• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Pada bab ini peneliti menguraikan remaja dan perkembangannya yang meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, kebutuhan remaja, dan tugas perkembangan remaja; masalah siswa SMU meliputi pengertian masalah, bidang-bidang masalah siswa; belajar, prestasi belajar, pendidikan agama katolik, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

A. Remaja dan Perkembangannya

Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) merupakan kelompok siswa-siswi yang pada umumnya berumur 14/15-18/19 tahun. Kelompok umur tersebut digolongkan dalam kelompok remaja. Istilah yang sering muncul di sekitar umur tersebut, yakni: adolescence dan remaja. Istilah adolescence berasal dari bahasa Latin “Adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, dan kata benda “Adolescentia” berarti remaja (Hurlock, 1996:206; Kartini Kartono dan Gulo, 2000). Mappiare (1982:27) menyatakan bahwa usia remaja berada dalam rentang usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria yang diperincinya menjadi masa remaja awal berada dalam usia 12/13-17/18 tahun dan remaja akhir berada dalam rentang usia 17/18-21/22 tahun.

Santrock (2003) menyatakan bahwa dalam perkembangannya menuju kedewasaan atau kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati masa remaja awal/dini (Early Adolescence); masa remaja pertengahan (Middle Adolescence); masa remaja lanjut (Late Adolescence).

G. Stanley Hall (Santrock, 2003) menyatakan remaja adalah masa antara usia 12-23 tahun yang penuh dengan “topan dan tekanan” (Storm-and-stress) yaitu masa goncang yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Pada umur ini remaja tersebut berada dalam akhir masa remaja tengah dan awal masa remaja akhir atau transisi. Masa transisi adalah masa di mana individu memandang dirinya sudah menjadi bagian dari orang dewasa tetapi di lain pihak mereka belum mendapat tempat yang sesuai di antara orang dewasa. Kebingungan itu disebabkan oleh peranannya dan harapan masyarakat terhadap mereka. Secara fisik para siswa SMU sudah dewasa sehingga menuntut kebebasan dari orang dewasa terutama orangtua tetapi mereka masih sangat tergantung pada keluarga terutama dalam hal ekonomi.

Menurut Mappiare (1982: 34-35) kesulitan menentukan kekhasan remaja yang berada di tingkat sekolah menengah umum (SMU) itu kemungkinan disebabkan oleh masih sukarnya diadakan garis pemisah yang jelas antara masa remaja awal dan masa remaja akhir; ciri-ciri, sifat-sifat kelompok individu yang tergolong dalam remaja akhir ini kurang menunjukkan penonjolan yang kuat, atau kurang menunjukkan intensitas kuat dalam persoalannya; masa remaja akhir hanya merupakan kelanjutan remaja awal, dan masa remaja awal banyak melandasi pertumbuhan dan perkembangan remaja akhir dan masa dewasa.

1. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Hurlock (1996:207-209) mengungkapkan ciri-ciri remaja yang membedakan dengan periode sebelumnya, yakni: masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai masa perubahan, masa remaja sebagai masa bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa

remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa tidak realistik, masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Ciri-ciri khusus yang menonjol pada masa remaja ialah pertumbuhan fisik yang sangat cepat, perkembangan seksual yang sangat menyolok, tertarik kepada lawan jenisnya, cara berpikir yang kausalitas, emosi yang meluap-luap atau tidak stabil, menarik perhatian lingkungannya, dan kehidupan sosial terikat dengan kelompoknya (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:126).

Mappiare (1982:36-41) mengungkapkan ciri remaja awal dan remaja akhir yakni: menonjolnya sikap dan moral, organ seks yang mulai matang, stabilitas mulai tumbuh dan meningkat, citra diri dan sikap yang realistis, menghadapi masalahnya secara lebih matang, perasaan menjadi lebih tenang.

