• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRODUCTION BASED EDUCATION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU LULUSAN PENDIDIKAN VOKASI DI AKADEMI TEKNIK SOROAKO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PRODUCTION BASED EDUCATION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU LULUSAN PENDIDIKAN VOKASI DI AKADEMI TEKNIK SOROAKO."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PRODUCTION BASED EDUCATION

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU LULUSAN

PENDIDIKAN VOKASI DI AKADEMI TEKNIK SOROAKO

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh: Didit Yantony

1102515

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

IMPLEMENTASI PRODUCTION BASED

EDUCATION SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

VOKASI DI

AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Oleh Didit Yantony UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Didit Yantony 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Nopember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Pembimbing I

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan bagaimana kondisi aktual implementasi production based education yang ada pada pendidikan vokasi di Akademi Teknik Soroako pada program studi Perawatan dan Perbaikan Mesin khususnya spesialisasi Las dan Fabrikasi Logam pada pelaksanaan program perkuliahan praktik. Penelitian ini juga memberikan solusi-solusi pengembangan dalam implementasi production based education. Penelitian ini diharapkan mampu mengungkap bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan yang sudah, sedang dan akan dilakukan pada implementasi

production based education yang ada di Akademi Teknik Soroako.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskritif. Subyek penelitian semua pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan implementasi production based education mulai dari mahasiswa, Instruktur, Dosen, Kepala Laboratorium Spesialisasi Las dan Fabrikasi Logam, Ketua Program Studi, Pembantu Direktur-1 Bidang Akademik, Pembantu Direktur-4 Bidang Produksi dan Direktur beserta rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam implementasi production based education.

Data diperoleh melalui observasi, wawancara, diskusi, angket dan studi dokumentasi dengan semua pihak maupun dokumen terkait. Pengolahan data dilakukan dengan cara memaparkan data, mereduksi data, membuat kesimpulan sementara yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh suatu kesimpulan akhir setelah dikonfirmasikan dengan responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan implementasi production based education di Akademi Teknik Soroako sudah dilakukan dan terdokumentasi dengan baik, namun belum dikoordinasikan dengan baik. Evaluasi pembelajaran praktik sudah dilakukan dengan baik, namun evaluasi impementasi dan pengembangan implementasi production based education belum dilakukan.

(5)

ABSTRACT

This study aims to describe of how far the production based education is being implemented in Akademi Teknik Soroako, particularly in Welding and Fabrication faculty. It is also proposing solutions of improving the implementation of the production based education. Therefore it is expected to discover of how the planning, the implementation, the evaluation and the development have been done, are being done and will be done.

The research is using a descriptive research method. The subjects were personnels which responsible for the planning, the implementation, the evaluation and the development start from students, instructors, lecturers, head of welding and metal fabrication laboratory, head of department, director assistant for Academic Affairs, director assistant for production and the Director, and also activities during the implementation process.

Data obtained through observation, interviews, discussions, questionnaires and documentation by all parties as well as related documents. Data processing is done by displaying data, reducing, proposing tentative conclusion that is done repeatedly to obtain final conclusion after confirmed by the respondents.

The results of this study showed that the planning and the execution of production based education implementation in Akademi Teknik Soroako have already done and well documented, but less coordinated. The evaluation during practice learning is done well, but there is not any further step taken by those personnels in order to implement the evaluation and the development of production-based education.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah atau Ruang Lingkup ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah atau Ruang Lingkup ... 7

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian...8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan... ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Implementasi ... 11

B. Production Based Education (PBE)...11

1. Pengertian dan Konsep... ... 11

2. Tujuan... ... 12

3. Manfaat... ... 13

C. Konsep dan Model Pembelajaran yang Mendukung PBE ...14

1. Konsep Link and Match ... 14

2. Teaching Factory ... 16

3. Work Based Learning (WBL)... ... 17

D. Pendidikan Vokasi ... 18

(7)

3. Tujuan Pendidikan Vokasi ... 20

4. Fungsi dan Peran Pendidikan Vokasi ... 21

5. Prinsip dan Karakteristik Pendidikan Vokasi ... 22

6. Kurikulum Pendidikan Vokasi... ... 24

7. Evaluasi Pembelajaran dan Evaluasi Implementasi PBE... . 25

a. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran Praktik... 25

b. Evaluasi Implementasi PBE... ... 26

E. Penelitian yang Relevan... ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 31

D. Instrumen Pengumpul Data Penelitian... .... 31

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 32

F. Analisis Data Penelitian... ... 33

G. Pengecekan Keabsahan Data Penelitian... ... 34

H. Paradigma Penelitian... ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

(8)

c. Evaluasi Production Based Education ... 65

1. Penilaian Pembelajaran Praktik ... 65

2. Evaluasi Implementasi PBE ... 66

d. Pengembangan ... 66

B. Pembahasan Data Penelitian ... 66

a. Perencanaan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

(9)

DAFTAR TABEL

1.1. Prakiraan Kebutuhan SDM Industri ... 02

1.2. Pekerja Sektor Industri Menurut Pendidikan ... 03

4.1. Dosen, Laboran dan Tenaga Kependidikan ... 43

4.2. Jumlah Mahasiswa ATS ... 45

4.3. Data Lulusan ATS ... 46

4.4. Jadual Praktik Bengkel ... 53

4.5. Format Penilaian Praktik Bengkel ... 55

4.6. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-I semester-1...58

4.7. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-I semester-2...59

4.8. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-II semester-3...60

4.9. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-II semester-4...61

4.10. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-III semester-5...62

4.11. Data Praktikum Mahasiswa Tingkat-III semester-6...63

(10)

