• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari penelitian yang dilakukan bahwa evaluasi struktur perpustakaan Agrotropika :

1. Perhitungan tulangan lentur balok memiliki perbedaan terbesar pada balok B8 dengan jumlah tulangan perlu 10 buah, namun yang terpasang hanya 4 buah.

2. Perhitungan tulangan lentur kolom memiliki perbedaan tulangan lentur pada kolom tipe K4 dengan rasio tulangan perlu melebihi 8% sehingga melebihi yang disyaratkan SNI –

03 -2847 2002.

3. Perhitungan tulangan lentur pelat memiliki perbedaan tulangan pada pelat tipe N, O, P, dengan jarak penulangan perlu arah x 120 mm dan arah y 130 mm, sedangkan pada kondisi eksisting jarak arah x 150 mm dan arah y 150 m.

4. Perhitungan kapasitas masing – masing tiang pancang memiliki perbedaan pada pile caps

tipe P4 yang melebihi kapasitas daya dukung tanah.

Hasil analisis dan evaluasi struktur terhadap jumlah tulangan yang dibutuhkan memiliki perbedaan sesuai dengan poin – poin diatas. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan tersebut adalah pembebanan yang diinput kedalam permodelan dan peraturan yang digunakan perencana.

5.2. Saran

1. Pemakaian asumsi pembebanan pada permodelan struktur lebih baik mendekati pada keadaan pembebanan struktur yang sebenarnya.

2. Peningkatan mutu beton dan tulangan yang lebih besar akan mengurangi jumlah tulangan yang diperlukan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Asroni A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hakim L. 2010. Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Toko Buku Dua Lantai [skripsi]. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Hardiyatmo HC. 2008. Teknik Pondasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Beta Offset. Nasution A. 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung: ITB.

Pratikto. 2009. Diktat Konstruksi Beton 1. Politeknik Negeri Jakarta

Riswan D, Fauzan M. 2002. Analisa dan Perhitungan Konstruksi Gedung Perkantoran Bidakara Pancoran [skripsi]. Padang: Universitas Andalas.

Surya M. 2012. Analisis dan Evaluasi Struktur Wing Fahutan IPB, Bogor Terhadap Ketahanan GempaBerdasarkan Peta Gempa 2010 [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Skempton AW. 1959. The bearing capasity of clays. London : Proc. Build. Res. Congres.

Widyastani L, Ulya T. 2010. Perencanaan Bangunan Gedung Kuliah Diploma III Fakultas Teknik Diponegoro Semarang [skripsi]. Semarang. Universitas Diponegoro.

. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983).

Bandung. Yayasan LPMB.

. 2002. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Jakarta

. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung. (SK - SNI – 03 – 2847 – 2002). Bandung. Yayasan LPMB.

. 2002. Tata Perencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung . (SK - SNI

Lampiran 5. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K1

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

� = 0,81

Lampiran 6. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K1A

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 7. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K1B

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 8. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K1K

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 9. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K2

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 10. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K3

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 11. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K3A

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 12. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K3B

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 13. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K3C

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 14. Diagram Interaksi Arah Sumbu - X Kolom tipe K4

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 15. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K1

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 16. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K1A

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 17. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K1B

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 18. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K1K

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 19. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K2

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 20. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K3

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 21. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K3A

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 22. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K3B

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 23. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K3C

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

Lampiran 24. Diagram Interaksi Arah Sumbu Y Kolom Tipe K4

Mx = Momen Nominal Arah Sumbu - X

P = Beban Aksial Nominal

+ = Eksentrisitas Ultimate

fc = 28,4 Mpa

fy = 400 Mpa

DENAH RANGKA ATAP

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH TITIK TIANG PANCANG

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH PILE CAP , SLOOF DAN KOLOM LANTAI DASAR

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH PEMBALOKAN, KOLOM & PLAT LANTAI 1

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH PEMBALOKAN, KOLOM & PLAT LANTAI 2

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH PEMBALOKAN, KOLOM & PLAT LANTAI 3

1

PEMBANGUNAN GEDUNG PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN

PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN ANGGARAN 2011 PT.FAJAR ADHI KARYA

G e n e r a l C o n t r a c t o r

AS BUILT DRAWING

DENAH PEMBALOKAN, KOLOM & PLAT LANTAI 4

1

AGROTROPICA LIBRARY OF BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY

STRUCTURE EVALUATION

Chairul Ikhwan1,Erizal2

Departement of Civil and Environmet Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.

