• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

1. Perencanaan

Perencanaan implementasi production based education (PBE) di Akademi Teknik Soroako (ATS) sudah direncanakan, hal ini dibuktikan dengan didukung data yang ada seperti perencanaan kurikulum, garis-garis besar program pengajaran, satuan acara perkuliahan, jadual perkuliahan praktik maupun buku pedoman akademik ATS. Perencanaan masih belum optimal, hal ini disebabkan rencana materi praktik bengkel mahasiswa masih banyak berupa produk yang bukan pesanan dari dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Materi program praktik bengkel mahasiswa masih banyak berupa benda latihan, hal ini disebabkan karena belum banyak work order yang sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa di semester-1, semester-2 dan semester-3.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan PBE sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan jadual yang sudah dibuat sebelumnya. Walaupun kondisi implementasi PBE mulai dari semester-1 sampai dengan semester-6 secara kontinyu mengalami kenaikan, namun pelaksanaan mulai semester-1 sampai dengan semester-3 masih belum optimal. Pelaksanaan implementasi PBE mulai semester-1 sampai dengan semester-3 masih perlu ditingkatkan dengan memperbanyak work order sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa.

3. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian perkuliahan praktik mahasiswa sudah dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan. Penilaian mencakup aspek psikomotorik dan aspek afektif yang dilakukan mulai dari awal praktik sampai dengan

selesainya praktik mahasiswa. Penilaian masih belum optimal, hal ini disebabkan bobot nilai laporan praktik masih besar dan tidak mencirikan penilaian pada pendidikan vokasi yang lebih mengedepankan nilai praktik. Evaluasi implementasi PBE belum dilaksanakan, hal ini didukung dari hasil observasi, diskusi dan studi dokumentasi di lapangan yang diperoleh data bahwa evaluasi implementasi PBE memang belum dilakukan. Perencanaan kapan evaluasi harus dilakukan dan alat untuk evaluasi implementasi PBE belum disiapkan.

4. Pengembangan

Pengembangan implementasi PBE belum dilakukan, hal ini terbukti dari hasil observasi, wawancara dan diskusi serta hasil studi dokumentasi yang tidak diperoleh data berkenaan pengembangan yang sudah, sedang dan akan dilakukan.

B. Saran

Implementasi PBE akan tumbuh dan berkembang manakala semua pihak yang terkait dengan implementasi PBE peduli, berperan aktif bersama dan bergerak dalam porsinya masing-masing secara simultan dalam mengembangkan implementasi PBE. Sivitas akademika Akademi Teknik Soroako harus mengambil inisiatif karena ATS sangat berkepentingan terhadap implementasi PBE maupun produk yang dihasilkan dalam pembelajaran praktik berupa produk barang yang dipesan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat ataupun produk-produk unggulan ATS yang laku di pasar.

Implementasi PBE di ATS masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan karena peluang-peluang perbaikan masih sangat terbuka. Perlu komitmen yang kuat dari sivitas akademika ATS mulai dari top manajemen sampai dengan unit terkecil atau pegawai atau bahkan sampai kepada mahasiswa untuk mengembangkan PBE. Penulis yakin bahwa pengembangan tersebut dapat dilakukan, hal ini disebabkan karena banyak hal-hal yang sangat positif dari implementasi PBE belum disadari benar oleh sivitas akademika ATS sehingga

belum tergerak dan berkomitmen untuk mengembangkannya. Penulis merekomendasikan peluang-peluang perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan implementasi PBE maupun berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ini agar lebih terstruktur dan memudahkan dalam memahaminya. Berikut ini adalah saran-saran yang diberikan:

a. Perencanaan

Work order perlu diperbanyak baik secara kuantitas maupun variasi

tingkat kesulitannya sebab hal ini sangat dibutuhkan dalam merencanakan materi praktik mahasiswa. Komunikasi dengan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat, khususnya dalam memperoleh materi praktik atau barang pesanan yang banyak dan beragam mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan yang kompleks. Keberagaman kompleksitas dan kuantitas barang pesanan tersebut sangat dibutuhkan dalam perencanaan implementasi PBE di ATS karena hal ini akan disesuaikan dengan tingkat kompetensi mahasiswa. Perencanaan akan dapat dilakukan dengan optimal manakala apa yang akan dikerjakan oleh mahasiswa pada waktu praktik sudah jelas dan ada sebelum jadual perkuliahan praktik disusun.

