UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA PT. BETON PERKASA WIJAKSANA
SKRIPSI MINOR
Diajukan Oleh DIDIK HERMADI
042101061
DIPLOMA III KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini.
Tak lupa pula penulis mengajak kita semua agar selalu memperbanyak
mengucapkan sholawat dan beserta salam kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW berserta keluarga dan para Sahabatnya sekalian, yang kita
harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Skripsi minor ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun isi skripsi minor ini membahas
tentang sejauh mana perusahaan ini mengelolah manajemen piutangnya yaitu pada
PT. BETON PERKASA WIJAKSANA.
Selama proses pengerjaan skripsi minor ini penulis banyak memperoleh
bantuan dalam pengembangan skripsi ini baik berupa bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting,SE, M.S selaku Ketua Jurusan D
III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Dosen Wali penulis yaitu Drs. Pasti Tarigan yang bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit bimbingan.
5. Dra. Setri Hiyanti Siregar,MS.i selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak membantu, mengarahkan dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi minor ini.
6. Kak Nurlailah sebagai pengelola Jurusan D III Keuangan, atas
bantuannya selama ini.
7. Bapak Rinto Novian,ST sebagai kepala perwakilan PT. BETON
PERKASA WIJAKSANA yang memberikan izin riset di
perusahaan ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
khusnya untuk dosen jurusan D III Keuangan yang banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama mengikuti
masa perkuliahan.
9. Teristimewa untuk keluargaku, khususnya Ayahanda Teso dan
Ibunda Musiyah yang tersayang, Kakahanda Mardiana, Nilawati,
Abang ipar Suharman, Adikku Anggun Priono, keponakanku Rifa
Fadhilah, dan takkan terlupakan sahabat hatiku Rafika Nisa. Hanya
dengan Do’a dan motifasi dari kalianlah penulis dapat
menyelesaikan skripsi minor ini.
10.Teman-teman seperjuangan, Andi, Bg Guntur, Bg Herman, Bg
Heri, Bg Anas, Bg Syawal, Hatta, Muslim, Imam, Bg firman,
11.Teman-teman di jurusan D III Keuangan USU, Mukhlis, Rais,
Novri, Ari, Dani, Luthfi, Azhar, Syaiful, Nafis dan teman-teman
lainnya yang masih banyak lagi, sebagai salah satu sumber
inspirasi buat penulis.
12.Dan semua pihak yang tidak dapat disebut namanya satu persatu,
yang banyak berpartisipasi membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis berusaha menyampaikan skripsi minor ini sebaik mungkin. Namun
penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi
maupun bahasa. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan semoga Allah SWT
senantiasa mencurahkan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia dan
keridhoan-Nya kepada kita semua sebagaimana Allah meridhoi para Sahabat
Radhiallahu’anhum ajma’in. Amiin.
Medan,
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI. ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A..Latar Belakang………..………. 1
B. Perumusan Masalah……… 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 4
D. Metode Penelitian……….. 5
E. Sistematika Pembahasan………. 6
BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA A. Sejarah Singkat Perusahaan……… 8
B. Struktur Organisasi Perusahaan……….. 9
C. Manajemen Piutang……… 14
D. Kebijaksanaan Kredit……….. 21
E. Prosedur Piutang………. 30
F. Pengawasan Intern Piutang………. 37
BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI………... 42
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 52
B. Saran………. 53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun
perusahaan industri, dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan
penjualan. Apakah penjualan jasa maupun penjualan produk. Berdasarkan
pembayarannya, penjualan produk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Dengan penjualan tunai dan penjualan kredit. Dalam penjualan tunai tidak banyak
permasalahan yang timbul, karena pembeli akan membayar secara tunai/lunas
barang yang akan dibeli saat itu. Sedangkan penjualan kredit banyak
permasalahan yang timbul, karena harus dipertimbangkan seperti masalah
kredibilitas pembeli, jangka waktu pembayaran, metode pencatatan piutang, dan
lain sebagainya yang harus dipertimbangkan.
Dengan melakukan penjualan kredit, berarti perusahaan tidak segera
menerima uang tunai pada saat terjadinya transaksi penjualan, tetapi harus
menanamkan modalnya kedalam bentuk piutang (receivable) kemudian pada hari
jatuh tempo terjadi aliran kas masuk ( cas in flow) yang berasal dari pengumpulan
piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal kerja
yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Oleh karena itu,
manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan
Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah
piutang, pengendalian pembelian dan pengumpulan piutang dan evaluasi
kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Semakin besar proporsi
penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka semakin besar pula jumlah
investasi piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan besarnya volume
penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan
investasi lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang, maka
semakin tinggi pula resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan tidak mustahil akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Resiko tersebut dapat berupa
piutang tak tertagih, penundaan pembayaran oleh pelanggan, kecurangan pihak
kolektor atau penyelewengan lainnya. Tetapi disamping itu juga akan
memperbesar kamampulabaan (Profitability) bagi perusahaan yang bersangkutan.
Penjualan kredit memerlukan pegangan yang sungguh-sungguh, sehingga
tidak ada satu pihak yang dirugikan, baik pihak pembeli maupun pihak penjual itu
sendiri yang melakukan penjualan secara kredit. Untuk itu haruslah digunakan
system dan prosedur penjualan kredit yang baik dan wajar terhadap piutang,
bukan saja untuk keberhasilan perusahaan, tetapi juga untuk memelihara
hubungan yang baik dengan para pelanggan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan
salah satu asset perusahaan yang tidak boleh dianggap kecil, karena piutang
merupakan asset yang likuid dalam perusahaan dan terutama item yang penting
penjualan kredit, ini merupakan gambaran dari jumlah pendapatan yang akan
diterima oleh perusahaan pada suatu periode tertentu.
Oleh sebab itu sangatlah penting diperlukan manajemen piutang yang
baik, agar perusahaan dapat menjaga keamanan aktivanya. Berdasarkan alasan
diatas, maka penulis tertarik untuk menuangkan dalam suatu bentuk skripsi minor
yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa
Wijaksana”.
B. Perumusan Masalah
Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba
maksimum (Maximum Profit). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
berbagai cara/teknik yang digunakan. Salah satu cara atau teknik untuk
memperbesar omset penjualan, maka perusahaan melakukan penjualan secara
kredit. Dengan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan maka
piutang yang akan membawa berbagai kemungkinan resiko/masalah yang harus
dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya masalah-masalah
yang timbul maka dapat menghambat kelancaran oprasional perusahaan terlebih
lagi menghambat tujuan perusahaan yang harus dicapai. Oleh karena itu harus
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian :
- Untuk mengetahui apakah prosedur piutang yang di lakukan oleh PT. Beton
Perkasa Wijaksana sudah baik ?
2. Manfaat penelitian :
a. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan berfikir penulis mengenai
Manajemen Piutang dan juga untuk mengaplikasikan, mengembangkan
serta membandingkan teori yang penulis peroleh di bangku kuliah dengan
data yang penulis peroleh dari penelitian.
b. Bagi perusahaan
Sebagai bahan informasi (masukan) dan evaluasi yang dapat dipergunakan
oleh perusahaan dalam menyusun rencana dimasa-masa yang akan datang,
khususnya mengenai masalah Manajemen Piutang.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
d. Pihak lain
Dapat digunakan sebagai bahan referensi oleh hihak lain yang
berkepentingan yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang masalah
D. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan adalah perusahaan yang
bergerak dibidang konstruksi bangunan (pembuatan bangunan), yang berlokasi di
jalan Aluminium Raya Nomor 67 Tanjung Mulia Medan. Adapun waktu
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama bulan mei 2008.
