i SKRIPSI
IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
PADA PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk.
MAKASSAR
MUH. INDARIYADI 10573 02648 11
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
ii SKRIPSI
IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
PADA PT BANK MANDIRI ( Persero ) Tbk.
MAKASSAR
MUH. INDARIYADI 105730264811
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana ( S1) Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
iii
iv
v MOTTO
1. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
2. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
3. Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan.
Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah pewarnanya. Doamu dan doa orang-orang isekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalandi setiap langkahmu adalah pengawetnya. aka dari itu, bersabarlah! Allah selalu menyertai orang- orang yang penuh kesabaran dalam roses menuju keberhasilan.
Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan.
4. "Belajarlah dari kesalahan masa lalu, bekerja keras untuk masa kini, dan berharap hasil yang terbaik pada masa depan"
5. "Untuk mendapatkan sebuah kesuksesan, keberanianmu harus jauh lebih besar daripada ketakutanmu"
vi ABSTRAK
Muh. Indariyadi. 2015. Implementasi Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan pada PT. Bank Mandiri Makassar. (Dibimbing oleh H. Andi Armanndan Ismail Rasulong). Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Salah satu andalan penerimaan pemerintah Indonesia saat ini adalah penerimaan sektor perpajakan. Bagi perusahaan atau badan usaha, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih. Oleh karena itu, diperlukan adanya tax planning sebagai upaya meminimalisasi beban pajak serta meningkatkan kinerja perusahaan. Tax planning sama sekali tidak bertujuan untuk melakukan kewajiban perpajakan dengan tidak benar, tetapi berusaha untuk memanfaatkan peluang berkaitan peraturan perpajakan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah dan dengan cara yang legal.Tax planning yang dibahas di sini adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang dikenakan atas laba perusahaan atau Penghasilan Kena Pajak (PKP). Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bahwa tax planning yang baik dapat dijadikan suatu upaya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan pada perusahaan secara efektif dan efisien berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Tujuan terakhir adalah menjelaskan faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan tax planning agar berjalan dengan baik sehingga implementasinya dapat menunjang upaya perusahaan meningkatkan kinerjanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan tax planning pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dapat dikatakan berhasil karena dari segi perpajakan terjadi penghematan pajak (tax saving) sebesar Rp 30,139,000,000,-, selain itu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan memberikan tunjangan makn dan transortasi bagi karyawan yang sangat berdampak positif dalam meningkatkan otivasi dan semangat kerja karyawan yang mampu menunjang keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.
Kata Kunci: Implementasi Tax Planning, Kinerja Perusahaan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan izin-Nyalah sehingga skripsi ini bisa saya buat tepat pada waktunya. Tidak lupa kami panjatkan shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai panutan bagi kami baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah.
Skripsi ini berjudul Implementasi Tax Planning Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar.
Salah satu keindahan di dunia ini yang akan selalu dikenang adalah ketika kita bisa melihat atau merasakan sebuah impian menjadi kenyataan. Dan, bagi penulis, skripsi ini adalah salah satu keindahan itu.
Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga wajib penulis berikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak terutama dari H. Andi Arman, SE., M.Si., Ak., CA dan Ismail Rasulong SE., MM. Masing-masing sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan mulai penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih.
viii
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Mahmud Nuhung, MA., Dekan Fakultas Ekonomi, Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA., Ketua Jurusan Akuntansi, H. Sultan Sarda, SE., MM., Penasehat akademi penulis., para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Terkhusus, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua atas dorongan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Serangkaian rasa syukur dan ucapan terima kasih di atas, rasanya akan lebih sempurna lagi jika penulis kembali menyadarkan diri bahwa hanya dengan perencanaan, kerja keras, dan doa yang sungguh-sungguhlah, apa yang kita kehendaki dapat terwujud secara nyata.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja dengan berbagai cara. Sejak kecil penulis mendengar ungkapan “Kejarlah Ilmu walau Sampai di Negeri China”, ini mengajarkan akan pentingnya mencari ilmu di mana dan kapanpun.
Makassar,02 Mei 2015
Muh. Indariyadi
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian.. ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak ... 7
B. Manajemen Pajak. ... 12
C. PSAK No. 46 Tentang Koreksi Fiskal ... 20
D. Implementasi Tax Planning ... 21
E. Kinerja Perusahaan... 36
F. Kerangka Fikir ... 37
BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
B. Metode Pengumpulan Data ... 40
C. Jenis dan Sumber Data ... 41
D. Populasi dan Sampel ... 41
E. Metode Analisis ... 42
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44
x
B. Visi dan Misi Perusahaan ... 46
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 47
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Laporan Keuangan Perusahaan (Laporan L/R) ... 48
B. Implmntasi (Penerapan) Tax Planing... 50
C. Hasil Penelitian ... 57
D. Pembahasan ... 57
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakan sebuah organisasi masyarakat yang bertujuan untuk mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya. Untuk menjalankan pemerintahannya, suatu Negara membutuhkan pendapatan atau penghasilan (penerimaan). Penerimaan Negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan tulang punggung pelaksanaan kegiatan pemerintahan, terutama untuk mencapai kemandirian dan keberlangsungan dalam membiayai pengeluaran yang semakin waktu semakin bertambah besar. Sehingga itudi perlukan penerimaan Negara yang berasal dari dalam negeri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang semakin lama semakin sulit untuk diharapkan. Hal itu berarti bahwa semua pembelanjaan Negara harus dibiayai dari pendapatan Negara, dalam hal ini yaitu penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak yang berasal dari minyak bumi dan gas alam serta pelayanan oleh pemerintah, dan lain-lain.
