KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Pengaturan hukum tentang tindak pidana KDRT yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
Salah satu terobosan hukum yang dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah mengenai peran-peran Aparat Penegak Hukum, khususnya kepolisian yaitu pada Pasal 16 sampai Pasal 20, peran advokat terdapat pada Pasal 20 dan peran pengadilan dalam memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga terutama sekali dengan diaturnya mengenai mekanisme perlindungan dari pengadilan demi keamanan korban terdapat pada Pasal 28 sampai Pasal 33 pada Undang-Undang ini. Kemudian dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, menyampaikan adanya peran-peran profesi tambahan yaitu peran tenaga kesehatan ,peran pekerja sosial, peran relawan pendamping ,dan peran dari pembimbing rohani bagi korban yang terdapat pada Pasal 39 sampai pada Pasal 43 Undang –Undang Ini. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 diatur mengenai Pengaturan hukum tentang tindak pidana KDRT yang ketentuan pidana nya diatur mulai dari Pasal 44 sampai dengan Pasal 53.Jika dicermati tidak pidana kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri
dijatuhi hukuman yang lebih ringan dari pada kalau tindak pidana tersebut dilakukan terhadap mereka (selain istri) yang ada dalam lingkup rumah tangga.
2. faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
a) Dalam perspektif kriminologi.
Dalam perspektif kriminologi pembahasan ini di fokuskan kepada etiologi kriminil yang berarti mempelajari sebab-sebab timbulnya suatu kejahatan,dimana dalam hal ini sebab-sebab terjadinya kejahatan dapat terjadi dari faktor internal (dari dalam diri seseorang) atau pun dari faktor eksternal (dari luar diri seseorang)
Faktor internal menyangkut kepribadian dari pelaku kekerasan yang menyebabkan ia mudah sekali melakukan tindak kekerasan apabila menghadapi situasi yang menimbulkan kemarahan dan frustasi. Kepribadian yang agresif biasanya dibentuk melalui interaksi dalam keluarga atau dengan lingkungan sosial di masa kanak-kanak.Tidaklah mengherankan bila kekerasan biasanya bersifat turun temurun, sebab anak-anak akan belajar tentang bagaimana akan berhadapan dengan lingkungan dari orang tuanya.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor diluar dari si pelaku kekerasan. Mereka yang tidak tergolong memiliki tingkah laku agresif dapat melakukan tindak kekerasan bila berhadapan dengan situasi yang menimbulkan frustasi misalnya kesulitan ekonomi yang berkepanjangan, penyelewengan suami atau istri, keterlibatan anak dalam kenakalan remaja atau penyalahgunaan obat terlarang
dan sebagainya. Kebanyakan istri berusaha menyembunyikan masalah kekerasan dalam keluarganya karena merasa malu pada lingkungan sosial dan tidak ingin dianggap gagal dalam rumah tangga. Faktor-faktor eksternal apabila di jelaskan secara terperinci maka akan ditemukan beberapa sebab-sebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, yaitu masalah ekonomi, masalah cemburu, masalah miras (minuman keras), masalah anak, masalah sopan santun, masalah masa lalu, masalah salah paham, masalah tidak memasak. Dengan etiologi kriminal, dapat pula dipetakan sejauh mana faktor- faktor penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri itu dapat diantisipasi ke depannya.
b) Dalam perspektif keagamaan.
Faktor-faktor yang dapat ditemui dalam kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam perspektif keagamaan dapat berupa pendidikan dan pemahaman keagamaan yang kurang dari suami maupun istri, selain itu dapat juga diakibatkan oleh penapsiran yang salah mengenai keagamaan dari suami.
c) Lingkungan sosial yang ada dalam masyarakat.
Lingkungan sosial yang ada dalam masyarakat juga menjadi faktor/pemicu terjadinya kerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya. Seperti adanya pihak ketiga yang membuat retaknya hubungan perkawinan yang berujung pada terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, masalah pihak ketiga tersebut dapat berupa masalah dari orang tua, saudara, tetangga dan teman.
Baik dalam perspektif kriminologi, keagamaan dan dari lingkungan sosial yang ada dalam masyarakat, ketiganya saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
3. penegakan hukum terhadap tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
Dalam menanggulangi kejahatan (criminal policy) dapatlah digunakan sarana penal (hukum pidana) dan non penal (bukan hukum pidana).
