• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. HASIL PEMILAHAN CEPAT ISOLAT Enterobacter sakazak

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan nilai D54 isolat E. sakazakii yang diujikan berada pada kisaran 7.50 – 9.13 menit. D56 yang diperoleh berada pada kisaran 3.61 – 4.24 menit. D58 untuk isolat yang diujikan berada pada kisaran 1.34 – 1.39 menit. Pada suhu 60 0C diperoleh nilai D pada kisaran 0.71 – 0.90 menit. Isolat Enterobacter sakazakii asal susu formula ataupun makanan bayi tidak terlalu tahan panas dilihat dari nilai D yang diperoleh pada suhu pengujian, namun bakteri ini tidak sensitif terhadap perlakuan panas, dilihat dari nilai Z yang besar untuk keseluruhan isolat. Nilai Z Isolat E. sakazakii yang diujikan berada pada kisaran 5.54 – 6.08 0C. Nilai D dan Z seluruh isolat yang diuji tidak berbeda jauh kemungkinan dikarenakan isolat E. sakazakii yang digunakan merupakan strain yang berada pada satu cluster. Nilai D dan Z pada penelitian ini relatif lebih kecil jika dibandingkan terhadap isolat yang diuji oleh Nazarowec- White dan Farber (1997) untuk keseluruhan suhu uji, kemungkinan yang terjadi adalah isolat E. sakazakii yang mengkontaminasi produk lokal bukan merupakan strain tahan panas, seperti yang diuji oleh Nazarowec – White dan Farber (1997), namun diperlukan studi lanjut mengenai hal tersebut. Berdasarkan nilai perhitungan D72 isolat E. sakazakii asal makanan perlakuan pasteurisasi mampu mengeliminasi E. sakazakii hingga 38 siklus log, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan kontaminasi E. sakazakii bukan dikarenakan ketidakcukupan proses panas, sebab proses pasteurisasi mampu mengeliminasi keberadaan bakteri ini hingga jumlah yang sangat rendah. Berdasarkan perhitungan nilai D70 tiap isolat yang diuji pada penelitian ini, rekomendasi WHO untuk merekonstitusi susu formula dengan air bersuhu 70 0C mampu mengeliminasi keberadaan E. sakazakii. Meskipun isolat E. sakazakii yang diujikan relatif tidak tahan panas, perbandingan yang dilakukan dengan parameter nilai D72 terhadap

Enterobactericeae lainnya yang mengkontaminasi susu, isolat asal susu formula maupun makanan pendamping ASI lebih tahan panas dibandingkan dengan Enterobactericeae lainnya, namun tidak lebih tahan panas dibandingkan Yersinia Enterolitica, kecuali untuk satu isolat asal susu formula YR t2a.

B. SARAN

Memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh serta kendala yang dihadapi selama penelitian berlangsung, maka dapat dinyatakan beberapa saran untuk melanjutkan penelitian ini, yaitu pemilahan cepat yang dilakukan untuk memilih isolat yang digunakan sebaiknya dilakukan dengan beberapa kali ulangan, agar reliabilitas hasil yang diperoleh tinggi. Di samping itu media pencawanan yang digunakan seharusnya disuplementasi dengan substansi yang dapat membantu recovery sel setelah proses pemanasan, seperti sodium pyruvat. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan jumlah koloni yang mampu bertahan setelah pemanasan. Pengaruh perbedaan strain terhadap ketahanan panas bakteri perlu diteliti lebih lanjut.

27

DAFTAR PUSTAKA

Arroyo C, Condon S, Pagan R. 2009. Thermobacteriological characterization of Enterobacter sakazakii. International Journal of Food Microbiology 136 : 110-118.

[BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2001. http://www.cfsan.fda.gov/. [25/12/2010].

Bar-Oz B, Preminger A, Peleg O, Block C, Arad I. 2001. Enterobacter sakazakii infection in the newborn. Acta Paediatrica 90: 356-358.

Block C, Peleg O, Minster N, Bar-Oz B, Simon A, Arad I. 2002. Cluster of neonatal infections in Jerusalem due to unusual biochemical variant of Enterobacter sakazakii. European Journal of Clinical and Microbiological Infectious Diseases 27: 613–616.

Breeuwer P, Lardeau A, Peterz M, Joosten HM. 2003. Dessication and heat tolerance of Enterobacter sakazakii. Journal of Applied Microbiology 95: 967- 973.

Centers for Disease Control and Prevention. Enterobacter sakazakii infections associated with the use of powdered infant formula - Tennessee, 2001. Morb Mortal WeeklyReport. 51: 297–300. Edelson-Mammel SG, Buchanan RL. 2004. Thermal inactivation of Enterobacter sakazakii in

rehydrated infant formula. Journal of Food Protection 67: 60-63.

Estuningsih S, Rochman N, Wibawan IWT. 2006. Potensi kejadian meningitis pada neonates akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari makanan dan susu bayi. Penelitian Hibah Bersaing XIV Perguruan Tinggi. Bogor: Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Fardiaz S.1992. Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi , IPB, Bogor.

Food and Agriculture Organization-World Health Organization.2004. Enterobacter sakazakii and other microorganisms in powdered infant formula: meeting report, MRA series6.WHO,Geneva,Switzerland.

Food and Agriculture Organization-World Health Organization. 2006. Enterobacter sakazakii and

Salmonella in powdered infant formula. Second Risk Assessment Workshop, 16-20 Januari 2006. WHO, Rome, Italy.