Hurlock (1996) menunjukkan beberapa perubahan dan perkembangan yang dialami remaja antara lain perubahan fisik, keadaan emosi, perubahan sosial, minat, seks dan perilaku seks, moral, hubungan dengan keluarga, dan perubahan kepribadian. Oleh karena itu ciri-ciri perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Hurlock (1996:211) menyatakan perubahan tubuh eksternal dialami remaja antara lain: perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri seks sekunder. Sedangkan perubahan tubuh internal yang mengalami perubahan selama remaja adalah sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem endokrin dan jaringan tubuh.

Pada masa remaja ini individu mencapai perkembangan fisik yang maksimal dan masa ini pula tercapai kematangan kemampuan reproduksi. Kematangan ini

mengakibatkan remaja mempunyai perhatian terhadap lawan jenis kelamin dan ia akan berusaha menarik lawan seksnya tersebut. Untuk menarik lawan jenisnya perhatian terhadap penampilan menjadi sangat penting. Bila terjadi sesuatu yang salah dalam perkembangan tersebut, misalnya tidak dapat mencapai perkembangan yang ideal atau perkembangan yang diharapkan akan mengakibatkan munculnya masalah dan mempengaruhi perilakunya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan fisik, misalnya terlalu tinggi, terlalu pendek, gemuk, kurus, dan munculnya jerawat.

b. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial remaja juga meningkat. Remaja sadar akan tekanan sosial dan hubungan sosial. Ia mulai terjun dalam masyarakat dalam arti melakukan aktivitas dengan teman sebayanya. Ikatannya dengan orang tua menjadi longgar. Pada masa remaja ini individu sangat memikirkan pendapat orang lain mengenai dirinya dan berusaha untuk mendapatkan peran dalam masyarakat.

Menurut Monks, dkk (1991) Usaha remaja untuk memisahkan diri dari orang tua dan membentuk kelompok sebaya merupakan suatu reaksi remaja terhadap status interim mereka. Dalam keadaan sudah dewasa secara jasmani dan seksual, kebanyakan remaja masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya dan masih menjadi bagian dari keluarga. Usaha remaja untuk melepaskan diri dari orang tua dimaksudkan untuk menemukan dirinya atau pembentukan identitasnya yakni perkembangan ke arah individualitas yang mantap.

Debesse (Monks, 1991) menyatakan bahwa sebetulnya dalam pencarian identitas itu remaja sebenarnya hanya menonjolkan apa yang membedakan dirinya

dari orang dewasa, yaitu originalitas dan bukan identitasnya. Usaha remaja untuk mencapai originalitas menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman-teman sebaya. Remaja menunjukkan originalitas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, gaya tingkah laku, kesenangan, tingkah laku konsumeris, pertemuan-pertemuan dan pesta-pesta yang semua ini memanifestasikan diri sebagai kelompok anak muda dengan gaya sendiri.

c. Perkembangan Kognitif

Pada masa remaja ini, selain perkembangan fisik juga terjadi perkembangan fungsi-fungsi psikologis. Pada remaja masa ini terjadi peningkatan kekuatan mental dalam menentukan pendapat, berpikir, memahami dan mengingat, berkonsentrasi terhadap suatu rangsangan dari luar, memecahkan masalah, mengingat kembali suatu kejadian yang telah lalu, memahami lingkungan fisik dan sosial serta diri sendiri termasuk proses kognitif. Peningkatan kemampuan ini membawa remaja pada perhatian terhadap lingkungan yang bersifat intelektual dan sosial.

Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (Monks,1991; Santock, 2003; dan Soetjiningsih, 2004) adalah tahap sensorimotorik; tahap pra-operasional; tahap operasional konkret; dan tahap operasional formal kemampuan berpikir yang ditandai dengan kemampuan deduktif hipotesis dan kombinatoris.

