LAMPIRAN
Lampiran 1.Data jumlah individu per petak pengamatan
No Nama Jenis Petak
11 Calopogonium mucunoides 27 800
12 Diplazium esculentum 11 6 148
13 Borreria sp 105 7
14 Centrosema pubescens 17 11
15 Adropagu aciculatus 295
16 Borreria laevis 246
17 Amaranthus sp. 185
18 Cucumis sp 38
19 Colocasia escutenta 33
20 Chrysopogon sp 32
21 Physalis anguleta 8
22 Urena lobata 3
23 Polygala paniculata 1
Lampiran 2. Data jumlah jenis perpetak pengamatan
11 Calopogonium mucunoides √ √
12 Diplazium esculentum √ √ √
13 Borreria sp √ √
14 Centrosema pubescens √ √
DAFTAR PUSTAKA
Adriadi, A. 2012. Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elais quineensis Jacq) di Kilangan, Muaro Bulian, Batang Hari. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 1(2):108-115.
Aththorick,T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian. 17 (5) : 42-48.
Binibis, L. 2013. Inventarisasi Tumbuhan Bawah di Kawasan Penambangan Emas Desa Juria Kecamatan bilato Kabupaten Gorontalo. [skripsi]. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Butarbutar, J.F. 2013. Keragaman dan Potensi Mikroba Pelarut Fosfat pada Hutan Mangrove di Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang [skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Delvian. 2004. Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dalam Reklamasi Lahan Kritis Pasca tambang. USU Repository. Medan.
Exploitasi Sumberdaya Mineral di Indonesia diatur dengan Undang-undang nomor 4 tahun 2009, tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara.
Fachrul, M.F.2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Fahmi., T.S.Haryani., Ismanto. 2012. Inventarisasi Famili Asteraceae di Kebun Raya Bogor. Fakultas MIPA. Universitas Pakuan. Bogor.
Faisal, R. 2011. Inventarisasi Gulma pada Tegakan Tanman Muda Eukalyptus spp. [Skripsi]. Prodi Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fathiah, N. 2010. Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Media Tanah bekas Tambang Emas (Tailing) [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.A. Diha., G.B. Hong., H.H.Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Hilwan,I.,D.Mulyana.,W,G. Pananjung. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (sammanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 04 Hal. 6 – 10.
Hutasuhut, M.A. 2011. Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak I.[Tesis]. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi aksara. Jakarta.
Inswiasri dan H. Martono. 2007. Pencemaran di Wilayah Tambang Emas. Media Litbang Kesehatan. Volume XVII Nomor 3.
Juhaeti, T., F. Syarif & N. Hidayati. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial untuk Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Biodiversitas Vol. 6 No. 1. pp: 31-33.
Kinton, N. 2013. Inventarisasi Tumbuhan Bawah di Kawasan Penambangan Emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara [skripsi]. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA.Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Kumarso, A., F.Azwar. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal penelitian hutan tanaman vol. 10 No 2.
Mansur, I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Seameo Biotrop. Bogor.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat penelitian dan Pengembangan perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Medan.
Nainggolan, O. R.A. 2013. Komposisi dan Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Lokasi Kegiatan RHL di Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor [skripsi]. Fakutas Kehutanan. Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Purwantari, N.D. 2007. Reklamasi Area Tailing di Pertambangan Dengan Tanaman Pakan Ternak; Mungkinkah?.Wartazoa Vol. 17 No. 3
Rahmaway.2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi. USU Digital Library. Medan.
Rahmadani, D.P. 2011. Komposisi dan Keanekaragaman Herba pada Beberapa Tegakan Hutan sekunder di Kawasan Ekosistem Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Riogilang, H. dan H. Masloman. 2009. Pemanfaatan Limbah Tambang Untuk Bahan Konstruksi Bangunan. EKOTON Vol. 9 No.1: 69-73.
Ruslan, M. 1986. Studi Perkembangan Suksesi Pada Hutan Alam Sekunder di Daerah Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin Kalimantan Selatan. Direktorat Jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan dan kebudayaan.
Siregar, N.R. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri (Hg) pada Air Sumur Penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailng Natal[Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Soerianegara, I. dan A.Indrawan. 1976. Ekologi Hutan Indonesia. Lembaga kerjasama Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. 83 Halaman.
Steenis, Van. 2005. Flora. PT Pradnya Paramita: Jakarta.
Suin, M.N. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.
Tampenawas, R.J dkk. 2013. Optimalisasi Konsentrasi Tailing Sebagai Substitusi Parsial Semen Terhadap Kuat Tekan Beton Beragregat Halus Pecahan Kaca dan Pasir. Jurnal sipil statik Vol.1 No.2 :70-76.
Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo., J. Witroatmodjo. 1983. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Utomo, B. 2013. Panduan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015. Pengambilan
sampel tanah dan data tumbuhan bawah dilakukan di lahan bekas tambang emas
rakyat, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Analisis data dilakukan di
Laboratorium Ekologi Hutan Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP-Sumut).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, tali rafia, plastik
sample ukuran 1 kg, kayu patok, kertas label, spesimen tumbuhan bawah yang
terdapat di areal pertambangan emas rakyat dan buku identifikasi. Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kamera, GPS, tally sheet, alat tulis menulis,
spidol white board , cangkul, meteran.
Prosedur Penelitian 1.Pembuatan Petak
Pembuatan Petak contoh dilakukan dengan menggunakan tali rafia
berbentuk persegi dengan ukuran 20 x 20 m. Sesuai dengan petak pengambilan
sampel tanah yang digunakan berdasarakan metode ICRAF
(Ervayenri dkk, 1999 dalam Butarbutar, 2013). Sebanyak 8 (delapan) petak
contoh yang ditempatkan secara purposive (mewakili) di daerah bekas
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tumbuhan bawah
dan data sifat kimia tanah. Pada data tumbuhan bawah parameter yang diamati
adalah jenis atau spesies tumbuhan bawah dan jumlahnya didalam masing-masing
petak ( 20 x 20 m). Metode menghitung jumlah spesies dalam petak ini disebut
metode count atau list count quadrat .
Untuk kimia tanah, pengambilan data dilakukan dengan analisis
laboratorium melalui pengambilan contoh tanah. Pengambilan sampel atau contoh
tanah dilakukan di 8 petak contoh yang telah tentukan, dimana perpetak
contohnya akan di ambil sampel tanah secara diagonal, dari 6 titik didalam petak
pada kedalaman 0-20 cm. Berat tanah yang di ambil sekitar 500 g /titik. Sifat
kimia tanah yang dianalisis adalah pH tanah, C-organik, KTK dan P tersedia
tanah.
