• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran atas pengujian dan analisis simulasi data yang dilakukan sebelumnya.

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless)

Jaringan nirkabel merupakan salah satu teknologi jaringan yang menggunakan udara sebagai perantara untuk berkomunikasi. Jaringan nirkabel menggunakan standart Institute of Electrical and Electronics Engineers 802.11 atau IEEE 802.11. IEEE merupakan organisasi yang mengatur standar mengenai teknologi nirkabel. Frekuensi kerja jaringan nirkabel adalah 2,4 GHz, 3,7 GHz dan 5GHz.

Topologi pada jarigan nirkabel ini dibagi menjadi dua yaknik topologi nirkabel dengan berbasis infrastruktur (access point) dan topologi nirkabel tanpa memanfaatkan infrastruktur.[1] Jaringan wireless infrastruktur kebanyakan digunakan untuk memperluas jaringan LAN atau untuk berbagai jaringan agar dapat terkoneksi ke Internet. Untuk membangun jaringan infrastruktur diperlukan sebuah perangkat yaitu wireless access point untuk menghubungkan client yang terhubung dan manajemen jaringan nirkabel. Jaringan nirkabel dengan mode Ad-hoc tidak membutuhkan perangkat tambahan seperti access point, yang dibutuhkan hanyalah wireless adapter pada setiap komputer yang ingin terhubung. Ad-hoc pada dasarnya adalah jaringan yang diperuntukkan untuk keperluan sementara.

2.1.1 Mobile Ad Hoc Network (MANET)

Mobile Ad hoc Network (MANET) merupakan sebuah jaringan nirkabel

yang terdiri dari beberapa node yang tidak memerlukan infrastruktur. Setiap node pada jaringan ini bersifat mobile. Setiap node dalam jaringan dapat berperan sebagai host dan router yang berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node yang lainnya.

MANET melakukan kominukasi secara peer to peer menggunakan

routing dengan cara multihop. Informasi yang akan dikirimkan disimpan

dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui node perantara. Ketika topologi mengalami perubahan karena node bergerak, maka perubahan topologi harus diketahui oleh setiap node. [2]

2.1.2. Karakteristik Ad Hoc

Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah:

a. Otonomi dan tanpa infrastruktur, MANET tidak bergantung kepada infrastruktur atau bersifat terpusat. Setiap node berkomunikasi secara distribusi peer-to-peer.

b. Topologi jaringan bersifat dinamis, artinya setiap node dapat bergerak bebas, (random mobility) dan tidak dapat diprediksi.

c. Scalability, artinya MANET bersifat tidak tetap atau jumlah node

berbeda di tiap daerah.

d. Sumberdaya yang terbatas, baterai yang dibawa oleh setiap mobile node mempunyai daya terbatas, kemampuan untuk memproses terbatas, yang pada akhirnya akan membatasi layanan dan aplikasi yang didukung oleh setiap node.

2.1.3 Aplikasi Jaringan Ad Hoc

Karakteristik jaringan ad hoc yang dinamis membuat jaringan ini dapat diaplikasikan di berbagai tempat. Selain itu tidak diperlukan adanya infratstruktur, membuat jaringan ini daat dibentuk dalam situasi apapun. Beberapa contoh aplikassi jaringan ad hoc adalah untuk operasi militer, keperluan komersial dan untuk membuat personal area network.[3].

Pada operasi militer, jaringan ad hoc digunakan untuk mempermudah akses informasi antar personil militer. Jaringan ini juga dapat digunakan pada situasi yang sifatnya darurat misalnya banjir atau gempa bumi, atau dapat juga digunkan untuk sebuah acara seperti konser musik. Untuk jarak yang pendek atau kurang dari 10 meter komunikasi secara ad hoc dapat terjalin pada berbagai macam perangkat seperti telepon seluler dan laptop.

2.2 Opportunistic Networks

Delay Tolerant Network, artinya jaringan komputer yang toleran atau

tidak mempermasalahkan waktu tunda. Pada jaringan dengan DTN, meskipun waktu tunda dalam jaringan cukup tinggi, jaringan DTN tetap dapat bekerja [4]. Konsep DTN pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Fall dalam makalah

ilmiahnya yang berjudul “A Delay-Tolerant Network Architecture for

DTN merupakan arsitektur yang cocok pada jaringan yang “menantang” (challenged). Maksud dari “menantang” disini adalah jaringan yang penuh dengan masalah, seperti delay yang lama, koneksi yang sering terputus dan tingkat error yang tinggi. Contoh jaringan yang menantang antara lain:

- Jaringan luar angkasa (Interplanetary Network), konsep jaringan yang memungkinkan akses Internet di luar angkasa.

