• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Bab I Pendahuluan - Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 Bab I Pendahuluan - Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan

yang dilakukan oleh rakyat, dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Berdasarkan pasal 33 ayat (3)

UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Pertambangan rakyat sering sekali di persulit dengan

perizinan oleh pemerintah, dimana langkah perizinan ini harus melalui proses

yang terpusat kewenangan dan pengurusan legalitas pengusahaan bahan galian

pada tangan menteri, selain itu undang undang no. 11 tahun 1976, kurang

berpihak kepada kepentingan rakyat.

Pertambangan emas rakyat yang berada di Kecamatan Hutabargot dan

Kecamatan Nagajuang di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara

masih berstatus illegal. Awal mula ditemukannya tambang emas di Kabupaten

Mandailing Natal dengan diberikannya izin eksplorasi pada tahun 1998 kepada

PT. Sorik Mas Mining dalam mengelola tambang emas oleh Presiden Republik

Indonesia Soeharto. Setelah bertahun-tahun melakukan eksplorasi, masyarakat

bingung dan terheran-heran melihat belum ada tanda-tanda berproduksi oleh

(2)

Mas Miningpun muncul, dikarenakan adanya sumber yang berpangkal dari isi

kandungan emas dan logam mulia lainnya di perut bumi diwilayah kontrak karya

yang ditandatangani Presiden RI di Jakarta 19 Januari 1998 yang diawali surat

Menteri Pertambangan dan Energi 17 Desember 1997. (bom waktu tambang emas

madina, 2013)

Pertambangan emas rakyat di Kab. Mandailing Natal dilakukan di dua

Kecamatan yaitu Kecamatan Hutabargot dan Kecamatan Nagajuang.

Pertambangan rakyat ini telah dimulai sekitar tahun 2007, dimana pertambangan

rakyat ini dimulai di Kecamatan Hutabargot.Dengan berjalan waktu masyarakat di

Kabupaten Mandailing Natal mulai beralih menjadi penambang emas, dan

munculnya mesin-mesin pengolahan emas yang masih tradisional yaitu

gelundung, bahan kimia, dan mesin penggiling batuan yang terbuat dari baja.

Pertambangan rakyat yang dilakukan dengan cara menggali dan mengkais

membuat lobang yang berkedalaman sekitar puluhan bahkan ratusan meter.Tidak

sedikit masyarakat yang harus mempertaruhkan nyawa seperti keracunan,

tertimpa batuan, dan kehabisan oksigen.Cukup banyak juga kerugian yang dialami

dengan adanya pertambangan rakyat ini, seperti pencemaran sumber daya air,

keanekaragaman hewan yang ada di sekitar pengolahan pertambangan rakyat.

Salah satu yang menjadikan pertambangan rakyat ini menjadi pilihan

masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, tidak sedikit

masyarakat yang tergantung terhadap penambangan emas ini, dikarenakan

penambangan ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat di

(3)

Mandailing Natal menimbulkan dampak positif bagi masyarakat seperti

mengurangi tingkat pengangguran dan meninggkatkan perekonomian masyarakat.

Menurut data Badan Penelitian Statistika Kabupaten Mandailing Natal Jumlah

dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012.

Berdasarkan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kab. Mandailing Natal sekitar

72,54 % dan tingkat pengangguran terbuka sekitar 5,69 %. (kependudukan, 2012)

Pertambangan rakyat sebenarnya bukan hanya ada di daerah Mandailing

Natal, tapi hampir diseluruh Indonesia.Pertambangan di daerah Mandailing Natal

jelas masih berstatus illegal.Tidak sedikit tambang berstatus illegal di Indonesia

seperti PETI emas di derah Topo Nabire (Papua), tambang emas rakyat di Sungai

Tahi Ite, Wumbubangka, Bombana (Sulawesi Tenggara), tambang emas rakyat di

Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi (Jawa Timur), tambang emas rakyat di

daerah Sekotong Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), tambang emas rakyat di