3. Analisis Data
Data tumbuhan bawah yang telah didapat kemudian dianalisis, dengan
analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Parameter yang digunakan
dalam analis kuantitatif adalah.
a. Kerapatan (K)
Kerapatan K = Jumlah Individu suatu jenis Luas Petak Contoh
Kerapatan Relatif KR =K Total Seluruh Jenis X K suatu jenis %
b. Frekuensi (F)
Frekuensi F =Jumlah Petak ditemukan Suatu JenisJumla Seluruh Petak
Frekuensi Relatif FR = Frekuensi Suatu Jenis
c. Indeks nilai penting
Indeks nilai penting = KR (%) + FR (%) Persamaan menurut Indriyanto (2006).
Setelah didapat data jenis-jenis tumbuhan bawah yang hidup daerah bekas
tambang. Jenis-jenis tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yakni dengan
mendeskripsikan ciri morfologi dari spesies tumbuhan bawah yang hidup di
kawasan penambangan serta diuraikan hirarki taksonominya berdasarkan kunci
determinasi dan klasifikasi dengan menggunakan buku Flora (Steenis, 2005).
Metode Pengenalan Jenis
Pengenalan jenis dilakukan saat menganalisis tumbuhan bawah pada petak
pengamatan di lapangan. Tumbuhan bawah yang sudah diketahui jenisnya
langsung dicatat dan dihitung jumlahnya. Tumbuhan bawah yang belum diketahui
jenisnya, diberi tanda berupa simbol huruf dengan menggunakan kertas label pada
daun tanaman lalu di dokumentasikan. Foto hasil dokumentasi nantinya akan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Naga Juang merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Gambar 1.Lokasi penelitian Kec Naga Juang kabupaten Mandailing Natal sumber : Website Madina.go.id.htm
Lokasi penambangan emas rakyat berada di Bukit Sihayo, pada Desa
Humbang di dalam Kecamatan Naga Juang. Tanah di Bukit ini mengandung
mineral emas yang tinggi. Bukit Sihayo dulunya adalah hutan, yang kemudian
dibuka oleh masyarakat pendatang untuk diusahakan dan ditanami tanaman
perkebunan, karet dan kakao. Kemudian diketahui bahwa tanah pada bukit
tersebut mengandung emas dari pihak PT. Sorikmasmining yang melakukan
aktivitas pra penambangan di bukit tersebut seperti, inventarisasi kandungan
emas, mengebor tanah sebagai penanda dan sebagai titik lokasi dimana terdapat
Pengetahuan adanya kandungan emas pada bukit Sihayo menarik
masyarakat untuk melakukan penambangan, karena didorong oleh keadaan
ekonomi masyarakat di sekitar desa tersebut yang rendah. Aktivitas penambangan
masyarakat di bukit Sihayo berlangsung pertama kali pada tahun 2010. Pada tahun
2013 berhenti kemudian pada tahun 2015 dibuka kembali secara berlahan. Jadi
dapat dikatakan tambang tersebut sudah ditinggalkan selama 2 tahun lalu mulai
dibuka lagi oleh masyarakat. Luas areal bekas tambang diperkirakan 7 Ha
(Pengamatan) dengan kemiringan bervariasi dari sedang hingga curam.
Aktivitas penambangan di bukit tersebut dilakukan masyarakat dengan
cara menggali tanah membentuk lubang atau sumur, di dalam lubang tersebut
masyarakat memperoleh batuan yang mengandung emas. Batuan yang
mengandung emas kemudian dipisahkan dari batuan yang tidak mengandung
emas. Batuan yang mengandung emas tersebut kemudian dibawa ke kaki bukit
dengan menggunakan karung. Batuan yang tidak mengandung emas tetap
ditinggalkan di bukit di lokasi penambangan.
Bila diamati, aktivitas penambangan yang dilakukan berakibat negatif
terhadap vegetasi, sifat fisik, biologi, dan sifat kimia tanah pada lahan tersebut.
Hilangnya vegetasi berakibat hilangnya sumber bahan organik bagi tanah
(Delvian, 2004). Pada sifat fisik tanah, tanah menjadi semakin padat dan
bercampur bebatuan. Akibatnya air sulit meresap kedalam tanah dan run off
(aliran air permukaan) meningkat. Tercampurnya tanah dengan batu juga dapat
mengurangi liat / misel pada tanah sehingga berakibat terhadap perubahana sifat
2. Data Jenis, Habitus Dan Famili Tumbuhan Bawah
Dari penelitian analisis vegetasi yang sudah dilakukan, diperoleh jumlah
jenis, habitus dan famili tumbuhan bawah pada areal bekas tambang emas rakyat
di Kecamatan Naga Juang. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data jumlah jenis, habitus, dan famili tumbuhan bawah
No Nama Jenis Habitus Famili
1 Paspalum conjugatum Rumput Gramineae
2 Micania micrantha Herba (menjalar) Asteraceae
3 Acmella uliginosa Herba Asteraceae
4 Paspalum commersorili Rumput Gramineae
5 Ageratum conyzoides Herba Asteraceae
6 Crassocephalum crepidioides Herba Asteraceae
7 Bidens sp Herba Asteraceae
8 Sida rhombifolia Perdu Malvaceae
9 Solanum torvumn Perdu Solanaceae
10 Ipomea hederacea Herba (menjalar) Convolvulaceae 11 Diplazium esculentum Paku-pakuan Athyriaceae 12 Calopogonium mucunoides Herba (menjalar) Fabaceae
13 Borreria sp Herba Rubiaceae
14 Centrosema pubescens Herba (menjalar) Fabaceae
15 Adropagu aciculatus Rumput Poaceae
16 Borreria laevis Herba Rubiaceae
17 Amaranthus sp Herba Amarantaceae
18 Cucumis sp Herba (menjalar) Cucurbitaceae
19 Colocasia esculenta Herba Araceae
20 Chrysopogon sp Rumput Poaceae
21 Physalis anguleta Herba Polygalaceae
22 Urena lobata Perdu Malvaceae
23 Polygala paniculata Herba Polygalaceae
Berdasarkan tabel 1 jumlah jenis tumbuhan bawah yang berhasil diperoleh
sebanyak 23 jenis tumbuhan, yang berasal dari empat habitus dan tiga belas
famili. Empat habitus yang ditemukan adalah habitus rumput, herba,
paku-pakuan dan perdu. Tiga belas famili yang ditemukan adalah famili Gramineae,
Asteraceae, Rubiaceae, Convolvulaceae, Malvaceae, Solanaceae, Athyriaceae,
Setiap habitus tumbuhan bawah ditemukan jumlah yang berbeda-beda.