- Military AdHoc Network. Pasukan militer sering kali ditempatkan di

daerah-daerah terpencil yang tidak berpenghuni dan tidak ada koneksi memadai. Misalkan di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, atau di pulau-pulau terluar Indonesia. Konsep DTN dapat digunakan untuk membangun jaringan komputer dalam keadaan seperti ini.

- Jaringan Sensor/Aktuator, contohnya pada penerapan Wireless Sensor

Network (WSN).

Dari beberapa contoh jaringan yang disebutkan di atas, alasan utama terciptanya konsep DTN adalah untuk komunikasi luar angkasa (Interplanetary Network). Oleh karena itu, pada perkembangan DTN saat ini, NASA (lembaga peneliti luar angkasa AS) selalu ikut berperan besar. Pada komunikasi luar angkasa, jelas tidak akan dapat dilakukan dengan protokol TCP/IP. Komunikasi luar angkasa memiliki karakter delay pengiriman yang lama (akibat jarak yang jauh) dan koneksi end-to-end yang tidak selalu ada (bahkan tidak pernah).

Misalkan pada pengiriman data dari stasiun bumi ke sebuah kendaraan luar angkasa (Hover) di Mars. Pengiriman data ini memerlukan beberapa satelit dan stasiun luar angkasa sebagai router. Koneksi end-to-end hampir mustahil dibangun sehingga pengiriman data dengan TCP/IP tidak mungkin dilakukan. Yang memungkinkan adalah mengirim data secara bertahap dari satu node ke node berikutnya, kemudian disimpan. Selanjutnya dapat diteruskan ke node berikutnya setelah ada koneksi.

Bagaimana DTN dapat bekerja pada jaringan yang penuh dengan hambatan seperti koneksi sering terputus dan tingkat delay yang tinggi? Jawabannya adalah pada penggunaan metode store and forward. Metode store

and forward berarti sebuah paket data saat melewati node-node perantara (ex.

router) akan disimpan terlebih dahulu sebelum diteruskan. Hal ini untuk mengantisipasi seandainya node berikutnya tidak dapat dijangkau (mati) atau ada kendala yang lain. Ilustrasi konsep store and forward ditunjukkan dalam Gambar 2.2

Gambar 2. 1 Metode Store and Forward

Pada Gambar 2.2 menunjukan proses pengiriman data dari node A dengan tujuan akhir node D. Saat melewati node B dan node C sebagai perantara, data disimpan terlebih dahulu sebelum dikirimkan apabila koneksi dengan node berikutnya telah siap. Metode store and forward memiliki konsekuensi yaitu setiap node harus memiliki media penyimpanan (storage).

Storage digunakan untuk menyimpan data apabila koneksi dengan node

berikutnya belum tersedia.

Dalam DTN, proses store and forward dilakukan pada sebuah layer tambahan yang disebut bundle layer, dan data yang tersimpan sementara disebut dengan bundle. Bundle layer adalah sebuah layer tambahan untuk memodifikasi paket data dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan DTN.

Bundle layer terletak langsung di bawah layer aplikasi. Dalam bundle layer,

data dari layer aplikasi akan dipecah-pecah menjadi bundle. Bundle inilah yang akan dikirim ke transport layer untuk diproses lebih lanjut. Letak bundle layer ditunjukkan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Letak Bundle Layer

Gambar 2.3 menunjukan penerapan DTN pada jaringan. Perlu diketahui bahwa DTN tidak hanya beroperasi di jaringan TCP/IP. Protokol-protokol pada layer di bawah bundle layer bisa protokol apa saja, tergantung kondisi jaringan. Oleh karena itu, salah satu fungsi DTN adalah dapat menjadi perantara jaringan yang berbeda protokol.

