yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan bakisting oleh pelaksana, agar sesuai dengan standar perusahaan.

14. Sub Branch Manager

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada sub kantor cabang. 15. Marketing Representatif

• Bagian yang memaparkan atau menjelaskan tentang produk-produk

perusahaan kepada customer.

C. Manajemen Piutang

1. Pengertian Manajemen Piutang

Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,”

Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain apakah klaim berupa uang, barang atau jasa.

Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut : “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Penggolongan Piutang

Untuk kepentingan akuntansi dan laporan keuangan, Niswonger dan Fess (1999:324) menggolongkan piutang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

a. Piutang usaha ( Account Receivable )

b. Piutang Wesel ( Notes Receivable )

c. Piutang lain-lain ( Other Receivable )

a. Piutang Usaha ( Account Receivable )

Yang dimaksud dengan piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara kredit dari kegiatan utama perusahaan. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, yaitu kira-kira 30 hari atau 60 hari, sehingga

dekelompokkan kedalam aktiva lancar didalam neraca. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Istilah piutang ini digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa secara kreditur dimana pembeli (debitur) tidak memberikan suatu janji tertulis secara formal. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan-persetujuan informl antara

supplier dan customer yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti

faktur pesanan penjualan, kontrak penjualan dan kotrak penyerahan.

Selanjutnya untuk piutang usaha yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa perlu dibedakan. Piutang usaha yang timbul dari penjualan barang dagangan timbul pada saat barang diberikan kepada pembeli (debitur), sedangkan piutang usaha yang berasal dari penjualan jasa timbul pada saat pekerjaan diselesaikan, dan bila hanya sebagian yang selesai itulah yang dinyatakan sebagai piutang usaha pada neraca.

Ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjualan barang atau jasa adalah:

Piutang usaha………xxx

Penjualan……….xxx

Dan ayat jurnal pada saat piutang dapat tertagih adalah: Kas………..xxx

b. Piutang wesel / wesel bayar (Notes Receivable)

Yang dimaksud piutang wesel ialah sebagai suatu janji tertulis yang tidak bersyarat dari seseorang kepada orang lain untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang wesel merupakan suatu tagihan dari seseorang kepada orang lain (pelanggan) untuk membayar sejumlah uang atas jumlah yang terhutang pada tanggal tertentu yang didukung oleh suatu perjanjian tertulis yang tidak bersyarat.

Sifat wesel ada 2 (dua) yaitu dapat dinegoisasikan dan tidak dapat dinegoisasikan. Wesel yang dapat dinegoisasikan berarti dapat ditransfer secara legal (syah) melalui endosemen atau penyerahan (dimana yang membuat wesel akan membayar kepada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo). Wesel ini dapat dipindahkan, dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh tempo dengan kata lain meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan.

Piutang wesel dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu: 1). Wesel berbunga

Suatu wesel disebut berbunga apabila dalam surat tersebut disebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persentase) maka disamping nilai nominal wesel juga dibayar juga dengan jumlah bunga yang dihitung atas dasar persentase bunga yang tertulis dalam surat wesel tersebut. Rumus: wesel tagih = Pinjaman pokok + Jumlah bunga

Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel yang diterima sebagai penukar barang Wesel tagih………xxx

Piutang usaha……….xxx

- Untuk mencatat bunga yang diperoleh selama satu periode Piutang bunga………..xxx

Pendapatan bunga……….xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo dan bunga Kas………...xxx

Wesel tagih………...xxx Pendapatan bunga……….xxx 2). Wesel tanpa bunga

Merupakan suatu janji untuk membayar sejumlah uang tetap hanya sebesar nilai nominal yang terdapat didalamnya.

Rumus: Wesel tagih = Pinjaman pokok Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel diterima sebagai penukaran barang Wesel tagih………..xxx

Piutang usaha………xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo Kas………xxx

Penerimaan pembayaran wesel tagih mungkin saja memerlukan uang kas sebelum jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi maka penerima pembayaran tersebut dapat menjual wesel tagihnya. Kreditur tersebut akan mengedorse wesel tersebut dan memberikannya kepada pembeli wesel, biasanya berupa bank yang nantinya akan menagih wesel tersebut pada jatuh tempo.

Menjual wesel tagih sebelum saat jatuh tempo dinamakan pendiskontoan wesel tagih, karena orang yang menjual wesel tagih tersebut akan menerima uang lebih kecil dari yang akan diterimanya saat jatuh tempo.

c. Piutang lain-lain

Merupakan piutang yang timbul atau bukan berasal dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Piutang ini timbul karena adanya pinjaman yang diberikan perusahaan pada seseorang tanpa adanya hubungan yang langsung dengan penjualan barang-barang dan jasa yang merupakan peroduksi dari kegiatan utama perusahaan. Seperti piutang bunga, piutang pajak, piutang direksi, piutang karyawan, piutang afiliasi, dan lain-lain.