Habitus yang terbanyak adalah habitus herba, berjumlah 15 jenis tumbuhan
bawah, yaitu Micania micrantha, Acmella uliginosa, Ageratum conyzoides,
Crassocephalum crepidioides, Ipomea hederacea, Bidens sp, Calopogonium
mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Borreria laevis, Amaranthus sp,
Cucumis sp, Colocasia esculenta, Physalis anguleta dan Polygala paniculata.
Habitus selanjutnya adalah rumput dengan jumlah empat jenis tumbuhan bawah
yaitu, Paspalum conjugatum, Paspalum commersorili, Adropagu aciculatus,
Chrysopogon sp
Urutan yang ke tiga di tempati yang berhabitus perdu berjumlah tiga jenis
tumbuhan bawah, yaitu Sida rhombifolia, Solanum torvum, Urena lobata. Habitus
yang paling sedikit ditemukan adalah habitus paku-pakuan dengan jenis tumbuhan
Diplazium esculentum.
Mendominasinya tumbuhan bawah yang berhabitus herba pada lahan
bekas pertambangan emas rakyat di Kecamatan Naga Juang diduga karena, lahan
bekas pertambangan emas tersebut sedang dalam proses suksesi di tahap awal.
Pada umumnya proses perubahan tutupan lahan dari yang tidak ada vegetasi
menjadi ada vegetasi pada tahap awalnya diawali dengan tumbuhnya jenis-jenis
tumbuhan kecil sebagai pionir yang berhabitus herba kemudian berkembang.
Perkembangan yang terjadi akan mengubah suatu habitat hingga tumbuhan dari
habitus lain dapat hidup. Sesuai dengan pernyataan Anwar dkk (1987) dalam
Hutasuhut (2011) yang mengatakan hutan yang baru mengalami suksesi ditandai
dengan banyaknya tumbuhan-tumbuhan pionir dan tumbuh-tumbuhan kecil
Penyebab lain mendominasinya habitus herba pada lahan bekas tambang
dapat dilihat dari segi alat perkembangbiakan tumbuhan habitus tersebut. Alat
perkembangbiakan tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
perkembangbiakan vegetatif atau a-seksual, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang
dapat menjadi individu baru tanpa ada peristiwa perkawinan (peleburan sel
kelamin jantan dan betina) dan perkembangbiakan generatif atau seksual yaitu
perkembangbiakan yang didahului oleh peristiwa perkawinan
( Tjitrosoepomo, 2001).
Pada habitus herba perkembangbiakan tumbuhan tidak hanya terjadi
secara generatif seperti biji, namun juga secara vegetatif. Secara vegetatif bagian
tubuh tumbuhan yang dapat menjadi individu baru lebih banyak bila dibandingkan
dengan bagian tubuh tumbuhan secara generatif. Soemarwoto dkk ( 1992) dalam
Hutasuhut (2011) mengatakan tumbuhan herba dapat berkembang biak dengan
potongan dari batang tanaman, dari umbi, rhizome, stolon bahkan dari daun
tumbuhan tersebut. Banyaknya bagian tubuh dari habitus herba yang dapat
dijadikan alat perkembang biakan memungkinkan dominansinya dalam suatu
wilayah.
Pada tumbuhan bawah yang ditemukan pada areal bekas tambang yang
termasuk ke dalam habitus herba pada lahan tersebut, terdapat tumbuhan yang
berkembang biak secara generatif seperti Acmella uliginosa, Crassocephalum
crepidioides, Bidens sp, Borreria laevis, Borreria sp. Ada juga yang berkembang
biak secara vegetatif seperti Colocasia esculenta dan Ipomea hederaceae.
generatif maupun vegetatif dalam satu tumbuhan seperti Micania micrantha,
Ageratum conyzoides, Calopogonium mucunoides, Centrosema pubecens.
Gambar 2. Herba Acmella uliginosa Gambar 3. Herba Bidens sp
Pada gambar 2 dan 3 terlihat tumbuhan bawah Acmella uliginosa dan
Bidens sp yang termasuk habitus herba. Ciri dari tumbuhan herba ini, memiliki
batang yang basah karena banyak mengandung air, lunak tidak berkayu dan
ukurannya lebih kecil dibandingkan habitat semak atau pohon (Nadakavukaren
dan McCraken, 1985 dalam Rahmadani, 2011).
Pada kelompok famili, jumlah tumbuhan bawah yang ditemukan juga
bervariasi. Famili dengan jumlah tumbuhan bawah terbanyak adalah famili
Asteraceae berjumlah lima jenis tumbuhan. Jumlah terbanyak kedua terdapat
pada famili Rubiaceae dengan jumlah tiga jenis tumbuhan. Terbanyak ketiga
dengan jumlah dua jenis tumbuhan adalah famili Gramineae, Malvaceae,
Fabaceae, Poaceae dan Polygalaceae. Sedangkan famili dengan jumlah tumbuhan
bawah yang paling sedikit ditemukan, dengan jumlah tumbuhan yang di temukan
hanya satu tumbuhan bawah adalah famili, Convolvulaceae, Solanaceae,
Athyriaceae, Cucurbitaceae, Amarantaceae dan Araceae.
Banyaknya jumlah tumbuhan bawah pada famili Asteraceae diduga karena
pada umumnya memiliki organ perkembangbiakan generatif yang ringan. Karena
ringan biji dari suku ini dapat dengan mudah tersebar oleh angin. Sesuai dengan
pernyataan Faisal (2011) yang mengatakan anggota famili Asteraceae merupakan
tumbuhan yang sederhana yang memiliki alat perkembangbiakan yang ringan
sehingga mudah terpencar serta hidup pada berbagai habitat.