E-mail:1 ndoyz_37@yahoo.com,2erizal.basa@yahoo.com

ABSTRACT

Analysis and structure evaluation is necessary in order to achieve a better result, because a successful construction depends on good planning and execution at site will take the rest. Calculation must refer to prevailed regulation. This script is going to evaluate and analyse Agrotropica library of Bogor Agricultural University. The library has been built precisely next to LSI. The building which was designed by PT Fajar Adhi Karya has four main floor, basement and lift machine room control. The method of this research was data collection through As Built Drawing, building modelling using SAP 2000 version 14, define frame section of structure, define and assign load case to it’s model, design the reinforcement of concrete from SAP 2000 version 14’s output such as internal force and compare the result of measurement to existing condition. This research refer to SNI 03 2847 2002 which contained concrete reinforcement design regulation. Structure evaluation input data must have according to As Built Drawing such as dimension, reinforcement type, material type, in order to get effective amount of reinforcement. Stress reinforcement on beam calculation has the biggest differences getting to 166%, and shear reinforcement smallest space 89 mm that hard to execute at the site. Column stress reinforcement evaluation has to be checked towards X and Y direction, all of column in this building was safe except K4 column type toward y direction and according to calculation that ultimate shear force didn’t exceeded nominal shear force, in other word all of column shear reinforcement type in this building is safe. Slab reinforcement design has been planned by moment coefficient method with two direction. It can be seen that N, O, P slab type has larger space than calculation, it need maximum space 120 mm on x direction and 130 mm on y direction but it has been set by M8 – 150 wiremesh which mean 150 mm x direction and 150 mm y direction at site. Pilecaps calculation result shows that it’s need shear reinforcement because ultimate shear force has exceeded nominal shear force. Amount of Stress reinforcement on P4, P8, P9 pilecaps type at site less than calculation because ultimate moment was too big. There are some differencess between calculation and existing condition that may caused by input load data to its modeling and regulation which used by designer.

CHAIRUL IKHWAN. F44080063. Evaluasi Struktur Perpustakaan

Agrotropika Institut Pertanian Bogor. Dibawah bimbingan Erizal. 2012

RINGKASAN

Analisi dan evaluasi struktur perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik, karena struktur yang baik bergantung pada perencanaan yang baik dan selebihnya tergantung pelaksanaan dilapang. Perhitungan harus mengacu pada peraturan yang berlaku, penelitian ini bertujuan mengevaluasi dan menganalisa perpustakaan Agrotropika Institut Pertanian Bogor. Perpustakaan ini telah dibangun tepat disamping LSI, bangunan yang direncanakan oleh PT Fajar Adhi Karya ini memiliki empat lantai utama, lantai dasar dan ruang kendali lift. Metode penelitian ini diawali dengan pengumpulan data melalui As Built Drawing, permodelan bangunan menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14, menentukan dimensi struktur, menentukan dan memasukkan pembebanan, merencanakan jumlah tulangan yang diperlukan dari output gaya dalam SAP 2000 versi 14 berupa momen lentur, gaya geser, torsi, dan beban aksial lalu bandingkan dengan kondisi eksisting di lapangan. Penelitian ini mengacu pada SNI 03 2847 2002 yang berisi peraturan tentang tata cara perencanaan beton bertulang. Input data evaluasi struktur harus sesuai dengan data dari As Built Drawing berupa dimensi, jenis tulangan, jenis material untuk mencapai jumlah tulangan efektif. Tulangan tarik pada perhitungan balok memiliki perbedaan mencapai 166 %, dan jarak tulangan terkecil 89 mm yang sulit dilakukan di lapangan. Evaluasi tulangan tarik kolom harus diperiksa pada arah sumbu x dan sumbu y, tulangan tarik semua kolom pada bangunan ini aman kecuali pada kolom jenis K4 pada arah sumbu Y dan menurut perhitungan tulangan geser pada semua kolom dinyatakan aman karena gaya geser yang terjadi tidak melabihi gaya geser yang dimiliki beton, dengan kata lain semua tulangan geser pada setiap jenis kolom di bangunan ini dinyatakan aman. perencanaan penulangan pelat lantai direncanakan dengan metode koefisien momen dengan dua arah, dapat dilihat bahwa pada tipe pelat N, O, P memiliki jarak tulangan yang lebih besar dari perhitungan. Pelat ini membutuhkan jarak penulangan maksimal 120 mm arah x dan 130 mm arah y sedangkan pada kondisi eksisting terpasang dengan wiremesh M8 – 150 yang berarti memiliki jarak penulangan 150 mm arah x dan 150 mm arah y. Hasil perhituungan pilecaps