Piutang lain-lain antara lain adalah : 1. Persekot dalam kontrak pembelian 2. Klaim terhadap restitusi pajak

3. Klaim terhadap pengangkutan barang yang rusak

4. Klaim terhadap asuransi atas kerugian yang dipertanggungkan 5. Dan lain-lain

Sebelum pinjaman tersebut diperoleh terlebih dahulu pihak yang melakukan pinjaman melakukan permohonan kepada pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan akan mempertimbangkan permohonan tersebut, dan jika disetujui barulah pinjaman tersebut diberikan.

3. Analisis Umur Piutang

Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mengendalikan politik piutang adalah penentuan umur piutang. Metode ini berusaha mengadakan klarifikasi piutang atas dasar umur piutang atau lamanya piutang tersebut telah ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui:

a. Piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus

diberi pemberitahuan.

b. Piutang mana yang sudah jatuh tempo dan harus ditagih.

c. Piutang mana yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu

dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.

Apabila hal ini tidak segera dihapuskan maka akan dapat membuat akibat adanya likuiditas semu yaitu tampaknya besar tapi jumlahnya kecil karena terdapat unsur piutang yang sebenarnya sudah tidak dapat ditagih kembali. Analisis umur piutang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Adapaun daftar umur piutang pada tahun 2006 dan 2007 yang terdapat pada PT. Beton Perkasa Wijaksana dapat dilihat pada tabel 1.

D. Kebijaksanaan Kredit 1. Cara Menyaring Pelanggan

Setelah perusahaan menentukan perencanaan jumlah piutang, maka langkah selanjutnya perusahaan harus menilai para pelanggan yang akan membeli dengan kredit. Untuk itu penyaringan terhadap para calon pelanggan merupakan kegiatan yang sangat penting. Apabila perusahaan dapat menentukan dengan tepat pelanggan mana yang akan diberi kredit, dan mana yang sebaiknya ditolak, maka perusahaan dapat meminimkan resiko piutang yang tak tertagih.

Dalam sisi lain perusahaan perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang dapat diperoleh.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang.

a.) Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

Untuk mendapatkan informasi mengenai para pelamar kredit, perusahaan memerlukan dana untuk pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam usaha untuk mendapatkan informasi tersebut. Salah satu sumber informasi yang layak untuk analisis kredit adalah financial statement (laporan keuangan), dalam hal ini penjual dapat meminta kepada pelanggannya. Beberapa perusahaan rela memberikan laporan keuangannya kepada penjual tetapi perusahaan yang lain mungkin menolak untuk memberikannya.

Hal ini biasanya menunjukkan adanya hubungan antara perusahaan yang menolak memberikan laporan keuangannya dengan lemahnya posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Sumber informasi lain adalah berasal dari perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan dengan pembeli tersebut. Umumnya, perusahaan-perusahaan yang sejenis mempunyai informasi tentang tinkah laku para pembelinya, sehingga mereka bias tukar menukar informasi. Apabila seorang calon pembeli dinilai “nakal” mungkin perusahaan sebaiknya tidak memberikan penjualan kredit kepadanya. Sumber lain adalah, tentu saja pengalaman perusahaan itu sendiri. informasi ini paling mudah dan murah biayanya.

Ada lima kriteria utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan calon pelanggan atau pemohon kredit, yaitu:

- Karakter (Character)

Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status social dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar (willingness to pay).

- Kapasitas (Capacity)

Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

- Kapital (Capital)

Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya.

- Kolateral (Colleteral)

Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan. - Kondisi (Conditions)

Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya.

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang diperoleh

Misalkan perusahaan hanya mendasar diri atas informasi pengalaman waktu lalu. Dengan demikian maka biaya yang diperlukan relative rendah, jadi perusahaan hanya perlu melihat kembali catatan diwaktu lalu dan melakukan analisis lebih lanjut, dan kemudian menggunakan informasi tambahan yang memerlukan biaya yang cukup mahal, maka perusahaan akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Disamping itu, boleh juga ditambahkan tes khusus atas aktiva kredit. Informasi tentang praktek pembayaran hutang dari calon pelanggan dimasukkan sebagai factor penilaian dalam analisis. Ini dilakukan dengan cara mengambil data hutang dagang dari laporan keuangan dan menghitung rata-rata umurnya.