Pajak merupakan sumber penerimaan atau penghasilan utama bagi Negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan suatu beban atau biaya yang akan mengurangi laba
bersih penghasilan seseorang atau perusahaan. Dari sinitimbul dua kepentingan yang bertolak belakang antara wajib pajak dan fiskus. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Sedangkan fiskus adalah bendaharawan pemerintah yang bertugas untuk memungut pajak dari Wajib Pajak maupun pemotong dan pemungut pajak lainnya.
Perbedaan tersebut, bagi perusahaan atau badan usaha lainnya melakukan berbagai cara untuk meminimaliskan pajak yang harus mereka bayar.
Meminimaliskan pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari penghindaran pajak (tax avoidance) sampai pada penggelapan pajak (tax evation).
Penghindaran pajak merupakan upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan perundangan mislanya menghindari segala sesuatu yang dikenai pajak dan Penggelapan pajak merupakan cara meminimalisasi atau menghapus sama sekali utang pajak yang tidak sejalan dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan, seperti meninggikan harga pembelian, merendahkan penghasilan yang diperoleh, meninggikan beban usaha atau melakukan pembayaran dividen secara diam-diam. Upaya minimalisasi dengan cara ini, selain tidak sejalan dengan prinsip manajemen dan etika bisnis, juga mengandung resiko pelanggaran hukum. Sedangkan penghindaran pajak, walaupun masih mempunyai konotasi yang sama sebagai tindakan kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda
disini, bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak yaitu perencanaan pajak (tax planning). Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.
Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan(tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya apakah pembayaran pajak
Tersebut dapat ditunda.
Menurut Suandy (2008), ada tiga syarat yang harus diperhatikan agar perencanaan pajak dapat dijalankan denganbaik, yaitu :
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan, bila suatu perencanaan pajak yang dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan maka wajib pajak menanggung resiko yang akan mengancam keberhasilan perencanaan itu sendiri.
2. Secara bisnis masuk akal, perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan perusahaan secara keseluruhan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehingga suatu perencanaan pajak yang tidak baik akan mengakibatkan perencanaan secara keseluruhan tidak berjalan dengan baik pula.
3. Terdapat bukti-bukti pendukung yang memadai, misalnya adanya dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice),dan juga perlakuan akuntansinya.
Mengingat pentingnya perencanaan pajak bagi pemenuhan kewajiban pajak suatu perusahaan di satusisi, dan penghematan pengeluaran pajak bagi operasional perusahaan sehari-hari di sisi lain, maka penulis untuk meneliti tentang perencanaan pajak. Namun, perencanaan pajak yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
perencanaan pajak yang dimaksudkan sebagai suatu perencanaan yang dikaitkan antara proses pemilihan pendapatan yang akan diterima Wajib Pajak terhadap beban pajak yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak, serta biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan sesuai undang-undang perpajakan yang dihubungkan terhadap upaya meningkatkan kinerja perusahaan dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah implementasi tax planning pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Makassar sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.
2. Apakah implementasi tax planning dapat meningkatkan kinerja PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang yang dijabarkan diatas, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan bahwa perencanaan pajak yang baik dapat dijadikan suatu upaya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan pada perusahaan secara efektif dan efisien berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
b. Untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Makassar dengan menggunakan tax planning.
2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pajak melalui perencanaan pajak.
b. Bagi Perusahaan, memberikan gambaran bagi perusahaan tentang bagaimana melakukan perencanaan pajak yang efektif dan efisien berdasarkan peraturan perpajakan sehingga dapat memperbaiki kinerja dimasa mendatang.
c. Bagi Fiskus, pembahasan perencanaan pajak ini diharapkan member kemudahan dalam melakukan pemeriksaan perencanaan pajak yang dibuat oleh Wajib Pajak, karena telah disusun sesuai dengan undang-undang perpajakan.