menunjukkan bahwa pilecaps membutuhkan tulangan geser dikarenakan gaya geser yang terjadi melebihi gaya geser yang dimiliki oleh pilecaps. Jumlah tulangan tarik pada pilecaps jenis P4, P8, dan P9 di lapangan kurang dari yang diperhitungkan karena momen lentur pikecaps terlalu besar. Ada beberapa perbedaan antara perbedaan dan kondisi eksisting yang mungkin disebabkan perbedaan pembebanan yang digunakan pada permodelan dan peraturan yang digunakan oleh perencana.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor merupakan perguruan tinggi yang sedang meningkatkan daya saing terhadap perguruan tinggi lain dibidang pengetahuan, karena itu IPB membangun perpustakaan baru setelah perpustakaan LSI untuk memperluas informasi yang didapat mahasiswa dibidang pengetahuan. Perpustakaan ini memiliki bentuk arsitektural melingkar sehingga mahasiswa tertarik untuk menjadikan perpustakaan tersebut sebagai topik penelitian ini.

Kebutuhan perpustakaan sebagai sarana penunjang pengetahuan sangat diperlukan sehingga perlu ditinjau keamanan strukturnya. Peninjauan keamanan struktur bangunan dilakukan dengan menghitung kekuatan struktur pada kondisi eksisting dan membandingkannya dengan hasil perhitungan dengan parameter jumlah tulangan yang diperlukan, jika jumlah tulangan yang diperlukan kurang dari jumlah tulangan eksisting maka perlu dilakukan evaluasi. Analisis dan evaluasi perlu dilakukan karena keberhasilan suatu konstruksi ditentukan oleh perencanaan yang baik agar tidak mengalami kegagalan lentur, geser, dan torsi yang membahayakan pengguna bangunan. Perhitungan yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku agar memenuhi standar perencanaan, selain itu hal ini ditujukan untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang efisien baik dari segi konstruksi maupun ekonomi.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian akhir ini adalah :

1. Mengevaluasi dan menganalisa strukrtur gedung perpustakaan IPB. 2. Membandingkan hasil perhitungan dengan kondisi eksisting lapangan.

1.3. Batasan Masalah

Perhitungan struktur pada bangunan perpustakaan ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut :

1. Tidak memperhitungkan konstruksi lift karena lift merupakan bagian mechanical dan electrical.

2. Tidak memperhitungkan analisa tampang pada konstruksi atap kuda – kuda karena tidak ada pada kondisi eksisting.

3. Tidak memperhitungkan kolom pipa baja karena tidak ada beban yang terpasang pada aplikasinya.

4. Tidak menganalisa tulangan pada sloof karena tidak ada pada permodelan SAP 2000 versi 14.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Spesifikasi

Perpustakaan merupakan bangunan yang dibuat untuk mengumpulkan buku – buku pengetahuan jenis apapun, dalam arti tradisional. Perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah, walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Perpustakaan tidak hanya menyimpan buku buku dan artikel dalam bentuk kasar, perpustakaan juga menyimpan informasi dalam bentuk softcopy dengan berbagai format. Perpustakaan modern didefinisikan sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apapun, dalam perpustakaan ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital yang bisa diakses melalui jaringan komputer.

