• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini membahas motivasi alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya melahirkan sebuah kesimpulan yang pada akhirnya menjadi jawaban atas pertanyan-pertanyaan penelitian ini.

5.1 Simpulan

Penelitian ini berfokus pada bentuk dan motivasi alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi. Adapun masalah yang diteliti adalah meliputi bentuk alih kode dan motivasi alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi. Bentuk alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi berupa alih kode dalam kalimat (intrasentential), dan alih kode antar kalimat (intersentential) sedangkan motivasi alih kode berupa motivasi integratif dan instrumental. Sesuai dengan pertanyaan penelitian maka ada dua kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian.

Berdasarkan temuan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi mempunyai sebuah bentuk grammatikal. Bentuk grammatikal ini berkaitan dengan item bahasa yang terbentuk dalam satu kalimat yang mempunyai bagian seperti kata, frasa, klausa atau kalimat sesuai dengan aturan grammatikal. Berdasarkan aspek kognitifnya, alih kode berkaitan dengan orientasi atau tujuan masyarakat ketika beralih kode.

Agung Farid Agustian, 2014

BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam hal ini, fungsi kognitif dari masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi adalah motivasi pada alih kode itu sendiri.

Alih kode pada masyarakat perbatasan mempunyai bentuk struktural dengan struktur yang pasti. Terdapat dua jenis alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi yaitu alih kode intrasentential dan alih kode intersentential. Secara struktural alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi dapat dianalisis dengan pisau bedah, yaitu matrix language (ML), dan

embedded language (EL).

Matrix language merupakan elemen utama dari struktur alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi. Berdasarkan teori Myers-Scotton (1993, dalam Myers-Scotton, 1998), matrix language (ML) berupa bahasa Sunda mempunyai elemen sisipan berupa embedded language (EL) dari bahasa Indonesia (dapat terjadi sebaliknya atau dari bahasa lainnya). Berdasarkan kedua elemen ini maka bahasa Sunda dan Indonesia membentuk alih kode baik alih kode

intrasentential maupun intersentential. Matrix language (ML) merupakan struktur induk yang menggambarkan bentuk grammatikal yang didalamnya terdapat

embedded language (EL). Dalam matrix language (ML) terdapat aturan gramatikal dan morfem-morfem dari suatu bahasa tertentu yang mendominasi dibandingkan bahasa yang lain (embedded language) . Dapat dikatakan bahwa

matrix language (ML) merupakan gambaran penutur yang merasa bahwa matrix language (ML) adalah sebagai bahasa yang sedang digunakan atau dituturkan. Ketika matrix language dari bahasa pertama beralih ke matrix language (ML)

Agung Farid Agustian, 2014

BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa kedua atau maka alih kode itu dinamakan alih kode intersentential (Myers-Scotton. 1998).

Embedded language (EL) dalam alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi adalah bentuk alih kode pada tingkat morfem dan pemilihan leksikal. Embedded language (EL) mempunyai elemen dari embedded language (EL) yang menunjukan alih kode intrasentential (Myers-Scotton. 1998).

Embedded language (EL) adalah proyeksi dari alih kode intrasentensial yang terdapat konten dari bahasa kedua yang merupakan pemilihan leksikal dari penutur itu sendiri. Ini terjadi secara sistematik, dan tidak terjadi secara random atau acak.

Masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi dikatakan integratif disebabkan oleh keinginan masyarakat perbatasan ini yang sangat besar dari penutur untuk mengakomodasi atau diakomodasi oleh penutur lainnya di dalam masyarakat. Dari temuan dan pembahasan, penutur di perbatasan Karawang dan Bekasi menilai bahwa motivasi integratif dalam alih kode intrasentential ini dikaitkan dengan tujuan (orientasi) penutur tersebut dalam memposisikan diri mereka di dalam masyarakat. Motivasi integratif dalam alih kode intrasentential

pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi mempunyai lima komponen orientasi (tujuan) yaitu: untuk diterima oleh orang lain atau dimasyarakat, untuk mempertahankan atau melindungi bahasa daerah, untuk memperlihatkan kekuatan (power), untuk menunjukan kebanggaan (prestise), dan untuk menunjukan identitas diri (berasal dari suku dan daerah asal).