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak
1. Pengertian pajak
Pengertian umum, pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
Terdapat bermacam-macam batasan atau pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :
a. Adolph Wagner (1876),pajak adalah pungutan yang dapat dipaksakan kepada masyarakat yang sebagian ditunjukkan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bersifat umum dan sebagian lagi untuk menyesuaikan perubahan pembagian pendapatan masyarakat.
b. Leroy Beaulieu (1906), pajak merupakan pungutan baik yang bersifat langsung atau tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dari penduduk atau barang, untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
c. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (R. A. O. 1919), pajak adalahbantuan uang atau pungutan secara insidental atau secara periodik yang dipungut oleh negara
untuk memperoleh pendapatan dimana terjadi suatu tabestand karena Undang- undang telah menimbulkan hutang pajak.
2. Unsur Pajak
Berbagai pengertian yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis maupun pengertian secara yuridis, bisa ditarik kesimpulan tentang unsur- unsur yang terdapat dalam pengertian pajak. Adapun unsur-unsur pajak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang.
b. Tidak mendapat jasa timbal balik yang dapat ditunjukkan secara langsung.
Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak taat membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan bisa dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Selain memilki fungsi anggaran, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengisi kas negara/anggaran yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, serta sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial.
3. Jenis dan Penggolongan Pajak
Seperti kita ketahui, pemungutan pajak yang terdapat didalam masyarakat yang banyak macamnya, seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor, pajak radio, pajak tontonan, dan sebagainya.Tetapi dengan berbagai segi, pajak dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu berdasarkan golongannya, kewenangan pemungutnya dan sifatnya.
a. Pembagian Pajak Berdasarkan Golongan
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang langsung dibayar atau dipikul oleh wajib pajak, dan pajak ini langsung dipungut pemerintah dari wajib pajak.
2) Pajak tak langsung, yaitu pajak yang tidak langsung dipungut oleh pemerintah kepada wajib pajak dan pajak ini mengalihkan pembayarannya kepada pihak ketiga.
b. Pembagian Pajak Berdasarkan KewenanganMemungut
1) Pajak Negara atau pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang terdiri dari :
a) Pajak Penghasilan , diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU No. 36 Tahun 2008.
b) Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, diatur dalam UU No. 28 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No.
42 Tahun 2009.
c) Bea materai, diatur dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
1) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Daerah yang terdiri dari :
a) Pajakprovinsi, contohnya adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok.
b) Pajak kabupaten/kota, contohnya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parker, pajak air tanah, pajak sarang burung wallet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, serta bea perolehan hakatas tanah dan bangunan (BPHTB).
c. Pembagian Pajak Berdasarkan Sifatnya
1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang dalam penggunaannya hanya meperhatikan keadaan-keadaan pribadi wajib pajak.
2) Pajak objektif, adalah pajak yang bersifat kebendaan atau objektif, yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objektifnya saja.
4. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, maka pajak mempunyai fungsi, diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi Anggaran
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhka biaya.Biaya tersebut dapat diperoleh dari penerimaan pajak.Dewasa ini, pajak digunakan untuk membiayai rutin, seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dari dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.Tabungan pemerintah tersebut dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat, dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi mengatur
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.Dengan fungsi mengatur, pajak biasa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri
maupun dari luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Sedangkan dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan, antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, serta penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum , termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
B. Manajemen Pajak
1. PengertianManajemen Pajak
Manajemen pajak adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau orgsnisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis, sehingga memberi konstribusi maksimum bagi perusahaan.
2. fungsi manajemen pajak
a. Tax Planningmerupakan rangkaian strategi untuk mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara- cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Dalam arti yang lebih luas meliputi seluruh fungsi manajemen perpajakan.
b. Tax Administration/Tax Compliance, mencakup usaha-usaha untuk memenuhi kewajiban administrasi perpajakan dengan cara menghitung pajak secara benar, sesuai dengan ketentuan perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu sesuai deadline pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan.
c. Tax Audit, mencakup strategi dalam menangani pemeriksaan pajak, menanggapi hasil pemriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan atau surat banding.
d. Other Tax Matters, seperti mengomunikasikan ketentuan-ketentuan system dan prosedur perpajakan kepada pihak-pihak atau bagian-bagian lain dalam perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan standar yang berhubungan dengan PPN, pemotongan withholding tax (PPh Ps. 23/26) yang berkaitan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, dan jasa profesi serta objek withholdingtax lainnya, juga termasuk pelatihan bagi staf yang berkaitan dengan masalah perpajakan dan sebagainya.
2. Pengertian Perencanaan Pajak (tax planning)
Beberapa defenisi dari tax planning atau tax management yang dikemukakan beberapa pakar perpajakan:
a. Menurut Zain (2005), perencanaan pajak adalah tindakan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang ditekankan kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.
b. Ladiman Djaizi (1971) yang dikutip oleh Agustinus (2003), tax management berarti melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan perpajakan yang tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dalam artian peningkatan laba atau penghasilan.
c. Achmad Tjahyono dan Husein(1997), perencanaan pajak adalah prosesmengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada pada posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-undang.