Menurut Keating (Soetjiningsih, 2004) karakteristik cara berpikir operasional formal adalah mampu berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi dan yang akan terjadi; berpikir hipotesis; berpikir jauh ke depan, membuat rencana dan strategi yang tepat; mengukur kemampuan diri, pengetahuan, tujuan dan langkah-langkah mencapainya; berpikir tanpa batas dan bersifat abstrak. Remaja

yang berumur 11-18 tahun diklasifikasikan dalam tahap operasional formal (Soetjiningsih, 2004).

Banyak masalah remaja yang bersumber dari proses perkembangan itu. Masalah-masalah itu ada yang dapat diselesaikan sendiri oleh remaja, tetapi ada juga masalah yang tidak dapat diselesaikannya dengan baik. Para remaja membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah mereka. Orang lain yang dekat dengan mereka adalah orangtua, teman, dan guru-guru di sekolah.

d. Perkembangan Afeksi

Anak-anak remaja memiliki perasaaan yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan perasaan orang dewasa. Tetapi pengaruh perasaan itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pengaruh perasaan anak kecil (Zulkifli,1993:59). Anak usia SMU lekas merasa puas, tampaknya mereka selalu gembira, jarang bahkan tidak menyesali perbuatannya.

e. Perkembangan Emosi

Keadaan emosi remaja SMU masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon ( Zulkifli, 1993:66). Suatu saat bisa sedih sekali, dan pada saat yang lain dia bisa marah sekali. Kenyataan ini kebanyakan dialami oleh remaja yang putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya karena, misalnya dipelototi. Keadaan ini bisa berbanding terbalik jika anak remaja berada dalam kondisi/keadaan yang menyenangkan mereka bisa lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada pikiran yang realistis.

f. Perkembangan Religius

Yang dimaksud dengan perkembangan religius adalah segala pengalaman yang meyakinkan manusia bahwa ia berhubungan dengan sesuatu yang bersifat ketuhanan (Zulkifli,1993:74). Pada masa remaja kepercayaan kepada Tuhan dialami sendiri dengan sadar, misalnya waktu mengikuti upacara misa atau upacara keagamaan lainnya yang membangkitkan suasana dan perasaan keagamaan itu. Tradisi dan kebiasaan keagamaan yang dilaksanakan di rumahnya sendiri, sering menjemukan bagi remaja karena; adanya dogma-dogma yang dianggapnya mengurangi kebebasan mendapatkan pengalaman religius yang dibutuhkannya, menentang segala sesuatu yang berbau tradisi, dan ingin menjauhkan diri dari pengaruh orang dewasa. Telaumbanua,1999:199 mengklasifikasikan ciri-ciri perkembangan religiositas remaja usia sekolah sebagai berikut: ambivalensi (menduahati), belum teguh, ragu-ragu, dan ada sikap kurang percaya terhadap praktek keagamaan orang-orang dewasa yang saleh, menolak sikap beragama tradisional orang tua, masih berbau magis dan animistis. Singkatnya mereka sedang menghadapi perombakan menyeluruh, disertai sikap kritis atas praksis tradisional yang diterima dari keluarga, sekolah atau paroki dan mengarah pada keyakinan pribadi.

2. Kebutuhan Remaja

Kebutuhan atau motif adalah segala alasan yang mendorong manusia untuk bertingkah laku mencapai sesuatu yang diinginkan atau dituju. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika

individu berhasil memenuhi kebutuhan ini akan merasa puas dan sebaliknya jika gagal memenuhi kebutuhan ini akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Yusuf dan Nurihsan, 2005:202).

Maslow (Schultz, 1991:90) mengatakan manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir dan yang tersusun dalam suatu tingkatan dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kebutuhan dasar itu meliputi kebutuhan untuk menunjang perkembangan fisik, kebutuhan untuk menunjang perkembangan sosial dan kebutuhan untuk menunjang perkembangan psikologis. Kebutuhan yang menunjang perkembangan biologis atau kebutuhan biologis/fisiologis adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Misalnya makanan, air, udara, tidur (istirahat), mengembangkan keturunan (seks).