2. Jenis Data
Dalam penyusunan skripsi minor ini, penulis menggunakan dua jenis data
sebagai bahan acuan, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu suatu data yang dikumpulkan langsung untuk penelitian yang sedang
dilaksanakan, yang diperoleh dari objek penelitian, yaitu pada bagian
keuangan PT. Beton Perkasa Wijaksana kantor perwakilan Medan.
b. Data Skunder
Yaitu suatu data yang diperoleh dari sumber lain (data tambahan) dalam
bentuk laporan atau publikasi seperti dokumen perusahaan, dan juga yang
berasal dari luar perusahaan, seperti buku dan literature.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
- Wawancara
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang diperoleh langsung dari bagian
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif
yaitu suatu metode yang merupakan serangkaian penulisan yang dilakukan dengan
jalan mengumpulkan, menerangkan, serta menginterprestasikan data-data yang
diperoleh, kemudian diolah kembali sehingga diharapkan dapat dibahas setelah
seluruh gambaran tersebut dipeoleh. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan
ditelaah secara umum.
E. Sistematika Pembahasan
Agar sistematika pembahasan tulisan ini tetap terjaga dan untuk
mempermudah para pembaca untuk mengerti hal-hal yang dibahas dalam tulisan
ini, maka penulis diperinci dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian serta sistematika pembahasan.
BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA
Dalam Bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, manajemen piutang,
kebijaksanaan kredit, prosedur piutang dan pengawasan intern
BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam Bab ini akan dianalisis dan dievaluasi data yang diperoleh
secara deskriptif dan mencoba membandingkan antara teori
dengan praktek yang telah diterapkan pada PT. Beton Perkasa
Wijaksana.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam Bab ini diuraikan mengenai hasil analisis dan evaluasi
mengenai Manajemen Piutang yang dijalankan oleh PT. Beton
Perkasa Wijaksana. Dalam Bab ini juga diberikan saran yang
ditujukan kepada perusahaan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang
BAB II
PT. BETON PERKASA WIJAKSANA
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali berdiri pada tanggal 31 Maret
1983 sebagai perintis dari perusahaan pola group, PT. Beton telah menjadi
perusahaan pertama di Indonesia dengan satu spesifikasi bisnis di bidang
pengembangan dan system rangka bangaunan.
Saat ini PT. Beton sebagai perusahaan yang memimpin pasar di
bidang pembentukan dan sistim rangka bangunan pada gedung bertingkat atau
pada bangunan proyek sipil dan telah dipercaya oleh para kontraktor dalam negeri
atau asing. Kepercayaan dan dukungan kuat dari para ahli desain, perancang
bangunan, kalkulasi struktur dan sarana pengawasan pada PT. Beton telah
menunjukkan hasil yang memuaskan untuk setiap proyek, karena:
- Mempercepat waktu pembangunan
- Pengadaan bahan konkrit beton yang berkualitas dan terjamin
- Meningkatkan jumlah pemakaian kembali pada bahan bangunan dan
sistemnya
- Pengadaan sarana kebersihan bagi masyarakat.
PT. Beton Perkasa Wijaksana mempunyai kantor pusat yang berada di
Jalan Raya Serang Km. 16,7. Cikupang Tangerang. Dan telah mempunyai
kantor-kantor cabang seperti di jalan Penjernihan Raya 40. Jakarta Pusat, jalan
Jalan Tugu Industri IV / 1B. Semarang, dan jalan Alamsyah Ratu Perwira Negara
No. 12. Palembang.
Pada tanggal 17 juni 2006 PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali
mendirikan kantor cabang di Medan yang bertempat di jalan Aluminium Raya No.
67. Tanjung Mulia Medan.
Laju pembangunan yang kian pesat, kegiatan PT. Beton Perkasa
Wijaksana cabang Medan ikut meningkat dengan beberapa pembangunan proyek
yang dilakukan di wilayah kota Medan seperti: Proyek Royal Residenc di jalan
Palang Merah Medan, proyek Pelayanan kantor pajak di jalan Palang Merah
Medan, proyek J. Marriot di jalan Putri Hijau Medan, proyek City Hall di jalan
Balai kota Medan, proyek Cambridge Apartemen di jalan S. Parman Medan.
Dilain pihak PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak hanya melakukan pembangunan
proyek, tetapi juga menyewakan atau rental alat- alat kontruksi bangunan.
B. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi dalam setiap perusahaan merupakan kerangka dasar
dari koordinasi hubungan struktural terhadap semua fungsi yang berada dalam
perusahaan tersebut. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda.
Struktur organisasi memerinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan
bagaimana berbagai tingkatan aktivitas yang berkaitan satu sama lain sampai
tingkatan tertentu, atau dengan kata lain menggambarkan masalah pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab semua karyawan di dalam sebuah
PT. Beton Perkasa Wijaksana merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang pengembangan dan system rangka bangaunan yang dikepalai
seorang Manajer. Adapun bentuk struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat
PT. BETON PERKASA WIJAKSANA – Branch Office
Note: Foreman = Kepala Pelaksana
Quality Assurance
Enginering
Logistic Foreman
Mgt Service
Sub Branch Mgr Security
Marketing
Marketing Repr. Project Manager
Cost Control
Quality Control
Site Manajer Procurement
Branch Manager
Bagan 1
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan seperti yang
tertera pada Struktur Organisasi adalah sebagai berikut:
1. Branch Manager
• Bagian yang merumuskan kebijaksanaan utama dalam pelaksanaan
kegiatan oprasional perusahaan untuk mencapai tujuan umum perusahaan
pada kantor cabang.
• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam
perusahaan pada kantor cabang.
2. Quality Assurance
• Bangian yang menangani tentang kualitas (hasil pekerjaan) secara
menyeluruh terhadap bakisting (form work) di lapangan/proyek dan
mengawasi beberapa barang-barang di proyek, seperti: Enginering, Cost
control, Logistic, Pelaksanaan / Foreman, yang sesuai dengan setandar
perusahaan.
3. Security
• Bagian yang bekerja sebagai keamanan terhadap perusahaan
4. Marketing
• Bagian yang menangani pemasaran produk dari perusahaan, yaitu meliputi
sales dan rental barang-barang material system dan pekerjaan bakisting di
5. Manajement service
• Bagian yang menangani tentang keuangan, Accounting, Human Research,
dan General Affair.
7. Project Manager
• Manajer yang menangani atau bertanggung jawab terhadap proses
pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.
8. Site Manager
• Bagian yang bertugas membantu Project Manager, yang bertanggung
jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.
9.Quality Control
• Bagian yang bertugas menangani tentang kualitas hasil pekerjaan
bakisting.
10. Logistic
• Bagian yang menangani tentang kebutuhan-kebutuhan material di
lapangan/proyek dalam proses bakisting, seperti: kayu, paku, play wood,
dan barang-barang material system.