3. Motivasi Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimumkan kewajiban pembayaran pajak mereka, baik secara legal maupun ilegal, yang kita sebut dengan Propensity of dishonesty (diolah dari T.N. Srinivasan.
“Tax Evasion: A Model”, dalam journal of Public Economics, 1973: 339-346) adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Complexity of rule)
Makin rumit peraturan perpajakan, muncul kecenderungan wajib pajak untuk menghindarinya karena biaya untuk mematuhinya (compliance cost) menjadi tinggi.
b. Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay)
Makin besar jumlah pajak yang harus dibayar, akan makin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan dengan cara memperkecil jumlah pembayaran pajaknya.
c. Biaya untuk negosiasi (Cost of Bribe)
Disengaja atau tidak, kadang-kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan meberikan uang sogokan kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
d. Risiko deteksi (Probability of detection)
. Makin rendah resiko terdeteksi, wajib pajak cenderung untuk melakukan pelanggaran. Sebaliknya, bila suatu pelanggaran mudah diketahui, wajib pajak akan memilih posisi konservatif dengan tidak melanggar aturan.
e. Besarnya denda (Size of penalty)
Makin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan cenderung mengambil posisi konservatif dengan tidak melanggar ketentuan perpajakan. Sebaliknya makin ringan sanksi atau bahkan ketiadaan sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka kecenderungan untuk melanggar akan lebih besar.
f. Moral masyarakat
Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan kepatuhan dan kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
4. Manfaat dan Tujuan Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak yang dilakukan secara cermat:
a. Penghemat kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya yang dapat dikurangi.
b. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih kuat.
Secara umum, tujuan pokok yang ingin dicapai dari manajemen pajak/perencanaan pajak yang lebih baik adalah:
a. Meminimalkan beban pajak yang terutang dan memaksimalkan laba bersih.
b. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan pajak oleh fiskus.
c. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan perpajakan.
5. Langkah-langkah Praktis yang Dapat Dilakukan dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Agar tax planning berhasil sesuai dengan yang diharapkan, langkah praktis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindari pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brackets).
b. Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPn, PPn yang ditanggung pemerintah, dan seterusnya.
c. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak, seperti membentuk kelompok perusahaan.
d. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut termasuk kedalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi, dan tunda pembayaran pajaknya dengan penjualan cicilan, kredit, dan seterusnya.
e. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital again jangka panjang.
f. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dari potongan-potongan.
g. Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan.
h. Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usaha.
i. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian rupa sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi penghasilan, kerugian-kerugian, dan asset yang dapat dihapus.
6. Laporan Keuangan Komersial dan Koreksi Fiskal
Laporan keungan komersial yang berupa neraca dan laba-rugi disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim diterima dalam praktik.Sejak tahun 1995 prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Dari laporan keuangan komersial tersebut dapat dihitung laba komersial atau penghasilan secara akuntansi (accounting income). Laba komersial inilah yang menjadi ukuran yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan/stakesholder, para investor atau calon investor, para kreditur termasuk perbankan, untuk kepentingan pasar modal, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan kepentingan bisnis lainnya.
Laporan keungan komersial dapat diubah menjadi laporan keungan fiskal dengan melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian melalui suatu rekonsiliasi antara standar akuntansi dan ketentuan perpajakan. Dengan kata lain, laporan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan disebut dengan laporan keuangan fiskal. Laporan keungan fiskal
disusun tanpa harus mengubah data base pembukuan atau tidak perlu dibuat suatu sistem akuntansi khusus untuk keperluan perpajakan.
Pada dasarnya yang membedakan laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial adalah bahwa penyusunan laporan keuangan fiskal didasarkan pada penerapan mekanisme atau prinsip taxable dan deductible.
Prinsip taxabledan deductiblemerupakan prinsip yang lazim diterapkan dalam perencanaan pajak,yang pada umumnya mengubah penghasilan yang merupakan objek pajak menjadi penghasilan yang tidak merupakan objek pajak, serta mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkanatau sebaliknya, didasarkan pada ketentuan perpajakan, dengan konsekuensi terjadinya perubahan pajak terutang akibat pengubahan tersebut.
Implementasi dari konsep taxability-deductibility, juga berarti bahwa biaya- biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dari pihak pembayar apabila pihak penerima uang atas biaya perusahaan tersebut melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenai pajak.
Perhitungan laba komersial mengacuh pada konseppengaitan biaya dengan pendapatan. Konsep ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung bersama-sama dari peristiwa lain yang sama. (IAI, PSAK Per 1 juli 2009: 17). Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan tersebut.
Laba Kena Pajak atau Penghasilan Kena Pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan.Prinsip taxability-deductibility yang dianut dalam melakukan perhitungan. Penghasilan Kena Pajak dengan benar dan tepat, pada dasarnya adalah penjabaran dari ketentuan perpajakan yang diterapkan pada Pasal 4 Ayat (1) dan (2)dan Pasal 6 ayat (1), serta Pasal 9 ayat (1) tidak boleh dikurangkan. Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, beserta peraturan pelaksanaanya.