DAFTAR GAMBAR

3.1. Analisis Data Penelitian ... 34

3.2. Diagram Alur Paradigma Penelitian ... 37

4.1. Alur Proses Pendidikan di ATS ... 48

4.2. Alur Proses Produksi di ATS ... 50

4.3. Kondisi Implementasi PBE ATS ... 64

4.4. Siklus Implementasi PBE ... 72

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen ... 94

2. Pedoman Wawancara ... 96

3. Pedoman Observasi ... 97

4. Pedoman Studi Dokumentasi ... 98

5. Catatan Lapangan ... 99

6. Kalender Akademik Tahun Akademik 2012-2013...103

7. Master Schedule Tahun Akademik 2012-2013...106

8. Garis-Garis Besar Program Pengajaran...107

9. Jadual Praktik Tahun Akademik 2012-2013 Tingkat-I...109

10. Pedoman Penilaian Praktik Bengkel/Produksi...113

11. Jadual Safety Talk Edukasi 2013...114

12. Instruksi Kerja Pengoperasian Mesin/Peralatan Las Listrik...115

13. Daftar Kontrol Mesin dan Peralatan...118

14. Struktur Organisasi ATS...119

15. Struktur Organisasi Program Studi...122

16. Foto-Foto Kegiatan Mahasiswa Praktik...123

17. Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi...124

18. Surat Keterangan Telah Penelitian...125

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia Development Bank (ADB) bertitle Asian

Development Outlook 2013. Pertumbuhan perekonomian tersebut merupakan

yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Hal tersebut didukung oleh konsumsi swasta yang kuat, peningkatan kinerja investasi dan ekspansi di perdagangan dunia. Senada dengan proyeksi ADB, media-media internasional sangat optimis tentang masa depan perekonomian Indonesia, bahkan lembaga-lembaga ekonomi seperti Price Waterhouse & Coopers, Standart Chartered Bank,

Goldman Sachs, the Economist, dan lain-lain, percaya bahwa dalam 25 tahun ke

depan, perekonomian Indonesia akan masuk dalam 7 besar perekonomian dunia, bersama dengan Amerika Serikat, China, Jepang, India, Brazil dan Mexico. Untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dengan perekonomian yang kuat maka harus didukung oleh beberapa persyaratan, diantaranya adalah kualitas sumber daya manusia, kualitas pendidikan, peningkatan kemampuan daya saing, penguasaan teknologi, kreativitas dan inovasi serta pengembangan insfrastruktur.

(13)

Tabel 1.1 Prakiraan Kebutuhan SDM Industri (000 orang)

Sumber: Buku Perencanaan Kebutuhan SDM Industri dalam rangka Akselerasi Industrialisasi Tahun 2012-2014. Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian: 2012.

Data di atas menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang bermutu mempunyai peluang cukup besar untuk dapat diterima bekerja oleh industri sebagai tenaga kerja. Sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi terapan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri, produktif dan mempunyai sikap kerja yang disiplin tentu lebih dipilih oleh industri karena sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya. Salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu adalah bagaimana proses pembelajaran yang ada di pendidikan vokasi sebagai replika dari kegiatan pegawai yang ada di dunia industri.

(14)

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 juga telah melakukan survei angkatan kerja pada tahun 2010 berdasarkan sektor industri tempat bekerja angkatan kerja maupun tamatan pendidikannya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk pemetaan tenaga kerja berdasarkan kualifikasi akademik pada angkatan kerja yang ada pada sektor industri pada tahun tersebut. Hasil dari pada survei angkatan kerja sektor industri tersebut digambarkan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Pekerja Sektor Industri Menurut Pendidikan (%)

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional 2010 dalam Buku Perencanaan Kebutuhan SDM Industri dalam rangka Akselerasi Industrialisasi Tahun 2012-2014. Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian: 2012.

Data di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja dari lulusan pendidikan vokasi dalam hal ini pendidikan diploma jumlahnya masih sangat minim dan perlu ditingkatkan karena lulusannya masih sangat dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut dan salah satunya adalah bagaimana mutu lulusan pendidikan vokasi.

(15)

(Thompson, 1973). Pendidikan vokasi memiliki pengaruh dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pendidikan vokasi juga menaikkan kekuatan dan posisi tawar suatu negara dalam percaturan ekonomi global melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi (Panel of

Consultants on Vocational education dalam Thompson, 1973). Pendidikan

vokasi diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran dengan melatih calon tenaga kerja dan atau lulusan yang belum memperoleh pekerjaan. Pendidikan vokasi juga sangat berperan penting dalam peningkatan kreativitas dan produktivitas tenaga kerja. Keduanya merupakan bagian dari indikator penting ekonomi nasional (Panel of Consultants on Vocational education dalam Thompson, 1973). Filosofi dasar dari penyelenggaraan pendidikan vokasi adalah untuk menopang maju dan tumbuhnya perekonomian suatu bangsa, oleh sebab itu salah satu tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi adalah terjadi pertumbuhan ekonomi yang sehat. Menyadari peran penting dan tuntutan tersebut di atas maka pendidikan vokasi sudah selayaknya mengelola pendidikannya dengan semaksimal yang mampu dilakukan dengan tetap fokus kepada kebutuhan pasar kerja serta mengikuti regulasi dan kebijakan pemerintah.

(16)

perekonomian bangsa dan negara dengan cara menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat.

Pendidikan politeknik adalah pendidikan tinggi vokasi yang mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu baik di dunia usaha dan dunia industri maupun di masyarakat. Sistem penyelenggaraan yang digunakan adalah sistem paket, dimana setiap mahasiswa wajib mengikuti semua mata kuliah dengan total satuan kredit semester per semester yang sudah ditentukan sebelumnya. Kurikulum dan program pembelajaran di politeknik harus link and match dengan kebutuhan dunia kerja, hal ini dimaksudkan agar apa yang dipelajari dan dipraktikkan mahasiswa adalah replika dari pada dunia kerja. Selama di bangku kuliah, mahasiswa dikondisikan mengerjakan apa yang dikerjakan oleh pegawai di industri. Suasana kerja di industri sudah ditanamkan maupun dibentuk sejak mahasiswa berada di bangku kuliah. Hal ini tidak lain bertujuan agar lulusan pendidikan vokasi bermutu dan sesuai dengan kebutuhan maupun harapan dunia kerja.

Lulusan pendidikan vokasi dikatakan bermutu manakala mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Kurikulum pendidikan vokasi perlu diselaraskan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Pendekatan model pembelajaran yang dipilih juga mempengaruhi mutu lulusan pendidikan vokasi. Production Based Education (PBE) merupakan salah satu sistem pendidikan yang sukses diselenggarakan di eropa khususnya di negara Jerman. Pendidikan vokasi di Jerman sangat berkaitan erat dengan industri yang ada di negara tersebut. Implementasi Production Based Education

(PBE) merupakan perwujudan dari pada konsep keterkaitan dan kesepadanan

(17)

produk barang ataupun jasa yang dibutuhkan oleh dunia usaha, dunia industri dan masyarakat.