11. Enginering
• Bagian yang menangani tentang perhitungan progress atau hasil pekerjaan
mandor dan menghitung progress perusahaan yang akan diberikan kepada
kontraktor utama.
12. Cost Control
• Bagian yang menangani tentang pembayaran di proyek (kas kecil proyek)
13. Foreman
• Orang yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan bakisting oleh
pelaksana, agar sesuai dengan standar perusahaan.
14. Sub Branch Manager
• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam
perusahaan pada sub kantor cabang.
15. Marketing Representatif
• Bagian yang memaparkan atau menjelaskan tentang produk-produk
perusahaan kepada customer.
C. Manajemen Piutang
1. Pengertian Manajemen Piutang
Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh,
maka terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli
ekonomi. Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan,”
Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang
adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim
Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai
berikut : “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul
sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah
“suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam
bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun
pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan pihak lain,
penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa
dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Penggolongan Piutang
Untuk kepentingan akuntansi dan laporan keuangan, Niswonger dan Fess
(1999:324) menggolongkan piutang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Piutang usaha ( Account Receivable )
b. Piutang Wesel ( Notes Receivable )
c. Piutang lain-lain ( Other Receivable )
a. Piutang Usaha ( Account Receivable )
Yang dimaksud dengan piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari
penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara kredit dari kegiatan utama
perusahaan. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam
dekelompokkan kedalam aktiva lancar didalam neraca. Biasanya piutang usaha
tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya dapat saja ditambahkan
bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Istilah piutang
ini digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa secara
kreditur dimana pembeli (debitur) tidak memberikan suatu janji tertulis secara
formal. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan-persetujuan informl antara
supplier dan customer yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti
faktur pesanan penjualan, kontrak penjualan dan kotrak penyerahan.
Selanjutnya untuk piutang usaha yang timbul dari penjualan barang
dagangan atau jasa perlu dibedakan. Piutang usaha yang timbul dari penjualan
barang dagangan timbul pada saat barang diberikan kepada pembeli (debitur),
sedangkan piutang usaha yang berasal dari penjualan jasa timbul pada saat
pekerjaan diselesaikan, dan bila hanya sebagian yang selesai itulah yang
dinyatakan sebagai piutang usaha pada neraca.
Ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjualan barang atau jasa
adalah:
Piutang usaha………xxx
Penjualan……….xxx
Dan ayat jurnal pada saat piutang dapat tertagih adalah:
Kas………..xxx
b. Piutang wesel / wesel bayar (Notes Receivable)
Yang dimaksud piutang wesel ialah sebagai suatu janji tertulis yang tidak
bersyarat dari seseorang kepada orang lain untuk membayar sejumlah uang pada
tanggal tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang wesel merupakan suatu tagihan dari
seseorang kepada orang lain (pelanggan) untuk membayar sejumlah uang atas
jumlah yang terhutang pada tanggal tertentu yang didukung oleh suatu perjanjian
tertulis yang tidak bersyarat.
Sifat wesel ada 2 (dua) yaitu dapat dinegoisasikan dan tidak dapat
dinegoisasikan. Wesel yang dapat dinegoisasikan berarti dapat ditransfer secara
legal (syah) melalui endosemen atau penyerahan (dimana yang membuat wesel
akan membayar kepada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat
jatuh tempo). Wesel ini dapat dipindahkan, dapat didiskontokan ke bank sebelum
jatuh tempo dengan kata lain meminjam uang ke bank dengan menggunakan
wesel sebagai jaminan.
Piutang wesel dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu:
1). Wesel berbunga
Suatu wesel disebut berbunga apabila dalam surat tersebut disebutkan
suatu tingkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persentase) maka
disamping nilai nominal wesel juga dibayar juga dengan jumlah bunga yang
dihitung atas dasar persentase bunga yang tertulis dalam surat wesel tersebut.
Rumus: wesel tagih = Pinjaman pokok + Jumlah bunga
Ayat jurnal:
- Untuk mencatat wesel yang diterima sebagai penukar barang
Wesel tagih………xxx
Piutang usaha……….xxx
- Untuk mencatat bunga yang diperoleh selama satu periode
Piutang bunga………..xxx
Pendapatan bunga……….xxx
- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo dan bunga
Kas………...xxx
Wesel tagih………...xxx
Pendapatan bunga……….xxx
2). Wesel tanpa bunga
Merupakan suatu janji untuk membayar sejumlah uang tetap hanya sebesar
nilai nominal yang terdapat didalamnya.
Rumus: Wesel tagih = Pinjaman pokok
Ayat jurnal:
- Untuk mencatat wesel diterima sebagai penukaran barang
Wesel tagih………..xxx
Piutang usaha………xxx
- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo
Kas………xxx
Penerimaan pembayaran wesel tagih mungkin saja memerlukan uang kas
sebelum jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi maka penerima pembayaran tersebut
dapat menjual wesel tagihnya. Kreditur tersebut akan mengedorse wesel tersebut
dan memberikannya kepada pembeli wesel, biasanya berupa bank yang nantinya
akan menagih wesel tersebut pada jatuh tempo.
Menjual wesel tagih sebelum saat jatuh tempo dinamakan pendiskontoan
wesel tagih, karena orang yang menjual wesel tagih tersebut akan menerima uang
lebih kecil dari yang akan diterimanya saat jatuh tempo.
c. Piutang lain-lain
Merupakan piutang yang timbul atau bukan berasal dari penjualan
barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang merupakan kegiatan utama
perusahaan. Piutang ini timbul karena adanya pinjaman yang diberikan
perusahaan pada seseorang tanpa adanya hubungan yang langsung dengan
penjualan barang-barang dan jasa yang merupakan peroduksi dari kegiatan utama
perusahaan. Seperti piutang bunga, piutang pajak, piutang direksi, piutang
karyawan, piutang afiliasi, dan lain-lain.
Piutang lain-lain antara lain adalah :
1. Persekot dalam kontrak pembelian
2. Klaim terhadap restitusi pajak
3. Klaim terhadap pengangkutan barang yang rusak
4. Klaim terhadap asuransi atas kerugian yang dipertanggungkan
Sebelum pinjaman tersebut diperoleh terlebih dahulu pihak yang
melakukan pinjaman melakukan permohonan kepada pimpinan perusahaan.
Pimpinan perusahaan akan mempertimbangkan permohonan tersebut, dan jika
disetujui barulah pinjaman tersebut diberikan.
3. Analisis Umur Piutang
Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mengendalikan politik
piutang adalah penentuan umur piutang. Metode ini berusaha mengadakan
klarifikasi piutang atas dasar umur piutang atau lamanya piutang tersebut telah
ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui:
a. Piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus
diberi pemberitahuan.
b. Piutang mana yang sudah jatuh tempo dan harus ditagih.
c. Piutang mana yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu
dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.
Apabila hal ini tidak segera dihapuskan maka akan dapat membuat akibat
adanya likuiditas semu yaitu tampaknya besar tapi jumlahnya kecil karena
terdapat unsur piutang yang sebenarnya sudah tidak dapat ditagih kembali.