C. PSAK No. 46 Tentang Koreksi Fiskal
1. PSAK No. 46 paragraf 07, Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Penghasilan kena pajak atau laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkanperaturan perpajakan dan menjadi dasar perhitungna pajak penghasilan.
2. Berdasarkan PSAK No. 46 paragraf 9, dasar pengenaan aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aset tersebut. Contoh : Biaya perolehan mesin adalah 100. Untuk
tujuan pajak, penyusutan mesin dikurangkan sebesar 30. Dasar pengenaan pajak mesin adalah 70.
3. Menurut PSAK No. 46 paragraf 14 , semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai kewajiban, kecuali jika timbul perbedaan temporer karena pajak yang berasal dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal, atau pada saat pengakuan awalaset atau kewajiban dari suatu transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal.
4. PSAK No. 46 paragraf 26 menjelaskan bahwa saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi
D. Implementasi Tax Planning
1. Memaksimalkan Biaya Fiskal dan Meminimalkan Biaya yang Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang
Salah satu cara dalam meminimalkan pajak terutang yang dilakukan dalam tax planning adalah dengan memaksimalkan biaya fiskal. Biaya fiskal adalah biaya yang menurut Undang-undang perpajakan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Semakin besar biaya fiskal yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menyebabkan semakin kecil laba bersih sebelum pajak dan otomatis akan mengurangi pajak terutang.
Tax planning selain memaksimalkan biaya fiskal, hal lain yang harus diperhatikan adalah meminimalkan biaya yang menurut Undang-undang perpajakan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Karena semakin besar biaya yang tidak dapat dikurangkan menyebabkan penghasilan sebelum pajak akan lebih besar dan hal itu menyebabkan pajak terutang juga lebih besar.
Oleh karena itu, dalam melakukan tax planning kita harus mengetahui biaya yang diperkenankan sebagai pengurang dan yang tidak diperkenankan sebagai pengurang.
a. Biaya yang diperkenankan sebagai pengurang (UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1)) berdasar pasal 6 UU No. 36 Tahun 2008, besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a) Biaya pembelian bahan.
b) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.
c) Bunga, sewa, dan royalty.
d) Biaya perjalanan.
e) Biaya pengolahan limbah.
f) Premi asuransi.
g) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
h) Biaya administrasi.
i) Pajak kecuali pajak penghasilan.
2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.
4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5) Kerugian selisih kurs mata uang asing.
6) Penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.
c) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
d) Syarat sebagaimana dimaksud pada poin c, tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf k yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
9) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
10) Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
11) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
12) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah.
13) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang (UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1)).
1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.
3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
a) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaankonsumen, dan perusahaan anak piutang.
b) Cadangan untuk asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh badan penyelenggara jaminan sosial.
c) Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan.
d) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
e) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.
f) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajakorang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai pengahasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.
5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
7) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan.
8) Pajak penghasilan.
9) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
c. Langkah-langkah yang Dapat Dilakukan
Biaya-biaya yang menurut aturan perpajakan tidak boleh dianggap sebagai biaya fiskal diubah menjadi biaya yang dapat dikurangkan oleh perusahaan.
Contoh: biaya pengobatan karyawan dijadikan tunjangan kesehatan agar dapat diakui sebagai biaya perusahaan. Selain itu, hadiah akhir tahun yang pada awalnya berupa natura diberikan berupa bonus dalam bentuk uang agar dapat diakui sebagai biaya perusahaan.
2. Pemilihan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Amortisasi atas Aktiva Tidak Berwujud
Sesuai Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 mengenai pajak penghasilan, dimana metode penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan:
1) Metode garis lurus, metode ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
2) Metode saldo menurun, metode ini menghasilkan pembebanan yang menurun selama masa umur manfaat dengan cara menerapkan tarifpenyusutan atas nilai sisa buku.
3. Memilih metode penilaian persediaan
Metode penilaian persediaan diatur dalam PSAK No. 14, dalam edisi revisi 2008 disebutkan biaya persediaan harus dihitung menggunakan rumus biaya masuk
pertama keluar pertama (FIFO method) atau rata-rata tertimbang (Weighted Average method).
Masing-masing metode penilaian persediaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya dan pilihan penggunaannya tergantung pada kepentingan dari pemakainya.
a. Penggunaan metode FIFO akan menghasilkan harga pokok penjualan atau pemakaian yang lebih kecil dibandingkan metode rata-rata. Karena laba kena pajak (profit after tax) nya adalah lebih besar, maka beban PPh badan akan menjadi lebih besar.
b. Penggunaan metode rata-rata akan menghasilkan harga pokok penjualan atau pemakaian yang lebih besar dibandingkan metode FIFO, sehingga karena laba kena pajaknya lebih kecil, maka beban PPh badan akan menjadi lebih kecil.
c. Dalam situasi dimana terdapat kecenderungan harga barang semakin naik (tingkat inflasi tinggi), maka metode rata-rata adalah lebih tepat digunakan.