Apabila pidana akan digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan membentuk “Manusia Indonesia seutuhnya” berdasarkan Pancasila dan garis kebijakan pembangunan nasionalnya, maka penyelesaian secara penal (hukum pidana) harus pula diperhatikan. Hal ini penting tidak hanya karena kejahatan itu pada hakekatnya merupakan masalah kemanusiaan (human problem), tetapi juga karena pidana itu sendiri mengandung unsur penderitaan yang dapat menyerang kepentingan atau nilai yang paling berharga bagi kehidupan manusia. Dalam konteks usaha rasional dari masyarakat untuk menanggulangi kejahatan, kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana hukum pidana (Penal Policy) hanyalah merupakan salah satu jalur atau metode penanggulangan kejahatan. Di samping itu terdapat pula kebijakan penanggulangan kejahatan yang lain yang dikenal dengan istilah kebijakan di luar hukum pidana (Non-Penal Policy). Non-penal policy berarti bahwa usaha-usaha yang dilakukan tanpa menggunakan sarana hukum pidana. Jadi nonpenal itu dapat diartikan segala usaha yang bersifat non-yuridis guna
menanggulangi timbulnya kejahatan. Hambatan-hambatan dalam penegakan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dapat dipengaruhi dari hambatan yang datang dari korban, dari keluarga, dari masyarakat, dan dari negara.yang membuat dan mengakibatkan penegakan terhadap kekerasan tersebut menjadi terbengkalai dan mengakibatkan keadaan tersebut berlangsung terus dan menghambat dalam proses penegakan Hukum.
B. Saran
Untuk meningkatkan tinjauan kriminologis terhadap kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri ini , maka disarankan :
1. Masalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri ini perlu mendapatkan perhatian masyarakat bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri tidak saja merupakan persoalan internal keluarga semata tetapi persoalan yuridis pula, karena itu perlu adanya sikap tenggang rasa dan apresiatif antara suami dan istri agar dihindari kekerasan tersebut, penyuluhan-penyuluhan hukum tentang kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri keseluruh lapisan masyarakat harus selalu dilakukan, hendaknya dilakukan oleh aparat penegak hukum yang memahami betul pengetahuan tentang kekerasan dalam rumah tangga, apa dampak dan perbuatan tersebut dan sanksi pidana yang dijatuhkan bagi pelaku sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004.
2. Seluruh komponen bangsa baik pihak pemerintah, aparat penegak hukum maupun anggota masyarakat hendaknya lebih berpartisipasi secara aktip dan bertanggung jawab terhadap masalah perlindungan hukum, bagi korban kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.Ditunjang dengan peningkatan kualitas jati diri dengan mendalami ajaran agama dan meningkatkan kadar iman dan takwa bagi setiap individu dalam hal mengembangkan kepribadian sehingga lebih berpikir dalam melakukan suatu tindak kejahatan.
3. Persepsi masyarakat bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri itu persoalan internal keluarga, kini mulai berubah bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya itu tindak pidana, sehingga pola penyelesaiaannya juga telah bergeser dari penyelesaian secara biasa yang dilakukan oleh suami atau anggota keluarga dan masyarakat ke penyelesaian hukum, untuk itu para anggota keluarga dapat menahan diri terhadap sikap kekerasan dalam bentuk apapun.
DAPTAR PUSTAKA
A.Buku.
Abdulsyani, 1987. Sosiologi Kriminalitas, Bandung: CV Remadja Karya.
Ahmad Suaedy, 2000. Kekerasan Dalam Perspektif Pesantren, Jakarta: Grasindo.
Arif, Barda Nawawi, 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Atmasasmita, romli, 2007. Teori dan Kapita Selekta Krimonologi, Bandung: Rafika Aditama.
B. Bosu, 1982. Sendi-Sendi Kriminologi, Surabaya: Usaha Nasional.
Depertemen Agama RI, 1997. AlQuran dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah al Qur’an.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Ediwarman, 1994. Asas-Asas Kriminalogi, Medan: USU Prees.
Ediwarman, dkk, 2010. Monograf Kriminalogi.
Fakih, Mansour, 2004. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan
Harkrisnowo Harkristuti, 1996. Kekerasan Terhadap Perempuan (Tinjauan Segi
Kriminologi dan Hukum). Semarang: Universitas Diponegoro.
Muladi & Barda Nawawi Arief, 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung; Alumni.
Muladi , 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Edisi Revisi.
Muladi, 1992 Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni.
Mutashim , khalis, 2007 Jangan Lupa Wahai Muslimin, Jakarta: Alifbata.
Moeljatno, 2002. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.
Soeroso, hadiati moerti, 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Sinar Grapika.
Stephan Hurwitz, 1986. Kriminologi, Disadur oleh L. Moeljatno, Jakarta: Bina Aksara.
Sudarto, 1983. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Alumni.
Suhendhi, R, 1981. KUHP dan Penjelasannya.Surabaya:Usaha Nasional.
W.A Bonger, 1962. Pengantar Tentang Kriminologi terjemahan R.A Koenoen, Jakarta: PT. Pembangunan.
.B.Peraraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Kitap Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 81 Tentang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 74 Tentang Perkawinan.
C.Artikel, Makalah dari situs Internet
.Artikel Jurnalisme (tidak) Ramah Gender, Kajian Informasi Pendidikan dan Penerbitan Sumatera (KIPPAS) ,Medan.
http://www.lbh-apik.or.id/fact-58.htm/, diakses 20 maret 2011.
www.menkokesra.go.id/content/view/662/39, diakses tanggal 20 maret 2011
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=210509, akses
tanggal 18 Mei 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suami, di akses tanggal 19 Mei 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Istri, akses tangal 19 Mei 2011.
www.komnas perempuan.com .
www.jurnalperempuan.com.