Institut Pertanian Bogor merupakan perguruan tinggi yang sedang membangun perpustakaan baru setelah perpustakaan LSI. Pembangunan perpustakaan baru ditujukan untuk menambah dan mempermudah mahasiswa dalam mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan serta menambah daya saing terhadap perguruan tinggi lain. Bangunan ini memiliki lantai dasar, empat lantai utama dan lift machine room. Perpustakaan ini memiliki bentuk yang berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di IPB, yang berbentuk lingkaran pada bagian node, bangunan ini menggunakan struktur beton bertulang dengan kerangka portal serta menggunakan konstruksi baja ringan yang didukung dengan kolom pedestal pada bagian atap. Perpustakaan ini dilengkapi dengan fasilitas lift sebagai penghubung antar level selain menggunakan tangga.

Konstruksi gedung ini menggunakan beton bertulang dengan mutu K – 350 pada struktur kolom, balok, pelat, sedangkan pada konstruksi pondasi menggunakan tiang pancang dengan beton bertulang mutu K – 500. Jenis baja tulangan yang digunakan pada konstruksi ini adalah BJTP 40 pada tulangan lentur dan torsi dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2dan BJTP 24 pada tulangan geser dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2. Dinding bangunan ini menggunakan kaca clear glass

dengan tebal 8 mm. McCormac (2002) menyatakan bahwa terdapat dua jenis beban yang bekerja pada struktur, yaitu beban statis dan dinamis. Pembebanan dapat ditinjau menurut arah beban yang bekerja yaitu beban vertikal dan horizontal.

Beban vertikal pada suatu struktur adalah beban yang bekerja pada arah tegak lurus permukaan bumi, yaitu beban mati dan beban hidup. Beban mati adalah beban yang sifatnya tidak dapat berpindah, beban mati pada struktur yaitu berat sendiri bangunan dan berat komponen gedung. Berat sendiri bangunan dan komponen gedung dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung termasuk dari barang yang dapat berpindah – pindah, mesin – mesin serta peralatan yang tak terpisahkan dari gedung. Beban hidup menurut PPIUG 1983 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Berat sendiri bahan bangunan

BAHAN BANGUNAN BERAT/m3

Baja 7850 kg

Batu Alalm 2600 kg

Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg Batu karang (berat tumpuk) 700 kg

Batu pecah 1450 kg

besi tuang 7250 kg

Beton (1) 2200 kg

Beton bertulang (2) 2400 kg

Kayu (kelas I) (3) 1000 kg

Kerikil, koral (Kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650 kg

Pasangan batu merah) 1700 kg

Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2200 kg

Pasangan batu cetak 2200 kg

Pasangan batu karang 1450 kg

Pasir (Kering udara sampai lembab) 1600 kg

Pasir (jenuh air) 1800 kg

Pasir kerikil, koral (kering udara, sampai lembab) 1850 kg Tanah lempung dan lanau (Kering udara sampai lembab) 1700 kg Tanah lempung dan lanau (basah) 2000 kg Tanah Hitam (tumbel) 11400 kg

( sumber : PPIUG 1983)

Beban horizontal pada suatu struktur adalah beban yang bekerja pada arah sejajar permukaan bumi yaitu beban angin dan beban gempa. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung menyebutkan bahwa beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif yang bekerja tegak lurus terhadap bangunan. Besarnya beban angin ditentukan minimum 25 kg/m2, sedangkan pada jarak 5 km dari pantai diambil minimum 40 kg/m2. Daerah tertentu dimana tekanan angin jauh lebih besar dihitung dengan menggunakan rumus :

Pw = d೬‚

(2.1)

Beban gempa merupakan salah satu jenis beban luar yang berasal dari gerakan tanah yang bekerja tegak lurus arah bangunan. Beban gempa dapat dihitung dengan metode statik ekivalen dan respon dinamik. Analisa statik ekivalen hanya dapat digunakan pada bangunan yang beraturan sedangkan pada bangunan yang tidak beraturan menggunakan analisa respon dinamik (SNI 03 1726 2002) . Menurut SNI 03 1726 2002 suatu bangunan dikatakan beraturan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Gedung dengan tinggi maksimum 40 m.