4. Pemilihan Pemberian Kesejahteraan Kepada Karyawan Dalam Bentuk Natura atau Cash
Terdapat banyak cara untuk mengoptimalkan kesejahteraan karyawan, dengan memanfaatkan peluang efisiensi beban pajak yang berkaitan dengan pengeluaran biaya berikut ini:
a. PPh Pasal 21 Karyawan
Pilihan terhadap metode PPh Pasal 21 karyawan terdapat berupa:
1) Bila beban PPh pasal 21 sepenuhnya menjadi tanggungan karyawan, dalam hal ini perusahaan hanya menjadi perantara pemotong PPh Pasal 21. Dalam laporan laba rugi perusahaan tidak akan terlihat biaya PPh pasal 21.
2) Bila karyawan diberi tunjangan PPh Pasal 21, tunjangan ini tercantum dalam slip pegawai dan SPT PPh Pasal 21 karyawan, sehingga tunjangan tersebut dikenai PPh (taxable), dan karena itu boleh dibebankan sebagai biaya (deductible). Dalam laporan laba rugi perusahaan akan terlihat biaya tunjangan PPh Pasal 21.
3) Bila PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, bukan sebagai tunjangan PPh Pasal 21, dan karena itu merupakan kenikmatan dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Dalam laporan laba rugi perusahaan akan terlihat biaya PPh Pasal 21 terpisah dari gaji dan tunjangan karyawan lainnya.
b. Pengobatan/kesehatan karyawan
1) Reimbursement kwitansi biaya medikal dari dokter/klinik/rumah sakit.
Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan menengah kebawah dan
tertuang dalam kontrak kerja, dimana karyawan diperkenankan berobat ke rumah sakit/klinik/dokter dengan membayar terlebih dahulu, kemudian oleh perusahaan akan diberikan penggantian (reimbursement) sesuai bukti asli atas nama karyawan perusahaan yang bersangkutan.
Perlakuan perpajakannya: Pengeluaran semacam ini merupakan bagian dari penghasilan karyawan yang bersangkutan karena diterima secara
tunai dari perusahaan, boleh dibiayakan (deductible) tetapi harus ditambahkan sebagai penghasilan karyawan dalam SPT PPh pasal 21.
2) Karyawan diberi tunjangan pengobatan atau kesehatan (medical allowance) setiap bulan, sakit maupun tidak sakit.
Perlakuan perpajaknnya : Pengeluaran semacam ini merupakan bagian
dari penghasilan karywan yang bersangkutan yang diterima secara teratur, boleh dibiayakan (deductible) tetapi harus ditambahkan sebagai penghasilan karyawan dalam SPT PPh pasal 21.
3) Karyawan berobat dirumah sakit/klinik/dokter langganan dan pengambilan obat dari apotik langganan.
Cara ini banya dilakukan oleh perusahaan menengah keatas dan terutang
dalam kontrak kerja, dimana karyawan diperkenankan berobat ke rumah sakit/klinik/dokter yang ditunjuk.
Perlakuan perpajakannya: pengeluaran semacam ini merupakan natura
atau kenikmatan (benefit and kinds) dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
4) Perusahaan mendirikan rumah sakit/klinik/dokter.
Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar dan tertuang dalam kontrak kerja, dimana karyawan diperkenankan berobat kerumah sakit/klinik perusahaan.
Perlakuan perpajakannya: Pengeluaran semacam ini merupakan natura
atau kenikmatan (benefit in kinds) dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
c. Pembayaran premi asuransi untuk pegawai
Bila perusahaan semakin maju, akan semakin besar juga alokasi dana pembiayaan perusahaan yang diberikan untuk peningkatan kesejahteraan karyawannya dalam bentuk asuransi disamping tabungan hari tua. Asuransi yang diberikan dapat berupa asuransi kesehatan, asuransi dwiguna, asuransi jiwa, asuransi kematian, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi bea siswa.
Sesuai Pasal 6 ayat (1) a UU PPh No. 36 Tahun 2008, pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan (deductible), tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan (taxable).
d. Iuran Pensiun dan Iuran JHT/THT yang dibayarkan oleh perusahaan
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berupa iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirinya telah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja (Peraturan Dirjen Pajak No. 31/PJ./2009 dan Pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008).
e. Perumahan untuk Karyawan
1) Penempatan pada rumah dinas yang dibuat atau dibeli oleh perusahaan.
2) Penempatan pada rumah dinas yang disewa oleh perusahaan.
3) Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah dinas yang dibayar oleh karyawan, penggantian ini dimasukkan kedalam tunjangan perumahan bagi pegawai.
4) Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan.