Kebutuhan yang dapat menunjang perkembangan pribadi-sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain. W.I. Thomas (Willis, 1981) mengatakan ada empat kebutuhan manusia yaitu kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan untuk mendapat respon dari orang lain, kebutuhan untuk memiliki dan kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru.

Kebutuhan psikologis merupakan dorongan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuan yang bersifat psikologis. Kebutuhan ini bersifat individual, misalnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dipahami apa adanya, kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, membentuk kebiasaan yang baik.

Mappiare (1982:144) mengemukakan bahwa ada tujuh jenis kebutuhan remaja dengan titik berat bagi remaja SMU antara lain:

a. Kebutuhan penyesuaian diri dalam peer (kelompok teman sebaya)

Kebutuhan akan adanya penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya, muncul sebagai akibat adanya keinginan bergaul dengan teman sebaya mereka. Dalam hubungan ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan.

b. Kebutuhan penyesuaian diri terhadap para guru

Kebutuhan penyesuaian diri remaja terhadap para guru timbul karena remaja dalam perkembangannya “melepaskan diri” dari keterikatan dengan orang tua, ingin mendapatkan orang dewasa lain yang dapat dijadikannya sahabat dan sebagai pendamping

c. Kebutuhan penyesuaian diri dalam hubungan orang tua guru-murid

Kebutuhan ini dilatar-belakangi antara lain, remaja ingin berkembang tanpa tergantung pada orang tuanya, ingin diakui sebagai individu yang mempunyai hak-hak sendiri.

d. Kebutuhan akan kejelasan tujuan-tujuan

Kebutuhan akan adanya kejelasan tujuan sering ditekankan pentingnya oleh para ahli psikologi. Remaja yang memiliki mental sehat, sangat membutuhkan tujuan yang jelas. Atas pentingnya kejelasan tujuan ini, maka di sekolah para guru menjelaskan tentang tujuan kurikulum, tujuan instruksional khusus dan umum. Lebih dari itu guru di sekolah perlu menjelaskan makna-makna pelajaran bagi kepentingan pribadi remaja itu di kemudian hari.

e. Kebutuhan akan kemantapan harga diri

Kebutuhan akan kemantapan rasa harga diri, sangat dibutuhkan oleh para remaja. Hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi remaja sangat kompleks.

f. Kebutuhan untuk mengerti dan memahami harga diri

Kebutuhan untuk memahami dan mengerti diri sendiri bagi remaja SMU sangat erat kaitannya dengan kemantapan rasa harga diri. Mengerti diri sendiri merupakan suatu keadaan, di mana seorang mengetahui sikap-sikapnya, sifat-sifatnya dan kemampuan-kemampuannya.

g. Kebutuhan akan kesiapan perkawinan

Kebutuhan akan adanya kesiapan untuk perkawinan, didasari oleh adanya masalah-masalah yang cukup kompleks dalam pelaksanaan perkawinan dan hidup berkeluarga. Hampir semua remaja mempunyai keinginan untuk diikat dalam sebuah perkawinan dalam usaha memperoleh rasa aman, rasa damai, mencintai dan dicintai. Tetapi sayangnya mereka tidak banyak dipersiapkan untuk hidup perkawinan itu.

Jika kebutuhan-kebutuhan ini dapat dipenuhi secara memadai, maka akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi; remaja yang bersangkutan merasa gembira, harmonis, dan menjadi orang yang produktif. Sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup remaja yang bersangkutan, dia dapat frustrasi, tidak bisa belajar, serta terhalangnya pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. Akibat lebih jauh hal ini mempengaruhi prestasi belajar mereka di sekolah.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (Monks dkk, 1992:20-21) mengemukakan perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas tertentu yang bersifat khas untuk setiap masa hidup sesorang yang harus dipenuhi. Tugas-tugas itu disebut sebagai tugas

perkembangan yaitu tugas yang harus dilakukan seseorang dalam masa hidupnya sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan.

Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu. Jika tugas itu berhasil diselesaikan akan menimbulkan kebahagiaan individu dan akan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya, jika tugas-tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa yang akan datang (Monks dkk, 1992:21; Willis, 1981).

Hurlock, (1996) menyebut tugas perkembangan itu sebagai harapan sosial-masyarakat bagi setiap tahap perkembangan untuk menguasai keterampilan tertentu dan memperoleh pola perilaku disetujui.

Menurut Havighurst (Hurlock,1996:10; Soetjiningsih, 2004) tugas-tugas perkembangan remaja, adalah :

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Syamsu Yusuf dan Nurihsan (2005:198) mengemukakan bahwa mengamalkan ajaran agama yang dianutnya atau mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu tugas perkembangan remaja atau siswa SMU.

Siswa SMU Frater Makassar tergolong masa remaja tengah, yang berumur antara 14/15-18/19 tahun. Para siswa SMU sebagai remaja dalam menuju kedewasaan diharapkan oleh masyarakatnya atau lingkungan untuk mampu bersikap dan berprilaku serta memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan perkembangannya. Dalam melaksanakan harapan masyarakat itu para remaja menghadapi banyak rintangan dan hambatan. Apabila remaja tidak mengalami masalah dalam mencapai kedewasaan berarti pelaksanaan tugas perkembangannya berjalan lancar, tetapi apabila mengalami kendala, maka akan timbul macam-macam masalah. Masalah-masalah tersebut ada yang dapat diselesaikan dengan baik oleh para remaja sendiri, tetapi ada juga masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Masalah-masalah ini bila tidak dapat diselesaikan dengan baik selain akan mengganggu proses pendewasaan diri selanjutnya, juga mengganggu prestasi belajar mereka di sekolah.

B. Masalah-masalah Siswa Menengah Umum (SMU) 1. Pengertian Masalah Remaja

Daradjad (1974:36) menyatakan problema remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh para remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Problema atau masalah berhubungan erat dengan kebutuhan yakni mendorong untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dituju. Dengan kata lain,

masalah adalah kebutuhan atau dorongan untuk mencapai tujuan mengalami hambatan atau tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah remaja adalah harapan lingkungan kepada remaja untuk mencapai tingkat kedewasaan mengalami hambatan dalam perkembangannya (pemenuhannya).

Dengan demikian masalah remaja tidak sama dengan perilaku menyimpang, kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency tetapi suatu hal seharusnya terjadi tetapi defacto tidak tercapai tetapi tidak sampai menimbulkan masalah sosial, melanggar hukum, dan peraturan formal.

2. Bidang-bidang Masalah Remaja

Daradjad (1974) dalam penelitiannya menemukan dua belas masalah yang dihadapi oleh remaja Indonesia, yaitu: problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar, sekolah, kesehatan, keuangan, seks, persiapan untuk berkeluarga, keluarga, pribadi, perkembangan pribadi dan sosial, pengisian waktu luang, agama dan akhlak, dan kehidupan masyarakat.

Dalam buku Alat Ungkap Masalah seri umum, Prayitno, dkk (tanpa tahun) tertulis sepuluh bidang masalah siswa SLTA (SMA) yaitu jasmani dan kesehatan; diri pribadi; hubungan sosial; ekonomi dan keuangan; karier dan pekerjaan; pendidikan dan pelajaran; agama, nilai dan moral; hubungan muda-mudi; keadaan dan hubungan dalam keluarga; dan waktu senggang.

Dengan memperhatikan kesamaan masalah-masalah tersebut di atas, peneliti menyimpulkan masalah remaja itu dalam tujuh masalah, yakni: a) masalah diri pribadi termasuk jasmani dan kesehatan, b) masalah hubungan sosial meyangkut karier dan pekerjaan, c) masalah agama, nilai, dan moral, d) masalah hubungan muda-mudi, f) masalah waktu senggang, dan g) seksualitas.