2.2.1 Karakteristik Jaringan Oportunistik

Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah: a. Pemutusan

Tidak ada koneksi antara jumlah node. b. Intermittent Connectivity

Jika tidak ada jalur end-to-end antara source dan destination maka komunikasi dengan menggunakan protokol TCP/IP tidak bisa dilakukan. c. Waktu Tunda Tinggi

Tunda (delay) didefinisikan sebagai end-to-end delay antara node. Delay tinggi terjadi karena jumlah pemutusan antara node.

d. Low Data Rate

Data Rate adalah tingkat yang menggambarkan jumlah pesan yang

disampaikan dibawah jangka waktu tertentu. Low Data Rate terjadi karena penundaan yang lama antara transmisi.

e. High Error Rate

Jika kesalahan bit terjadi pada link, maka data membutuhkan koreksi kesalahan untuk kemudian dikirim ulang keseluruhan paket yang dapat menyebabkan lalulintas jaringan semakin tinggi. Untuk mentransmisikan semua paket, dibutuhkan lalulintas jaringan yang lebih.

f. Sumber Daya yang Terbatas

Delay Tolerant Network (DTN) memiliki kendala pada sumber daya. Hal

ini membutuhkan desain protokol untuk mengefesienkan sumber daya. Dengan kata lain, penggunaan node harus mengkonsumsi sumber daya perangkat keras secara terbatas seperti CPU, memori (RAM) dan baterai. Misalnya, di WSNs, node dapat ditempatkan di lingkungan terbuka selama bertahun-tahun sebelum data dikumpulkan, dan karenanya membutuhkan node untuk mengelola penggunaan energi tiap node. Selain itu, protokol

routing yang baik akan mempengaruhi sumber dari beberapa node. Sebagai

contoh, node dapat memilih untuk mengalihkan beberapa bundel mereka untuk disimpan ke node lain untuk membebaskan memori atau untuk mengurangi biaya transmisi.

g. Long or Variable Delay

Setiap node memiliki buffer sendiri untuk pesan store, hal ini dapat menyebabkan pemutusan panjang antrian delay. Waktu delay yang panjang merupakan efek dari intermittent connectivity dan dapat menyebabkan waktu delay yang cukup panjang antara source dan destinantion.

2.3 Protokol Routing

Protokol routing merupakan aturan dalam routing protokol dalam proses pengiriman dan pertukaran data (berupa blok-blok data) dari sebuah node ke node yang lain dalam jaringan. Delay Tolerant Network adalah sekumpulan node yang bergerak (mobile node) yang didalamnya terdapat kemampuan untuk berkomunikasi secara wireless dan juga dapat mengakses jaringan. Perangkat tersebut dapat berkomunikasi dengan node yang lain selama masih berada dalam jangkauan perangkat radio. Node yang bersifat

sebagai penghubung digunakan untuk meneruskan paket dari source ke

destination.

Sebuah jaringan wireless akan mengorganisir dirinya sendiri dan beradaptasi dengan sekitarnya. Ini berarti jaringan tersebut dapat terbentuk tanpa sistem infrastruktur. Perangkat pada jaringan ini harus mampu mendeteksi keberadaan perangkat lain untuk melakukan komunikasi dan berbagi informasi.

Routing merupakan perpindahan informasi diseluruh jaringan dari node source ke node destination dengan minimal satu node berperan sebagai

perantara. Routing bekerja pada layer 3 (lapisan jaringan). Routing dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah protokol routing yang berfungsi untuk menentukan bagaimana node berkomunikasi dan membagikan informasi dengan node lainnya yang memungkinkan node source untuk memilih rute yang optimal ke node destination dalam sebuah jaringan komputer (fungsi utama dari routing pada DTN adalah mencari jalur dari node source ke node

destination). Protokol routing menyebarkan informasi pertama kali ke node

tetangganya, kemudian ke seluruh jaringan. Setelah mendapatkan routing informasi maka setiap node menyusun routing algoritma. Sedangkan algoritma routing berfungsi untuk menghitung secara matematis jalur yang optimal berdasarkan informasi routing yang dimiliki oleh semua node.

2.4 Protokol Routing RAPID 2.4.1 Model sistem

Model DTN sebagai satu set mobile node. Dua node mentransfer paket data satu sama lain ketika dalam satu radio. Selama transfer, pengirim membuat replikasi paket sementara dengan tetap mempertahankan salinan. Sebuah node dapat memberikan paket ke node tujuan secara langsung atau melalui node perantara, tetapi paket tidak terfragmentasi. Terdapat batasan penyimpanan dan transfer bandwidth yang tersedia untuk node. Node tujuan diasumsikan memiliki kapasitas yang cukup untuk menyimpan paket yang akan disampaikan. Pertemuan node diasumsikan berumur pendek

