• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

1. Dari penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh 4 jenis habitus tumbuhan bawah yakni, habitus herba, perdu, rumput dan paku-pakuan dengan 13 jenis famili yakni Gramineae, Asteraceae, Rubiaceae, Convolvulaceae, Malvaceae, Solanaceae, Athyriaceae, Fabaceae, Poaceae, Amaranthaceae, Cucurbitaceae, Araceae, Polygalaceae.

2. Dua jenis tumbuhan bawah yang memiliki nilai INP tertinggi, yakni Paspalum congjugatum (INP : 69,271) dan Micania micrantha (INP: 33,485).

3. Lima jenis tumbuhan bawah yang potensial sebagai bahan rekomendasi reklamasi lahan yakni, Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili dan Ageratum conyzoides.

B. Saran

Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengukur kemampuan kelima jenis tumbuhan bawah Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili dan Ageratum conyzoides untuk memperbaiki lahan bekas penambangan emas.

tumbuhan bawah yang dapat bertahan dengan kondisi tanah beracun, yaitu Cyperus kyllinga, Fimbrystilis miliaceae, Paspalum conjugatum, Davallia denticulata, Nephrolepis exaltata, Melatomata malabatricum, Hyptis capitata, Cassia tora, Ageratum conyzoides. Ludwigia octovalvis, Solanum torvum, Amaranthus spinosus. sementara

Penelitian Quni’ah (2013) di kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Menyimpulkan, bahwa terdapat 16 spesies tumbuhan bawah yang bersifat hipertoleran yaitu Leersia hexandra S. Paspalum conjugatum, Phaseolus calcaratus, Chromolaena odorata, Colocasia esculenta L. Vetiveria sp, Fimbristylis miliaceae, Panicum repens L. Stachytarpheta jamaincensis V. Cassia tora L. Eleusine indica, Hyptis capitata J. Sida rhombifolia L. Ludwigia abyssinica, Phyllanthus niruri dan Asclepias incarnata.

Kedua penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa ada banyak jenis tumbuhan bawah yang dapat hidup di tanah yang tercemar oleh limbah tambang khususnya limbah dari pertambangan emas.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi endapan emas terdapat hampir di setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Inswiasri dan Martono, 2007). Salah satu pemanfaatan potensi endapan emas tersebut terdapat di Pulau Sumatera pada kawasan hutan di daerah kabupaten Mandailing Natal. Pemanfaatan emas dalam skala besar dilakukan oleh perusahaan dan dalam skala kecil oleh masyarakat. Masyarakat melakukan penambangan secara tradisonal menggunakan alat yang disebut galundung. Galundung merupakan wadah untuk memisahkan antara batuan (yang sudah dihaluskan) dari emas dengan menggunakan merkuri (Hg).

Kegiatan penambangan tersebut berdampak negatif terhadap tanah dan tumbuhan. Secara fisik, tanah akan rusak struktur, tekstur, porositas dan kerapatannya, buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) secara biologi, akan buruknya kehidupan mikroba tanah yang potensial akibat ketiadaan serasah (Delvian, 2004). Limbah tambang (tailing) yang dibuang dipermukaan tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena tailing memiliki sifat porositas yang tinggi sehingga kapasitas untuk memegang air (holding capacity) rendah, struktur tidak stabil, sangat miskin bahan organik, miskinnya unsur hara mikro dan makro bahkan, tidak adanya aktivitas mikroba sama sekali (Purwantari, 2007) ditambah limbah tambang tersebut mengandung Merkuri (Siregar, 2013). Merkuri (Hg) merupakan logam berat yang beracun bagi tanaman.

Secara tidak langsung kondisi tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Delvian (2004) mengatakan bahwa, buruknya sistem tata air dan aerasi akan menyebabkan akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorbsi unsur hara akan terganggu.