Pendidikan berbasis produksi (production based education) adalah sistem pendidikan keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan produk dalam hal ini barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. PBE mengintegrasikan antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan produksi maksudnya adalah mahasiswa melaksanakan program praktik namun disisi lain mahasiswa tersebut juga berproduksi menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang mempunyai nilai jual karena dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. PBE menekankan pembelajaran praktik, di mana mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan berproduksi barang atau jasa yang memenuhi standar dunia usaha, dunia industri dan masyarakat. Mahasiswa dikondisikan untuk selalu mampu memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri serta masyarakat dengan harga yang kompetitif. Mahasiswa akan terlatih dan terpola untuk selalu menghargai waktu, jujur, percaya diri, menjunjung tinggi etika dan profesi, disiplin, cinta pekerjaan, bertanggungjawab terhadap tugas, kreatif, inovatif dan mandiri serta berkembang menjadi manusia yang produktif sejak berada di bangku kuliah.

Tujuan dan manfaat implementasi production based education diharapkan dapat dirasakan langsung oleh mahasiswa, dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Manfaat tersebut diantaranya adalah lulusan pendidikan vokasi bermutu dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, biaya operasional pendidikan efisien, kesejahteraan pendidik meningkat, dunia kerja memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya, pengangguran terdidik menjadi turun, perekonomian bangsa terus berkembang yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Tujuan utama impementasi

(18)

pendidikan vokasi agar selaras dengan tuntutan dan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat.

Akademi Teknik Soroako (ATS) sudah sejak lama mengimplementasikan Production Based Education (PBE). Implementasi PBE di ATS diharapkan mampu meningkatkan mutu lulusan. Di sisi lain, implementasi PBE di ATS juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan produksi sehingga mampu mendukung biaya operasional pendidikan yang pada gilirannya mampu menurunkan biaya operasional pendidikan. Implementasi

PBE tersebut tidak sesederhana konsepnya dan kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa banyak sekali tantangan atau permasalahan yang terjadi. Agar implementasi PBE sesuai dengan harapan stakeholder pendidikan vokasi maka perlu dilakukan penelitian “ Implementasi Production Based Education

Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako ”.

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah atau Ruang Lingkup

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah perlu dilakukan terlebih dahulu agar permasalahan menjadi lebih jelas sehingga perumusan masalah juga dapat dilakukan dengan tepat. Adapun masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

(19)

b. Implementasi Production Based Education (PBE) merupakan perwujudan dari pada konsep keterkaitan dan kesepadanan atau lebih dikenal dengan nama link and match. Dalam implementasinya ternyata PBE tidak sesederhana seperti halnya konsepnya, namun banyak sekali permasalahannya. Permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja sangat mempengaruhi dalam proses maupun hasil pembelajarannya jika dibiarkan berlarut-larut tanpa ada solusi untuk perbaikan kedepannya.

c. Permasalahan-permasalahan dalam implementasi Production Based Education (PBE) sangat perlu dikaji lebih dalam agar akar permasalahan

setiap permasalahan dapat diungkap. Dengan mengungkap akar permasalahan yang ada maka diharapkan dapat dimunculkan solusi-solusi yang ditawarkan. Solusi-solusi yang menjadi pilihan juga dikaji lebih dalam sehingga bisa dipilih mana solusi terbaik dan efisien bagi institusi pendidikan vokasi.

d. Pengembangan implementasi PBE diambil dari solusi terbaik dan efisien, hal ini dimaksudkan agar pengembangan implementasi dapat terlaksana dengan biaya dan waktu yang dapat diterima. Dengan berkembangnya implementasi PBE dari waktu ke waktu, maka diharapkan lulusan pendidikan vokasi akan terus meningkat sehingga kualitasnya sesuai dengan tuntutan maupun harapan stakeholder pendidikan vokasi.

2. Pembatasan Masalah atau Ruang Lingkup

Merujuk pada pemaparan identifikasi di atas dan alokasi waktu yang tersedia serta untuk lebih memfokuskan dalam mencapai sasaran dan tujuan penelitian maka perlu adanya batasan masalah, hal ini bertujuan agar penelitian dapat terlaksana dengan maksimal sehingga tujuannya dapat tercapai. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana implementasi production based education yang ada di Akademi Teknik Soroako khususnya pada proses perencanaan,

(20)

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Perumusan masalah perlu ditetapkan sebelumnya agar tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dapat dicapai dengan cara yang efisien. Masalah inti yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah, Bagaimana implementasi Production Based Education (PBE) yang ada di Akademi

Teknik Soroako ? Oleh sebab itu beberapa pertanyaan penelitian yang menarik

untuk diungkap lebih dalam adalah:

1. Bagaimana perencanaan PBE pada spesialisasi las dan fabrikasi logam di ATS ?

2. Bagaimana pelaksanaan PBE pada spesialisasi las dan fabrikasi logam di ATS ?

3. Bagaimana evaluasi PBE pada spesialisasi las dan fabrikasi logam di ATS ?

4. Bagaimana pengembangan PBE yang sudah, sedang dan akan dilakukan pada spesialisasi las dan fabrikasi logam di ATS ?

D. Tujuan Penelitian

Peneliti jika melakukan penelitian tentu mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai, hal ini bertujuan agar apa yang akan dilakukan menjadi jelas sehingga apa yang akan dilakukan juga sudah mampu diidentifikasi dan direncanakan sebelumnya. Penelitian bertujuan untuk mencari jawaban atas apa yang akan diteliti oleh peneliti. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang diajukan dan berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas maka pada penelitian ini bertujuan:

1. Mengungkap perencanaan implementasi production based education yang ada di ATS.

2. Mengungkap pelaksanaan implementasi production based

(21)

3. Mengungkap evaluasi dalam implementasi production based

education

(PBE) yang ada di ATS.