Semua pihak yang terkait dengan perencanaan implementasi PBE seperti pemerintah, dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat dan khususnya internal ATS perlu berperan aktif bersama secara terkoordinir bergerak sesuai porsinya masing-masing. Pemerintah perlu lebih mendorong dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat agar lebih terbuka dan mau memberikan kesempatan kepada ATS untuk membantu memenuhi barang-barang kebutuhannya. Pemerintah juga perlu membuat regulasi berkenaan dengan implementasi konsep link and match agar konsep yang sangat baik tersebut mampu diimplementasikan dengan baik. Dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat perlu membuka diri dan memberikan kesempatan kepada ATS untuk mengerjakan kebutuhan operasionalnya. Di sisi lain sivitas akademika ATS juga

harus mengambil peran aktif dalam perencanaan PBE karena hal ini menyangkut kebutuhan materi praktik mahasiswa. Perencanaan implementasi PBE juga perlu dikoordinasikan lebih baik lagi di internal ATS agar kegiatan pendidikan dan kegiatan produksi dapat disinkronkan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan implementasi PBE dapat ditingkatkan manakala produk mahasiswa praktik berupa produk yang dipesan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Produk yang dihasilkan sebaiknya produk yang laku dijual. Semakin banyak produk yang dihasilkan laku dijual tentu akan semakin meningkatkan kompetensi mahasiswa maupun meningkatkan implementasi PBE di ATS. Work order sebagai materi praktik mahasiswa perlu diperbanyak baik secara kuantitas maupun variasinya. Dibutuhkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat untuk memperoleh materi praktik mahasiswa sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa. Bagian pemasaran, bagian pendidikan maupun bagian produksi harus bekerja secara terkoordinasi agar kegiatan pemasaran, kegiatan pendidikan dan kegiatan produksi dapat sinkron dan saling membantu sehingga mampu meningkatkan pelaksnaan implementasi PBE di ATS.

c. Evaluasi

Evaluasi atau format penilaian praktik bengkel yang ada perlu dikaji ulang karena sistem pembobotan nilai belum mencirikan penilaian pendidikan vokasi yang lebih menekankan kepada hasil praktik mahasiswa. Bobot nilai laporan praktik bengkel sebaiknya tidak menyamai bobot nilai kualitas atau melebihi bobot nilai produktvitas, bobot nilai keselamatan dan kesehatan kerja maupun bobot nilai yang lain. Pembobotan sebaiknya lebih mengedepankan aspek psikomotorik dan aspek afektif yang sudah mampu mencakup kompetensi hard

Evaluasi implementasi PBE sangat perlu dilakukan karena evaluasi tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi implementasi PBE di ATS. Evaluasi juga sangat dibutuhkan sebab hasilnya akan menjadi salah satu dasar dalam mengembangkan implementasi PBE. Banyak tools yang dapat digunakan untuk mengevaluasi implementasi PBE, salah satunya adalah model

Contetx-Input-Process-Product (CIPP) yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

Model tersebut akan dapat menggambarkan bagaimana kinerja implementasi PBE dilihat dari maksud dan tujuan implementasi, sumber daya yang ada, lingkungan, prosedur sampai dengan hasil yang sudah diperoleh sehingga akan memudahkan dalam mengambil keputusan-keputusan dalam pengembangan.

d. Pengembangan

PBE sebaiknya dijadikan salah satu kebijakan mutu ataupun dijadikan

salah satu sasaran mutu organisasi. Dengan demikian akan menuntut organisasi mulai dari top manajemen sampai dengan unit terkecil atau bahkan individu seperti instruktur dan dosen serta pegawai untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan PBE secara berkelanjutan. Salah satu kriteria

performance organisasi maupun performance setiap individu sebaiknya hal yang

terkait dengan implementasi PBE. Hal ini dimaksudkan untuk mengokohkan implementasi PBE, sebab dengan cara tersebut di atas implementasi PBE akan menjadi topik dalam diskusi, rapat atau evaluasi mulai dari tingkat bawah sampai kepada top manajemen dan mau tidak mau sivitas akademik ATS akan berperan aktif untuk meningkatkannya.

Koordinasi internal antara pihak-pihak terkait dalam implementasi PBE juga harus dibangun agar setiap individu sampai kepada antar unit kerja jelas tugas dan tanggungjawabnya serta kapan harus melaksanakannya. Pihak

marketing, bidang pendidikan, bidang produksi perlu bekerja secara terkoordinir

mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan implementasi PBE. Dengan koordinasi yang baik diharapkan

kegiatan pemasaran, kegiatan pendidikan dan kegiatan produksi dapat sinkron sehingga bisa saling mendukung dalam meningkatkan implementasi PBE di ATS.

85 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Dokumen terkait