2. Denah gedung seragam dan bentuk persegi panjang. 3. Bentuk portal seragam tiap tingkat.

Tabel 2. Berat sendiri komponen gedung

( sumber : PPIUG 1983)

Kekuatan karakteristik beton (fc’) didasarkan atas kekuatan beton pada umur 28 hari untuk sampel silinder yang mengacu pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung 1991 (SK SNI T – 15 – 1991 – 03).

Kuat tekan Beton

fc' = 0,83 x s’bk

Modulus Elastisitas Beton :

Ec = 4700 ,k′

Dalam perhitungan suatu struktur harus berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku, yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan struktur bangunan yang ekonomis dan memberikan kenyamanan serta keamanan bagi pemakainya.

Tabel 3. Berat hidup pada lantai gedung

(sumber : PPIUG 1983)

Dalam penelitian ini, peraturan-peraturan yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T–15–1991–

03).

 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.

 Peraturan Perencanaan Beton Bertulang (SNI – 03 2847 – 2002)

 Peraturan Perencanaan Beban Gempa (SNI 03 - 1726 – 2002 dan RSNI 03 - 1726 –

2010).

Perhitungan yang dilakukan sesuai dengan fungsi bangunan direncanakan, baik perencanaan beban hidup maupun beban mati didasarkan pada Peraturan Perencanaan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983).

2.2. Desain Struktur

2.2.1. Balok

Balok didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal yang arahnya horizontal, sedangkan portal merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khususnya bangunan gedung (Asroni 2010). Gaya yang bekerja pada balok adalah gaya geser, momen lentur dan torsi, sehingga perlu baja tulangan untuk menahan beban - beban tersebut agar tidak terjadi keruntuhan. Tulangan memanjang/longitudinal pada bagian atas dan bawah balok adalah tulangan yang digunakan untuk menahan momen tarik dan momen tekan pada balok. Tulangan sengkang/begel digunakan untuk menahan beban geser pada balok dan tulangan tengah digunakan untuk menahan beban torsi pada balok.

A. Beban Lentur Pada Balok

Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi – rol), dan di atas balok bekerja beban terpusat P serta beban merata q seperti pada Gambar 1 maka akan timbul momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah seperti tampak pada Gambar 2. Balok yang melengkung kebawah akibat beban luar ini ditahan oleh kopel – kopel gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Serat – serat beton bagian atas akan menahan tegangan tekan dan semakin kebawah tegangan tekan tersebut akan semakin mengecil, sebaliknya pada serat

–serat tepi bawah akan menahan tegangan tarik dan semakin ke atas maka semakin kecil pula tegangan tariknya, ilustrasi ini dapat dilihat pada Gambar 3. Serat – serat bagian bawah beton akan mengalami tegangan tarik yang besar saat diberikan beban yang cukup besar sehingga dapat terjadi retakan pada beton bagian bawah. Keadaan ini terjadi pada beton memiliki momen besar.

Gambar 1. Beban Terpusat dan Beban Merata pada Balok (sumber : Asroni 2010)

Gambar 2. Perubahan Bentuk Balok Akibat Gaya Dalam

Gambar 3. Diagram Tegangan Beton (sumber : Asroni 2010)

Beton yang mengalami tegangan tarik yang berlebihan akibat pembebanan akan mengalami keruntuhan karena sifat beton yang lemah terhadap tegangan tarik, untuk menangani masalah ini perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan istilah beton bertulang. Baja pada beton bertulang digunakan untuk menahan tegangan tarik yang berada dibawah garis netral,

Dokumen terkait