Analisis umur piutang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang melakukan
penjualan secara kredit. Adapaun daftar umur piutang pada tahun 2006 dan 2007
D. Kebijaksanaan Kredit 1. Cara Menyaring Pelanggan
Setelah perusahaan menentukan perencanaan jumlah piutang, maka
langkah selanjutnya perusahaan harus menilai para pelanggan yang akan membeli
dengan kredit. Untuk itu penyaringan terhadap para calon pelanggan merupakan
kegiatan yang sangat penting. Apabila perusahaan dapat menentukan dengan tepat
pelanggan mana yang akan diberi kredit, dan mana yang sebaiknya ditolak, maka
perusahaan dapat meminimkan resiko piutang yang tak tertagih.
Dalam sisi lain perusahaan perlu mengambil langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli
b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang
dapat diperoleh.
c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang.
a.) Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli
Untuk mendapatkan informasi mengenai para pelamar kredit, perusahaan
memerlukan dana untuk pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam usaha untuk
mendapatkan informasi tersebut. Salah satu sumber informasi yang layak untuk
analisis kredit adalah financial statement (laporan keuangan), dalam hal ini
penjual dapat meminta kepada pelanggannya. Beberapa perusahaan rela
memberikan laporan keuangannya kepada penjual tetapi perusahaan yang lain
Hal ini biasanya menunjukkan adanya hubungan antara perusahaan yang
menolak memberikan laporan keuangannya dengan lemahnya posisi keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Sumber informasi lain adalah berasal dari
perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan dengan pembeli tersebut.
Umumnya, perusahaan-perusahaan yang sejenis mempunyai informasi tentang
tinkah laku para pembelinya, sehingga mereka bias tukar menukar informasi.
Apabila seorang calon pembeli dinilai “nakal” mungkin perusahaan sebaiknya
tidak memberikan penjualan kredit kepadanya. Sumber lain adalah, tentu saja
pengalaman perusahaan itu sendiri. informasi ini paling mudah dan murah
biayanya.
Ada lima kriteria utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan
calon pelanggan atau pemohon kredit, yaitu:
- Karakter (Character)
Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status
social dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan
dengan kemauan untuk membayar (willingness to pay).
- Kapasitas (Capacity)
Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh
penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang
dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam
bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk
- Kapital (Capital)
Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara
umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan
juga perbandingan hutang dan modalnya.
- Kolateral (Colleteral)
Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang
dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.
- Kondisi (Conditions)
Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap
kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya.
b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang diperoleh
Misalkan perusahaan hanya mendasar diri atas informasi pengalaman
waktu lalu. Dengan demikian maka biaya yang diperlukan relative rendah, jadi
perusahaan hanya perlu melihat kembali catatan diwaktu lalu dan melakukan
analisis lebih lanjut, dan kemudian menggunakan informasi tambahan yang
memerlukan biaya yang cukup mahal, maka perusahaan akan mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Disamping itu, boleh juga ditambahkan tes khusus atas aktiva kredit.
Informasi tentang praktek pembayaran hutang dari calon pelanggan dimasukkan
sebagai factor penilaian dalam analisis. Ini dilakukan dengan cara mengambil data
Rata-rata ini dibandingkan dengan syarat jangka waktu yang dijanjikan dari Rata-rata-Rata-rata
pembayaran perusahaan lainnya dalam sector industri yang sama. Perbandingan
ini akan menjelaskan kepada kreditur mengenai apakah pelanggan akan patuh
membayar pada waktunya menurut persyaratan kredit yang ada.
Informasi kredit dapat dimanfaatkan untuk penentuan nilai secara formal
dan untuk system evaluasi, berdasarkan informasi yang dimiliki dan pengalaman
dari perusahaan dapat berupa penolakan atau persetujuan penjualan kredit kepada
seorang pelanggan.
c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang
Untuk menilai efisiensi pengumpulan puitang, cara yang dapat dipakai
antara lain adalah membandingkan dengan rasio industri. Meskipun demikian,
sebenarnya kita dapat menggunakan persyaratan penjualan yang ditentukan oleh
perusahaan, untuk mengukur efisiensi manajemen piutang ini. Misalkan
ditentukan bahwa persyaratan penjualan adalah 2/10 net 30. Ini berarti perusahaan
mengharapkan piutang tersebut akan dibayar 30 hari setelah penjualan. Jika dari
analisis keuangan perusahaan mendapatkan bahwa periode pengumpulan piutang
adalah 30 hari atau sekitarnya, maka dapat dikatakan bahwa manajemen
piutangnya cukup baik.
2. Kebijaksanaan Kredit
Besar kecilnya piutang yang dimiliki oleh perusahaan disamping
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, pada umumnya juga dipengaruhi oleh
kebijaksanaan pengkreditan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sementara kondisi
kebijaksanaan kredit jelas dapat ditentukan oleh perusahaan. Di dalam
kebijaksanaan kredit ini perlu penilaian untuk membandingkan antara resiko
dengan profitabilitas.
Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual
lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut pembayaran
dengan tunai. Namun demikian memiliki piutang juga menimbulkan biaya bagi
perusahaan, maka untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis ekonomi tentang
piutang sebelum kebijaksanaan kredit dilaksanakan. Analisis ekonomi tersebut
bertujuan menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil
dari jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan
kebijaksanaan kredit yang akan dilakukan.
Ada faktor-faktor yang harus kita pertimbangkan dalam kebijaksanaan
perkreditan antara lain ialah:
• Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan
memperoleh kredit.
• Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli
secara kredit harus sudah membayar hutangnya.
• Potongan yang diberikan kepada para pelanggan.
Ketiga factor tersebut akan menentukan beberapa jumlah piutang yang
akan dimiliki oleh perusahaan, beberapa lama piutang tersebut diharapkan akan
terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak akan terbayar. Untuk itu
a. Standar Kredit
Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan
untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan
sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangannya baik
kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya,
referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan beberapa
rasio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu
dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan
kredit.
Untuk dapat menentukan standar kredit terhadap langganan diperlukan
informasi tentang langganan tersebut antara lain menyangkut nama baik
langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang dengannya baik
kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi
kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan berapa ratio
financial tertentu dari perusahaan langganan.
Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara
peningkatan penjualan, dan peningkatan resiko tidak terbayarnya piutang. Apabila
perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar, artinya hamper setiap
pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka dapat diperkirakan
bahwa penjualan memang akan meningkatk, tetapi proporsi piutang yang tidak
terbayarpun akan meningkat pula.
Secara ekonomis, pelonggaran kredit ini dibenarkan apabila maximum
keuntungan karena meningkatnya penjualan. Tetapi apabila tambahan biaya ini
sudah lebih besar daripada tambahan keuntungan, maka pelonggaran standar
kredit ini sudah tidak dapat dibenarkan.