2.4.2 Desain RAPID

RAPID merupakan sebuah protokol routing DTN yang dimaksudkan dapat mengoptimalkan routing metrik tertentu seperti minimizing average

delay atau minimizing missed deadlines. Sehingga menjadi pembaharuan

untuk DTN routing yang menangani masalah alokasi sumber daya dengan menerjemahkan metrik routing menjadi per-paket utilitas yang menentukan bagaimana paket harus direplikasi didalam sistem. Sebuah paket yang diarahkan dengan melakukan replikasi sampai salinan mencapai tujuan. Pertanyaan kuncinya adalah diberikan bandwidth yang terbatas, bagaimana seharusnya paket direplikasi dalam jaringan sehingga dapat mengoptimalkan

routing metric tertentu. Pada kesempatan mentransfer, ia bereplikasi terhadap

paket yang secara lokal menghasilkan peningkatan di utilitas tertinggi.

Sebagai contoh routing metrik seperti meminimalkan average delay paket. Kesesuaian utilitas Ui dari paket i adalah negatif dari rata-rata delay paket i, yaitu waktu i telah dihabiskan, di dalam sistem dan tambahan delay yang diharapkan sebelum i sampai tujuan. Ui menunjukan peningkatan Ui dengan melakukan replikasi i dan si menurunkan ukuran dari i. Kemudian RAPID mereplikasi paket dengan nilai terbesar dari

terhadap paket yang

ada di dalam buffer, dengan kata lain paket ber-marjinal terbesar. [5]

Secara umum, Ui didefinisikan sebagai kontribusi yang diharapkan dari i untuk perutean metric yang diberikan. Sebagai contoh, metrik untuk meminimalkan average delay diukur dengan menjumlahkan paket delay. Dengan demikian, pengertian dari utilitas paket adalah delay yang diharapkan itu sendiri. Jadi, RAPID adalah lokal heuristik berdasarkan optimasi utilitas marjinal, yaitu, peningkatan yang diharapkan dalam utilitas per unit sumber daya yang digunakan secara lokal. [6]

Utilitas marjinal heuristik memiliki beberapa sifat yang diinginkan. Utilitas marjinal mereplikasi paket ke node rendah ketika (i) paket memiliki banyak replika, atau (ii) node adalah pilihan yang buruk sehubungan dengan metrik routing yang, atau (iii)sumber daya yang digunakan tidak memberikan manfaat. Sebagai contoh, jika node saling bertemu secara merata, maka paket i dengan 6 replika memiliki utilitas marjinal lebih rendah jika dibandingkan

dengan paket j yang hanya 2 replika. Di sisi lain, jika node tidak dapat memenuhi tujuan j dalam waktu yang lama, maka i dapat mengambil prioritas di atas j.

RAPID memiliki tiga komponen inti: algoritma selection, algoritma

inference, dan control channel. Algoritma selection digunakan untuk

menentukan paket-paket yang akan mereplikasi pada kesempatan transfer yang diberikan utilitas mereka. Algoritma inference digunakan untuk memperkirakan utilitas dari paket tertentu routing metric. control channel menyebarkan metadata yang diperlukan oleh algoritma inference.[6]

2.4.3 The selection algorithm

Protokol RAPID mengeksekusi ketika dua node berada dalam jangkauan radio dan saling menemukan. Protokol merupakan simetrik, tanpa hilangnya generality, dan mendeskripsikan bagaimana node X menentukan paket yang akan ditranfer pada node Y.(merujuk pada kotak algoritma RAPID)

RAPID juga mengadaptasi batasan storage untuk yang sedang transit data. Jika node kekurangan semua storage yang tersedia, paket dengan utilitas yang terendah akan dihapus terlebih dahulu sebagai kontribusi pada perfoma. Namun source tidak akan menghapus paketnya sebelum ia menerima ack untuk paket.[6]

2.4.4 Inference algorithm

Selanjutnya, menjelaskan mengenai bagaimana protocol routing RAPID dapat mendukung metrik tertentu menggunakan algoritma untuk menyimpulkan utilitas. Tabel 2 mendefinisikan variabel yang relevan.