Peneliti mengangkat ketujuh bidang masalah remaja menjadi acuan untuk membuat instrumen dalam penelitian ini.

a. Diri pribadi

Masalah pribadi adalah masalah yang dialami seseorang yang disebabkan oleh keadaan diri sendiri dan sifatnya lebih kompleks, misalnya merasa malu karena pertumbuhan fisik yang cepat, cacat, potongan tubuh yang kurang menarik; keresahan dan kegelisahan yang tidak menentu; kesulitan dalam mengemukakan pendapat, tidak tahu cara mengadakan hubungan dengan lawan jenis, merasa tidak disayangi oleh orang tua, dan seksualitas.

b. Hubungan sosial

Masalah sosial berhubungan dengan masalah yang dialami individu dalam hubungan dengan orang lain, dan merasa diterima dalam kelompok. Masalah yang sering timbul adalah tidak dapat berinteraksi dengan teman sebaya, tidak dapat menyesuaikan diri dengan anggota kelompok, merasa rendah diri berhadapan dengan orang lain.

c. Agama, nilai dan moral.

Masalah agama pada remaja terletak pada keyakinan dan kesadaran beragama, pelaksanaan ajaran agama, perubahan tingkah laku. Misalnya tidak melaksanakan ajaran agamanya, belum mantap dalam penghayatan agamanya, sering berbuat tidak jujur.

d. Hubungan muda-mudi

Contoh masalah-masalah hubungan dengan muda-mudi (teman sebaya) tidak tahu mendekati lawan jenis, selalu menghindar dari lawan jenis, tidak

diikutsertakan dalam suatu kegiatan bersama, tidak mempunyai teman dekat, pacaran karena mau dianggap beda dengan orang lain, ingin dianggap istimewa, punya teman yang tidak disukai banyak teman, keinginan mempunyai sobat yang bisa diajak sharing, sering dianggap kurang setiakawan, dan suka cari perhatian (Sanggar Talenta, 1996).

e. Keadaan ekonomi dan hubungan dalam keluarga

Merasa tidak dimengerti orang tua, orang tua yang dianggap terlalu protective, selalu didikte orang tua, selalu diancam dengan hukuman, tidak dihargai prestasinya, masih dianggap anak kecil, orang tua suka menuntut, tidak pernah didengar orang tua, dipaksa sekolah sesuai tempat pilihan orang tua, keinginan untuk bebas, keinginan mendapat uang tambahan, dan keinginan berontak terhadap orang tua (Sanggar Talenta,1996).

f. Waktu senggang

Masalah yang sering muncul dalam penggunaan waktu senggang adalah cara mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang produktif, pembagian waktu, merencanakan suatu kegiatan dalam waktu yang luang, dan memilih kegiatan yang sesuai dalam mengisi waktu luang.

g. Seksualitas

Masalah yang dirasakan remaja dalam bidang seksualitas ini berkisar pada keinginan tahu macam-macam penyakit kelamin, suka memperhatikan diri di depan kaca, rasa malu bertanya tentang seks, batas-batas dalam pacaran, siklus wanita.

Setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk mengatasi masalah yang tidak dapat diatasi sendiri. Remaja yang telah sadar akan tantangan yang dihadapinya juga membutuhkan bantuan dari orang dewasa agar mereka dapat berkembang baik menuju kedewasaan. Guru agama di sekolah mendapat kesempatan yang baik untuk memberi bantuan kepada para siswa yang mengalami hambatan dalam prestasi belajarnya.

C. Prestasi Belajar PAK 1. Belajar dan Prestasi Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku (Sardiman, 2000:19). Artinya dalam hidup sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sesungguhnya merupakan “gejala belajar”. Mustahillah dapat melakukan suatu kegiatan, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita naik sepeda motor, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan. Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh dengan belajar, mengingat pada awalnya

Dokumen terkait