• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana Skripsi Minor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana Skripsi Minor"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh DIDIK HERMADI

042101061

DIPLOMA III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini.

Tak lupa pula penulis mengajak kita semua agar selalu memperbanyak

mengucapkan sholawat dan beserta salam kepada junjungan nabi besar

Muhammad SAW berserta keluarga dan para Sahabatnya sekalian, yang kita

harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti.

Skripsi minor ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun isi skripsi minor ini membahas

tentang sejauh mana perusahaan ini mengelolah manajemen piutangnya yaitu pada

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA.

Selama proses pengerjaan skripsi minor ini penulis banyak memperoleh

bantuan dalam pengembangan skripsi ini baik berupa bimbingan dan pengarahan

dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting,SE, M.S selaku Ketua Jurusan D

III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(3)

4. Dosen Wali penulis yaitu Drs. Pasti Tarigan yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit bimbingan.

5. Dra. Setri Hiyanti Siregar,MS.i selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak membantu, mengarahkan dan membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi minor ini.

6. Kak Nurlailah sebagai pengelola Jurusan D III Keuangan, atas

bantuannya selama ini.

7. Bapak Rinto Novian,ST sebagai kepala perwakilan PT. BETON

PERKASA WIJAKSANA yang memberikan izin riset di

perusahaan ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

khusnya untuk dosen jurusan D III Keuangan yang banyak

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama mengikuti

masa perkuliahan.

9. Teristimewa untuk keluargaku, khususnya Ayahanda Teso dan

Ibunda Musiyah yang tersayang, Kakahanda Mardiana, Nilawati,

Abang ipar Suharman, Adikku Anggun Priono, keponakanku Rifa

Fadhilah, dan takkan terlupakan sahabat hatiku Rafika Nisa. Hanya

dengan Do’a dan motifasi dari kalianlah penulis dapat

menyelesaikan skripsi minor ini.

10.Teman-teman seperjuangan, Andi, Bg Guntur, Bg Herman, Bg

Heri, Bg Anas, Bg Syawal, Hatta, Muslim, Imam, Bg firman,

(4)

11.Teman-teman di jurusan D III Keuangan USU, Mukhlis, Rais,

Novri, Ari, Dani, Luthfi, Azhar, Syaiful, Nafis dan teman-teman

lainnya yang masih banyak lagi, sebagai salah satu sumber

inspirasi buat penulis.

12.Dan semua pihak yang tidak dapat disebut namanya satu persatu,

yang banyak berpartisipasi membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Penulis berusaha menyampaikan skripsi minor ini sebaik mungkin. Namun

penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi

maupun bahasa. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga paper ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan semoga Allah SWT

senantiasa mencurahkan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia dan

keridhoan-Nya kepada kita semua sebagaimana Allah meridhoi para Sahabat

Radhiallahu’anhum ajma’in. Amiin.

Medan,

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A..Latar Belakang………..………. 1

B. Perumusan Masalah……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 4

D. Metode Penelitian……….. 5

E. Sistematika Pembahasan………. 6

BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA A. Sejarah Singkat Perusahaan……… 8

B. Struktur Organisasi Perusahaan……….. 9

C. Manajemen Piutang……… 14

D. Kebijaksanaan Kredit……….. 21

E. Prosedur Piutang………. 30

F. Pengawasan Intern Piutang………. 37

BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI………... 42

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 52

B. Saran………. 53

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun

perusahaan industri, dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

penjualan. Apakah penjualan jasa maupun penjualan produk. Berdasarkan

pembayarannya, penjualan produk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

Dengan penjualan tunai dan penjualan kredit. Dalam penjualan tunai tidak banyak

permasalahan yang timbul, karena pembeli akan membayar secara tunai/lunas

barang yang akan dibeli saat itu. Sedangkan penjualan kredit banyak

permasalahan yang timbul, karena harus dipertimbangkan seperti masalah

kredibilitas pembeli, jangka waktu pembayaran, metode pencatatan piutang, dan

lain sebagainya yang harus dipertimbangkan.

Dengan melakukan penjualan kredit, berarti perusahaan tidak segera

menerima uang tunai pada saat terjadinya transaksi penjualan, tetapi harus

menanamkan modalnya kedalam bentuk piutang (receivable) kemudian pada hari

jatuh tempo terjadi aliran kas masuk ( cas in flow) yang berasal dari pengumpulan

piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal kerja

yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Oleh karena itu,

manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan

(7)

Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah

piutang, pengendalian pembelian dan pengumpulan piutang dan evaluasi

kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Semakin besar proporsi

penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka semakin besar pula jumlah

investasi piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan besarnya volume

penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan

investasi lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang, maka

semakin tinggi pula resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan tidak mustahil akan

menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Resiko tersebut dapat berupa

piutang tak tertagih, penundaan pembayaran oleh pelanggan, kecurangan pihak

kolektor atau penyelewengan lainnya. Tetapi disamping itu juga akan

memperbesar kamampulabaan (Profitability) bagi perusahaan yang bersangkutan.

Penjualan kredit memerlukan pegangan yang sungguh-sungguh, sehingga

tidak ada satu pihak yang dirugikan, baik pihak pembeli maupun pihak penjual itu

sendiri yang melakukan penjualan secara kredit. Untuk itu haruslah digunakan

system dan prosedur penjualan kredit yang baik dan wajar terhadap piutang,

bukan saja untuk keberhasilan perusahaan, tetapi juga untuk memelihara

hubungan yang baik dengan para pelanggan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan

salah satu asset perusahaan yang tidak boleh dianggap kecil, karena piutang

merupakan asset yang likuid dalam perusahaan dan terutama item yang penting

(8)

penjualan kredit, ini merupakan gambaran dari jumlah pendapatan yang akan

diterima oleh perusahaan pada suatu periode tertentu.

Oleh sebab itu sangatlah penting diperlukan manajemen piutang yang

baik, agar perusahaan dapat menjaga keamanan aktivanya. Berdasarkan alasan

diatas, maka penulis tertarik untuk menuangkan dalam suatu bentuk skripsi minor

yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa

Wijaksana”.

B. Perumusan Masalah

Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba

maksimum (Maximum Profit). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya

berbagai cara/teknik yang digunakan. Salah satu cara atau teknik untuk

memperbesar omset penjualan, maka perusahaan melakukan penjualan secara

kredit. Dengan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan maka

piutang yang akan membawa berbagai kemungkinan resiko/masalah yang harus

dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya masalah-masalah

yang timbul maka dapat menghambat kelancaran oprasional perusahaan terlebih

lagi menghambat tujuan perusahaan yang harus dicapai. Oleh karena itu harus

(9)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian :

- Untuk mengetahui apakah prosedur piutang yang di lakukan oleh PT. Beton

Perkasa Wijaksana sudah baik ?

2. Manfaat penelitian :

a. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan berfikir penulis mengenai

Manajemen Piutang dan juga untuk mengaplikasikan, mengembangkan

serta membandingkan teori yang penulis peroleh di bangku kuliah dengan

data yang penulis peroleh dari penelitian.

b. Bagi perusahaan

Sebagai bahan informasi (masukan) dan evaluasi yang dapat dipergunakan

oleh perusahaan dalam menyusun rencana dimasa-masa yang akan datang,

khususnya mengenai masalah Manajemen Piutang.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

d. Pihak lain

Dapat digunakan sebagai bahan referensi oleh hihak lain yang

berkepentingan yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang masalah

(10)

D. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan adalah perusahaan yang

bergerak dibidang konstruksi bangunan (pembuatan bangunan), yang berlokasi di

jalan Aluminium Raya Nomor 67 Tanjung Mulia Medan. Adapun waktu

penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama bulan mei 2008.