Menurut Lawrence (1965) dalam Fahmi dkk (2012) menyebutkan bahwa
Asteraceae merupakan famili yang memiliki anggota spesies terbesar kedua dalam
kingdom Plantae. Banyaknya anggota famili Asteraceae dalam kingdom Plantae
memungkinkan akan banyak ditemukan spesies ini di suatu ekosistem, bahkan
tidak menutup kemungkinan, di lahan bekas penambangan emas spesies dari
famili ini juga dapat hadir.
Gambar 4. Ageratum conyzoides Gambar 5. Crassocephalum crepidioides
Pada gambar 4 dan 5 terlihat bunga tumbuhan bawah dari famili
Asteraceae yakni jenis Ageratum conyzoides berwarna putih dan bunga
Crassocephalum crepidioides yang berwarna merah. Bunga ini dalam prosesnya
akan membentuk buah, dimana di dalam buah tersebut terdapat biji-biji kecil yang
3. Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, di lahan bekas tambang emas
rakyat, diperoleh nilai K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR
(frekuensi relatif), dan INP (indeks nilai penting). Nilai tersebut dapat dilihat pada
tabel 2.
Dengan jumlah individu/m2, jumlah KR (%), FR(%) dan INP terbesar yakni
Paspalum conjugatum dan Micania micrantha. Tingginya nilai INP dari kedua
jenis tersebut didukung oleh nilai KR (%) dan FR (%) tumbuhan tersebut yang
tinggi.
Tingginya INP (indeks nilai penting) suatu individu menunjukkan bahwa
individu tersebut tersebar secara merata di daerah bekas tambang emas rakyat,
dan tumbuhan tersebut memiliki daya toleransi atau hidup yang tinggi serta
lingkungan yang mendukung pertumbuhan dari tumbuhan tersebut. Seperti
cahaya, ketinggian tempat, suhu dan kelembaban (Sofyan, 1991 dalam
Hutasuhut, 2011).
Pada petak pengambilan data tumbuhan bawah, didapati tutupan atau
naungan hanya ada pada petak ke-2 dari ke-8 petak yang diteliti. Hal ini
menunjukkan dari segi persaingan faktor lingkungan seperti cahaya tumbuhan
bawah di areal tersebut tidak mengalami gangguan dan persaingan yang tinggi.
Karena pada umumnya tumbuhan membutuhkan cahaya untuk proses hidup.
Cahaya yang diterima akan berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya
pertumbuhan tanaman, karena cahaya merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam proses fotosintesis. Hal ini sependapat dengan Barus (2003) dalam Faisal
(2011) yang mengatakan semakin tingginya intensitas cahaya mencapai tumbuhan
dimana daun-daunya akan menjadi jenuh oleh cahaya maka laju fotosintesis
menjadi maksimum dan pertumbuhan akan meningkat.
Selain faktor toleransi dan daya hidup yang tinggi serta lingkungan yang
mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut. Faktor lain yang menyebabkan
faktor biologi dari tanaman tersebut yakni dalam hal perkembangbiakan secara
generatif.
Gambar 6. Micania micrantha Gambar 7. Paspalum congjugatum
Paspalum congjugatum berkembang secara generatif dengan menggunakan
biji. Satu individu Paspalum congjugatum dapat menghasilkan 1500 biji yang
mudah menyebar baik dengan udara, hewan pada bulu-bulunya, maupun melalui
air pada saat hujan, sehingga peluang untuk tumbuh dan berkembang biak
Paspalum congjugatum semakin besar (Holm, 1977 dalam Adriadi, 2012).
Banyaknya biji ini juga memungkinkan pelipatgandaan dari Paspalum
congjugatum semakin cepat ditambah sifat dari biji Paspalum congjugatum yang
ringan, dan mudah melekat pada apa saja yang melewatinya (Nasution,1986).
Dengan sifat dan karakteristik dari biji Paspalum congjugatum tersebut maka
penyebaran Paspalum congjugatum hampir ditemukan pada seluruh petak
pengamatan.
Tidak jauh berbeda dengan Paspalum congjugatum, Micania micrantha
juga berkembang biak secara generatif dengan menggunakan biji. Tetapi tidak
hanya berkembang biak secara generatif Micania micrantha dapat juga
berkembang biak secara vegetatif dengan menggunakan batang, namun
biji (Tjitrosoedjo dkk, 1983). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang mudah
menyebar dan berkembang biak dengan cepat, dalam sehari dapat tumbuh
sebanyak 9 cm dan dapat tumbuh di lingkungan apa saja seperti lingkungan
lembab dan lingkungan kering (Adriadi, 2012). Menurut Nasution (1986)
Penyebaran Micania micrantha yang mudah dan cepat dikarenakan biji Micania
micrantha memiliki kemampuan bekecambah yang baik yakni lebih dari 60
persen dan kemampuan tumbuh potongan batangnya sebagai stek
(budregeneration ability) melebihi 95 persen.
Selain Paspalum congjugatum dan Micania micrantha. Ada 21
individu tumbuhan bawah yang memiliki INP yang rendah. INP terendah adalah
Polygala paniculata dengan nilai INP 1,41. Rendahnya INP dari suatu individu
menunjukkan bahwa individu tersebut tidak tersebar merata didaerah bekas
tambang dan jumlah individunya sedikit disetiap petak pengamatan. Walaupun
individu Ipomea hederacea (Tabel 2) memiliki jumlah 2400 individu yang
merupakan jumlah terbanyak ke-3 setelah Paspalum congjugatum dan Micania
micrantha, Ipomea hederacea dari segi frekuensi relatif (FR%) hanya bernilai
1,099 yang artinya individu tersebut hanya ditemukan pada satu petak
pengamatan saja.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian tumbuhan bawah pada areal
bekas tambang yang lain, terdapat persamaan dan perbedaan tumbuhan bawah
yang ditemukan dari segi jumlah tumbuhan bawah dan jenis tumbuhan bawah
yang ditemukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kintom (2013) di
kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, diperoleh 12 jenis tumbuhan
Fimbrystilis miliace, Paspalum conjugatum, Davallia denticulata, Nephrolepis
exaltata, Melatomata malabatricum, Hyptis capitata, Cassia tora, Ageratum
conyzoides, Ludwigia octovalvis, Solanum torvum, Amaranthus spinosus.