4. Mengungkap pengembangan yang sudah, sedang dan akan dilakukan untuk mengembangkan implementasi production based education di ATS.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang luas bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian, adapun manfaatnya antara lain:

1. Sebagai referensi dalam implementasi production based education (PBE) pada pendidikan vokasi.

2. Sebagai referensi bagi manajemen ATS dalam mengembangkan implementasi production based education.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.

4. Sebagai upaya peneliti khususnya dalam mengasah dan mengembangkan jiwa peneliti sekaligus meningkatkan kompetensi menulis.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan maupun pembahasan karya tulis ini, maka berikut ini adalah sistematika penulisannya:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah atau ruang lingkup, perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

(22)

menganalisis permasalahan yang ada pada Bab IV. Kajian teori diambil dari literatur maupun sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menyajikan tentang metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data penelitian, analisis data penelitian dan pengecekan keabsahan data penelitian serta paradigma penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Memaparkan mengenai hasil penelitian seperti gambaran umum objek penelitian, pemaparan data penelitian berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan aktual implementasi program production based education, pembahasan data penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan serta solusi-solusi pemecahan masalah untuk pengembangan implementasi production based education.

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2005) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Selanjutnya Sugiyono (2005) menyatakan bahwa, penelitian menurut metode dapat dikelompokan menjadi metode penelitian

survey, expostfacto, eksperimen, naturalistic, penelitian kebijakan (policy research), penelitian tindakan (action research), evaluation research, action research, sejarah, dan research and development (R & D). Metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang Nasir (2011). Metode deskriptif menurut Whitney dalam Nasir (2011) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan rancangan studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas menurut Maxfield dalam Nasir (2011). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penggunaan metode ini didasarkan kepada tujuan penelitian yaitu mengungkap dan mendiskripsikan serta menganalisis implementasi production

(24)

Akademi Teknik Soroako. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan dalam implementasi PBE. Metode ini dipilih karena objek penelitian berupa proses atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Akademi Teknik Soroako (ATS) dan diharapkan mampu memberikan pemecahan dari permasalahan-permasalahan yang ada. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan informan atau responden dan observasi atau pengamatan langsung di lapangan dan studi dokumentasi kemudian dianalisis. Kehadiran peneliti di lapangan sebagai upaya untuk berinteraksi dengan objek yang diteliti secara wajar dan sekaligus untuk menyesuaikan diri dengan situasi kondisi yang ada di lapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan objek sebelum dan selama di lapangan merupakan kunci utama keberhasilan pengumpulan data. Untuk meningkatkan kualitas penelitian maka peneliti juga menggunakan media sebagai alat bantu untuk meneliti karena keterbatasan yang ada pada peneliti. Media yang digunakan diantaranya adalah alat tulis, catatan lapangan, cellular

phone maupun digital camera.

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

(25)

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 04 Maret sampai dengan 12 April 2013 dan dilakukan pendalaman penelitian lebih lanjut mulai tanggal 06 Mei sampai dengan 03 Juni 2013 pada subjek terteliti. Penelitian deskriptif mewajibkan kehadiran peneliti di lokasi penelitian karena peneliti juga sebagai instrumen. Tujuan utama dari pada peneliti wajib berada di lapangan dengan maksud agar peneliti benar-benar dapat memahami situasi dan kondisi di lapangan sehingga dapat mengungkap fakta yang sesungguhnya di lapangan. Sampel penelitian purposive seperti Manajemen ATS, Tim Pengelola Pendidikan, Tim Produksi, Dosen dan Instruktur serta mahasiswa sebagai pembuat kebijakan maupun pelaksana pembelajaran di ATS. Observasi penelitian bersifat partisipan dan terstruktur agar peneliti lebih siap dan mempunyai pedoman dalam melakukan penelitian di lapangan sehingga hasilnya diharapkan lebih sistematis dan maksimal serta efisien.

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah penting yang berkaitan dengan judul sehingga perlu diberikan pengertian istilah secara operasional. Hal ini perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi antara penulis dan pembaca agar memperoleh pemahaman yang sama terhadap ungkapan-ungkapan yang dimaksud agar komunikasi dan diskusi yang kemungkinan terjadi bisa terarah. Adapun definisi operasional dari pada judul tesis, “ Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan

Vokasi di Akademi Teknik Soroako “ adalah: 1. Implementasi

Implementasi diartikan sebagai penerapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan konsep dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan hasil berupa keterampilan maupun sikap.

(26)

Production based education adalah salah satu model pendidikan yang

lebih menekankan kepada pembelajaran praktik yang menghasilkan produk yang laku dijual.

D. Instrumen Pengumpul Data Penelitian

Menurut (Suharsimi Arikunto: 2006), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam penelitian deskriptif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi pemahaman metode penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, maupun kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya. Peneliti deskriptif sebagai human

instrumen juga berfungsi dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono: 2009). Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kisi-kisi instrumen, pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi. Pengembangan instrumen dilakukan mulai dari mengidentifikasi variabel yang diteliti, menjabarkan variabel, mencari indikator, mendeskripsikan kisi-kisi dan merumuskan pertanyaan.

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian

(27)

Manajemen, Tim Pengelola Pendidikan, Tim Produksi, Dosen dan Instruktur serta mahasiswa di ATS. Hal ini disebabkan karena merekalah yang berperan aktif dalam membuat kebijakan maupun yang mengimplementasikan Production

Based Education (PBE) di ATS. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh

benar-benar valid sehingga diharapkan penelitian akan memperoleh hasil maksimal yang diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Data yang digali difokuskan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan implementasi

production based education. Data digali dengan cara observasi, wawancara dan

diskusi mendalam dengan responden serta studi dokumentasi selama penelitian di lapangan.

Dalam penelitian deskriptif, data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi. Ketiga metode tersebut digunakan semuanya sesuai dengan porsi dan peruntukkannya masing-masing. Wawancara dilakukan dengan Manajemen, Tim Pengelola Pendidikan, Tim Produksi, Dosen dan Instruktur serta mahasiswa di ATS sebagai pembuat kebijakan, perencana, pelaksana, pengevaluasi dan pengembangan program. Studi dokumentasi dan observasi serta diskusi mendalam dilakukan langsung di lokasi penelitian dengan rentang waktu yang cukup lama serta melibatkan berbagai sumber yang terkait dengan implementasi production based education di ATS.