Dengan keadaan tanah dan limbah dari pertambangan tersebut, tumbuhan akan sulit untuk dapat bertahan hidup. Tumbuhan yang dapat bertahan hidup haruslah tumbuhan yang memiliki sifat hipertoleran (toleransi hidup yang tinggi) dan tumbuhan yang memiliki kemampuan dapat menyerap dan mengakumulasi logam berat (hiperakumulator). Kedua sifat yang dibutuhkan untuk dapat hidup di daerah penambangan tersebut terdapat pada jenis tumbuhan bawah. Juhaeti dkk (2005) mengatakan, seiring bertambahnya waktu, di tempat penimbunan tailing PT. Aneka tambang (antam), Pongkor, Bogor, tumbuh berbagai jenis tumbuhan rumput dan gulma berdaun lebar, yang dalam hal ini adalah tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan bawah.

Sebagai awal dari kegiatan reklamasi lahan perlu diketahui jenis tumbuhan bawah lokal yang dapat bertahan hidup di daerah sekitaran pertambangan emas, yang nantinya akan direkomendasikan menjadi tumbuhan pionir pada saat melakukan reklamasi. Pemilihan tumbuhan bawah lokal dimaksudkan agar tumbuhan dapat beradaptasi dengan kondisi tanah pada daerah pertambangan. Pada lahan bekas tambang emas rakyat di Mandailing Natal belum diketahui jenis tumbuhan bawah yang dapat hidup. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian guna mendapatkan data jenis tumbuhan bawah yang hidup pada lahan bekas tambang di Mandailing Natal.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah yang ada pada areal tambang emas mas rakyat.

Kegunaan penelitian

Memberikan informasi mengenai jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat pada tambang emas rakyat dan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan reklamasi lahan bekas tambang.

ABSTRACT

JESKIEL SIPAYUNG: Vegatation Analysis of Ground Cover on Field Area of ex Civillian Gold Mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Supervised by DELVIAN and KANSIH SRI HARTINI.

The activity of mining has negative effects to the soil both physical, chemical, anda biological. In Physically the structure of the soil, its texture, and porosity will be broken. Mine waste (Tailing) will influence plant growing because tailing contain mercury (Hg), lack of micro and macro nutrition and lack of organic substances. With these condition, it is a need to do a reclamation activity to improve the field. As a starting point on reclamation, it is a need to be known what locally ground cover which can live in a mining field will be recommended to be planted. This research purposing on knowing what the type of ground cover vegetation which exist on field area of ex civillian gold mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Vegetation data collection done in 20 m x 20 m plot purposively arranged, then the K (density), KR (relative density), F (frequency), FR(relative frequency), and INP (index of important value) will be analyzed. Result of the research showing that there are 23 type of ground cover vegetation; Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. From those 23 type, there are 5 ground cover potential as pioneer plant based on the highest INP; Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). In comparison with the analysis of the soil on commercial mining (Coorporate), the soil from ex civillian gold mining in Naga Juang village still in good type condition.

ABSTRAK

JESKIEL SIPAYUNG : Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Areal Lahan Bekas Tambang Emas Rakyat di Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Di bawah bimbingan DELVIAN dan KANSIH SRI HARTINI.

Kegiatan penambangan emas berdampak negatif terhadap tanah baik secara fisik, kimia maupun secara biologi. Secara fisik Tanah akan rusak struktur, tekstur dan porositasnya. Limbah tambang (tailing) akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena tailing mengandung merkuri (Hg), miskin unsur hara mikro dan makro serta miskin bahan organik. Dengan kondisi tersebut perlu diadakan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki lahan tersebut. Sebagai awal reklamasi perlu diketahui tumbuhan bawah lokal yang dapat hidup di daerah penambangan sebagai tumbuhan pionir yang akan direkomendasikan untuk ditanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis vegetasi tumbuhan bawah yang ada pada areal lahan bekas tambang emas rakyat di Desa Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dalam plot 20 m x 20 m yang di letakkan secara purposive, kemudian dianalisis K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR (frekuensi relatif) dan INP (indeks nilai penting). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 23 jenis vegetasi tumbuhan bawah yaitu Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. Dari 23 tumbuhan bawah tersebut direkomendasikan 5 tumbuhan bawah potensial yang digunakan sebagai tumbuhan pionir menurut INP tertinggi yakni. Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). Bila dibandingkan dengan analisis tanah pada tambang komersial (perusahaan) tanah bekas tambang emas rakyat di Kecamatan Naga Juang masih tergolong baik.

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN BAWAH PADA AREAL LAHAN BEKAS

Dokumen terkait