Dari hasil penelitian tersebut terdapat empat jenis tumbuhan bawah yang
sama yang ditemukan, yakni Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides,
Solanum torvum dan Amaranthus spinosus. Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Binibis (2013) dari 14 jenis tumbuhan bawah yang
ditemukan, terdapat juga empat spesies tumbuhan sama yang ditemukan yakni
Paspalum conjugatum, Acmella uliginosa, Sida rhombifolia, Solanum torvum.
Berdasarkan tiga lokasi tambang emas yang berbeda diperoleh satu spesies
tumbuhan bawah yang sama yang dapat hidup di daerah penambangan emas,
yakni Paspalum conjugatum. Berdasarkan hasil penelitian ketiga lokasi ini
terbukti bahwa tumbuhan bawah Paspalum conjugatum mampu hidup di daerah
yang miskin hara dan lingkungan yang rusak. Pernyataan ini sesuai dengan yang
dikemukakan Juhaeti dkk (2009) dalam Binibis (2013) bahwa Paspalum
conjugatum merupakan jenis rumput yang mampu hidup dengan baik di tempat
yang miskin unsur hara bahkan di tempat yang banyak mengandung merkuri dan
mampu mengakumulasikan logam merkuri dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu
4. Hasil Analisis Tanah
Setelah sampel tanah yang berasal dari 8 petak pengamatan diambil dan
kemudian dianalisis oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
(BPTP-Sumut), diperoleh nilai dari pH, C-Organik, P-Tersedia dan KTK tanah.
Nilai dari analisis ke empat sifat kimia tanah tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis tanah tambang emas rakyat di Kecamatan Naga Juang
Kriteria hasil analisis tanah berdasarkan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian 2005.
Dari tabel 3 dapat diketahui sebaran pH pada tanah areal bekas tambang
berkisar dari kriteria sangat masam hingga netral. Derajat pH kriteria netral hanya
ditemukan pada satu petak yakni petak 4 dan kriteria sangat masam ditemukan
pada petak 1,2,3. Dari segi jumlah individu tanaman per petak pengamatan
(lampiran 1) dan jumlah jenis tumbuhan perpetak pengamatan (lampiran 2)
kemasaman tanah diduga tidak memberikan pengaruh pada jumlah individu
tanaman per petak pengamatan dan jumlah jenis tumbuhan per petak pengamatan.
Pada pH netral di petak 4 jumlah tanaman dan jumlah jenis tumbuhan per petak
pengamatan justru yang paling sedikit ditemukan yakni sebanyak 1004 individu
Untuk parameter C-Organik (%) tanah, sebaran kriterianya rendah hingga
sedang. C-Organik (%) adalah banyaknya bahan organik yang terdapat pada tanah
lahan bekas tambang. Bahan organik berfungsi sebagai bahan makanan atau
sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Apabila banyak C-Organik (%) di
dalam tanah maka aktivitas mikroorganisme tanah akan meningkat sehingga akan
menguntungkan tanaman dalam pertumbuhannya.
Untuk parameter P-Tersedia (ppm) kisaran penyebarannya dari sangat
rendah hingga sangat tinggi. Sangat rendah terdapat pada petak 1,2,3 sedangkan
yang tertinggi pada petak 5,6,7. Sedikit banyaknya P-Tersedia (ppm) dalam tanah
akan mempengaruh pertumbuhani tanaman karena Phosfor (P) berfungsi sebagai
penyusun setiap sel hidup (fosfolid, nucleoprotein, dan fitin) sebagai pentransfer
energi di dalam sel dan juga berfungsi mengubah karbohidrat, misalnya dalam
perubahan tepung menjadi gula Hakim dkk (1986).
Untuk parameter KTK (kapasitas tukar kation) tanah kriteria
penyebarannya rendah hingga sangat tinggi. Untuk kriteria KTK tanah rendah
terdapat hanya pada satu petak pengamatan yakni petak 4, sedangkan untuk yang
tertinggi terdapat pada petak pengamatan 1,2,3. Kapasitas tukar kation dapat
didefenisikan sebagai kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan
kation Hakim dkk (1986). Tingginya KTK suatu tanah berarti pada tanah tersebut
pertukaran ion positif (kation) di koloid tanah terjadi sangat tinggi. Pertukaran
ion positif (kation) yang tinggi akan berpengaruh terhadap ketersediaan hara pada
tanaman tersedianya hara berarti kemungkian tanaman akan mendapatkan hara
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat tanah bekas penambangan emas rakyat di
Desa Humbang secara umum merupakan tanah yang agak masam dengan tingkat
C-organik yang rendah dan P-tersedia, KTK tanah sedang. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Juhaiti (2005) yang mengatakan bahwa tanah tailing merupakan
tanah yang miskin akan hara. Juga sesuai dengan hasil analisis tanah pada lahan
pasca tambang batubara di Kalimantan Timur oleh Hilwan (2013) yang
memaparkan data bahwa pH tanah pada bekas penambangan batubara merupakan
tanah yang masam.
Bila dilihat pada tabel 2 ada 1 jenis tumbuhan bawah yang memiliki
frekuensi relatif 11,268 yakni Micania micrantha dan ada 2 jenis tumbuhan
bawah yang frekuensi relatif 9,859 yakni Paspalum conjugatum dan Acmella
uliginosa. Frekuensi relatif merupakan hasil pembagian dari frekuensi tanaman
ke i dengan frekuensi total tanaman (frekuensi mutlak) dikali 100%. Frekuensi
relatif 11,268 menunjukkan bahwa tumbuhan bawah Micania micrantha dari segi
kehadirannya dapat ditemukan disemua petak pengamatan di areal lahan bekas
tambang. Frekuensi relatif 9,859 pada tumbuhan bawah Paspalum conjugatum
dan Acmella uliginosa berarti tumbuhan bawah tersebut dapat ditemukan pada 7
petak pengamatan dan frekuensi relatif 8,451 pada jenis Paspalum comemersorili
dan Ageratum conyzoides berarti jenis tumbuhan bawah ini dapat ditemukan pada
6 petak pengamatan dilahan bekas tambang emas rakyat di Desa Humbang
Kecamatan Naga Juang.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui dari segi analisis tanah kelima
tumbuhan bawah yaitu Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella
hidup yang tinggi terhadap perubahan kondisi tanah pada lahan bekas tambang
emas terkhusus untuk paremeter yang diamati seperti pH, C-organik, P-tersedia
dan KTK tanah. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran tumbuhan bawah tersebut
pada setiap petak pengamatan yang cukup tinggi.