Gassem MAA . 1999. Study of the microorganisms associated with the fermented bread (khamir) produced from sorghum in Gizan region, Saudi Arabia. Journal of Applied Microbiology 86: 221-225.

28 Gurtler JB, Kornacky JL, Beuchat LR.2005. Enterobacter sakazakii : a coliform of increased concern

to infant health. Internasional Journal of Food Microbiology 104:1- 34.

Heredia Norma, Irene Wesley, Santos Garcia. 2009. Microbiologically Safe Foods. Canada: Jhon Willey and Sons Inc Publication.

Himelright I, Harris E, Lorch V, Anderson M. 2002. Enterobacter sakazakii infection associated with the use of powdered infant formula- Tennessee.2001. J Am Med Assoc287: 2204-2205. International Comission on Microbiological Spesification for Food. 2002. Microorganism in Foods,

Vol 7. Microbiological testing in food safety management. Chapter 8. Selection of cases and attribute plans.New York: Kluwer Academic /Plenum Publisher.

Iversen C, Lane M, Forsythe SJ. 2004. Risk profile of Enterobacter sakazakii an emergent pathogen associated with infant milk formula. Trends in Food Science and Technology 14: 443–454. Iversen CP, Druggan P, Forsythe SJ. 2004. A selective differential medium for Enterobacter

sakazakii, a preliminary study. Int J. Food Microbiol. 96:133 – 139.

Iversen C, Mullane N, McCardell B, Tall BD, Lehner A, Fanning S, Stephan R, Joosten H. 2008.

Cronobacter gen. nov., a new genus to accomodate the biogroups of Cronobacter sakazakii

gen. nov., comb. nov., Cronobacter malonaticus sp. nov., Cronobacter turicensis sp. nov.,

Cronobacter muytjesii sp. nov., Cronobacter dublinensis sp. nov., Cronobacter

genomspecies 1, and of three subspecies, Cronobacter dublinensis subsp. Dublinensis subsp. nov., Cronobacter dublinensis subsp. lausannensis subsp. nov., and Cronobacter dublinensis

subsp. lactaridi subsp. nov. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 58 : 1442-1447.

Jay JM.2000. Modern Food Microbiology.Sixth Edition. Maryland:Aspen Publisher Inc.

Kim Hoikyung, Jee-Hoon Ryu, Larry R. Beuchat. 2006. Survival of Enterobacter sakazakii on fresh produce as affected by temperature, and effectiveness of sanitizers for its elimination.

International Journal of Food Microbiology 111 : 134–143.

Kim SH, Park JH. 2007. Thermal resistance and inactivation of Enterobacter sakazakii isolates during rehydration of powdered infant formula. J Microbiol Biotechnol 17: 364 – 368.

Knabel SJ, Walker HW, Hartman PA, Mendonca AF. 1990. Effects of growth temperature and strictly anaerobic recovery on survival of Listeria monocytogenes during pasteurization .Applied and Environtmental Microbiology 56: 370 – 376.

Lai KK. 2001. Enterobacter sakazakii infection among neonates, infants, children, and adults: Case reports and a review of the literature. Med. Baltimore 80:113 – 122.

Lewis, Michael, Neil Heppell.2000.Continuous Thermal Processing of Foods Pasteurization and UHT Sterilization. Maryland : Aspen Publishers, inc.

29 Meutia YR. 2008. Enterobacter sakazakii Isolat Asal Susu Formula dan Makanan Bayi : karakterisasi Gen 16S rRNA dan Perilaku Bakteri Pasca Rekonstitusi. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor.

Murphy RY, Osaili T, Duncan LK, Marcy JA. 2004. Thermal Inactivation of Salmonella and Listeria monocytogenes in ground chicken thigh/leg meat and ski. Poultry science 83: 1218 – 1225. Muytjens HL, Roelofs-Willemse H, Jaspar GH.1988.Quality of powdered substitutes for breastmilk

with regard to members of the family Enterobacteriaceae. Journal of Clinical Microbiology

26:743–746.

Nazarowec-White M, Farber JM.1997. Thermal resistance of Enterobacter sakazakii in reconstituted dried-infant formula. Letters in Applied Microbiology 24, 9–13.

Nazarowec-White M, McKellar RC, Piyasena P. 1999. Predictive modeling of Enterobacter sakazakii

inactivation in bovine milk during high temperature short time pasteurization. FoodResIntern

32: 375–379.

Oh Se Wook, Dong-Hyun Kang. 2006. Fluorogenic Selective and Differential Medium For Isolation of Enterobacter sakazakii. Journal of Applied and Environmental Microbiology 70: 5692– 5694.

Osaili TM, Shaker RR, Al-Haddaq MS, Al- Nabulsi AA, Holley RA. 2009. Heat Resistance of Cronobacter species (Enterobacter sakazakii) in milk and special feeding formula. Journal of Applied Microbiology 107:928- 935.

Pagotto FJ, Nazarowec-White M, Bidawid S, Farber JM.2003. Enterobacter sakazakii : Infectivity and enterotoxin production in vitro in and vivo. J. Food Protection 66: 370 – 375.

Van acker J, De Smet F, Muyldermans G, Bougatef A, Naessens A, Lauwers S. 2001. Outbreak of necrotizing enterocolitis associated with E.sakazakii in powdered milk formula. Journal of Clinical Microbiology 39: 293-297.

Willis J, Robinson JE. 1988. Enterobacter sakazakii meningitis in neonates. Pediatric Infections Diseasea Journal 7: 196 – 199.

30

31

Dokumen terkait