• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan berisi pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan serta mengemukakan saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja.

commit to user

II-1

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan

CV.Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo di dirikan pada tahun 1998 oleh Bapak Gunawan Yulianto, CV.Cahyo Nugroho Jati mempunyai dua cabang yaitu CV.Cahyo Nugroho Jati yang berada di Solobaru Sukoharjo dan CV.Cahyo Nugroho Jati II yang berada di Boyolali, kedua perusahaan ini bergerak di bidang

exporter dan producen garmen. CV.Cahyo Nugroho Jati berdiri diatas sebidang tanah seluas 5800 m² dengan dua bangunan utama yang digunakan untuk proses produksi dan kantor.

Jenis produk garmen yang dihasilkan perusahaan ini bervariasi beberapa diantaranya; kemeja, jaket, pakaian anak, t-shirt, celana training, baju koko, dan lain-lain. Perusahaan ini memproduksi pakaian jadi untuk memenuhi pasar dalam negeri maupun pasar internasional, sedangkan daerah pemasarannya meliputi kawasan Amerika, Asia, Eropa, dan pasar dalam negeri.

CV.Cahyo Nugroho Jati memperkerjakan kuarang lebih 300 karyawan pada tahun 2011, perusahaan ini termasuk dalam industri garmen berskala besar, dalam sebulan perusahaan ini mampu berproduksi mencapai 150.000 unit produk garmen.

2.2 Produk

Produk adalah penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan bentuk, merek dan kemasan. Produk yang di hasilkan CV.Cahyo Nugroho Jati adalah produk pakaian jadi, produk tersebut antara lain :

a. Jerseys, Pullovers, Cardigans, knitted/ Crocheted barang-barang rajutan. b. Blouses, Shirts & Shirts-blouses, knitted/ Crocheted barang-barang rajutan. c. Womens/ Girls Blouses, Shirts & Shirts-blouses pakaian jadi bukan rajutan. d. Suits pakaian jadi bukan rajutan.

commit to user

II-2 e. Panties pakaian jadi bukan rajutan.

f. Skirts & Divided Skirts pakaian jadi bukan rajutan. g. Jackets pakaian jadi bukan rajutan.

h. Womens/ Girls Overcoat, Car-coats, Capes. etc, Knitted/ Crocheted barang-barang rajutan.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Pengertian Ergonomi

Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergos (kerja) dan nomos

(hukum alam). Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain (Nurmianto, 1996). Perhatian ergonomi ditujukan pada kemampuan dan kesanggupan kerja tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya (Vaughan, 1980). Ergonomi terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti fisiologi, anatomi, biologi, psikologi, dan sosiologi. Terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi-disipliner.

Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multi-disipliner berhubungan dengan aspek manusia yang sedang bekerja. Perkembangan dan prakteknya bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang industri. Inputnya dapat berupa kondisi manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan manusia-mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila

commit to user

II-3

kesehatan dan keselamatan kerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan pekerja pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Ada beberapa aspek dari pendekatan ergonomi yang harus dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain :

1. Sikap dan Posisi Kerja

Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan.

2. Kondisi Lingkungan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis, warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising, panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja operator.

3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.

Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja.

commit to user

II-4

2.3.2 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal

Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.

1. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.

Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki.

2. Sikap Kerja Duduk

Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.

commit to user

II-5

Gambar 2.1 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk Sumber : Bridger RS, 1995

Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapat dikurangi dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak

1

/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi

lumbar yang menekuk.

3. Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bawah (low back pain ).

Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Sumber: Bridger RS, 1995

Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan.

commit to user

II-6

Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain).

Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar. 4. Pengangkatan Beban

Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion (Bernard dan Fine, 1997). Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1.

Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1 pecah.

Gambar 2.3 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah Sumber: Bridger RS, 1995

commit to user

II-7

Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat mengangkat beban adalah :

a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.

b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.

c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman.

d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring (bending and twist).

e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.

5. Membawa Beban

Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa. 6. Mendorong Beban

Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.

7. Menarik Beban

Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban akan mudah tergelincir dan

commit to user

II-8

melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak pendek.

2.4 Nordic Body Map (NBM)

Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.4, maka dpat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi.

Gambar 2.4 Nordic Body Map

Sumber : Corlett, 1992 2.5 Fisiologi Kerja

Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan.

Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat

commit to user

II-9

melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan denyut jantung dan

energyexpenditure (Sanders, 1993).

Tabel 2.1 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energyexpenditure

Energy Expenditure (kcal/min) Light Work < 0.5 <90 <2,5 Moderate Work 0.5 – 1.0 90-110 2,5-5,0 Heavy Work 1.0 – 1.5 110-130 5,0-7,5

Very Heavy Work 1.5 – 2.0 130-150 7,5-10,0

Extremely Heavy Work > 2.0 150-170 >10,0

Work Severity Heart Rate (beats/min) 2 VO Sumber: Sanders, 1993

Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan-lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.

Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energi expenditure adalah mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan penghitungan konsumsi energi (energi expenditure). Pengukuran seperti ini disebut pengukuran langsung. Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang.

Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan dapat digunakan sebagai indeks

commit to user

II-10 untuk mengetahui fisiologi kerja.

Pengukuran energi expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. 2.6 Konsumsi Energi (Energy Expenditure)

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.

Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Menurut Marks, Sanders (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:

Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10

-4

)X

2

dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et - Ej Dimana :

KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit) Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat.

2.7 Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost)

commit to user

II-11

kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:

E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt)

HR = Working Heart Rate (bpm)

HT = Height (inch)

A = Age (yrs)

RHR = Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt » 0.0143 kcal / min

Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan penggolongan jenis kelamin pria / wanita.

Gambar 2.5 Rest allowance

Sumber : Sanders dkk, 1993

2.8 Postur Kerja

Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

commit to user

II-12 a. Korset bahu

Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression.

Gambar 2.6 Jangkauan gerakan korset bahu

Sumber: Nurmianto, 2004

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh

(the median plane).

· Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).

· Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)

· Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah. b. Persendian bahu

Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension, abduction, adductio, rotation.

Gambar 2.7 Jangkauan persendian bahu Sumber: Nurmianto, 2004

commit to user

II-13

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

· Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. · Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara

keseluruhan. c. Persendian siku

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.

Gambar 2.8 Jangkauan gerakan persendian siku Sumber: Nurmianto, 2004

· Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. · Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

d. Persendian pergelangan tangan

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.

commit to user

II-14

Gambar 2.9 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

· Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar. 2.9 Rapid Entire Body Assesment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney, 2000).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang

commit to user

II-15

beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja.

Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.

Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. REBA tersebut digunakan untuk mengetahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.

Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Dokumen terkait