Dengan mengetahui factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan
bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak atau memperketat standar
kredit yang ditetapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang
keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan
“kepada siapa dan dalam jumlah berapa” kredit yang akan diberikan adapun
factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud
untuk merubah standar kredit yang ditetapkan adalah:
- biaya administrasi
- investasi dalam piutang
- kerugian piutang (bad debt expenses)
- volume penulisan
b. Jangka waktu kredit
Cara ini pada prinsipnya ditempuh dengan memperpanjang waktu kredit
dengan harapan agar penjualan dapat meningkat. Misalkan semula jangka waktu
kredit adalah 60 hari, juga tanpa diskon. Dengan perubahan ini diperkirakan akan
dapat meningkatkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan dapat
mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan
peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa
pengaruh negatif bagi keuntungan perusahaan. Dan perpendekan periode diskon,
diperhatikan dalam hal perpanjangan periode kredit adalah dapat dibenarkan
selagi tambahan perpanjangan periode dredit adalah dapat dibenarkan selagi
tambahan perpanjangan keuntungan masih lebih besar daripada keuntungan yang
diisyaratkan.
c. Potongan
Pada dasarnya dalam menawarkan barang, banyak cara ditempuh oleh
perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan penjualan
secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discount), dalam
menentukan harga.
Apabila perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam
penjualan kredit maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti volume
penjualan akan meningkat dan harga dari produk yang dijual akan lebih murah.
Apabila permintaan terhadap produk perusahaan cukup elastis, maka penurunan
harga tersebut akan diikuti oleh peningkatan permintaan dan juga volume
penjualan. Karena adanya potongan tunai maka rata-rata pengumpulan piutang
diharapkan menurun, demikian juga apabila pembayaran dilakukan lebih cepat /
awal. Demikian juga kerugian piutang akan menurun sehingga mingkatkan
keuntungan perusahaan. Sedangkan aspek negative dari potongan tunai adalah
menurunnya keuntungan per unit dari produk yang dijual.
Jika periode potongan tunai diperpanjang oleh perusahaan maka akan
mempunyai dampak positifnya, yaitu karena pembeli-pembeli yang terjadi
mengambil potongan tunai yang ditawarkan oleh perusahaan, kemudian
piutang. Dan periode potongan piutang juga membawa efek negatif atas
keuntungan perusahaan yaitu dengan perpanjangan periode potongan tunai
tersebut, maka pembeli-pembeli yang tadinya sudah mengambil
potongan-potongan tunai tersebut sekarang akan membayar lebih lambat namun tetap
memperoleh potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata pengumpulan
piutang, sehingga pengaruh dari ke-2 deadaan tersebut atas rata-rata pengumpulan
piutang membutuhkan perhitungan secara teliti.
Dan sebaliknya, jika perusahaan memperpendek periode diskon yang
diberikan, maka pengaruhnya adalah kebalikan dari yang desajikan diatas. Pada
dasarnya dalam menawarkan barang dagangan, banyak cara yang dapat ditempuh
oleh perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan
penjualan secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discout)
dan penghargaan (allowance) dalam menetapkan harga. Potongan harga dan
penghargaan merupakan pengurangan dari harga yang ada.
Bentuk-bentuk potongan dan penghargaan yang dipakai oleh PT. Beton
Perkasa Wijaksana antara lain:
a. Potongan kuantitas ( Quantity discount t)
b. Potongan dagang ( Trade discount )
c. Potongan tunai ( Cash discount )
d. Potongan musiman ( Seasonal discount )
e. Penghargaan promorsional ( Promortional allowance )
f. Penghargaan komisi ( Brokerage allowance )
E. Prosedur Piutang
Prosedur piutang merupakan kondisi yang disyaratkan perusahaan kepada
para pelanggannya yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin
dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini
mengandung arti bahwa pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran
utang kepada perusahaan (penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan tunai (cash
discount) sebesar 2%.
1. Prosedur pencatatan piutang
Pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang yang terjadi
pada perusahaan atas setiap debitur. Mutasi piutang terjadi disebabkan oleh
adanya penjualan kredit, penerimaan kas atas pelunasan piutang dari debitur,
adanya retur penjualan piutang dan adanya penghapusan. Dasar yang digunakan
untuk pencatatan piutang adalah faktur aktivitas usaha secara kredit.
Faktur yang diterima oleh bagian pembukuan akan dicatat ke buku jurnal
pendapatan jasa. Setiap hari jurnal pendapatan jasa di posting ke buku pembantu
piutang dan pada akhir bulan buku jurnal pendapatan jasa dijumlahkan dan
jumlahnya diposting ke buku besar piutang. Di dalam buku pembantu piutang
dapat dilihat jumlah piutang setiap langganan. Sedangkan pada buku besar piutang
menunjukkan jumlah total piutang yang diketahui dan buku ini merupakan
perkiraan pengendalian (control account) dari piutang.
Atas penerimaan uang dari langganan setiap hari, maka kasir akan
harian dan penerimaan. Daftar ini beserta bukti kas masuk ke bagian pembukuan
untuk dicatat ke buku piutang sebagai pengurangan atau pelunasan piutang yaitu
dengan mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang. Bagian piutang
memposting bukti kas masuk ke buku pembantu untuk mengkredit perkiraan
pemilik proyek yang bersangkutan.
Dokumen pokok yang dipergunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam
kartu piutang adalah:
a. Faktur penjualan
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari
transaksi penjualan kredit.
b. Bukti kas masuk
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang
dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
c. Memo kredit
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan rektur penjualan
d. Bukti memorial
Dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum.
Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang menyangkut piutang dapat berupa:
a. Jurnal penjualan
Catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi
e. Jurnal rektur penjualan
Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi
rektur penjualan.
f. Jurnal umum
Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi
penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih.
g. Jurnal penerimaan kas
Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi
penerimaan kas dari debitur.
h. Kartu piutang
Catatan ini digunakan untuk mutasi dan saldo piutang pada setiap debitur.
Selanjutnya dalam pencatatan piutang usahanya, perusahaan harus
menggunakan suatu metode tertentu. Metode pencatatan piutang yang biasa
digunakan oleh perusahaan terdiri dari 2 (dua) metode yaitu:
a. Metode pencatatan secara manual
Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data
yang dicatat dalam jurnal.
b. Metode pencatatan secara komputerisasi
Metode pencatatan piutang dengan komputer biasanya menggunakan
batch system. Dalam hal ini dokumen sumber yang mengubah piutang
dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memastikan kebenaran
Dalam sistim komputer dibentuk 2 (macam) arsip yaitu:
a. arsip transaksi (transaction file)
b. arsip induk (master file)
2. Prosedur penagihan piutang
Pada tahap berikutnya setelah terjadinya piutang maka akan dilakukan
penagihan terhadap para debitur. Heckert, Wilson dan James dalam bukunya
Controlleship mengatakan bahwa:
“once credit is grated, every effort must be made to secure payment in
accordance with the terms of sale and within a reasonable”.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila telah diberikan pinjaman, harus
dilakukan usaha untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat pelaksanaan
proyek dalam suatu waktu yang wajar.
Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam melakukan penagihan piutang
pada langganan:
a. Diantarkan langsung oleh langganan atau debitur ke perusahaan.
b. Melakukan penagihan secara langsung kepada pemilik perusahaan dengan
mendatangi secara langsung pada debitur.
c. Melakukan penagihan melalui telepon atau mengirimi surat penagihan
kepada debitur atau melalui transfer bank ke rekening giro yang dicetak ke
rekening Koran pada akhir bulan.
Penagihan sebaliknya dilakukan oleh petugas yang khas ditunjuk untuk itu
a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang telah jatuh tempo.