Bila dibandingkan dengan hasil analisis tanah pada perusahaan tambang
komersial seperti PT. Freeport Indonesia, tanah bekas tambang emas rakyat di
Desa Naga Juang ini masih tergolong baik. Hasil analisis tanah dari PT. Freeport
Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan hasil analisis tanah PT. Freeport Indonesia dengan tanah bekas tambang emas rakyat Naga Juang
No Parameter PT. Freeport
Indonesia
Pada tabel 4 perbedaan nilai analisis tanah PT. Freeport Indonesia dengan
tambang emas masyarakat di Naga Juang sangat berbeda, dilihat dari tiga
paremeter kimia tanah. Bila dibandingkan dengan data ini maka kondisi tanah
pada tambang emas rakyat di Naga Juang masih tergolong baik, sehingga sangat
memungkinkan tumbuhan untuk dapat hidup. Ini menjawab permasalahan atas
banyaknya jumlah jenis dan jumlah individu yang di temukan di lahan bekas
penambangan emas di Kecamatan Naga Juang, yang seharusnya jumlah dan jenis
5. Rekomendasi Jenis Tumbuhan Bawah Potensial
Tumbuhan yang memiliki INP tertinggi dari suatu kegiatan analisis
vegetasi menunjukkan jenis tumbuhan tersebut merupakan spesies yang dominan
(yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2006).
Berdasarkan nilai INP (indeks nilai penting) yang tertinggi dan hasil analisis
kimia tanah pada lahan bekas tambang emas rakyat, akan dipilih sebanyak 5
tumbuhan bawah yang berpotensi dijadikan bahan rekomendasi reklamasi lahan.
Lima jenis tumbuhan bawah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 5. Jenis tumbuhan bawah potensial
No Nama Jenis Jumlah
Individu
K KR F FR INP
1 Paspalum conjugatum 36040 11,2625 63,249 0,875 9,859 73,108 2 Micania micrantha 14524 4,5388 25,489 1 11,268 36,757 3 Acmella uliginosa 632 0,1975 1,109 0,875 9,859 10,968 4 Paspalum comemersorili 921 0,2878 1,616 0,75 8,451 10,067 5 Ageratum conyzoides 322 0,1006 0,565 0,75 8,451 9,016
Pemilihan kelima jenis tumbuhan bawah juga mempertimbangkan
kemampuan tumbuhan tersebut untuk dapat hidup di lahan bekas penambangan.
Kemampuan tumbuhan tersebut dilihat dari frekuensi dan jumlah individu,
kemudian dibandingkan dengan kondisi perubahan sifat kimia pada tanah lahan
bekas tambang.
Kelima jenis tumbuhan bawah tersebut berhabitus herba (Micania
micrantha, Acmella uliginosa dan Ageratum conyzoides) dan rumput (Paspalum
conjugatum dan Paspalum comemersorili). Berfamili Gramine (Paspalum
conjugatum dan Paspalum comemersorili) dan Asteraceae (Micania micrantha,
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh 4 jenis habitus tumbuhan
bawah yakni, habitus herba, perdu, rumput dan paku-pakuan dengan 13
jenis famili yakni Gramineae, Asteraceae, Rubiaceae, Convolvulaceae,
Malvaceae, Solanaceae, Athyriaceae, Fabaceae, Poaceae, Amaranthaceae,
Cucurbitaceae, Araceae, Polygalaceae.
2. Dua jenis tumbuhan bawah yang memiliki nilai INP tertinggi, yakni
Paspalum congjugatum (INP : 69,271) dan Micania micrantha (INP:
33,485).
3. Lima jenis tumbuhan bawah yang potensial sebagai bahan rekomendasi
reklamasi lahan yakni, Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella
uliginosa, Paspalum comemersorili dan Ageratum conyzoides.
B. Saran
Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengukur kemampuan kelima jenis
tumbuhan bawah Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella
uliginosa, Paspalum comemersorili dan Ageratum conyzoides untuk
tumbuhan bawah yang dapat bertahan dengan kondisi tanah beracun, yaitu
Cyperus kyllinga, Fimbrystilis miliaceae, Paspalum conjugatum, Davallia
denticulata, Nephrolepis exaltata, Melatomata malabatricum, Hyptis capitata,
Cassia tora, Ageratum conyzoides. Ludwigia octovalvis, Solanum torvum,
Amaranthus spinosus. sementara
Penelitian Quni’ah (2013) di kawasan penambangan emas Desa Ilangata
Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Menyimpulkan, bahwa terdapat
16 spesies tumbuhan bawah yang bersifat hipertoleran yaitu Leersia hexandra S.
Paspalum conjugatum, Phaseolus calcaratus, Chromolaena odorata, Colocasia
esculenta L. Vetiveria sp, Fimbristylis miliaceae, Panicum repens L.
Stachytarpheta jamaincensis V. Cassia tora L. Eleusine indica, Hyptis capitata J.
Sida rhombifolia L. Ludwigia abyssinica, Phyllanthus niruri dan Asclepias
incarnata.
Kedua penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa ada banyak jenis
tumbuhan bawah yang dapat hidup di tanah yang tercemar oleh limbah tambang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi endapan emas terdapat hampir di setiap daerah di Indonesia,
seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Inswiasri dan Martono, 2007).
Salah satu pemanfaatan potensi endapan emas tersebut terdapat di Pulau
Sumatera pada kawasan hutan di daerah kabupaten Mandailing Natal.
Pemanfaatan emas dalam skala besar dilakukan oleh perusahaan dan dalam skala
kecil oleh masyarakat. Masyarakat melakukan penambangan secara tradisonal
menggunakan alat yang disebut galundung. Galundung merupakan wadah untuk
memisahkan antara batuan (yang sudah dihaluskan) dari emas dengan
menggunakan merkuri (Hg).