Tabel 2.1 Daftar variabel yang umum digunakan

D (i) Rata-rata delay dari paket i = T(i) + A(i) T (i) Waktu sejak pesan i dibuat

a (i) Variabel acak menentukan sisa waktu untuk memberikan i

A (i) Rata-rata sisa waktu = E[a(i)]

2.4.4.1 Metrik 1: Meminimalkan Average Delay

Untuk meminimalkan average delay paket dalam jaringan, definisi dari utilitas paket dirumuskan sebagai berikut:

Ui = -D(i) (1)

Selama rata-rata delay paket merupakan kontribusi dari perfomance matrik. Dengan demikian, protokol berupaya untuk mereplikasi paket yang replikasinya mengurangi delay dengan semua paket yang ada di dalam buffer. 2.4.4.2 Metrik 2: Meminimalkan Missed Deadlines (batas waktu yang hilang)

Untuk meminimalkan jumlah paket yang kehilangan deadline, utilitas didefinisikan sebagai probabilitas paket yang akan disampaikan dalam:

(2)

Dimana L(i) merupakan masa hidup paket. Paket yang kehilangan deadline -nya tidak dapat meningkatkan performa dan diberikan nilai 0. Marginal utiliti adalah peningkatan probabilitas dari paket yang akan disampaikan adalah dalam jangka waktu, jadi protokol akan mereplikasi paket yang menghasilkan peningkatan tertinggi dari semua paket yang ada di dalam buffer.

2.4.4.3 Metrik 3: Minimalkan atau Menurunkan Maximum Delay

Untuk memperkecil maksimum delay dari paket dalam jaringan, didefinisikan Ui sebagai berikut;

(3)

Dimana S menunjukan sekumpulan paket dalam buffer X. Dengan demikian Ui negatif dari rata-rata delay jika i merupakan paket dengan delay maksimal dari semua paket yang dipegang atau dimiliki dari Y. Jadi replikasi berguna hanya untuk paket yang memiliki dengan delay maksimum. Untuk menghemat algoritma routing, RAPID mengkomputasi utilitas paket yang delay-nya maksimum, yaitu selama paket dengan maksimum delay dipertimbangkan untuk direplikasi, utilitas dari sisa paket dihitung ulang dengan rumus 3.

2.4.5 Control Channel

RAPID menggunakan control channel untuk bertukar acknowledgments atas paket yang disampaikan serta metadata tentang setiap paket dari pertukaran sebelumnya. Untuk setiap paket yang dihadapi i, RAPID menyimpan daftar node yang membawa replika dari i, dan untuk setiap replika diperkirakan waktu untuk pengiriman langsung. Metadata untuk paket yang tersampaikan akan dihapus ketika ack diterima.

Untuk efisiensi, node RAPID merawat waktu pertukaran metadata terakhir dengan node yang sedang berpasangan. Node hanya mengirim informasi tentang paket yang informasinya berubah sejak pertukaran terakhir, yang mengurangi ukuran dari pertukaran. Sebuah node RAPID mengirimkan informasi berikut saat terhubung dengan node lain:

 Rata-rata ukuran dari transfer

 Rata-rata waktu bertemu dengan beberapa node

 Daftar paket yang terkirim sejak pertukarn terakhir

Untuk semua paket dengan delivery delay yang sudah di update berdasar pada penggunaan buffer.

 Informasi tentang paket lain jika diubah sejak pertukaran terakhir dengan node lain.

Ketika menggunakan control channel, node hanya memiliki pandangan sistem yang tak sempurna. Informasi yang diperbanyak mungkin sudah usang karena disebabkan jumlah replika, perubahan dalam delivery delay atau jika paket yang dikirimkan tetapi tidak dinyatakan untuk disebarkan. Walaupun informasi yang diterima delay dan tidak akurat, mekasnisme pada RAPID

control channel dikombinasikan dengan algoritma replikasi berbasis utilitas,

Secara ringkas, protokol routing dapat dijelaskan seperti dibawah ini. Protokol RAPID (X, Y):

1. Initialization: Mendapatkan metadata dari Y tentang paket dalam buffer

dan metadata yang dikumpulkan Y setelah beberapa pertemuan sebelumnya.

2. Direct delivery: Memberikan paket yang ditentukan untuk Y diurutan

penurunan utilitas mereka.

3. Replication: Untuk setiap paket i dalam buffer simpul X

a. Jika i sudah dalam buffer Y (seperti yang ditentukan dari metadata), maka i diabaikan.

b. Memperkirakan utilitas marjinal, δUi, mereplikasi i ke Y. c. Mereplikasi paket dalam urutan penurunan

4. Termination: Transfer berakhir ketika keluar dari jangkauan radio.

2.4.6 Estimating Delivery Delay

Bagaimana RAPID mengestimasi average delay dengan rumus 1 dan 3, atau probabilitas delivery paket dalam batas waktu rumus 2? Rata-ra delivery

delay adalah waktu rata-rata minimal sampai beberapa node dengan replika

paket menyampaikan paket tersebut; jadi node butuh pengetahuan node yang mana telah memiliki replika paket dan rata-rata kapan mereka bertemu dengan tujuan.