Daftar tagihan tersebut akan diserahkan kepada panagih beserta kuitansi
penjualan asli.
b. Penagihan langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan
menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan
yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan asli akan
dicap lunas.
c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir beserta
daftar tagihannya.
d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar
tagihan, maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap telah diterima
kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan kembali
kepada penagih/collector.
e. Selanjutnya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan
kebahagian piutang dan bagian akuntansi. Bagian piutang mencatat
piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat
dalam buku harian dan buku besar.
Ada beberapa teknik yang digunakan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana
untuk melakukan penagihan piutang, yaitu:
1). Melalui surat
Bilamana waktu pembayaran utang dari pelanggan sudah lewat beberapa
hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim
tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila utang tersebut belum juga
dibayar setelah beberapa hari surat dikirim maka dapat dikirimkan surat kedua
yang nadanya lebih keras.
2). Melalui telepon
Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum
juga dibayar, maka bagian penagihan kredit dapat menelepon langganan dan
secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil
pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat
diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai satu
jangkan waktu tertentu.
3). Kunjungan personal
Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan
seeringkali digunakan karena derasakan sangat efektif dalam usaha-usaha
pengumpulan piutang.
4). Tindakan yuridis
Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hokum dengan mengajukan
gugatan perdata melalui pengadilan.
3. Prosedur penyisihan piutang
Dalam mengantisifasi jumlah piutang yang tidak dapat tertagih perusahaan
melakukan estimasi atau taksiran piutang yang tidak dapat ditagih setiap akhir
periode. Beberapa macam metode penyisihan antara lain:
Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan cara
mengalihkan taksiran persentase yang tidak terbayar dengan jumlah penjualan
periode tersebut. Dalam menaksir jumlah persentase ini biasanya didasarkan atas
pengalaman masa lalu. Dari pengalaman ini dapat diketahui berapa rata-rata
persentase yang tidak terbayar dari jumlah penjualan periode tersebut. Dan ini
dilakukan dengan mendebet biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang.
b. Pendekan Neraca (Balance sheet approach)
Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dari menggunakan
saldo piutang usaha. Dengan metode ini, jumlah dari piutang tak tertagih adalah
dengan mengalikan saldo piutang usaha dengan persentase piutang yang tak
tertagih.
4. Prosedur penghapusan piutang
Apabila piutang yang telah dicadangkan sebelumnya benar-benar sudah
tidak dapat ditagih dan kemungkinan oleh sebab karena debiturnya lari, meninggal
dunia atau sebab-sebab lain, maka dilakukan penghapusan piutang.
Untuk menghapusan piutang usaha yang tidak dapat tertagih ini harus ada
persetujuan dari pimpinan yang berada di kantor pusat yaitu direktur utama.
Setelah adanya persetujuan dari direktur utama, maka bagian administrasi
penjualan akan mengirimkan nota penghapusan ke bagian akuntansi untuk
F. Sistim Pengawasan Intern Piutang
Sistim pengawasan intern meliputi organisasi, mengecek dan
elemen-elemen yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian yang dapat dipercaya atau tidaknya dalam data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong terpenuhinya kebijakan manajemen.
Unsur-unsur pengawasan intern meliputi:
a. Struktur organisasi
b. System pemberian wewenang dan prosedur pencatatan
c. Praktek-praktek yang sehat
d. Pegawai yang bermutu
Pengawasan piutang sangat penting dilakukan, karena tanpa pengawasan,
perusahaan akan menanggung resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam
mengadakan investasi dalam bentuk piutang. Resiko-resiko yang mungkin timbul
antara lain:
a. Kemungkinan terjadinya kelambatan dalam penerimaan piutang
b. Kemungkinan piutang tidak dibayar sekaligus
c. Kemungkinan piutang tidak dibayar seluruhnya
d. Resiko yang timbul karena tertanamnya modal dalam piutang dalam
waktu yang lama.
Untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko yang akan
timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang yang
dapat dilakukan dengan:
2). Pengawasan penagihan
3). Pengawasan intern yang memadai
1). Pengawasan terhadap pemberian kredit
Pengawasan pemberian piutang oleh perusahaan bertujuan agar
pelaksanaan proyek hanya dilakukan terhadap pemilik proyek yang memenuhi
syarat pemberian piutang oleh perusahaan yang telah ditetapkan. dengan adanya
pengawasan diharapkan resiko yang mungkin timbul karena kesalahan pemberian
piutang dapat dicegah.
Dalam menilai resiko piutang pemilik proyek oleh bagian keuangan dalam
melakukan penilaian, penilaian yang sering dilakukan umumnya oleh bank dan
juga sering dilakukan oleh perusahaan industri maupun dagang, jasa yaitu
penilaian 5 “C” dari calon pelanggan antara lain, kepribadian (Character),
kemampuan (Capacity), jaminan (Colleteral), modal (Capacity) dan kondisi
(Condition).
2). Pengawasan penagihan
Pengawasan penagihan dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas
yang dilakukan oleh bagian penagihan dengan semestinya. Selain itu bagian
penagihan mempunyai beberapa tujuan yaitu: “bahwa tujuan bagian penagihan
selain mengumpulkan piutang, bagian penagihan juga bertujuan menjaga nama
baik para pelanggan”.
Perusahaan dapat menggunakan beberapa media sebagai alat untuk
melakukan penagihan, yaitu dengan cara:
b). Diantar langsung oleh langganan ke perusahaan
c). Penagihan melalui surat atau telepon
Dari penggunaan berbagai media penagihan itu, pada akhirnya diharapkan
agar dapat memperoleh hasil berupa pelunasan hutang. Hasil penagihan ini akan
menunjukkan berhasil tidaknya bagian-bagian penagihan melaksanakan tugasnya.
Untuk mengetahui seberapa baik (efisiensi) bagian penagihan dalam
mengelola piutang, dapat diukur dengan menggunakan analisa ratio.
Analisa ratio yang dapat digunakan yaitu:
a. Tingkat perputaran piutang usaha
Rasio ini mencoba menentukan berapa lama selama setahun suatu
perusahaan “mengembalikan” atau menerima kembali piutangnya.
Tingkat perputaran piutan dapat dihitung sebagai berikut:
Tingkat perputaran piutang usaha = penjualan kredit bersih
Rata-rata piutang
Rata-rata piutang = piutang wesel + piutang akhir
2
b. Hari rata-rata pengumpulan piutang
Ratio ini menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang. Hari
rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan rumus:
Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360
Adalah penting untuk membandingkan hasil kerja pengumpulan piutang
dalam jangka waktu kredit yang ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hasil kerja
pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu kredit yang telah
ditetapkan tersebut maka cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti
bahwa banyak langganan yang tidak memenuhi batas waktu kredit yang telah
detetapkan oleh perusahaan.
3. Penyelenggaraan pengawasan intern yang memadai
Pengawasan intern atas piutang dimulai sejak penerimaan order
pelaksanaan proyek. Pengawasan intern piutang mengharuskan adanya
persetujuan pemberian proyek, baik mengenai perencanaan pelaksanaan proyek,
penyiapan dan pemberian faktur verifikasi faktur dan berakhir dengan penagihan
piutang.