Pelabuhan Bajo, Flores (Nusa Tenggara Timur) dan yang sekarang menjadi

primadona para penambang liar adalah penambangan emas di wilayah Gunung

Botak, desa Wamsait, Kabupaten Namlea, Provinsi Maluku. Penambangan di

daerah yang disebutkan di atas adalah penambangan yang dilakukan tanpa kaidah

penambangan yang baik dan benar (good mining parctice), yang akhirnya akan

menimbulkan masalah terhadap masyarakat, ekonomi, pendidikan dan lingkungan

sekitar wilayah penambangan. (Pengaruh pertambangan illegal terhadap ekonomi,

2010)

Pertambangan emas rakyat yang berada di daerah Mandailing Natal bukan

(4)

berbagai daerah di Indonesia. Adapun penyebab berdatangannya penambang dari

daerah lain adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Kegiatan

pertambangan rakyat merupakan suatu fenomena dan erat hubungannya dengan

kemiskinan, karena tujuan pertambangan rakyat ini jelas untuk memenuhi

ekonominya sendiri. Akibat dari keterbatasan penambangan biasanya

menimbulkan persoalan sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi.

Kehidupan sosial budaya masyarakat menagalami sedikit pergeseran

dengan adanya perubahan mata pencaharian yang dulunya sebagai petani dan

berkebun merubah kehidupannya menjadi sebagai penambang emas dan

meninggalkan kebiasaannya yang lama.Dampak ini bukan hanya sampai sosial

budaya, akibat dari pertambangan rakyat perekonomian masyarakat juga berubah

dan tidak menentu.Menurut World Bank membuat garis kemiskinan absolut

sebesar US$ 1 dan US$ 2 PPP (purchasing power parity/ paritas daya beli) per

hari (bukan nilai tukar US $ resmi). Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah

yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana

jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat.

(Bappenas, 2012)

Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Mandailing Natal

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012 yang diukur

berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

konstan 2000 mencapai 6,41 persen. Pertumbuhan Ekonomi tertinggi dicapai oleh

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 8,59 persen. Disusul oleh sektor

(5)

jasa-jasa sebesar 7,68 persen, sektor pertanian sebesar 6,67 persen, sektor

perdagangan, hotel dan restoran bertumbuh sebesar 5,99 persen, sektor bangunan

sebesar 5,84 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,44 persen dan

sektor pertambangan dan penggalian 5,30 persen. Sedangkan sektor industri

pengolahan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling kecil yaitu

sebesar 2,05 persen. Besaran PDRB Kabupaten Mandailing Natal pada tahun

2012 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp. 4.808,31 miliar, sedangkan

atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 2.300,54 miliar. Terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012 sebesar 6,41 persen, sektor

pertanian memberikan sumbangan sebesar 2,94 persen, kemudian sektor jasa-jasa

sebesar 1,18 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.03 persen

dan sisanya oleh keenam sektor lainnya yang hanya memberikan sumbangan

masing-masing dibawah 1 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada

tahun 2012 mencapai Rp.11,70 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011

yang hanya sebesar Rp. 10,46 juta. (BPS, 2012)

Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia

mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52juta orang

dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59

juta orang(11,66 persen).Selama periode September 2012–Maret 2013, jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang0,18 juta orang (dari 10,51 juta

orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret

(6)

orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).Selama

periode September 2012, Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah

perkotaan danperdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk

miskin di daerah perkotaan padaSeptember 2012 sebesar 8,60 persen, turun

menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara pendudukmiskin di daerah

perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen

pada Maret 2013. (BPS, 2013)

Pertambangan rakyat bukanlah suatu hal yang baru dalam pemenuhan

kebutuhan masyarakat, hampir di seluruh Indonesia pertambangan rakyat

dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Meskipun

bersifat instan dan spekulatif, keadaan yang seperti ini banyak menimbulkan

perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat dan ekonomi.Masyarakat

memang makhluk sosial dan mudah menerima perubahan baik dalam segi

ekonomi dan sosial budaya. Pertambangan merupakan satu usaha yang dilakukan

dalam memenuhi kebutuhan, tapi tidak semua daerah di Indonesia memiliki

sumber daya alam yang sama. Keanekaragaman inilah yang menimbulkan adanya

perbedaaan sosial dan ekonomi dalam masayarakat.