2. Jenis Data

Dalam penyusunan skripsi minor ini, penulis menggunakan dua jenis data

sebagai bahan acuan, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu suatu data yang dikumpulkan langsung untuk penelitian yang sedang

dilaksanakan, yang diperoleh dari objek penelitian, yaitu pada bagian

keuangan PT. Beton Perkasa Wijaksana kantor perwakilan Medan.

b. Data Skunder

Yaitu suatu data yang diperoleh dari sumber lain (data tambahan) dalam

bentuk laporan atau publikasi seperti dokumen perusahaan, dan juga yang

berasal dari luar perusahaan, seperti buku dan literature.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

- Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang diperoleh langsung dari bagian

(11)

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif

yaitu suatu metode yang merupakan serangkaian penulisan yang dilakukan dengan

jalan mengumpulkan, menerangkan, serta menginterprestasikan data-data yang

diperoleh, kemudian diolah kembali sehingga diharapkan dapat dibahas setelah

seluruh gambaran tersebut dipeoleh. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan

ditelaah secara umum.

E. Sistematika Pembahasan

Agar sistematika pembahasan tulisan ini tetap terjaga dan untuk

mempermudah para pembaca untuk mengerti hal-hal yang dibahas dalam tulisan

ini, maka penulis diperinci dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

Dalam Bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan,

struktur organisasi perusahaan, manajemen piutang,

kebijaksanaan kredit, prosedur piutang dan pengawasan intern

(12)

BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam Bab ini akan dianalisis dan dievaluasi data yang diperoleh

secara deskriptif dan mencoba membandingkan antara teori

dengan praktek yang telah diterapkan pada PT. Beton Perkasa

Wijaksana.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai hasil analisis dan evaluasi

mengenai Manajemen Piutang yang dijalankan oleh PT. Beton

Perkasa Wijaksana. Dalam Bab ini juga diberikan saran yang

ditujukan kepada perusahaan untuk perbaikan dimasa yang akan

datang dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang

(13)

BAB II

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali berdiri pada tanggal 31 Maret

1983 sebagai perintis dari perusahaan pola group, PT. Beton telah menjadi

perusahaan pertama di Indonesia dengan satu spesifikasi bisnis di bidang

pengembangan dan system rangka bangaunan.

Saat ini PT. Beton sebagai perusahaan yang memimpin pasar di

bidang pembentukan dan sistim rangka bangunan pada gedung bertingkat atau

pada bangunan proyek sipil dan telah dipercaya oleh para kontraktor dalam negeri

atau asing. Kepercayaan dan dukungan kuat dari para ahli desain, perancang

bangunan, kalkulasi struktur dan sarana pengawasan pada PT. Beton telah

menunjukkan hasil yang memuaskan untuk setiap proyek, karena:

- Mempercepat waktu pembangunan

- Pengadaan bahan konkrit beton yang berkualitas dan terjamin

- Meningkatkan jumlah pemakaian kembali pada bahan bangunan dan

sistemnya

- Pengadaan sarana kebersihan bagi masyarakat.

PT. Beton Perkasa Wijaksana mempunyai kantor pusat yang berada di

Jalan Raya Serang Km. 16,7. Cikupang Tangerang. Dan telah mempunyai

kantor-kantor cabang seperti di jalan Penjernihan Raya 40. Jakarta Pusat, jalan

(14)

Jalan Tugu Industri IV / 1B. Semarang, dan jalan Alamsyah Ratu Perwira Negara

No. 12. Palembang.

Pada tanggal 17 juni 2006 PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali

mendirikan kantor cabang di Medan yang bertempat di jalan Aluminium Raya No.

67. Tanjung Mulia Medan.

Laju pembangunan yang kian pesat, kegiatan PT. Beton Perkasa

Wijaksana cabang Medan ikut meningkat dengan beberapa pembangunan proyek

yang dilakukan di wilayah kota Medan seperti: Proyek Royal Residenc di jalan

Palang Merah Medan, proyek Pelayanan kantor pajak di jalan Palang Merah

Medan, proyek J. Marriot di jalan Putri Hijau Medan, proyek City Hall di jalan

Balai kota Medan, proyek Cambridge Apartemen di jalan S. Parman Medan.

Dilain pihak PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak hanya melakukan pembangunan

proyek, tetapi juga menyewakan atau rental alat- alat kontruksi bangunan.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam setiap perusahaan merupakan kerangka dasar

dari koordinasi hubungan struktural terhadap semua fungsi yang berada dalam

perusahaan tersebut. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda.

Struktur organisasi memerinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan

bagaimana berbagai tingkatan aktivitas yang berkaitan satu sama lain sampai

tingkatan tertentu, atau dengan kata lain menggambarkan masalah pembagian

tugas, wewenang dan tanggung jawab semua karyawan di dalam sebuah

(15)

PT. Beton Perkasa Wijaksana merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang pengembangan dan system rangka bangaunan yang dikepalai

seorang Manajer. Adapun bentuk struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat

(16)

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA – Branch Office

Note: Foreman = Kepala Pelaksana

Quality Assurance

Enginering

Logistic Foreman

Mgt Service

Sub Branch Mgr Security

Marketing

Marketing Repr. Project Manager

Cost Control

Quality Control

Site Manajer Procurement

Branch Manager

Bagan 1

(17)

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan seperti yang

tertera pada Struktur Organisasi adalah sebagai berikut:

1. Branch Manager

• Bagian yang merumuskan kebijaksanaan utama dalam pelaksanaan

kegiatan oprasional perusahaan untuk mencapai tujuan umum perusahaan

pada kantor cabang.

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada kantor cabang.

2. Quality Assurance

• Bangian yang menangani tentang kualitas (hasil pekerjaan) secara

menyeluruh terhadap bakisting (form work) di lapangan/proyek dan

mengawasi beberapa barang-barang di proyek, seperti: Enginering, Cost

control, Logistic, Pelaksanaan / Foreman, yang sesuai dengan setandar

perusahaan.

3. Security

• Bagian yang bekerja sebagai keamanan terhadap perusahaan

4. Marketing

• Bagian yang menangani pemasaran produk dari perusahaan, yaitu meliputi

sales dan rental barang-barang material system dan pekerjaan bakisting di

(18)

5. Manajement service

Bagian yang menangani tentang keuangan, Accounting, Human Research,

dan General Affair.

7. Project Manager

• Manajer yang menangani atau bertanggung jawab terhadap proses

pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.

8. Site Manager

• Bagian yang bertugas membantu Project Manager, yang bertanggung

jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.

9.Quality Control

• Bagian yang bertugas menangani tentang kualitas hasil pekerjaan

bakisting.

10. Logistic

• Bagian yang menangani tentang kebutuhan-kebutuhan material di

lapangan/proyek dalam proses bakisting, seperti: kayu, paku, play wood,

dan barang-barang material system.

11. Enginering

• Bagian yang menangani tentang perhitungan progress atau hasil pekerjaan

mandor dan menghitung progress perusahaan yang akan diberikan kepada

kontraktor utama.

12. Cost Control

• Bagian yang menangani tentang pembayaran di proyek (kas kecil proyek)

(19)

13. Foreman

• Orang yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan bakisting oleh

pelaksana, agar sesuai dengan standar perusahaan.