Rata-rata ini dibandingkan dengan syarat jangka waktu yang dijanjikan dari Rata-rata-Rata-rata pembayaran perusahaan lainnya dalam sector industri yang sama. Perbandingan ini akan menjelaskan kepada kreditur mengenai apakah pelanggan akan patuh membayar pada waktunya menurut persyaratan kredit yang ada.

Informasi kredit dapat dimanfaatkan untuk penentuan nilai secara formal dan untuk system evaluasi, berdasarkan informasi yang dimiliki dan pengalaman dari perusahaan dapat berupa penolakan atau persetujuan penjualan kredit kepada seorang pelanggan.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang

Untuk menilai efisiensi pengumpulan puitang, cara yang dapat dipakai antara lain adalah membandingkan dengan rasio industri. Meskipun demikian, sebenarnya kita dapat menggunakan persyaratan penjualan yang ditentukan oleh perusahaan, untuk mengukur efisiensi manajemen piutang ini. Misalkan ditentukan bahwa persyaratan penjualan adalah 2/10 net 30. Ini berarti perusahaan mengharapkan piutang tersebut akan dibayar 30 hari setelah penjualan. Jika dari analisis keuangan perusahaan mendapatkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah 30 hari atau sekitarnya, maka dapat dikatakan bahwa manajemen piutangnya cukup baik.

2. Kebijaksanaan Kredit

Besar kecilnya piutang yang dimiliki oleh perusahaan disamping dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, pada umumnya juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan pengkreditan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sementara kondisi perekonomian pada umumnya tidak dapat dipengaruhi oleh manajer keuangan,

kebijaksanaan kredit jelas dapat ditentukan oleh perusahaan. Di dalam kebijaksanaan kredit ini perlu penilaian untuk membandingkan antara resiko dengan profitabilitas.

Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut pembayaran dengan tunai. Namun demikian memiliki piutang juga menimbulkan biaya bagi perusahaan, maka untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis ekonomi tentang piutang sebelum kebijaksanaan kredit dilaksanakan. Analisis ekonomi tersebut bertujuan menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan kebijaksanaan kredit yang akan dilakukan.

Ada faktor-faktor yang harus kita pertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan antara lain ialah:

• Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan

memperoleh kredit.

• Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit harus sudah membayar hutangnya.

• Potongan yang diberikan kepada para pelanggan.

Ketiga factor tersebut akan menentukan beberapa jumlah piutang yang akan dimiliki oleh perusahaan, beberapa lama piutang tersebut diharapkan akan terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak akan terbayar. Untuk itu masing-masing factor diuraikan secara ringkas berikut ini.

a. Standar Kredit

Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangannya baik kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan beberapa rasio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit.

Untuk dapat menentukan standar kredit terhadap langganan diperlukan informasi tentang langganan tersebut antara lain menyangkut nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang dengannya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan berapa ratio

financial tertentu dari perusahaan langganan.

Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara peningkatan penjualan, dan peningkatan resiko tidak terbayarnya piutang. Apabila perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar, artinya hamper setiap pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka dapat diperkirakan bahwa penjualan memang akan meningkatk, tetapi proporsi piutang yang tidak terbayarpun akan meningkat pula.

Secara ekonomis, pelonggaran kredit ini dibenarkan apabila maximum penambahan biaya karena peningkatan piutang ini sama dengan penambahan

keuntungan karena meningkatnya penjualan. Tetapi apabila tambahan biaya ini sudah lebih besar daripada tambahan keuntungan, maka pelonggaran standar kredit ini sudah tidak dapat dibenarkan.

Dengan mengetahui factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak atau memperketat standar kredit yang ditetapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan “kepada siapa dan dalam jumlah berapa” kredit yang akan diberikan adapun factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk merubah standar kredit yang ditetapkan adalah:

- biaya administrasi - investasi dalam piutang

- kerugian piutang (bad debt expenses) - volume penulisan

b. Jangka waktu kredit

Cara ini pada prinsipnya ditempuh dengan memperpanjang waktu kredit dengan harapan agar penjualan dapat meningkat. Misalkan semula jangka waktu kredit adalah 60 hari, juga tanpa diskon. Dengan perubahan ini diperkirakan akan dapat meningkatkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan dapat mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh negatif bagi keuntungan perusahaan. Dan perpendekan periode diskon, akan mempunyai pengaruh-pengaruh yang sebaliknya. Bahwa yang harus

diperhatikan dalam hal perpanjangan periode kredit adalah dapat dibenarkan selagi tambahan perpanjangan periode dredit adalah dapat dibenarkan selagi tambahan perpanjangan keuntungan masih lebih besar daripada keuntungan yang diisyaratkan.

c. Potongan

Dokumen terkait