Kegiatan penambangan tersebut berdampak negatif terhadap tanah dan
tumbuhan. Secara fisik, tanah akan rusak struktur, tekstur, porositas dan
kerapatannya, buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan
aerasi (peredaran udara) secara biologi, akan buruknya kehidupan mikroba tanah
yang potensial akibat ketiadaan serasah (Delvian, 2004). Limbah tambang
(tailing) yang dibuang dipermukaan tanah akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena tailing memiliki sifat porositas yang tinggi sehingga
kapasitas untuk memegang air (holding capacity) rendah, struktur tidak stabil,
sangat miskin bahan organik, miskinnya unsur hara mikro dan makro bahkan,
tidak adanya aktivitas mikroba sama sekali (Purwantari, 2007) ditambah limbah
tambang tersebut mengandung Merkuri (Siregar, 2013). Merkuri (Hg) merupakan
Secara tidak langsung kondisi tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Delvian (2004) mengatakan bahwa, buruknya sistem tata air dan aerasi
akan menyebabkan akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya
sebagai alat absorbsi unsur hara akan terganggu.
Dengan keadaan tanah dan limbah dari pertambangan tersebut, tumbuhan
akan sulit untuk dapat bertahan hidup. Tumbuhan yang dapat bertahan hidup
haruslah tumbuhan yang memiliki sifat hipertoleran (toleransi hidup yang tinggi)
dan tumbuhan yang memiliki kemampuan dapat menyerap dan mengakumulasi
logam berat (hiperakumulator). Kedua sifat yang dibutuhkan untuk dapat hidup di
daerah penambangan tersebut terdapat pada jenis tumbuhan bawah. Juhaeti dkk
(2005) mengatakan, seiring bertambahnya waktu, di tempat penimbunan tailing
PT. Aneka tambang (antam), Pongkor, Bogor, tumbuh berbagai jenis tumbuhan
rumput dan gulma berdaun lebar, yang dalam hal ini adalah tumbuhan yang
termasuk dalam tumbuhan bawah.
Sebagai awal dari kegiatan reklamasi lahan perlu diketahui jenis tumbuhan
bawah lokal yang dapat bertahan hidup di daerah sekitaran pertambangan emas,
yang nantinya akan direkomendasikan menjadi tumbuhan pionir pada saat
melakukan reklamasi. Pemilihan tumbuhan bawah lokal dimaksudkan agar
tumbuhan dapat beradaptasi dengan kondisi tanah pada daerah pertambangan.
Pada lahan bekas tambang emas rakyat di Mandailing Natal belum diketahui jenis
tumbuhan bawah yang dapat hidup. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan
penelitian guna mendapatkan data jenis tumbuhan bawah yang hidup pada lahan
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis vegetasi tumbuhan
bawah yang ada pada areal tambang emas mas rakyat.
Kegunaan penelitian
Memberikan informasi mengenai jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah
yang terdapat pada tambang emas rakyat dan sebagai bahan pertimbangan untuk
ABSTRACT
JESKIEL SIPAYUNG: Vegatation Analysis of Ground Cover on Field Area of ex Civillian Gold Mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Supervised by DELVIAN and KANSIH SRI HARTINI.
The activity of mining has negative effects to the soil both physical, chemical, anda biological. In Physically the structure of the soil, its texture, and porosity will be broken. Mine waste (Tailing) will influence plant growing because tailing contain mercury (Hg), lack of micro and macro nutrition and lack of organic substances. With these condition, it is a need to do a reclamation activity to improve the field. As a starting point on reclamation, it is a need to be known what locally ground cover which can live in a mining field will be recommended to be planted. This research purposing on knowing what the type of ground cover vegetation which exist on field area of ex civillian gold mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Vegetation data collection done in 20 m x 20 m plot purposively arranged, then the K (density), KR (relative density), F (frequency), FR(relative frequency), and INP (index of important value) will be analyzed. Result of the research showing that there are 23 type of ground cover vegetation; Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. From those 23 type, there are 5 ground cover potential as pioneer plant based on the highest INP; Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). In comparison with the analysis of the soil on commercial mining (Coorporate), the soil from ex civillian gold mining in Naga Juang village still in good type condition.
ABSTRAK
JESKIEL SIPAYUNG : Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Areal Lahan Bekas Tambang Emas Rakyat di Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Di bawah bimbingan DELVIAN dan KANSIH SRI HARTINI.
Kegiatan penambangan emas berdampak negatif terhadap tanah baik secara fisik, kimia maupun secara biologi. Secara fisik Tanah akan rusak struktur, tekstur dan porositasnya. Limbah tambang (tailing) akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena tailing mengandung merkuri (Hg), miskin unsur hara mikro dan makro serta miskin bahan organik. Dengan kondisi tersebut perlu diadakan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki lahan tersebut. Sebagai awal reklamasi perlu diketahui tumbuhan bawah lokal yang dapat hidup di daerah penambangan sebagai tumbuhan pionir yang akan direkomendasikan untuk ditanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis vegetasi tumbuhan bawah yang ada pada areal lahan bekas tambang emas rakyat di Desa Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dalam plot 20 m x 20 m yang di letakkan secara purposive, kemudian dianalisis K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR (frekuensi relatif) dan INP (indeks nilai penting). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 23 jenis vegetasi tumbuhan bawah yaitu Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. Dari 23 tumbuhan bawah tersebut direkomendasikan 5 tumbuhan bawah potensial yang digunakan sebagai tumbuhan pionir menurut INP tertinggi yakni. Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). Bila dibandingkan dengan analisis tanah pada tambang komersial (perusahaan) tanah bekas tambang emas rakyat di Kecamatan Naga Juang masih tergolong baik.
ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN BAWAH PADA AREAL LAHAN BEKAS
TAMBANG EMAS RAKYAT DI KECAMATAN NAGA JUANG
KABUPATEN MANDAILING NATAL
SKRIPSI
Oleh : Jeskiel Sipayung
111201150 Budidaya Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
JESKIEL SIPAYUNG: Vegatation Analysis of Ground Cover on Field Area of ex Civillian Gold Mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Supervised by DELVIAN and KANSIH SRI HARTINI.
The activity of mining has negative effects to the soil both physical, chemical, anda biological. In Physically the structure of the soil, its texture, and porosity will be broken. Mine waste (Tailing) will influence plant growing because tailing contain mercury (Hg), lack of micro and macro nutrition and lack of organic substances. With these condition, it is a need to do a reclamation activity to improve the field. As a starting point on reclamation, it is a need to be known what locally ground cover which can live in a mining field will be recommended to be planted. This research purposing on knowing what the type of ground cover vegetation which exist on field area of ex civillian gold mining in Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Vegetation data collection done in 20 m x 20 m plot purposively arranged, then the K (density), KR (relative density), F (frequency), FR(relative frequency), and INP (index of important value) will be analyzed. Result of the research showing that there are 23 type of ground cover vegetation; Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. From those 23 type, there are 5 ground cover potential as pioneer plant based on the highest INP; Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). In comparison with the analysis of the soil on commercial mining (Coorporate), the soil from ex civillian gold mining in Naga Juang village still in good type condition.