14. Sub Branch Manager

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada sub kantor cabang.

15. Marketing Representatif

• Bagian yang memaparkan atau menjelaskan tentang produk-produk

perusahaan kepada customer.

C. Manajemen Piutang

1. Pengertian Manajemen Piutang

Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh,

maka terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli

ekonomi. Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan,”

Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang

adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim

(20)

Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai

berikut : “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul

sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli

ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah

“suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam

bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun

pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai

akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan pihak lain,

penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa

dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Penggolongan Piutang

Untuk kepentingan akuntansi dan laporan keuangan, Niswonger dan Fess

(1999:324) menggolongkan piutang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

a. Piutang usaha ( Account Receivable )

b. Piutang Wesel ( Notes Receivable )

c. Piutang lain-lain ( Other Receivable )

a. Piutang Usaha ( Account Receivable )

Yang dimaksud dengan piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari

penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara kredit dari kegiatan utama

perusahaan. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam

(21)

dekelompokkan kedalam aktiva lancar didalam neraca. Biasanya piutang usaha

tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya dapat saja ditambahkan

bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Istilah piutang

ini digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa secara

kreditur dimana pembeli (debitur) tidak memberikan suatu janji tertulis secara

formal. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan-persetujuan informl antara

supplier dan customer yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti

faktur pesanan penjualan, kontrak penjualan dan kotrak penyerahan.

Selanjutnya untuk piutang usaha yang timbul dari penjualan barang

dagangan atau jasa perlu dibedakan. Piutang usaha yang timbul dari penjualan

barang dagangan timbul pada saat barang diberikan kepada pembeli (debitur),

sedangkan piutang usaha yang berasal dari penjualan jasa timbul pada saat

pekerjaan diselesaikan, dan bila hanya sebagian yang selesai itulah yang

dinyatakan sebagai piutang usaha pada neraca.

Ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjualan barang atau jasa

adalah:

Piutang usaha………xxx

Penjualan……….xxx

Dan ayat jurnal pada saat piutang dapat tertagih adalah:

Kas………..xxx

(22)

b. Piutang wesel / wesel bayar (Notes Receivable)

Yang dimaksud piutang wesel ialah sebagai suatu janji tertulis yang tidak

bersyarat dari seseorang kepada orang lain untuk membayar sejumlah uang pada

tanggal tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang wesel merupakan suatu tagihan dari

seseorang kepada orang lain (pelanggan) untuk membayar sejumlah uang atas

jumlah yang terhutang pada tanggal tertentu yang didukung oleh suatu perjanjian

tertulis yang tidak bersyarat.

Sifat wesel ada 2 (dua) yaitu dapat dinegoisasikan dan tidak dapat

dinegoisasikan. Wesel yang dapat dinegoisasikan berarti dapat ditransfer secara

legal (syah) melalui endosemen atau penyerahan (dimana yang membuat wesel

akan membayar kepada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat

jatuh tempo). Wesel ini dapat dipindahkan, dapat didiskontokan ke bank sebelum

jatuh tempo dengan kata lain meminjam uang ke bank dengan menggunakan

wesel sebagai jaminan.

Piutang wesel dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu:

1). Wesel berbunga

Suatu wesel disebut berbunga apabila dalam surat tersebut disebutkan

suatu tingkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persentase) maka

disamping nilai nominal wesel juga dibayar juga dengan jumlah bunga yang

dihitung atas dasar persentase bunga yang tertulis dalam surat wesel tersebut.

Rumus: wesel tagih = Pinjaman pokok + Jumlah bunga

(23)

Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel yang diterima sebagai penukar barang

Wesel tagih………xxx

Piutang usaha……….xxx

- Untuk mencatat bunga yang diperoleh selama satu periode

Piutang bunga………..xxx

Pendapatan bunga……….xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo dan bunga

Kas………...xxx

Wesel tagih………...xxx

Pendapatan bunga……….xxx

2). Wesel tanpa bunga

Merupakan suatu janji untuk membayar sejumlah uang tetap hanya sebesar

nilai nominal yang terdapat didalamnya.

Rumus: Wesel tagih = Pinjaman pokok

Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel diterima sebagai penukaran barang

Wesel tagih………..xxx

Piutang usaha………xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo

Kas………xxx

(24)

Penerimaan pembayaran wesel tagih mungkin saja memerlukan uang kas

sebelum jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi maka penerima pembayaran tersebut

dapat menjual wesel tagihnya. Kreditur tersebut akan mengedorse wesel tersebut

dan memberikannya kepada pembeli wesel, biasanya berupa bank yang nantinya

akan menagih wesel tersebut pada jatuh tempo.

Menjual wesel tagih sebelum saat jatuh tempo dinamakan pendiskontoan

wesel tagih, karena orang yang menjual wesel tagih tersebut akan menerima uang

lebih kecil dari yang akan diterimanya saat jatuh tempo.

c. Piutang lain-lain

Merupakan piutang yang timbul atau bukan berasal dari penjualan

barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang merupakan kegiatan utama

perusahaan. Piutang ini timbul karena adanya pinjaman yang diberikan

perusahaan pada seseorang tanpa adanya hubungan yang langsung dengan

penjualan barang-barang dan jasa yang merupakan peroduksi dari kegiatan utama

perusahaan. Seperti piutang bunga, piutang pajak, piutang direksi, piutang

karyawan, piutang afiliasi, dan lain-lain.

Piutang lain-lain antara lain adalah :

1. Persekot dalam kontrak pembelian

2. Klaim terhadap restitusi pajak

3. Klaim terhadap pengangkutan barang yang rusak

4. Klaim terhadap asuransi atas kerugian yang dipertanggungkan

(25)

Sebelum pinjaman tersebut diperoleh terlebih dahulu pihak yang

melakukan pinjaman melakukan permohonan kepada pimpinan perusahaan.

Pimpinan perusahaan akan mempertimbangkan permohonan tersebut, dan jika

disetujui barulah pinjaman tersebut diberikan.

3. Analisis Umur Piutang

Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mengendalikan politik

piutang adalah penentuan umur piutang. Metode ini berusaha mengadakan

klarifikasi piutang atas dasar umur piutang atau lamanya piutang tersebut telah

ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui:

a. Piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus

diberi pemberitahuan.

b. Piutang mana yang sudah jatuh tempo dan harus ditagih.

c. Piutang mana yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu

dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.

Apabila hal ini tidak segera dihapuskan maka akan dapat membuat akibat

adanya likuiditas semu yaitu tampaknya besar tapi jumlahnya kecil karena

terdapat unsur piutang yang sebenarnya sudah tidak dapat ditagih kembali.

Analisis umur piutang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang melakukan

penjualan secara kredit. Adapaun daftar umur piutang pada tahun 2006 dan 2007

(26)

D. Kebijaksanaan Kredit 1. Cara Menyaring Pelanggan

Setelah perusahaan menentukan perencanaan jumlah piutang, maka

langkah selanjutnya perusahaan harus menilai para pelanggan yang akan membeli

dengan kredit. Untuk itu penyaringan terhadap para calon pelanggan merupakan

kegiatan yang sangat penting. Apabila perusahaan dapat menentukan dengan tepat

pelanggan mana yang akan diberi kredit, dan mana yang sebaiknya ditolak, maka

perusahaan dapat meminimkan resiko piutang yang tak tertagih.