F. Analisis Data Penelitian

(28)

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan serta verifikasi (Milles dan Huberman: 1992). Berikut ini adalah gambar langkah-langkah dalam analisis data penelitian:

Penyajian Data Reduksi

Data

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Analisis Data Penelitian

G. Pengecekan Keabsahan Data Penelitian

(29)

dan konfirmasi perlu dilakukan untuk pembahasan data yang berbeda untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin ada.

Transferabilitas (transferability) atau keteralihan adalah validitas eksternal dari hasil penelitian, yaitu sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan ataupun diaplikasikan dalam konteks maupun situasi yang berbeda. Transferabilitas akan ada manakala pemakai melihat dari situasi yang identik dan memiliki keserasian antara hasil penelitian dengan permasalahan di tempatnya meskipun diakui bahwa mungkin akan sulit menemukan situasi yang sama pada tempat dan kondisi yang lain. Namun demikian, transferabilitas masih memungkinkan sehingga peneliti tidak memiliki keyakinan akan dapat menjamin validitas ini (Nasution: 1988).

Ketergantungan (dependability) adalah suatu kriteria kebenaran dalam penelitian kualitatif yang pengertiannya setara dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Uji ketergantungan dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

Kepastian (confirmability) atau disebut juga dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian akan dikatakan obyektif manakala hasil penelitian disepakati oleh banyak orang. Uji kepastian mirip dengan uji ketergantungan sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji kepastian berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan dan uji kepastian akan memenuhi standar kepastian jika hasil penelitian berfungsi dari suatu proses penelitian yang telah dilakukan.

H. Paradigma Penelitian

(30)

yang baik diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan secara langsung diharapkan juga mampu meningkatkan kualitas taraf hidup rakyat Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia dalam GBHN 1998 melalui Departemen Pendidikan Nasional telah mengambil empat kebijakan pokok dalam sistem pendidikan nasional sebagai langkah nyata dalam meningkatkan sumber daya manusia. Keempat kebijakan pokok tersebut adalah:

1. Pemerataan kesempatan 2. Relevansi lulusan 3. Kualitas akademik

4. Efisiensi penyelenggaraan akademik

Dalam rangka berperan aktif dalam mendukung GBHN maupun mensukseskan visi-misi pendidikan nasional di tahun 2025 maka menteri pendidikan nasional melalui executive summary rencana strategis kementerian pendidikan nasional (2006) tetap memperhatikan dan mentargetkan secara umum keempat kebijakan pokok tersebut di atas. Adapun yang tertuang dalam

executive summary rencana strategis kementerian pendidikan nasional tersebut

adalah:

1. Pemerataan dan perluasan akses

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing 3. Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik

(31)

perlu mengimplementasikan sistem pendidikan yang tepat agar lulusannya dapat diserap oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat.

Salah satu sistem pendidikan yang sesuai dengan pendidikan vokasi adalah

Production Based Education (PBE). Production Based Educatioan (PBE) adalah

salah satu sistem pendidikan yang mengimplementasikan konsep link and match yang dicetuskan oleh Wardiman Djojonegoro sebagai mantan menteri pendidikan nasional Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan ungkapan Hadiwaratama (2002:558) bahwa:

“Politeknik dapat mengembangkan kemampuannya dalam bermitra kerja secara kelembagaan (link) dengan dunia usaha dan dunia industri secara saling menguntungkan dan sinergis, sehingga politeknik selalu relevan (match) dengan dunia kerja dan mendapat pengayaan baik dalam teknologi berserta kecenderungan masa depannya maupun dalam finansialnya”.

(32)

STUDI IMPLEMENTASI PRODUCTION BASED

EDUCATION (PBE)

MENGEMBANGKAN IMPLEMENTASI PBE PERAN PENTING

PENDIDIKAN VOKASI

1. MANAJEMEN ATS 2. KURIKULUM 3. GBPP 4. SAP

5. PEMBELAJARAN 6. EVALUASI 7. PENGEMBANGAN

MENINGKATKAN MUTU LULUSAN

1. UNDANG-UNDANG

2. PERATURAN PEMERINTAH 3. PERATURAN MENTERI 4. RENSTRA KEMENDIKBUD 5. RENSTRA DIKTI

STAKEHOLDER PENDIDIKAN VOKASI

Umpan Balik

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perencanaan

Perencanaan implementasi production based education (PBE) di Akademi Teknik Soroako (ATS) sudah direncanakan, hal ini dibuktikan dengan didukung data yang ada seperti perencanaan kurikulum, garis-garis besar program pengajaran, satuan acara perkuliahan, jadual perkuliahan praktik maupun buku pedoman akademik ATS. Perencanaan masih belum optimal, hal ini disebabkan rencana materi praktik bengkel mahasiswa masih banyak berupa produk yang bukan pesanan dari dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Materi program praktik bengkel mahasiswa masih banyak berupa benda latihan, hal ini disebabkan karena belum banyak work order yang sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa di semester-1, semester-2 dan semester-3.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan PBE sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan jadual yang sudah dibuat sebelumnya. Walaupun kondisi implementasi PBE mulai dari semester-1 sampai dengan semester-6 secara kontinyu mengalami kenaikan, namun pelaksanaan mulai semester-1 sampai dengan semester-3 masih belum optimal. Pelaksanaan implementasi PBE mulai semester-1 sampai dengan semester-3 masih perlu ditingkatkan dengan memperbanyak work order sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa.

3. Evaluasi

(34)

selesainya praktik mahasiswa. Penilaian masih belum optimal, hal ini disebabkan bobot nilai laporan praktik masih besar dan tidak mencirikan penilaian pada pendidikan vokasi yang lebih mengedepankan nilai praktik. Evaluasi implementasi PBE belum dilaksanakan, hal ini didukung dari hasil observasi, diskusi dan studi dokumentasi di lapangan yang diperoleh data bahwa evaluasi implementasi PBE memang belum dilakukan. Perencanaan kapan evaluasi harus dilakukan dan alat untuk evaluasi implementasi PBE belum disiapkan.