Daerah geografis juga menentukan matapencaharian masayarakat dan itu

berpengaruh terhadap sosial dan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang berada di

tepi pantai akan memiliki sosial ekonomi yang berbeda dengan masayarakat yang

berada di dataran rendah, dan di dataran tinggi. Melihat pola kehidupan sosial dan

cara pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai

(7)

memiliki keahlian yang berbeda. Penambang emas tentu melakukan penggalian

dan mengkorek hasil dari perut bumi sedangkan seorang nelayan mencari ikan

dilaut ini merupakan perbedaan yang beragam dalam kehidupan masyarakat di

Indonesia. Umumnya sosial masyarakat dilihat dari interaksi masyarakat dan

perubahan terjadi disebabkan adanya pembahuran antara masyarakat yang

berbeda suku dan budaya dan lain halnya dengan ekonomi disebabkan oleh

faktor-faktor tertentu. Mengambil hasil dari perut bumi merupakan salah satu

usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutahan masyarakat, tapi tidak jarang

hal ini menimbulkan permasalahan-permasalahan yang menjadikan kerusakan

terhadap lingkungan.

Berdasarkan persoalan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat di

daerah Kecamatan Hutabargot dalam kehidupan sosial budayanya dan untuk

memenuhi kebutuhannya ekonominya membuat pertanyaan-pertanyaan, mulai

dari aktivitas masyarakat dan cara memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pertambangan yang ada di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten

Mandailing Natal membuat profesi baru terhadap masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan ekonominya. Hal ini juga tidak lepas dari kehidupan sosial budaya

masyarakat, dimana akibat pertambangan rakyat yang berada disekitar Kecamatan

Hutabargot telah membuat daya tarik terhadap masyarakat luar untuk datang ikut

dalam proses penambangan emas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

ekonominya sendiri. Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah

(8)

Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot,

Kabupaten Mandailing Natal”.

1.2Rumusan Masalah

Masalah merupakan suatu bahan dalam kegiatan penelitian, umumnya

penelitian ini dibuat untuk merumuskan masalah-masalah yang di teliti

berdasarkan hasil paparan dilatar belakang dan uraian diatas. Dalam rangka

melakukan penelitin perumusan masalah merupakan suatu langkah yang penting

dalam menetapkan kajian dan membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah

merupakan objek kajian dalam penlitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis

dapat merumuskan batasan masalah sebagai berikut :“ Bagaimana Gambaran

Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas di Tambang Emas

Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot,

Kabupaten Mandailing Natal ”.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial

dan ekonomi keluarga penambang emas di tambang emas rakyat illegal di Desa

Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan :

1. Menjadi suatu bahan dalam pengembangan konsep dan teori-teori yang

berguna dan berkaitan dengan penambangan emas dan dan masalah-masalah

(9)

2. Menjadi masukan bagi Pemerintah dan instantsi swasta yang terkait dalam

pengambilan kebijakan dan pemerhatian terhadap masalah-masalah

penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan

Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

3. Dapat berguna menjadi suatu bahan pertimbangan dan referensi bagi seluruh

civitas akademika dan penambang emas yang berada di Desa Hutabargot

Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun urutan susunan sistematika dalam penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar Belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek

yang diteliti, kerangka Penelitian, hipotesa, defenisi konsep, dan defenisi

operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi

penelitian yang terkait dengan masalah objek yang diteliti.

(10)

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta

analisisnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas

Referensi

Dokumen terkait

memiliki sifat dan ruang lingkup pekerjaan yang sama menjadi beberapa paket, baik pada saat penyusunan anggaran, penyusunan Rencana Umum Pengadaan, maupun pada

Inoculation with Å313 also caused discoloration and shrinkage of roots at all three cell densities tested which indicates that observations on developing root systems is one suit-

[r]

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa: (1) Kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa dengan gaya kognitif FD sebagai berikut: (a) Mampu

Dörnyei and associates argued that integrative and instrumental orientations are unable to capture learners’ fluctuations and complexity of motivation as the

a. Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas, Ditjen GTK, Kemdikbud menerima usulan peserta pemilihan Guru TK berprestasi Pemenang I Tingkat Provinsi disertai dengan berkas

5 Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin dapat menyebabkan asam urata. 6 Durian dan alpukat mengandung

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keyakinan konsumen terhadap keputusan pembelian mempunyai pengaruh yang lebih besar / dominan dibanding pengaruh sikap