Dalam sisi lain perusahaan perlu mengambil langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang

dapat diperoleh.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang.

a.) Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

Untuk mendapatkan informasi mengenai para pelamar kredit, perusahaan

memerlukan dana untuk pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam usaha untuk

mendapatkan informasi tersebut. Salah satu sumber informasi yang layak untuk

analisis kredit adalah financial statement (laporan keuangan), dalam hal ini

penjual dapat meminta kepada pelanggannya. Beberapa perusahaan rela

memberikan laporan keuangannya kepada penjual tetapi perusahaan yang lain

(27)

Hal ini biasanya menunjukkan adanya hubungan antara perusahaan yang

menolak memberikan laporan keuangannya dengan lemahnya posisi keuangan

perusahaan yang bersangkutan. Sumber informasi lain adalah berasal dari

perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan dengan pembeli tersebut.

Umumnya, perusahaan-perusahaan yang sejenis mempunyai informasi tentang

tinkah laku para pembelinya, sehingga mereka bias tukar menukar informasi.

Apabila seorang calon pembeli dinilai “nakal” mungkin perusahaan sebaiknya

tidak memberikan penjualan kredit kepadanya. Sumber lain adalah, tentu saja

pengalaman perusahaan itu sendiri. informasi ini paling mudah dan murah

biayanya.

Ada lima kriteria utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan

calon pelanggan atau pemohon kredit, yaitu:

- Karakter (Character)

Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status

social dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan

dengan kemauan untuk membayar (willingness to pay).

- Kapasitas (Capacity)

Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh

penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang

dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam

bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

(28)

- Kapital (Capital)

Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara

umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan

juga perbandingan hutang dan modalnya.

- Kolateral (Colleteral)

Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang

dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.

- Kondisi (Conditions)

Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada

umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap

kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya.

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang diperoleh

Misalkan perusahaan hanya mendasar diri atas informasi pengalaman

waktu lalu. Dengan demikian maka biaya yang diperlukan relative rendah, jadi

perusahaan hanya perlu melihat kembali catatan diwaktu lalu dan melakukan

analisis lebih lanjut, dan kemudian menggunakan informasi tambahan yang

memerlukan biaya yang cukup mahal, maka perusahaan akan mendapatkan hasil

yang lebih baik.

Disamping itu, boleh juga ditambahkan tes khusus atas aktiva kredit.

Informasi tentang praktek pembayaran hutang dari calon pelanggan dimasukkan

sebagai factor penilaian dalam analisis. Ini dilakukan dengan cara mengambil data

(29)

Rata-rata ini dibandingkan dengan syarat jangka waktu yang dijanjikan dari Rata-rata-Rata-rata

pembayaran perusahaan lainnya dalam sector industri yang sama. Perbandingan

ini akan menjelaskan kepada kreditur mengenai apakah pelanggan akan patuh

membayar pada waktunya menurut persyaratan kredit yang ada.

Informasi kredit dapat dimanfaatkan untuk penentuan nilai secara formal

dan untuk system evaluasi, berdasarkan informasi yang dimiliki dan pengalaman

dari perusahaan dapat berupa penolakan atau persetujuan penjualan kredit kepada

seorang pelanggan.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang

Untuk menilai efisiensi pengumpulan puitang, cara yang dapat dipakai

antara lain adalah membandingkan dengan rasio industri. Meskipun demikian,

sebenarnya kita dapat menggunakan persyaratan penjualan yang ditentukan oleh

perusahaan, untuk mengukur efisiensi manajemen piutang ini. Misalkan

ditentukan bahwa persyaratan penjualan adalah 2/10 net 30. Ini berarti perusahaan

mengharapkan piutang tersebut akan dibayar 30 hari setelah penjualan. Jika dari

analisis keuangan perusahaan mendapatkan bahwa periode pengumpulan piutang

adalah 30 hari atau sekitarnya, maka dapat dikatakan bahwa manajemen

piutangnya cukup baik.

2. Kebijaksanaan Kredit

Besar kecilnya piutang yang dimiliki oleh perusahaan disamping

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, pada umumnya juga dipengaruhi oleh

kebijaksanaan pengkreditan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sementara kondisi

(30)

kebijaksanaan kredit jelas dapat ditentukan oleh perusahaan. Di dalam

kebijaksanaan kredit ini perlu penilaian untuk membandingkan antara resiko

dengan profitabilitas.

Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual

lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut pembayaran

dengan tunai. Namun demikian memiliki piutang juga menimbulkan biaya bagi

perusahaan, maka untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis ekonomi tentang

piutang sebelum kebijaksanaan kredit dilaksanakan. Analisis ekonomi tersebut

bertujuan menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil

dari jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan

kebijaksanaan kredit yang akan dilakukan.

Ada faktor-faktor yang harus kita pertimbangkan dalam kebijaksanaan

perkreditan antara lain ialah:

• Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan

memperoleh kredit.

• Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli

secara kredit harus sudah membayar hutangnya.

• Potongan yang diberikan kepada para pelanggan.

Ketiga factor tersebut akan menentukan beberapa jumlah piutang yang

akan dimiliki oleh perusahaan, beberapa lama piutang tersebut diharapkan akan

terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak akan terbayar. Untuk itu

(31)

a. Standar Kredit

Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan

untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan

sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangannya baik

kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya,

referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan beberapa

rasio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu

dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan

kredit.

Untuk dapat menentukan standar kredit terhadap langganan diperlukan

informasi tentang langganan tersebut antara lain menyangkut nama baik

langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang dengannya baik

kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi

kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan berapa ratio

financial tertentu dari perusahaan langganan.

Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara

peningkatan penjualan, dan peningkatan resiko tidak terbayarnya piutang. Apabila

perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar, artinya hamper setiap

pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka dapat diperkirakan

bahwa penjualan memang akan meningkatk, tetapi proporsi piutang yang tidak

terbayarpun akan meningkat pula.

Secara ekonomis, pelonggaran kredit ini dibenarkan apabila maximum

(32)

keuntungan karena meningkatnya penjualan. Tetapi apabila tambahan biaya ini

sudah lebih besar daripada tambahan keuntungan, maka pelonggaran standar

kredit ini sudah tidak dapat dibenarkan.

Dengan mengetahui factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan

bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak atau memperketat standar

kredit yang ditetapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang

keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan

“kepada siapa dan dalam jumlah berapa” kredit yang akan diberikan adapun

factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud

untuk merubah standar kredit yang ditetapkan adalah:

- biaya administrasi

- investasi dalam piutang

- kerugian piutang (bad debt expenses)

- volume penulisan

b. Jangka waktu kredit

Cara ini pada prinsipnya ditempuh dengan memperpanjang waktu kredit

dengan harapan agar penjualan dapat meningkat. Misalkan semula jangka waktu

kredit adalah 60 hari, juga tanpa diskon. Dengan perubahan ini diperkirakan akan

dapat meningkatkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan dapat

mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan

peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa

pengaruh negatif bagi keuntungan perusahaan. Dan perpendekan periode diskon,

(33)

diperhatikan dalam hal perpanjangan periode kredit adalah dapat dibenarkan

selagi tambahan perpanjangan periode dredit adalah dapat dibenarkan selagi

tambahan perpanjangan keuntungan masih lebih besar daripada keuntungan yang

diisyaratkan.

c. Potongan

Pada dasarnya dalam menawarkan barang, banyak cara ditempuh oleh

perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan penjualan

secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discount), dalam

menentukan harga.