4. Pengembangan

Pengembangan implementasi PBE belum dilakukan, hal ini terbukti dari hasil observasi, wawancara dan diskusi serta hasil studi dokumentasi yang tidak diperoleh data berkenaan pengembangan yang sudah, sedang dan akan dilakukan.

B. Saran

Implementasi PBE akan tumbuh dan berkembang manakala semua pihak yang terkait dengan implementasi PBE peduli, berperan aktif bersama dan bergerak dalam porsinya masing-masing secara simultan dalam mengembangkan implementasi PBE. Sivitas akademika Akademi Teknik Soroako harus mengambil inisiatif karena ATS sangat berkepentingan terhadap implementasi PBE maupun produk yang dihasilkan dalam pembelajaran praktik berupa produk barang yang dipesan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat ataupun produk-produk unggulan ATS yang laku di pasar.

(35)

belum tergerak dan berkomitmen untuk mengembangkannya. Penulis merekomendasikan peluang-peluang perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan implementasi PBE maupun berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ini agar lebih terstruktur dan memudahkan dalam memahaminya. Berikut ini adalah saran-saran yang diberikan:

a. Perencanaan

Work order perlu diperbanyak baik secara kuantitas maupun variasi

tingkat kesulitannya sebab hal ini sangat dibutuhkan dalam merencanakan materi praktik mahasiswa. Komunikasi dengan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat, khususnya dalam memperoleh materi praktik atau barang pesanan yang banyak dan beragam mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan yang kompleks. Keberagaman kompleksitas dan kuantitas barang pesanan tersebut sangat dibutuhkan dalam perencanaan implementasi PBE di ATS karena hal ini akan disesuaikan dengan tingkat kompetensi mahasiswa. Perencanaan akan dapat dilakukan dengan optimal manakala apa yang akan dikerjakan oleh mahasiswa pada waktu praktik sudah jelas dan ada sebelum jadual perkuliahan praktik disusun.

(36)

harus mengambil peran aktif dalam perencanaan PBE karena hal ini menyangkut kebutuhan materi praktik mahasiswa. Perencanaan implementasi PBE juga perlu dikoordinasikan lebih baik lagi di internal ATS agar kegiatan pendidikan dan kegiatan produksi dapat disinkronkan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan implementasi PBE dapat ditingkatkan manakala produk mahasiswa praktik berupa produk yang dipesan oleh dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Produk yang dihasilkan sebaiknya produk yang laku dijual. Semakin banyak produk yang dihasilkan laku dijual tentu akan semakin meningkatkan kompetensi mahasiswa maupun meningkatkan implementasi PBE di ATS. Work order sebagai materi praktik mahasiswa perlu diperbanyak baik secara kuantitas maupun variasinya. Dibutuhkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat untuk memperoleh materi praktik mahasiswa sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa. Bagian pemasaran, bagian pendidikan maupun bagian produksi harus bekerja secara terkoordinasi agar kegiatan pemasaran, kegiatan pendidikan dan kegiatan produksi dapat sinkron dan saling membantu sehingga mampu meningkatkan pelaksnaan implementasi PBE di ATS.

c. Evaluasi

Evaluasi atau format penilaian praktik bengkel yang ada perlu dikaji ulang karena sistem pembobotan nilai belum mencirikan penilaian pendidikan vokasi yang lebih menekankan kepada hasil praktik mahasiswa. Bobot nilai laporan praktik bengkel sebaiknya tidak menyamai bobot nilai kualitas atau melebihi bobot nilai produktvitas, bobot nilai keselamatan dan kesehatan kerja maupun bobot nilai yang lain. Pembobotan sebaiknya lebih mengedepankan aspek psikomotorik dan aspek afektif yang sudah mampu mencakup kompetensi hard

(37)

Evaluasi implementasi PBE sangat perlu dilakukan karena evaluasi tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi implementasi PBE di ATS. Evaluasi juga sangat dibutuhkan sebab hasilnya akan menjadi salah satu dasar dalam mengembangkan implementasi PBE. Banyak tools yang dapat digunakan untuk mengevaluasi implementasi PBE, salah satunya adalah model

Contetx-Input-Process-Product (CIPP) yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

Model tersebut akan dapat menggambarkan bagaimana kinerja implementasi PBE dilihat dari maksud dan tujuan implementasi, sumber daya yang ada, lingkungan, prosedur sampai dengan hasil yang sudah diperoleh sehingga akan memudahkan dalam mengambil keputusan-keputusan dalam pengembangan.

d. Pengembangan

PBE sebaiknya dijadikan salah satu kebijakan mutu ataupun dijadikan

salah satu sasaran mutu organisasi. Dengan demikian akan menuntut organisasi mulai dari top manajemen sampai dengan unit terkecil atau bahkan individu seperti instruktur dan dosen serta pegawai untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan PBE secara berkelanjutan. Salah satu kriteria

performance organisasi maupun performance setiap individu sebaiknya hal yang

terkait dengan implementasi PBE. Hal ini dimaksudkan untuk mengokohkan implementasi PBE, sebab dengan cara tersebut di atas implementasi PBE akan menjadi topik dalam diskusi, rapat atau evaluasi mulai dari tingkat bawah sampai kepada top manajemen dan mau tidak mau sivitas akademik ATS akan berperan aktif untuk meningkatkannya.

Koordinasi internal antara pihak-pihak terkait dalam implementasi PBE juga harus dibangun agar setiap individu sampai kepada antar unit kerja jelas tugas dan tanggungjawabnya serta kapan harus melaksanakannya. Pihak

marketing, bidang pendidikan, bidang produksi perlu bekerja secara terkoordinir

(38)
(39)

85 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

DAFTAR PUSTAKA

_______. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia-Edisi Kedua. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka.

_______. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

_______. (2012) Buku Kurikulum Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin. Akademi Teknik Soroako: Sorowako.

_______. (2009). Profil Lulusan Diploma-3. Akademik Teknik Soroako: Sorowako.

_______. (2011). Buku Pedoman Akademik. Akademik Teknik Soroako: Sorowako.

_______. (2011). Manual Mutu. Akademik Teknik Soroako: Sorowako. Adriyanto. Muhammad. (2011). Ekonomi dan Pendidikan Vokasi. [Online].