Perlakuan perpajakannya yaitu:
Pembayaran untuk pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura kepada
karyawan tidak dapat dipotongkan sebagai biaya perusahaan dalam menghitung penghasilan kena pajak dari perusahaan yang bersangkutan, sedangkan bagi karywan yang menerima pemberian tersebut tidak merupakan penghasilan.
Sebaliknya bila mana diberikan dalam bentuk uang, maka apa yang
diterima oleh karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan.
f. Transportasi untuk Karyawan
1) Biaya eksploitasi kendaraan antar jemput karyawan merupakan biaya perusahaan dan bukan merupakan penghasilan bagi karyawan.
2) Seluruh biaya eksploitasi dan depresiasi untuk kendaraan perusahaan yang dikuasai atau dipegang oleh karyawan tertentu atau dibawa pulang setelah jam
kerja merupakan biaya perusahaan dan bagi karyawan bukan merupakan penghasilan karena merupakan kenikmatan.
3) Tunjangan transport yang diberikan kepada karyawan untuk keperluan pergi dan pulang kantor merupakan penghasilan bagi karyawan dan biaya bagi perusahaan.
4) Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan, misalnya berupa biaya transport, hotel, dan sebagainya merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan karyawan, sepanjang jumlahnya tidak mengandung unsur-unsur pengeluaran untuk keperluan pribadi.
g. Pakaian seragam untuk karyawan
1) Pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja.
2) Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan didaerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan didaerah tersebut.
3) Pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 dan Peraturan Dirjen Pajak No. Per-51/PJ./2009 serta penjelasan pasal 9 ayat (1) huruf e UU No. 36/2008.
4) Pemberian natura atau kenikmatanyang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam). Pengertian keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan keamanan atau keselamatan pekerja yang diwajibkan oleh Departemen Tenega Kerja dan Transmigrasi atau Pemerintah Daerah setempat. (Peraturan Dirjen Pajak No.
PER-51/PJ./2009) h. Perjalanan Dinas Karyawan
Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan, misalnya biaya tiket pesawat, hotel, transportasi, dan sebagainya merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan karyawan, sepanjang jumlahnya tidak mengandung unsur-unsur untuk keperluan pribadi (Surat Dirjen Pajak No.S-1215/PJ.23/1984 yang ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. 42/PJ.23/1984).
Namun dalam praktik, ada pemberian uang saku (traveling allowance) yang didalamnya terdapat komponen biaya perjalanan dinas, dan karena ini dibayarkan secara tunai sebagai uang saku, maka pemberian tersebut dikatergorikan sebagai penghasilan bagi karyawan yang bersangkutan.
Bila perusahaan menginginkan agar travelling allowance tersebut dapat dibiayakan (deductible) dalam laporan keuangan fiskal perusahaan, maka trevelling allowance tersebut harus dimasukkan dalam SPT PPh Pasal 21 (form 1721-A1) atas
nama karyawan yang bersangkutan sebagai unsur tambahan penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21.
i. Bonus dan jasa produksi
1) Dalam pemberian bonus dan gratifikasi, tantiem dan jasa produksi tersebut, bisa diperlakukan sebagai biaya perusahaan (deductible), bilamana dibebankan dalam biaya tahun berjalan. Namun bila dibebankan ke pos laba ditahan (retained earning), tidak bisa merupakan biaya perusahaan.
2) Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada direksi dan komisaris dari pemegang saham yang didasarkan pada persentase tertentu dari laba perusahaan setelah kena pajak, tidak dibebankan sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dan bagi penerimaannya merupakan penghasilan dan dikenakan PPh Pasal 21.
3) Untuk keperluan perencanaan pajak, harus dihindari pembayaran gaji, bonus, gratifikasi jasa produksiyang melebihi kewajaran kepada pemegang saham yang juga menjadi komisaris, direksi, atau pegawai, karena pembayaran tersebut merupakan deviden dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, sehingga dipotong PPh Pasal 25/26. (Peraturan Dirjen Pajak No.
PER-15/PJ/2006 yang direvisi PER-31/PJ./2009 dan 57/pj./2008, dan penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf f UU No. 36/2008)
E. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Munawir (2000:31), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.
Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu.Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
F. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman- pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.
Kerangka pikir yang penulis gunakan untuk membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti berikut ini:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Dasar penelitian ini dalam melakukan implementasi tax planning adalah laporan keungan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar yaitu laporan laba rugi.
Laporan laba rugi tersebut akan dianalisa dan hasilnya akan dibandingkan dengan laporan laba rugi tanpa tax planning dengan laporan laba rugi menggunakan taxplanning. Dari analisa tersebut kemudian akan diperbandingkan antara PPh tanpa
Akuntansi
PPh
Pajak
Tax Planning
Kinerja
PPh LAPORAN KEUANGAN
PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk. MAKASSAR
tax planning dengan PPh yang menggunakan tax planning. Dari hasil analisis akan dilihat ada tidaknya efisiensi pembayaran pajak dan implementasi tax planning ini diharapakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
40
METODE PENELITIAN
A. Lokasidan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar yang beralamat di Jl. R.A Kartini No 12-14, Makassar. Waktu penelitian diperkirakan selama dua bulan, direncanakan bulan Maret sampai April 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Survey pendahuluan, untuk memperoleh gambaran tentang keadaan perusahaan dalam rangka menemukan permasalahan mengenai implementasi tax planning yang mungkin ada dalam perusahaan tersebut yang kemudian dapat dibahas dalam penelitian ini.