Apabila perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam

penjualan kredit maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti volume

penjualan akan meningkat dan harga dari produk yang dijual akan lebih murah.

Apabila permintaan terhadap produk perusahaan cukup elastis, maka penurunan

harga tersebut akan diikuti oleh peningkatan permintaan dan juga volume

penjualan. Karena adanya potongan tunai maka rata-rata pengumpulan piutang

diharapkan menurun, demikian juga apabila pembayaran dilakukan lebih cepat /

awal. Demikian juga kerugian piutang akan menurun sehingga mingkatkan

keuntungan perusahaan. Sedangkan aspek negative dari potongan tunai adalah

menurunnya keuntungan per unit dari produk yang dijual.

Jika periode potongan tunai diperpanjang oleh perusahaan maka akan

mempunyai dampak positifnya, yaitu karena pembeli-pembeli yang terjadi

mengambil potongan tunai yang ditawarkan oleh perusahaan, kemudian

(34)

piutang. Dan periode potongan piutang juga membawa efek negatif atas

keuntungan perusahaan yaitu dengan perpanjangan periode potongan tunai

tersebut, maka pembeli-pembeli yang tadinya sudah mengambil

potongan-potongan tunai tersebut sekarang akan membayar lebih lambat namun tetap

memperoleh potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata pengumpulan

piutang, sehingga pengaruh dari ke-2 deadaan tersebut atas rata-rata pengumpulan

piutang membutuhkan perhitungan secara teliti.

Dan sebaliknya, jika perusahaan memperpendek periode diskon yang

diberikan, maka pengaruhnya adalah kebalikan dari yang desajikan diatas. Pada

dasarnya dalam menawarkan barang dagangan, banyak cara yang dapat ditempuh

oleh perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan

penjualan secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discout)

dan penghargaan (allowance) dalam menetapkan harga. Potongan harga dan

penghargaan merupakan pengurangan dari harga yang ada.

Bentuk-bentuk potongan dan penghargaan yang dipakai oleh PT. Beton

Perkasa Wijaksana antara lain:

a. Potongan kuantitas ( Quantity discount t)

b. Potongan dagang ( Trade discount )

c. Potongan tunai ( Cash discount )

d. Potongan musiman ( Seasonal discount )

e. Penghargaan promorsional ( Promortional allowance )

f. Penghargaan komisi ( Brokerage allowance )

(35)

E. Prosedur Piutang

Prosedur piutang merupakan kondisi yang disyaratkan perusahaan kepada

para pelanggannya yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin

dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini

mengandung arti bahwa pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran

utang kepada perusahaan (penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran

dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan tunai (cash

discount) sebesar 2%.

1. Prosedur pencatatan piutang

Pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang yang terjadi

pada perusahaan atas setiap debitur. Mutasi piutang terjadi disebabkan oleh

adanya penjualan kredit, penerimaan kas atas pelunasan piutang dari debitur,

adanya retur penjualan piutang dan adanya penghapusan. Dasar yang digunakan

untuk pencatatan piutang adalah faktur aktivitas usaha secara kredit.

Faktur yang diterima oleh bagian pembukuan akan dicatat ke buku jurnal

pendapatan jasa. Setiap hari jurnal pendapatan jasa di posting ke buku pembantu

piutang dan pada akhir bulan buku jurnal pendapatan jasa dijumlahkan dan

jumlahnya diposting ke buku besar piutang. Di dalam buku pembantu piutang

dapat dilihat jumlah piutang setiap langganan. Sedangkan pada buku besar piutang

menunjukkan jumlah total piutang yang diketahui dan buku ini merupakan

perkiraan pengendalian (control account) dari piutang.

Atas penerimaan uang dari langganan setiap hari, maka kasir akan

(36)

harian dan penerimaan. Daftar ini beserta bukti kas masuk ke bagian pembukuan

untuk dicatat ke buku piutang sebagai pengurangan atau pelunasan piutang yaitu

dengan mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang. Bagian piutang

memposting bukti kas masuk ke buku pembantu untuk mengkredit perkiraan

pemilik proyek yang bersangkutan.

Dokumen pokok yang dipergunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam

kartu piutang adalah:

a. Faktur penjualan

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari

transaksi penjualan kredit.

b. Bukti kas masuk

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang

dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.

c. Memo kredit

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan rektur penjualan

d. Bukti memorial

Dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum.

Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi

yang menyangkut piutang dapat berupa:

a. Jurnal penjualan

Catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi

(37)

e. Jurnal rektur penjualan

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

rektur penjualan.

f. Jurnal umum

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih.

g. Jurnal penerimaan kas

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

penerimaan kas dari debitur.

h. Kartu piutang

Catatan ini digunakan untuk mutasi dan saldo piutang pada setiap debitur.

Selanjutnya dalam pencatatan piutang usahanya, perusahaan harus

menggunakan suatu metode tertentu. Metode pencatatan piutang yang biasa

digunakan oleh perusahaan terdiri dari 2 (dua) metode yaitu:

a. Metode pencatatan secara manual

Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data

yang dicatat dalam jurnal.

b. Metode pencatatan secara komputerisasi

Metode pencatatan piutang dengan komputer biasanya menggunakan

batch system. Dalam hal ini dokumen sumber yang mengubah piutang

dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memastikan kebenaran

(38)

Dalam sistim komputer dibentuk 2 (macam) arsip yaitu:

a. arsip transaksi (transaction file)

b. arsip induk (master file)

2. Prosedur penagihan piutang

Pada tahap berikutnya setelah terjadinya piutang maka akan dilakukan

penagihan terhadap para debitur. Heckert, Wilson dan James dalam bukunya

Controlleship mengatakan bahwa:

“once credit is grated, every effort must be made to secure payment in

accordance with the terms of sale and within a reasonable”.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila telah diberikan pinjaman, harus

dilakukan usaha untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat pelaksanaan

proyek dalam suatu waktu yang wajar.

Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam melakukan penagihan piutang

pada langganan:

a. Diantarkan langsung oleh langganan atau debitur ke perusahaan.

b. Melakukan penagihan secara langsung kepada pemilik perusahaan dengan

mendatangi secara langsung pada debitur.

c. Melakukan penagihan melalui telepon atau mengirimi surat penagihan

kepada debitur atau melalui transfer bank ke rekening giro yang dicetak ke

rekening Koran pada akhir bulan.

Penagihan sebaliknya dilakukan oleh petugas yang khas ditunjuk untuk itu

(39)

a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang telah jatuh tempo.

Daftar tagihan tersebut akan diserahkan kepada panagih beserta kuitansi

penjualan asli.

b. Penagihan langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan

menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan

yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan asli akan

dicap lunas.

c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir beserta

daftar tagihannya.

d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar

tagihan, maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap telah diterima

kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan kembali

kepada penagih/collector.

e. Selanjutnya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan

kebahagian piutang dan bagian akuntansi. Bagian piutang mencatat

piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat

dalam buku harian dan buku besar.

Ada beberapa teknik yang digunakan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana

untuk melakukan penagihan piutang, yaitu:

1). Melalui surat

Bilamana waktu pembayaran utang dari pelanggan sudah lewat beberapa

hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim

(40)

tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila utang tersebut belum juga

dibayar setelah beberapa hari surat dikirim maka dapat dikirimkan surat kedua

yang nadanya lebih keras.

2). Melalui telepon

Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum

juga dibayar, maka bagian penagihan kredit dapat menelepon langganan dan

secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil

pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat

diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai satu

jangkan waktu tertentu.