Untuk mengestimasi average delay dengan diasumsikan bahwa paket disampaikan secara langsung ke tujuan dengan mengabaikan replikasi. Estimasi tersebut tidak sepele bahkan dengan akurat gambaran bagian sistem global yang akurat. Untuk meringankan eksposisi, kita mengenalkan algoritma estimasi dari RAPID dengan seseolah tahudari bagian keseluruhan sistem, dan kemudian mengenalkan implementasi praktis terdistribusi.

2.4.6.1 Algorithm Estimate Delay

Cara kerja algoritma estimasi delay sebagai berikut. Tiap node X mempertahankan antrian terpisah paket Q yang diperuntukkan untuk tiap node Z diurutkan dalam urutan menurun dari T(i) atau waktu sejak dibuat urutan di mana mereka akan disampaikan secara langsung(dalam langkah 2 protokol

RAPID). Langkah kedua dalam estimasi delay menghitung distribusi keterlambatan untuk pengiriman paket oleh X, seakan X adalah satu-satunya node yang membawa replika i. Langkah 3 menghitung minimum di semua replika sesuai distribusi delay, sebagai sisa waktu (i) adalah waktu sampai beberap node menemui Z.

Estimasi delay membuat asumsi idependen lebih sederhana yang pada umumnya tidak dimiliki. berdasar gambar 2.3, contoh menunjukkan posisi replika paket dalam antrian node yang berbeda; paket dengan letter yang sama dan indeks berbeda adalah replika. Semua paket yang memiliki tujuan ke Z dan setiap antrian diurutkan secara T(i). Menganggap bahwa ukuran dari setiap kesempatan transfer adalah satu paket.

Paket b dapat dikirimkan dalam dua cara: (i) jika W bertemu Z, atau (ii) salah satu X dan Y bertemu Z dan kemudian salah satu X dan Y bertemu Z lagi. Dependensi delay ini dapat diilustrasikan menggunakan grafik dependensi seperti yang dilustrasikan pada gambar 2.4. vertex menyesesuaikan ke replika paket. Tepian dari saah satu node menunjukkan suatu dependensi antara delay dari paket yang bersangkutan atau sesuai. Ingat bahwa MXY adalah variabel acak yang mewakili waktu pertemuan antara X dan Y.

Estimasi delay mengabaikan semua dependensi non vertikal sebagai contoh, mengestimasikan distribusikan waktu pengiriman dari b sebagai berikut:

min(MWZ,MXZ +MXZ, MYZ +MYZ)

Sedangkan distribusi sebenarnya

min(MWZ, min(MXZ,MYZ) + min(MXZ,MYZ))

Meskipun, secara umum, asumsi independen mengembangkan estimasi delay, ia membuat implementasi bahwa: (i) simple –mengkomputasi estimasi yang akurat terutama ketika transfer tidak berukuran unit; dan (ii) didistribusikan- dalam praktik, RAPID tidak memiliki pandangan global, tetapi rata-rata delay dapat diimplementasikan dengan menggunakan control channel yang kecil.

Gambar 2.3 Paket yang ditujukan ke buffer Z untuk node yang berbeda

Algoritma Estimate Delay(X, Q,Z):

Node X dengan satu set paket Q ke tujuan Z memperkirakan waktu, A (i), sampai paket i Q dikirim ke Z sebagai berikut:

1. Pengurutan paket di Q dalam urutan penurunan T (i). Dimana b (i) menjadi jumlah ukuran paket yang mendahului, dan B rata-rata peluang transfer dalam byte antara X dan Z (lihat Gambar 1).

Gambar 2.5 Posisi paket i dalam antrian paket diperuntukkan untuk Z. 2. X dengan sendirinya membutuhkan d(i)/B Jadilah pertemuan dengan Z

untuk memberikan i. Menghitung variabel acak MX (i) untuk yang sesuai delay sebagai berikut:

MX(i) = MXZ +MXZ + . . . d(i)/B waktu (4)

3. X1,. . . , Xk X adalah himpunan node memiliki replika i. Estimasi sisa

waktu (i) sebagai berikut:

a(i) = min(MX1 (i), . . . ,MXk (i)) (5) 4. Rata-rata delay D(i) = T(i) + E[a(i)]

Dokumen terkait