Tersedia: http://1ptk.blogspot.com/2011/12/ekonomi-dan-pendidikan-vokasi.html

Adriyanto, Muhammad. (2012). Pendidikan Berbasis Kerja: Sebuah Pendidikan Tinggi Baru?. [Online]. Tersedia:

http://1ptk.blogspot.com/2012/04/pendidikan-berbasis-kerja-sebuah.html Alef, Edward R. & Berg, Daniel. (1996). The Learning Factory. America: Univ.

Press of America Inc.

Alvis, James. (2004). Work-based Learning and Social Justice: Learning to Labour. Jurnal of Education and Work, Vol 17, No 2.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(40)

86 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Arisandi, Duddy. (2011). Analisis Sistem Manufaktur (Manufacturing System Analysis) pada Sistem Pendidikan Berbasis Produksi (Production Based

Education). [Online]. Tersedia:

http://duddyarisandi.wordpress.com/tag/production-based-education/ Arisandi, Duddy. (2011). Tujuan dan Sejarah Politeknik di Indonesia. (Online).

[Tersedia]: http://duddyarisandi.wordpress.com/2011/11/28/tujuan-dan-sejarah-politeknik-di-indonesia/

Barlow, M.L. (1974). The Philosophy for Quality Vocational Education Program. Washington, D.C: American Vocational Association.

Beaulieu, Lionel J & Gibbs, Robert M. (2005). Student Performance and Work-Based Learning. Journal of Reasearch in Rural Education, Vol 20, No 12. Bryram, H.M & Wenrich, R.C (1956). Vocational Education and Practical Arts in

the Community School. New York: The Macmillan Company.

Calhoun C.C & Finch A. V. (1982). Vocational Education: Concept and Operations, Belmount, California: Wads Wourth Publishing Company. Denzin, Norman K dan Lincoln Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative

Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewey. J. (1959). Democracy and Education. New York: Mc Millan, Inc.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. (2006). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. (2006). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 44/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat di Perguruan Tinggi.

(41)

87 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Djohar, As’ari. (2006). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Makalah

diseminarkan terbatas Tim Penyusun Konsep Batang Tubuh Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Djohar, As’ari. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan

Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Djojonegoro, Wardiman. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). PT Jayakarta Agung Offset: Jakarta. Evans, R.N dan Edwin, L.H. (1978). Foundation of Vocational Education.

Colombus, OH: Charles E. Merril Publishing Company.

Fajaryati Nuryake. (2012). Evaluasi Pelaksanaan Teaching Factory SMK Di Surakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3.

Fattah, Nanang. (2008). Pembiayaan Pendidikan: Landasan Teori dan Studi Empiris. Jurnal Pendidikan Dasar No. 9.

Finch, RF dan Crunkilton, JR. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Goestch, D.L. dan S. Davis (1994). Introduction To Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness. Englewood, Cliffs, N.J: Prentice Hall Internatonal. Inc.

Good, Carter V. (1973). Dictionary of Education. McGraw-Hill: New York: Book Company.

Gray, D. (2001). Abriefing on Work Based Learning. Assessment Series No.11. LTSN Generic Centre Assessment Series.

Hadiwaratama. (2009). Napak Tilas atau Rekayasa Balik. (Online). [Tersedia]: http://ganeshana.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=3 :napak-tilas-atau-rekayasa-balik&catid=4:iptek&Itemid=4

(42)

88 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Hasan, Iqbal. (2002). Metode Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hikam, Muhammad. Masa Depan Pendidikan Vokasi di Indonesia dan Perkembangan Program di UI. Handout Perkuliahan UI: Tidak diterbitkan. John S. Lamancusa, and Timothy W. Simpson. (2004). “The Learning Factory-10

Years of Impact at Penn State, International Conference in Engineering Education, October 16-21, Gainesville, Florida

Kementerian Pendidikan Nasional. (2000). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Hasil Belajar Mahasiswa.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 054/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (2012). Buku Perencanaan

Kebutuhan SDM Industri Dalam Rangka Akselesari Industrialisasi Tahun 2012-2014.

Kotler, Philib. (2007). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Airlangga.

Kuswantoro, Agus. (2012). Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Unit Produksi DI SMKN 6 Semarang. Diseminarkan pada

Eco-Entrepreneurship Seminar & Call Paper “Improving Performance By Improving Environment” 2012.

Little, B. (2006). Employability and work-based learning. London: HEA. Majalah, Ganesha. (2012). RI Memimpin Dunia. (Online). [Tersedia]:

http://majalahganesha.com/blog/2012/02/21/ri-memimpin-dunia/

Majid, Ismail. (2012). Landasan Filosofis dan Yuridis Pendidikan Teknologi Kejuruan. [Online]. Tersedia:

(43)

89 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Makmun, Abin Samsudin. (1999). Analisis Pembangunan Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal. Jakarta.

Marlina. (2010). Pengembangan Model Pelatihan Berbasis Produksi Pada Pendidikan Vokasional. Diseminarkan pada Seminar Internasional APTEKINDO ISSN 1907-2066.

Maskur, Fatkhul. (2013). Proyeksi ADB: Indonesia Akan Capai Pertumbuhan

Ekonomi Tertinggi. (Online). [Tersedia]:

http://www.bisnis.com/m/proyeksi-adb-indonesia-akan-capai-pertumbuhan-ekonomi-tertinggi

Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Miller, Melvin D (1986). Principles and Philosophy for Vocational Education. The Ohio State University. Columbus, Ohio.

Mims, Clif. (2003). Authentic Learning: A Practical Introduction & Guide for Implementation. Journal a Service of NC State University. Raleigh, NC. Volume 6, Issue 1, Winter 2003. (Online). [Tersedia]: (http://www.ncsu.edu/meridian/win2003/authentic_learning

Mojokerto. (2010). Program Pembelajaran Berbasis Produksi. [Online].

Tersedia:http://oborpendidikan.blogspot.com/2010/01/program-pembelajaran-berbasis-produksi.html [22 Juni 2011].

Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(44)

90 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Mursid, R. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi Berorientasi Produksi. Jurnal Cakrawala Pendidikan Edisi Februari 2013. Th XXXII. No.1.

Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noor, Maydina H. (2010). Sekilas Mengenal Tentang Politeknik. (Online). [Tersedia]: http://maydinahnoor.blogspot.com/2010/06/sekilas-tentang-politeknik.html

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nurdin, S. dan Usman, B. (2004). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.

Oliva, Peter. (1992). Developing Curriculum. New York: Harper & Publishers. Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Prosser, C.A. dan Allen, C.R. (1952). Vocational Education in a Democracy. New York: Century.

Raelin, J.A. (2008). Work-based learning. Bridging knowledge an action ini the

workplace. New and revised Edition. San Francisco : John Wiley and Sons.

Rahardjo, Mudjia. (2011). Analisis Data Penelitian Kualitatif. (Online) [Tersedia]:

http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/288-metode-pengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html

Rahmawati, Dyah Ayuk. (2011). Pendidikan Vokasi. Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan.

(45)

91 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Rivai, Veithzal dan Murni Sylviana. (2010). Education Management. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Salam, A.A, dkk. (2011). An Experience of Readiness Study in Production Based Education System. Journal of Engeineering Technology Vol, 1: 1-4. Malaysia.

Salindeho, Lydia. (2006). Pengembangan Laboratorium Sebagai Upaya Untuk Meningkatan Kualitas Mahasiswa Jurusan PKK. Diseminarkan pada Seminar Internsional ISSN 1907-2006.

Salis, Edward. (1994). Total Quality Management In Education. London: Kogan Page Limited.

Siswanto, Budi, Tri. (2011). Pendidikan Vokasi, Work Based Learning, dan Penyelenggaraan Program Praktik Pengalaman Lapangan. Disampaikan pada workshop Penyususnan Buku Panduan Penulisan Laporan KP, TA, Skripsi Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Magelang.

Slamet, PH. (2011). Peran Pendidikan Vokasi dalam Pembangunan Ekonomi. Jurnal Cakrawala Pendidikan No. 2.

Soeharto. (1988). Desain Instruksional sebuah Pendekatan Praktis untuk Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Soekidjo, Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sri, Soeharjadi. (2009). Studi Implementasi Program Link and Match dan Keterlibatan Industri Pasangan serta Pengaruhnya Terhadap Kompetensi Mahasiswa Bidang. Tesis pada PTK UPI:Tidak diterbitkan.

(46)

92 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Sudira, Putu, MP. (2009) Pendidikan Vokasi Suatu Pilihan. [Online]. Tersedia:

http://blog.uny.ac.id/putupanji/2009/03/17/pendidikan-vokasi-suatu-pilihan/.

Sudira, Putu, dkk. Pendidikan .Vokasi Ujung Tombak Upaya Memajukan Ekonomi Bangsa. Hasil Diskusi Kelompok Kuliah Filosofi dan Visi Pengembangan Pendidikan Vokasi.

Sudirtha, I Gede, Putu Agus Mayumi. Pembelajaran Desain Busana Berorientasi Produksi dengan Pemanfaatan Sumber Belajar Kontekstual. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, hal 90-109.

Sudjana, Nana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. ( 2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.

Sulistiya, Bambang Budi. (2011). Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Via Pendidikan Berbasis Produksi. (Online). [Tersedia]: http://www.blptjogja.or.id/html/index.php?id=artikel&kode=24,%20oleh%2 0:%20Bambang%20Budi%20Sulistiya

Sumadi, L., dkk. (2003). Production-based educational training (PBET) model pengembanganpendidikan dan pelatihan. Surakarta: Makalah Seminar Lustrum VIII ATMI, Tanggal 4 Desember 2003.

Supandi, Sanusi. (1988). Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

(47)

93 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

Suryana. (2006). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Stufflebeam, Daniel L. & Anthony J.Shinkfield. (1986). Systematic Evaluation: A Self Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Tempo. (2011). Ini Prediksi Futurolog Soal Nasib Indonesia ke Depan. (Online). [Tersedia]: http://www.tempo.co/read/news/2011/07/27/173348686/Ini-Prediksi-Futurolog-Soal-Nasib-Indonesia-ke-Depan

Thompson, John F. (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. New Jersey : Prentice-Hall.

Thorogood, Ray (1982). Current Themes in Vocational Education and Training Policies. Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia, Diana (1995). Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi. (Online). [Tersedia]: http://www.dikti.go.id/?page_id=509&lang=id

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman, Husaini dan Akbar R.P.S. (2003). Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Uty, Petrus. (2007). Pembelajaran Berbasis Produksi Untuk Meningkatkan Relevansi Kompetensi Pada Program Keahlian Teknik Pemesinan. Tesis pada PTK UPI: Tidak diterbitkan.

Usep, Nurjaman. (2007). Proses Pembelajaran Program Produktif Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis pada PTK UPI:Tidak diterbitkan.

(48)

http://luar-94 Didit Yantony, 2013Didit Yantony, 2013

Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

negeri.kompasiana.com/2012/07/03/prediksi-2037-indonesia-adalah-satu-dari-tujuh-superpower-475186.html

Wirawan. (2011). Evaluasi (Teori, Standar, Aplikasi dan Profesi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Work Based Learning Guide. (2002). [Online]. Tersedia: http://www.iowaworkforce.org/files/wlg02.pdf

Zainul dan Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti

Gambar

Tabel 1.1 Prakiraan Kebutuhan SDM Industri (000 orang)
tabel berikut ini:
Gambar 3.1 Analisis Data Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alur Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Pelaksanaan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal atau bukan niaga luar negeri tidak sesuai dengan persetujuan terbang (flight..

Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2010 -2014 adalah tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA)

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

darah haid mengalir kembali(regurgitasi)melalui tuba ke dalam rongga pelvis.dalam darah haid di dapati sel-sel endometrium yang masih hidup ini implantasi di pelvis.. 

Cilacap 15030122010749 595 EKO WIDIHARTONO SMP KRISTEN GANDRUNGMANGU Pendidikan Jasmani dan Kesehatan PENJAS.02 MENGULANG KE-1 URAIAN 90 Kab.. Gunung Kidul 15040322010431 369

Pengairan yang cukup mengurangi populasi hama ini.Lalat Buah  : Tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong lalat buahyang ada di dalam tanah akan mati terkena sinar