3). Kunjungan personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan

seeringkali digunakan karena derasakan sangat efektif dalam usaha-usaha

pengumpulan piutang.

4). Tindakan yuridis

Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hokum dengan mengajukan

gugatan perdata melalui pengadilan.

3. Prosedur penyisihan piutang

Dalam mengantisifasi jumlah piutang yang tidak dapat tertagih perusahaan

melakukan estimasi atau taksiran piutang yang tidak dapat ditagih setiap akhir

periode. Beberapa macam metode penyisihan antara lain:

(41)

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan cara

mengalihkan taksiran persentase yang tidak terbayar dengan jumlah penjualan

periode tersebut. Dalam menaksir jumlah persentase ini biasanya didasarkan atas

pengalaman masa lalu. Dari pengalaman ini dapat diketahui berapa rata-rata

persentase yang tidak terbayar dari jumlah penjualan periode tersebut. Dan ini

dilakukan dengan mendebet biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang.

b. Pendekan Neraca (Balance sheet approach)

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dari menggunakan

saldo piutang usaha. Dengan metode ini, jumlah dari piutang tak tertagih adalah

dengan mengalikan saldo piutang usaha dengan persentase piutang yang tak

tertagih.

4. Prosedur penghapusan piutang

Apabila piutang yang telah dicadangkan sebelumnya benar-benar sudah

tidak dapat ditagih dan kemungkinan oleh sebab karena debiturnya lari, meninggal

dunia atau sebab-sebab lain, maka dilakukan penghapusan piutang.

Untuk menghapusan piutang usaha yang tidak dapat tertagih ini harus ada

persetujuan dari pimpinan yang berada di kantor pusat yaitu direktur utama.

Setelah adanya persetujuan dari direktur utama, maka bagian administrasi

penjualan akan mengirimkan nota penghapusan ke bagian akuntansi untuk

(42)

F. Sistim Pengawasan Intern Piutang

Sistim pengawasan intern meliputi organisasi, mengecek dan

elemen-elemen yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian yang dapat dipercaya atau tidaknya dalam data akuntansi, mendorong

efisiensi dan mendorong terpenuhinya kebijakan manajemen.

Unsur-unsur pengawasan intern meliputi:

a. Struktur organisasi

b. System pemberian wewenang dan prosedur pencatatan

c. Praktek-praktek yang sehat

d. Pegawai yang bermutu

Pengawasan piutang sangat penting dilakukan, karena tanpa pengawasan,

perusahaan akan menanggung resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam

mengadakan investasi dalam bentuk piutang. Resiko-resiko yang mungkin timbul

antara lain:

a. Kemungkinan terjadinya kelambatan dalam penerimaan piutang

b. Kemungkinan piutang tidak dibayar sekaligus

c. Kemungkinan piutang tidak dibayar seluruhnya

d. Resiko yang timbul karena tertanamnya modal dalam piutang dalam

waktu yang lama.

Untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko yang akan

timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang yang

dapat dilakukan dengan:

(43)

2). Pengawasan penagihan

3). Pengawasan intern yang memadai

1). Pengawasan terhadap pemberian kredit

Pengawasan pemberian piutang oleh perusahaan bertujuan agar

pelaksanaan proyek hanya dilakukan terhadap pemilik proyek yang memenuhi

syarat pemberian piutang oleh perusahaan yang telah ditetapkan. dengan adanya

pengawasan diharapkan resiko yang mungkin timbul karena kesalahan pemberian

piutang dapat dicegah.

Dalam menilai resiko piutang pemilik proyek oleh bagian keuangan dalam

melakukan penilaian, penilaian yang sering dilakukan umumnya oleh bank dan

juga sering dilakukan oleh perusahaan industri maupun dagang, jasa yaitu

penilaian 5 “C” dari calon pelanggan antara lain, kepribadian (Character),

kemampuan (Capacity), jaminan (Colleteral), modal (Capacity) dan kondisi

(Condition).

2). Pengawasan penagihan

Pengawasan penagihan dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas

yang dilakukan oleh bagian penagihan dengan semestinya. Selain itu bagian

penagihan mempunyai beberapa tujuan yaitu: “bahwa tujuan bagian penagihan

selain mengumpulkan piutang, bagian penagihan juga bertujuan menjaga nama

baik para pelanggan”.

Perusahaan dapat menggunakan beberapa media sebagai alat untuk

melakukan penagihan, yaitu dengan cara:

(44)

b). Diantar langsung oleh langganan ke perusahaan

c). Penagihan melalui surat atau telepon

Dari penggunaan berbagai media penagihan itu, pada akhirnya diharapkan

agar dapat memperoleh hasil berupa pelunasan hutang. Hasil penagihan ini akan

menunjukkan berhasil tidaknya bagian-bagian penagihan melaksanakan tugasnya.

Untuk mengetahui seberapa baik (efisiensi) bagian penagihan dalam

mengelola piutang, dapat diukur dengan menggunakan analisa ratio.

Analisa ratio yang dapat digunakan yaitu:

a. Tingkat perputaran piutang usaha

Rasio ini mencoba menentukan berapa lama selama setahun suatu

perusahaan “mengembalikan” atau menerima kembali piutangnya.

Tingkat perputaran piutan dapat dihitung sebagai berikut:

Tingkat perputaran piutang usaha = penjualan kredit bersih

Rata-rata piutang

Rata-rata piutang = piutang wesel + piutang akhir

2

b. Hari rata-rata pengumpulan piutang

Ratio ini menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang. Hari

rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan rumus:

Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360

(45)

Adalah penting untuk membandingkan hasil kerja pengumpulan piutang

dalam jangka waktu kredit yang ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hasil kerja

pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu kredit yang telah

ditetapkan tersebut maka cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti

bahwa banyak langganan yang tidak memenuhi batas waktu kredit yang telah

detetapkan oleh perusahaan.

3. Penyelenggaraan pengawasan intern yang memadai

Pengawasan intern atas piutang dimulai sejak penerimaan order

pelaksanaan proyek. Pengawasan intern piutang mengharuskan adanya

persetujuan pemberian proyek, baik mengenai perencanaan pelaksanaan proyek,

penyiapan dan pemberian faktur verifikasi faktur dan berakhir dengan penagihan

piutang.

Pemberian persetujuan pinjaman sebaiknya dilakukan suatu bagian yang

berdiri sendiri, sebaiknya bukan bagian pemasaran karena dalam upaya untuk

meningkatkan jumlah aktivitas kerja usaha mungkin akan memberikan pinjaman

tanpa memperhatikan pemberian pinjaman.

Prosedur untuk penerimaan kerja dan penyiapan faktur pelaksanaan

proyek akan membantu pegawai yang mencatat piutang melakukan pencatatan

dengan segera dan tepat. Untuk megecek kebenaran faktur pelaksanaan proyek

sebaiknya ditunjuk orang yang bukan bertugas mengecek kebenaran jumlah,

harga, perhitungan, ada tidaknya potongan, dan syarat pelaksanaan proyek. Copy

(46)

mencatat piutang ke dalam buku pembantu, untuk melaksanakan pencatatan jurnal

ke buku pembantu.

(47)

BAB III

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Umur Piutang

Analisis umur piutang yang dilakukan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana

dikelompokkan menjadi 2 ( dua ) kategori yaitu:

1. Umur piutang 30 hari

2. Umur piutang 60 hari

Piutang yang berumur 30 hari merupakan jangka waktu kredit yang

diberikan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana kepada pelanggan untuk melunasi

hutangnya. Sedangkan piutang yang berumur 60 hari, merupakan perpanjangan

waktu yang diberikan oleh perusahaan, dikarenakan pelanggan membeli barang

atau merental barang dalam jumlah yang besar.