2. Studi kepustakaan, untuk memperoleh landasan teori mengenai tax planning dan implementasinya melalui literatur-literatur, laporan-laporan, makalah- makalah, jurnal-jurnal, catatan kuliah, dan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang ada serta berguna bagi penyusunan hasil penelitian ini.
3. Survey lapangan, untuk mendapatkan informasi dan data dari perusahaan melalui wawancara dengan melakukan Tanya jawab langsung dengan orang- orang yang berhubungan dengan objek penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan, nilainya bias berubah-ubah atau bersifat variatif yaitu laporan keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Makassar.
2. Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan bilangan, tetapi berupa ciri- ciri, sifat-sifat, keadaan, atau gambaran dari kualitas objek yang diteliti yaitu informasi yang diterima dari berbagai pihak berkaitan dengan objek penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya yaitu berupa hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan pihak-pihak yang mengetahui tentang ketentuan peraturan perpajakan dan perencanaan pajak seperti pegawai dari kantor PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar dan pegawai kantor pajak.
2. Data sekunder adalah data yang diambil dari hasil pengumpulan orang lain yaitu berupa data laporan keungan yang dimiliki oleh perusahaan dan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan yang berlaku.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristi ktertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011; 80).
Populasi penelitian ini adalah LaporanLabaRugi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Makassar untuk 2 (Dua) tahun terakhir.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011; 81). Sampel yang diambil oleh peneliti adalah Laporan Laba Rugi untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2014.
E. Metode Analisis
Metodeanalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif tanpa menggunakan analisis statistik. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1. Pengumpulan data yang diperlukan.
2. Evaluasi terhadap koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dengan memahami prosedur dan kebijakan yang berlaku di perusahaan terkait dengan perpajakan.
3. Memeriksa sumber-sumber penghasilan perusahaan kemudian membuat taxplanning atas penghasilan perusahaan dengan cara memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan.
4. Membuat tax planning terhadap biaya-biaya umum dan operasional perusahaan dengan cara memaksimalkan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang (biaya fiskal) dan meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang.
5. Terakhir adalah melakukan pemilihan metode-metode akuntansi yang sesuai dengan peraturan perpajakan.
44
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Bank Mandiri merupakan salah satu BUMN dalam bidang keuangan (bank) terbesar milik pemerintah. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berkantor pusat di Jakarta. Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum
Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan kedalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.
Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870.
Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonsia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara adalah mendukung pengembangan sektor–sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.
Kini Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan Ekonomi.
B. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi
“Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif”.
2. Misi
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
Mengembangkan sumber daya manusia professional
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
Melaksanakan manajemen terbuka
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan
.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
60
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penerapan tax planning yang dilakukan pada PT Bank Mandiri Tbk.
Makassar untuk meningkatkan kinerja perusahaan menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tax planning pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makassar sudah sesuai dengan peraturan undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 yang dapat dilihat dari:
a) Premi asuransi karyawan ditanggung oleh perusahaan telah sesuai dengan peraturan Undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf a, bahwa premi asuransi yang ditanggung perusahaan dapat dijadikan beban pada penghasilan kena pajak.
b) Pemberian makan dan minum dalam bentuk natura berupa penyediaan makan bersama dapat dijadikan beban bagi perusahaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat 1 huruf e., dan bukan merupakan objek PPh karyawan berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP – 51/PJ/2009 pasal 2.
c) Tunjangan transpotasi karyawan dapat dijadikan sebagai beban pada penghasilan kena pajak sebagimana yang telah diatur dalam Undang- undang No. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat 1 huruf a.
2. Dengan penerapan tax planning pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Makassar dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana dengan pemberian tunjangan makan dan trasportasi kepada karyawan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi dan semangat kerja karyawan, serta meningkatkan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan yang mempunyai peranan penting dan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut, disarankan agar penerapan tax planning pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Makasar dilaksanakan, karena adanya keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan terjadinya penghematan pajak (tax saving) dan meskipun lab perusahaan berkurang karna adanya pemberian tunjagan makan dan transportasi bagi karyawan, tapi dengan pemberia tunjangan tersebut akan meberikan dampak positif pada perusahaan dimasa mendatang dalam meingkatkan kinerja perusahaan.
Dan yang paling penting perusahaan harus senantiasa mengikuti perkembangan peraturan-peraturan perpajakan, agar menjadi wajib pajak yang