ABSTRAK
JESKIEL SIPAYUNG : Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Areal Lahan Bekas Tambang Emas Rakyat di Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Di bawah bimbingan DELVIAN dan KANSIH SRI HARTINI.
Kegiatan penambangan emas berdampak negatif terhadap tanah baik secara fisik, kimia maupun secara biologi. Secara fisik Tanah akan rusak struktur, tekstur dan porositasnya. Limbah tambang (tailing) akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena tailing mengandung merkuri (Hg), miskin unsur hara mikro dan makro serta miskin bahan organik. Dengan kondisi tersebut perlu diadakan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki lahan tersebut. Sebagai awal reklamasi perlu diketahui tumbuhan bawah lokal yang dapat hidup di daerah penambangan sebagai tumbuhan pionir yang akan direkomendasikan untuk ditanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis vegetasi tumbuhan bawah yang ada pada areal lahan bekas tambang emas rakyat di Desa Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dalam plot 20 m x 20 m yang di letakkan secara purposive, kemudian dianalisis K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR (frekuensi relatif) dan INP (indeks nilai penting). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 23 jenis vegetasi tumbuhan bawah yaitu Paspalum conjugatum, Micania micrantha, Acmella uliginosa, Paspalum comemersorili, Ageratum conyzoides, Crassocephalum crepidioides, Bidens sp, Sida rhombifolia, Solanum torvumn, Ipomea hederaceae, Diplazium esculentum, Calopogonium mucunoides, Borreria sp, Centrosema pubescens, Andropagu aciculatus, Borreria laevis, Amaranthus sp, Cucumis sp, Colocasia esculenta, Chrysopogon sp, Physalis anguleta, Urena lobata, Polygala paniculata. Dari 23 tumbuhan bawah tersebut direkomendasikan 5 tumbuhan bawah potensial yang digunakan sebagai tumbuhan pionir menurut INP tertinggi yakni. Paspalum conjugatum (INP: 73,108), Micania micrantha (INP: 36,757), Acmella uliginosa (INP: 10, 968), Paspalum comemersorili (INP: 10,067), Ageratum conyzoides (INP: 9,016). Bila dibandingkan dengan analisis tanah pada tambang komersial (perusahaan) tanah bekas tambang emas rakyat di Kecamatan Naga Juang masih tergolong baik.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada 14 Maret 1994 dari Ayah
T.Sipayung dan Ibu R.Br Sibarani. Penulis merupakan anak pertama dari satu
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri
058129 dan lulus tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 1 Besitang dan lulus tahun 2008. Pada
tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Babalan
dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian
tertulis Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi (UMB-PT).
Selama mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Silva (HIMAS) USU dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK
UP FP) USU. Pada UKM KMK UP FP USU penulis berkesempatan menjadi
Pemimpin Kelompok Kecil (PKK), anggota komisi kebaktian dalam
kepengurusan koordinasi periode 2013-2014, anggota tim kehutanan dalam
kepengurusan koordinasi periode 2014-2015.
Penulis telah melaksanankan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
di Tahura, Sibolangit dari 22 sampai 31 Agustus 2013. Penulis juga telah
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.Toba Pulb Lestari Estate Aek
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN yang maha Esa atas kasih dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Vegetasi
Tumbuhan Bawah Pada Areal Lahan Bekas Tambang Emas Rakyat Di Kecamatan Naga Juang
Kabupaten Mandailing Natal”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. T. Sipayung dan R Br Sibarani selaku orang tua penulis yang telah memotivasi,
mengingatkan dan mendoakan penulis selama pembuatan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Delvian, SP., MP., dan Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP. selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah memberi waktu, pikiran dan kesabaran serta
masukan dalam membimbing penulis dari awal perencanaan sampai dengan selesainya
tulisan ini.
3. Semua staf pengajar dan pegawai Program Studi Kehutanan
4. Tim peneliti tambang emas rakyat, Sahat Sihombing dan Erik Versada Manihuruk.
5. Bapak Sitorus beserta keluarga dan warga di Desa Humbang Kecamatan Naga Juang,
Mandailing Natal yang sudah menolong dan membantu penulis dalam mengerjakan
penelitian.
6. Kelompok tumbuh bersama Providensia Tree of life (Melfri Purba, Haryono J Siburian,
Erik Versada Manihuruk), kelompok kecil EGO & B2B (Erni Dora Sihaloho, Indra saragih,
Yuliantaria Sianturi), kelompok kecil Eklesia Solideo (Adelina Simanjuntak, Inggrit
Tarigan, Marlinang Sihite, Rita Butar-butar), dan KK Jeskiel (Andre Silalahi, Bernandus
Oppusunggu, Hesli Ginting, Irene Silitonga, Kevin Sembiring, Lisa Simamora, Saut
Situmeang, Vanrio Tambunan) yang telah memotivasi, mengingatkan serta mendoakan
7. Kost JG 411 (Juan Rio Sipayung, Vernando Sinambela, Korintus Gultom, Doddy
Tambunan, Admiron Siburian, Maschrist Siburian).
8. Sahabat (Fransiscus Sihombing, Marzuki Sihombing), teman, serta semua rekan mahasiswa
yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kata pengantar ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Maret 2016
DAFTAR ISI
Dampak tambang emas rakyat ... 5
Tailing ... 6
Reklamasi lahan ... 7
Pengertian vegetasi dan analisis vegetasi ... 10
Tumbuhan bawah ... 11
Data jenis, habitus dan famili tumbuhan bawah ... 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Lokasi penelitian ... 17
2. Herba Acmella uliginosa ... 22
3. Herba Bidens sp... 22
4. Ageratum conyzoides ... 23
5. Crassocephalum crepidioides ... 23
6. Micania micrantha ... 26
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Data jumlah jenis, habitus, dan famili tumbuhan bawah ... 19
2. Nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan indeks nilai
penting (INP) ... 24
3. Hasil analisis tanah ... 29
4. Perbandingan hasil analisi tanah PT. Freeport Indonesia dengan tanah
bekas tambang emas rakyat di Naga Juang ... 32