Pemberian persetujuan pinjaman sebaiknya dilakukan suatu bagian yang
berdiri sendiri, sebaiknya bukan bagian pemasaran karena dalam upaya untuk
meningkatkan jumlah aktivitas kerja usaha mungkin akan memberikan pinjaman
tanpa memperhatikan pemberian pinjaman.
Prosedur untuk penerimaan kerja dan penyiapan faktur pelaksanaan
proyek akan membantu pegawai yang mencatat piutang melakukan pencatatan
dengan segera dan tepat. Untuk megecek kebenaran faktur pelaksanaan proyek
sebaiknya ditunjuk orang yang bukan bertugas mengecek kebenaran jumlah,
harga, perhitungan, ada tidaknya potongan, dan syarat pelaksanaan proyek. Copy
mencatat piutang ke dalam buku pembantu, untuk melaksanakan pencatatan jurnal
ke buku pembantu.
BAB III
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Umur Piutang
Analisis umur piutang yang dilakukan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana
dikelompokkan menjadi 2 ( dua ) kategori yaitu:
1. Umur piutang 30 hari
2. Umur piutang 60 hari
Piutang yang berumur 30 hari merupakan jangka waktu kredit yang
diberikan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana kepada pelanggan untuk melunasi
hutangnya. Sedangkan piutang yang berumur 60 hari, merupakan perpanjangan
waktu yang diberikan oleh perusahaan, dikarenakan pelanggan membeli barang
atau merental barang dalam jumlah yang besar.
Terhadap umur piutang yang mendekati tanggal jatuh tempo, maka pihak
perusahaan akan mengadakan pemberitahuan kepada pelanggan yang
bersangkutan melalui telepon. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan pelanggan
yang bersangkutan bahwa waktu untuk membayar sejumlah uang atas piutang
yang dimilikinya kepada perusahaan sudah mendekati jatuh tempo. Cara ini
bermanfaat agar pelanggan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal tersebut, serta untuk menghindari terjadinya piutang
yang lewat jatuh tempo, yang akhirnya akan memberikan pengaruh negatif bagi
Sedangkan untuk umur piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo,
maka dilakukan pemberitahuan setiap waktu kepada pelanggan tersebut melalui
surat yang menanyakan tentang kapan pembayaran hutang tersebut dilakukan.
Pada umumnya surat tersebut diberikan secara langsung kepada pelanggan yang
bersangkutan agar jatuh langsung kepada pihak yang memegang otoritas di
perusahaan tersebut.
B. Cara Menyaring Pelanggan
Untuk menjaga agar piutang yang diberikan kepada pelanggan dapat
dikumpulkan kembali atau untuk memperkecil resiko tak terbayar piutang, maka
perlu diadakan penyaringan pelanggan terhadap para calon pelanggan. Apabila
perusahaan dapat menentukan dengan tepat perusahaan mana yang akan diberi
kredit dan mana yang sebaliknya ditolak.
Karena sebagian besar para pelanggan PT. Beton Perkasa Wijaksana
adalah kontraktor dan industri, maka perusahaan tidak perlu lagi mengadakan
penyelidikan untuk mendapatkan informasi.
Sedangkan untuk pelanggan baru tentu saja perusahaan melakukan
penyelidikan, biasanya tugas ini dilaksanakan oleh bagian Salesmen. Hal ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan menyeleksi calon pelanggan baru,
serta usaha untuk mencari pelanggan. Jadi, jika seorang calon pelanggan ingin
membeli produk maka ia harus mendatangi bagian Salesmen, dan akan meminta
data-data dari calon pelanggan, dimana hal tersebut berguna untuk menambah
kepercayaan perusahaan terhadap calon pelanggan. Data tersebut adalah berupa
a. Jika transaksi pembelian berupa alat kontruksi bangunan, maka calon
pelanggan harus menyerahkan kartu NPWP (nomor pokok wajib pajak).
b. Jika transaksi pembelian berupa unit maka selain NPWP, calon pelanggan
harus menyerahkan juga tentang laporan keuangan, rekening Koran, serta
surat-surat pendukung yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut adalah
legal.
Kemudian setelah calon pelanggan menyerahkan beberapa data-data
kepada bagian Salesmen maka transaksi tersebut dilanjutkan ke bagian Counter
perusahaan untuk menangani penjualan secara langsung kepada pelanggan.
Setelah itu transaksi dilanjutkan ke perusahaan pusat yaitu di Jakarta guna proses
identitas pelanggan. Dan akhirnya transaksi tersebut akan kembali ke Counter
perusahaan untuk mencetak seluruh dokumen transaksi.
C. Kebijaksanaan Kredit
Dalam melaksanakan kebijaksanaan kredit ada faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan sebelum melakukan kebijaksanaan kredit
tersebut, yaiu: standar kredit, jangka waktu kredit dan potongan. Selain itu
manajer perusahaan juga mengadakan analisis sebelum kebijaksanaan kredit
ditetapkan sehingga diketahui atau dapat diperkirakan berupa manfaat yang akan
diperoleh dari penjualan kredit serta berapa pula biaya rata-rata perputaran
piutang yang akan didapat oleh perusahaan. Sehingga manager perusahaan dapat
mengetahui apakah kebijaksanaan kredit yang diterapkan menguntungkan atau
Dalam melaksanakan kebijaksanaan kreditnya, PT. Beton Perkasa
Wijaksana mempertimbangkan standar kredit, jangka waktu pengembalian kredit
dan potongan. Dalam melakukan penjualan secara kredit kepada calon pelanggan,
PT. Beton Perkasa Wijaksana menjalankan standar kreditnya dengan
longgar/lunak artinya bahwa hampir setiap pembeli diperkenankan membeli
secara kredit, tanpa melihat apakah customer tersebut merupakan pelanggan tetap
atau pelanggan baru. Dengan adanya pelonggaran standar kredit tersebut
menyebabkan penjualan kredit akan meningkat, akan tetapi proporsi piutang tak
tertagih juga akan mengalami kenaikan.
Pada umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melakukan kegiatan
usahanya berupa pembuatan proyek konstruksi bangunan atau pembuatan
bekisting dan rental alat-alat bekisting atau menyewakan alat-alat pembuatan
bekisting.