Agung Farid Agustian, 2014

BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum motivasi integratif dari alih kode pada masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi adalah keinginan dari dalam diri berupa sikap kebahasaan. Sikap kebahasaan dari masyarakat perbatasan Karawang dan Bekasi merujuk kepada seberapa besar keinginan mereka untuk diterima didalam masyarakat itu sendiri. Masyarakat penutur ini menilai bahwa penggunaan bahasa (alih kode) merupakan sikap kebahasaan yang datang dari dalam untuk mengakomodasi masyarakat penutur lainnya.

Kaitan bentuk alih kode dengan motivasi alih kode berdasarkan temuan, dan analisis pada masyarakat perbatasan di Karawang dan Bekasi mempunyai kecenderungan tinggi dari aspek motivasi integratif cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi instrumental. Dari frekuensi bentuk alih kodenya, alih kode intrasentential mendominasi alih kode intersentential. Dari temuan tersebut, alih kode intrasentensial dapat disimpulkan sebagai bentuk nyata tuturan dari suatu tujuan komunikasi oleh penutur di perbatasan Karawang dan Bekasi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini yang telah diungkapkan, maka saran-saran pun kiranya perlu diberikan. Adapun yang menjadi saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tujuan dari pengguna bahasa dapat tercermin dari motivasi penutur itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa ilmu bahasa (linguistik) memiliki peran penting dalam merumuskan dan menentukan praktek sosial dan ideologi yang berlaku dalam masyarakat khususnya masyarakat perbatasan. Penelitian ini menunjukkan

Agung Farid Agustian, 2014

BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pentingnya peran alih kode dalam membangun hubungan antar masyarakat yang mempunyai bahasa dan etnis yang beragam. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu diteliti lebih jauh mengenai peran motivasi sebagai faktor psikologi yang ada dalam setiap penutur bahasa di perbatasan dengan faktor-faktor lainnya contohnya adalah dari segi seting, gender, dan atribut sosial dari penelitian.

5.3 Penutup

Demikian hasil akhir penelitian ini. Semoga tesis ini menjadi inspirasi dan dapat memberikan sumbangsih yang berharga bagi khasanah ilmu linguistik, khususnya dalam kajian alih kode.

Agung Farid Agustian, 2014

BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

.

Aarts, B. (2001). English Syntax and Argumentation (2nd. Ed). New York: Palgrave Macmilan.

Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Alfinzetti, G. (1998). The Conversational Dimension in Code-switching Between Italian and Dialect in Sicily. Dalam Auer, P (eds). (1998). Code-Switching in Conversation (Language, Interaction, and Identity). London: Routledge. Altarriba, J. dan. Basnight-Brown, D. M. (2009). Empirical Approaches to The

Study of Code-switching in Sentential Contexts. Dalam Isurin, L., Winford, D., dan De Boot, K. (eds.). (2009). Multidisciplinary Approaches to Code Switching. John Benjamins Publishing.

Bailey, C. A. (2007). A Guide to Qualitative Field Research (2nd. Ed). Virginia: Pine Forge Press.

Balai Pustaka (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bullock, B. E., dan Toribio, J. A. (2009). Themes in The Study of Code-switching.

The Cambridge Handbook of Linguistic Code-switching. New York: Cambridge University Press.

Cacoullos, R. T., dan Travis, C. E. (2010). Testing Convergence via Code-switching: Priming and The Structure of Variable Subject Expression. To appear in Bilingualism: Language and Cognition Special issue edited by Margaret Deuchar, “Cross language Effects in Bilingual Production and Comprehension. 2/2/2014

Cantone, K. F. (2007). Code-switching in Bilingual Children. Dordrecht: Springer.

Chan, B. (2004) Beyond “Contextualization” Code-Switching As a

Dokumen terkait