Terhadap umur piutang yang mendekati tanggal jatuh tempo, maka pihak

perusahaan akan mengadakan pemberitahuan kepada pelanggan yang

bersangkutan melalui telepon. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan pelanggan

yang bersangkutan bahwa waktu untuk membayar sejumlah uang atas piutang

yang dimilikinya kepada perusahaan sudah mendekati jatuh tempo. Cara ini

bermanfaat agar pelanggan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang

berhubungan dengan hal tersebut, serta untuk menghindari terjadinya piutang

yang lewat jatuh tempo, yang akhirnya akan memberikan pengaruh negatif bagi

(48)

Sedangkan untuk umur piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo,

maka dilakukan pemberitahuan setiap waktu kepada pelanggan tersebut melalui

surat yang menanyakan tentang kapan pembayaran hutang tersebut dilakukan.

Pada umumnya surat tersebut diberikan secara langsung kepada pelanggan yang

bersangkutan agar jatuh langsung kepada pihak yang memegang otoritas di

perusahaan tersebut.

B. Cara Menyaring Pelanggan

Untuk menjaga agar piutang yang diberikan kepada pelanggan dapat

dikumpulkan kembali atau untuk memperkecil resiko tak terbayar piutang, maka

perlu diadakan penyaringan pelanggan terhadap para calon pelanggan. Apabila

perusahaan dapat menentukan dengan tepat perusahaan mana yang akan diberi

kredit dan mana yang sebaliknya ditolak.

Karena sebagian besar para pelanggan PT. Beton Perkasa Wijaksana

adalah kontraktor dan industri, maka perusahaan tidak perlu lagi mengadakan

penyelidikan untuk mendapatkan informasi.

Sedangkan untuk pelanggan baru tentu saja perusahaan melakukan

penyelidikan, biasanya tugas ini dilaksanakan oleh bagian Salesmen. Hal ini

bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan menyeleksi calon pelanggan baru,

serta usaha untuk mencari pelanggan. Jadi, jika seorang calon pelanggan ingin

membeli produk maka ia harus mendatangi bagian Salesmen, dan akan meminta

data-data dari calon pelanggan, dimana hal tersebut berguna untuk menambah

kepercayaan perusahaan terhadap calon pelanggan. Data tersebut adalah berupa

(49)

a. Jika transaksi pembelian berupa alat kontruksi bangunan, maka calon

pelanggan harus menyerahkan kartu NPWP (nomor pokok wajib pajak).

b. Jika transaksi pembelian berupa unit maka selain NPWP, calon pelanggan

harus menyerahkan juga tentang laporan keuangan, rekening Koran, serta

surat-surat pendukung yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut adalah

legal.

Kemudian setelah calon pelanggan menyerahkan beberapa data-data

kepada bagian Salesmen maka transaksi tersebut dilanjutkan ke bagian Counter

perusahaan untuk menangani penjualan secara langsung kepada pelanggan.

Setelah itu transaksi dilanjutkan ke perusahaan pusat yaitu di Jakarta guna proses

identitas pelanggan. Dan akhirnya transaksi tersebut akan kembali ke Counter

perusahaan untuk mencetak seluruh dokumen transaksi.

C. Kebijaksanaan Kredit

Dalam melaksanakan kebijaksanaan kredit ada faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan oleh perusahaan sebelum melakukan kebijaksanaan kredit

tersebut, yaiu: standar kredit, jangka waktu kredit dan potongan. Selain itu

manajer perusahaan juga mengadakan analisis sebelum kebijaksanaan kredit

ditetapkan sehingga diketahui atau dapat diperkirakan berupa manfaat yang akan

diperoleh dari penjualan kredit serta berapa pula biaya rata-rata perputaran

piutang yang akan didapat oleh perusahaan. Sehingga manager perusahaan dapat

mengetahui apakah kebijaksanaan kredit yang diterapkan menguntungkan atau

(50)

Dalam melaksanakan kebijaksanaan kreditnya, PT. Beton Perkasa

Wijaksana mempertimbangkan standar kredit, jangka waktu pengembalian kredit

dan potongan. Dalam melakukan penjualan secara kredit kepada calon pelanggan,

PT. Beton Perkasa Wijaksana menjalankan standar kreditnya dengan

longgar/lunak artinya bahwa hampir setiap pembeli diperkenankan membeli

secara kredit, tanpa melihat apakah customer tersebut merupakan pelanggan tetap

atau pelanggan baru. Dengan adanya pelonggaran standar kredit tersebut

menyebabkan penjualan kredit akan meningkat, akan tetapi proporsi piutang tak

tertagih juga akan mengalami kenaikan.

Pada umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melakukan kegiatan

usahanya berupa pembuatan proyek konstruksi bangunan atau pembuatan

bekisting dan rental alat-alat bekisting atau menyewakan alat-alat pembuatan

bekisting.

Dalam laporan pencatatan piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana

maka hal tersebut di berikan kode yaitu: pada proyek diberikan kode BAFC,

sedangkan pada rental BAFH

Data umur piutang PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan pada

tahun 2007, jumlah keseluruhan umur piutang pada pembuatan proyek konstruksi

bangunan BAFC mencapai Rp.4.002.494.704 sedangkan jumlah keseluruhan

umur piutang pada rental BAFH mencapai Rp.1.023.095.614. Total keseluruhan

piutang yang dimiliki PT. Beton Perkasa Wijaksana pada tahun 2007 adalah

(51)

Persyaratan kredit credit term yang di syaratkan perusahaan kepada para

pelanggan yang membeli atau merental barang secara kredit dinyatakan sebagai

berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa

pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan

(penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari

maka akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 2% dengan

demikian, persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu:

1. Potongan tunai/cash discount (misalnya 2%)

2. Perode potongan tunai (10 hari)

3. Periode kredit (30 hari)

Perubahan dari ketiga ataupun salah satu faktor-faktor di atas akan

membawa pengarauh terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk lebih jelasnya

(52)

Peningkatan

b) yang tetap mendapat diskon tetapi pem

Dengan diberikannya discount atau potongan tunai kepada pelanggan,

maka perusahaan melakukan kebijakasanaan kredit dan memperkirakan penjualan

akan meningkat sebesar 25% dari rata-rata proyek dan rental pada tahun 2007 saat

ini mencapai Rp. 5.025.590.318 namun demikian resiko utang tak tertagih bad

debt harus juga diperkirakan kemungkinan juga akan meningkat dari 4% menjadi

5% dari penjualan dan periode rata-rata pengumpulan piutang akan meningkat

pula dari 60 hari menjadi 180 hari. Tingkat keuntungan biaya tetap perusahaan

coutribution margin adalah 40% dan tingkat keuntungan perusahaan required rate

of return 15% dengan demikian maka akan di analisis kedalam metode analisis

(53)

Peningkatan Penjualan = 25% x Rp. 5.025.590.318

= Rp.1.256.397.579

Laba atas tambahan

Penjualan = 40% x Rp.1.256.397.579

= Rp. 502.559.031……..(A)

= Rp. 5.025.590.318 + Rp. 1.256.397.579

360 x 180

= Rp. 3.140.993.948

= Rp. 5.025.590.318

360 x 60

= Rp. 837.598.386

Tambahan Piutang = Rp. 3.140.993.948 - Rp. 837.598.386

= Rp. 2.303.395.562

Tingkat keuntungan

yang di isyaratkan

atas tambahan inves-

tasi piutang = 15% x Rp. 2.303.395.562

= Rp. 345.509.334……(B)

Tambahan bad debt =Rata-rata piutang + Jumlah peningkatan penjualan

= Rp5.025.590.318 + Rp1.256.397.579

= Rp6.281.987.897

= 4% x Rp.6.281.987.897 - 5% x Rp.5.025.590.318

= Rp. 2.512.795.159 - Rp. 2.512.795.158

(54)

Tambahan manfaat neto = A – ( B + C )

= Rp. 502.559.031 - (Rp345.509.334 + Rp1)

= Rp. 345.509.333

Dengan demikian kebijaksanaan kredit yang dilakukan memberikan

manfaat neto yang positif bagi perusahaan.

Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, potongan discount diberikan pada saat

penyerahan barang ke debitur, sebab harga jual barang secara kredit tersebut telah

dekenakan potongan. Pada umumnya potongan ini tidak diberikan kepada semua

pelanggan, tetapi hanya diberikan kepada pelanggan yang loyal atau melakukan

pembayaran dengan baik (tepat waktu) serta pelanggan yang melakukan

pembelian dalam jumlah yang besar (potongan kuantitas), jika pelanggan tersebut

melakukan transaksi pembelian untuk yang ke-2 kalinya. Umumnya potongan

yang diberikan berkisar 2-10%.

D. Prosedur Pencatatan Piutang

Setelah terjadinya transaksi penjualan secara kredit antara perusahaan

dengan debitur, maka transaksi tersebut harus dicatat ke dalam dokumen

perusahaan. Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, seluruh transaksi/kegiatan yang

terjadi termasuk transaksi piutang dicatat dalam catatan laporan keuangan, atau

catatan umur piutang perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari timbulnya

piutang tak tertagih. Mengetahui piutang yang akan jatuh tempo, telah jatuh tempo

dan lewat jatuh tempo. Sedangkan pencatatan piutang secara manual tidak

digunakan oleh perusahaan. Sehingga apabila terjadi transaksi piutang dengan

(55)

E. Prosedur Penagihan Piutang

Setelah transaksi penjualan tersebut dicatat ke dalam system konputerisasi

perusahaan yaitu SAP, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penagihan

kepada debitur yang bersangkutan atas sejumlah piutang yang dimilikinya. Bagian

yang terlibat dalam kegiatan penagihan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah

pihak salesman, sedangkan bagian kolektor tidak terdapat pada perusahaan.

Sehingga bagian salesman yang melakukan tugas mencari pelanggan, menyaring

pelanggan, menangani transaksi penjualan dan melakukan penagihan piutang

setiap hari serta menyerahkan uang/hasil tagihan kepada bagian keuangan

perusahaan.

Umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melaksanakan penagihan piutang

secara langsung kepada debitur yang bersangkutan dengan mendatangi secara

langsung atau sebaliknya debitur yang datang langsung ke perusahaan untuk

melakukan pembayaran piutang.

Perusahaan juga menggunakan jasa transfer bank untuk melakukan

penagihan piutang. Pembayaran dapat berupa uang tunai, giro atau dengan bank

garansi dan letter of credit (L/C). bank garansi merupakan garansi yang di berikan

oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin pembayaran

hutang debitur. Tetapi bank garansi dan letter of credit tidak dapat digunakan

sebagai alat pembayaran piutang tetapi hanya sebagai alat penjamin.

Terhadap piutang yang sudah terlalu lama belum terbayar, maka selama

piutang tersebut masih dapat ditagih maka akan terus dilakukan penagihan

(56)

terdapat surat keterangan pailit dari Departemen kehakiman, meninggal dunia atau

melarikan diri. Bagi langganan yang tidak mau membayar hutangnya maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dan mengajukan gugatan perdata

melalui pengadilan.

F. Prosedur Penyisihan piutang

PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak mengakui adanya penyisihan piutang

sebab apabila hal tersebut dilakukan berarti perusahaan memberikan peluang

untuk timbulnya piutang tak tertagih, sehingga perusahaan harus optimal bahwa

semua piutang dapat ditagih.

G. Prosedur Penghapusan Piutang

Pada umumnya penghapusan terhadap piutang yang tidak tertagih di PT.

Beton Perkasa Wijaksana dilakukan apabila debitur meninggal dunia, melarikan

diri atau pailit. Apabila debitur tersebut pailit maka harus terdapat surat

keterangan pailit dari Departemen Kehakiman, dan perusahaan akan meminta

surat jaminan harta berupa kenderaan, rumah untuk membayar hutangnya.

Penghapusan ini dapat dilakukan apabila telah mendapatkan persetujuan dari

perusahaan pusat yaitu dari Jakarta oleh Direktur Utama. Setelah mendapat

persetujuan, maka dilakukan penghapusan terhadap piutang tersebut dan tidak

(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan

tentang analisis manajemen piutang dan kemudian diikuti pula dengan evaluasi.

Maka pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan mengenai implementasi

manajemen piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana yaitu:

a. Piutang yang timbul pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah piutang

usaha. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan utama perusahaan adalah

penjualan barang atau proyek konstruksi bangunan dan rental alat-alat

pembuat bekisting, sedangkan piutang lain-lain (loan) tidak ditangani oleh

perusahaan, tetapi bagian koperasi perusahaan yang menangani masalah

pinjaman tersebut.

b. Penetapan umur piutang perusahaan sudah baik, sebab umumnya

perusahaan hanya mempunyai piutang yang berumur 30 hari dan 60 hari.

Hal ini bertujuan untuk mempercepat hari rata-rata pengumpulan piutang

dan tingkat perputaran piutang.

c. Penyaringan pelanggan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap calon

pelanggan sudah dijalankan dengan baik. Sebab apabila calon pelanggan

akan melakukan transaksi pembelian barang secara kredit, harus

menyerahkan data-data kepada bagian salesmen seperti NPWP, laporan

Gambar

gambaran dan perkiraan mengenai manfaat penjualan bersih yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Aktifitas PT. Asmat Jaya Pratama adalah jasa perhotelan sehingga bisa menimbulkan jumlah piutang usaha yang tinggi. Piutang usaha tersebut harus berjalan

Berdasarkan data piutang, penjualan secara kredit, piutang tertunggak dan piutang tertagih pada PT Perdana Gapuraprima diperoleh data-data yang dapat dijadikan

Presentase Kerugian Piutang pada PT. Piutang Tak Tertagih di Seluruh Sektor PT. 6 menunjukkan bahwa jumlah piutang tak tertagih pelanggan pada PT. PLN WS2JB UP3 mengalami

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengkaji tentang bagaimana prosedur pengelolaan piutang yang tidak tertagih dan penerapan metode penghapusan piutang dengan cara

a) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaankonsumen,

Pengendalian yang berhubungan dengan penyisihan piutang tak tertagih Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait

Hal yang menyebabkan timbulnya piutang tak tertagih adalah tidak berjalannya sistem informasi akuntansi dengan baik.Ada kalanya sistem informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat

Dalam kasus ini, perusahaan akan membuat jurnal pembalik terlebih dahulu atas jurnal penghapusan piutang yang telah dibuat, yaitu: Piutang Usaha xxx Penyisihan Piutang Ragu – Ragu xxx