Dalam laporan pencatatan piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana
maka hal tersebut di berikan kode yaitu: pada proyek diberikan kode BAFC,
sedangkan pada rental BAFH
Data umur piutang PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan pada
tahun 2007, jumlah keseluruhan umur piutang pada pembuatan proyek konstruksi
bangunan BAFC mencapai Rp.4.002.494.704 sedangkan jumlah keseluruhan
umur piutang pada rental BAFH mencapai Rp.1.023.095.614. Total keseluruhan
piutang yang dimiliki PT. Beton Perkasa Wijaksana pada tahun 2007 adalah
Persyaratan kredit credit term yang di syaratkan perusahaan kepada para
pelanggan yang membeli atau merental barang secara kredit dinyatakan sebagai
berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa
pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan
(penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari
maka akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 2% dengan
demikian, persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu:
1. Potongan tunai/cash discount (misalnya 2%)
2. Perode potongan tunai (10 hari)
3. Periode kredit (30 hari)
Perubahan dari ketiga ataupun salah satu faktor-faktor di atas akan
membawa pengarauh terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk lebih jelasnya
Peningkatan
b) yang tetap mendapat diskon tetapi pem
Dengan diberikannya discount atau potongan tunai kepada pelanggan,
maka perusahaan melakukan kebijakasanaan kredit dan memperkirakan penjualan
akan meningkat sebesar 25% dari rata-rata proyek dan rental pada tahun 2007 saat
ini mencapai Rp. 5.025.590.318 namun demikian resiko utang tak tertagih bad
debt harus juga diperkirakan kemungkinan juga akan meningkat dari 4% menjadi
5% dari penjualan dan periode rata-rata pengumpulan piutang akan meningkat
pula dari 60 hari menjadi 180 hari. Tingkat keuntungan biaya tetap perusahaan
coutribution margin adalah 40% dan tingkat keuntungan perusahaan required rate
of return 15% dengan demikian maka akan di analisis kedalam metode analisis
Peningkatan Penjualan = 25% x Rp. 5.025.590.318
= Rp.1.256.397.579
Laba atas tambahan
Penjualan = 40% x Rp.1.256.397.579
= Rp. 502.559.031……..(A)
= Rp. 5.025.590.318 + Rp. 1.256.397.579
360 x 180
= Rp. 3.140.993.948
= Rp. 5.025.590.318
360 x 60
= Rp. 837.598.386
Tambahan Piutang = Rp. 3.140.993.948 - Rp. 837.598.386
= Rp. 2.303.395.562
Tingkat keuntungan
yang di isyaratkan
atas tambahan inves-
tasi piutang = 15% x Rp. 2.303.395.562
= Rp. 345.509.334……(B)
Tambahan bad debt =Rata-rata piutang + Jumlah peningkatan penjualan
= Rp5.025.590.318 + Rp1.256.397.579
= Rp6.281.987.897
= 4% x Rp.6.281.987.897 - 5% x Rp.5.025.590.318
= Rp. 2.512.795.159 - Rp. 2.512.795.158
Tambahan manfaat neto = A – ( B + C )
= Rp. 502.559.031 - (Rp345.509.334 + Rp1)
= Rp. 345.509.333
Dengan demikian kebijaksanaan kredit yang dilakukan memberikan
manfaat neto yang positif bagi perusahaan.
Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, potongan discount diberikan pada saat
penyerahan barang ke debitur, sebab harga jual barang secara kredit tersebut telah
dekenakan potongan. Pada umumnya potongan ini tidak diberikan kepada semua
pelanggan, tetapi hanya diberikan kepada pelanggan yang loyal atau melakukan
pembayaran dengan baik (tepat waktu) serta pelanggan yang melakukan
pembelian dalam jumlah yang besar (potongan kuantitas), jika pelanggan tersebut
melakukan transaksi pembelian untuk yang ke-2 kalinya. Umumnya potongan
yang diberikan berkisar 2-10%.
D. Prosedur Pencatatan Piutang
Setelah terjadinya transaksi penjualan secara kredit antara perusahaan
dengan debitur, maka transaksi tersebut harus dicatat ke dalam dokumen
perusahaan. Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, seluruh transaksi/kegiatan yang
terjadi termasuk transaksi piutang dicatat dalam catatan laporan keuangan, atau
catatan umur piutang perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari timbulnya
piutang tak tertagih. Mengetahui piutang yang akan jatuh tempo, telah jatuh tempo
dan lewat jatuh tempo. Sedangkan pencatatan piutang secara manual tidak
digunakan oleh perusahaan. Sehingga apabila terjadi transaksi piutang dengan
E. Prosedur Penagihan Piutang
Setelah transaksi penjualan tersebut dicatat ke dalam system konputerisasi
perusahaan yaitu SAP, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penagihan
kepada debitur yang bersangkutan atas sejumlah piutang yang dimilikinya. Bagian
yang terlibat dalam kegiatan penagihan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah
pihak salesman, sedangkan bagian kolektor tidak terdapat pada perusahaan.
Sehingga bagian salesman yang melakukan tugas mencari pelanggan, menyaring
pelanggan, menangani transaksi penjualan dan melakukan penagihan piutang
setiap hari serta menyerahkan uang/hasil tagihan kepada bagian keuangan
perusahaan.
Umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melaksanakan penagihan piutang
secara langsung kepada debitur yang bersangkutan dengan mendatangi secara
langsung atau sebaliknya debitur yang datang langsung ke perusahaan untuk
melakukan pembayaran piutang.
Perusahaan juga menggunakan jasa transfer bank untuk melakukan
penagihan piutang. Pembayaran dapat berupa uang tunai, giro atau dengan bank
garansi dan letter of credit (L/C). bank garansi merupakan garansi yang di berikan
oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin pembayaran
hutang debitur. Tetapi bank garansi dan letter of credit tidak dapat digunakan
sebagai alat pembayaran piutang tetapi hanya sebagai alat penjamin.
Terhadap piutang yang sudah terlalu lama belum terbayar, maka selama
piutang tersebut masih dapat ditagih maka akan terus dilakukan penagihan
terdapat surat keterangan pailit dari Departemen kehakiman, meninggal dunia atau
melarikan diri. Bagi langganan yang tidak mau membayar hutangnya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dan mengajukan gugatan perdata
melalui pengadilan.
F. Prosedur Penyisihan piutang
PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak mengakui adanya penyisihan piutang
sebab apabila hal tersebut dilakukan berarti perusahaan memberikan peluang
untuk timbulnya piutang tak tertagih, sehingga perusahaan harus optimal bahwa
semua piutang dapat ditagih.
G. Prosedur Penghapusan Piutang
Pada umumnya penghapusan terhadap piutang yang tidak tertagih di PT.
Beton Perkasa Wijaksana dilakukan apabila debitur meninggal dunia, melarikan
diri atau pailit. Apabila debitur tersebut pailit maka harus terdapat surat
keterangan pailit dari Departemen Kehakiman, dan perusahaan akan meminta
surat jaminan harta berupa kenderaan, rumah untuk membayar hutangnya.
Penghapusan ini dapat dilakukan apabila telah mendapatkan persetujuan dari
perusahaan pusat yaitu dari Jakarta oleh Direktur Utama. Setelah mendapat
persetujuan, maka dilakukan penghapusan terhadap piutang tersebut dan tidak
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan
tentang analisis manajemen piutang dan kemudian diikuti pula dengan evaluasi.
Maka pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan mengenai implementasi
manajemen piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana yaitu:
a. Piutang yang timbul pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah piutang
usaha. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan utama perusahaan adalah
penjualan barang atau proyek konstruksi bangunan dan rental alat-alat
pembuat bekisting, sedangkan piutang lain-lain (loan) tidak ditangani oleh
perusahaan, tetapi bagian koperasi perusahaan yang menangani masalah
pinjaman tersebut.
b. Penetapan umur piutang perusahaan sudah baik, sebab umumnya
perusahaan hanya mempunyai piutang yang berumur 30 hari dan 60 hari.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat hari rata-rata pengumpulan piutang
dan tingkat perputaran piutang.
c. Penyaringan pelanggan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap calon
pelanggan sudah dijalankan dengan baik. Sebab apabila calon pelanggan
akan melakukan transaksi pembelian barang secara kredit, harus
menyerahkan data-data kepada bagian salesmen seperti NPWP, laporan