• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap keanekaragaman makrozoobentos di perairan Sungai Asahan, Sumatera Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Makrozoobentos yang didapatkan sebanyak 40 genus terdiri dari 39 famili, 15

ordo, 5 kelas dan 3 filum. Kepadatan makrozoobentos tertinggi pada stasiun 1 dijumpai pada genus Hydrospysche sebesar 223,4 ind/m2, stasiun 2 dijumpai pada genus Hydrospysche sebesar 87,6 ind/m2, stasiun 3 dijumpai pada genus Baetis sebesar 72,8 ind/m2, stasiun 4 dijumpai pada genus Ostrinia sebesar 80,2 ind/m2, stasiun 5 dijumpai pada genus sphaerium sebesar 55,55 ind/m2. b. Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 2,53 dan

terendah pada stasiun 1 sebesar 1,37 dan indeks keseragaman (E) tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,93 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0,48. c. Berdasarkan nilai Indeks Similaritas (IS) yang didapatkan, stasiun yang

mempunyai kriteria mirip adalah antara stasiun 4 dengan 5, stasiun 1 dengan 2, stasiun 1 dengan 3, stasiun 2 dengan 3.

d. Temperatur air merupakan faktor fisik kimia yang berkorelasi searah dan berhubungan kuat dengan indeks keanekaragaman (H’) makrozoobentos.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan.

Adianto. 1993. Ekologi Perairan. Edisi Kedua. Alumni: Jakarta Agusnar, H. 2007. Kimia Lingkungan. USU Press: Medan

Agustatik, S. 2010. Gradasi Pencemaran Sungai Babon Dengan Bioindikator Makrozoobenthos. Tesis. Universitas Diponegoro Press: Semarang.

Andriana, W. 2008. Keterkaitan Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Keberadaan Bahan Organik di Perairan Hulu Sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Skripsi. IPB Press: Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press: Yogyakarta.

Atmadja. W. S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi Rumput Laut (Algae Makro) di Perairan Terumbu Karang Indonesia. Puslitbang Oseanologi: Jakarta.

Barners, K. S. K. & K. H. Mann. 1994. Fundamental of Aquatic Ecology. Blackwell Scientific Publication Oxford: England.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

Bouchard, R. W. 2012. Guide to Aquatic Invertebrate Families of Mongolia. Saint Paul: USA.

Brower, J. E, H. Z. Jerold and I. N.V. E. Car. 1990. Field an Laboratory Methods For General Ecology. Jhon Wiley & Sons: USA New York.

Daeli, F, F., F. Yandri., D. Apdillah. 2013. Keanekaragaman Makrozoobentos di Perairan Pulau Belakang Padang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji: Batam.

Deshmuk, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta. Handayani, S, T., Suharto., Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu Dengan Biomonitoring Makrozoobenthos: Tinjauan Dari Pencemaran Bahan Organik. Biosains. Vol. 1(1): 31-33.

Hynes, H. B. N. 1976. The Ecology With Of Running Water. Liverpool. University Press: England.

Hutapea, T. R. 2006. Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Berbagai Aktifitas Manusia Terhadap Keanekaragaman Makrozoobenthos di Aliran Sungai Denai Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. USU Press: Medan.

Hutchinson, W. T. 1993. A Treatise on Limnology. Edited by Yuette. Jhon Wiley & Sons, Inc: New York.

James, A and L. Evison. 1979. Biological Indications Of Water Quality. John, Wiley & Sons: New York.

Jones, A. J. 1997. Enveronmental Biology. Routledge: London.

Koesbiono, 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Lingkungan IPB: Bogor.

Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abundance. Harper & Row Publisher: New York.

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Penerbit Andi:Yogyakarta.

Lalli, C. M dan T. R. Parsons. 1993. Biological Oceanography An Introduction. Pergamon Press: New York.

Lock, M. A and D. D. Williams. 1981. Perspectives in Running Water Ecology. Plenum Press: New York.

Loebis, J. Soewarno. 1999. Hidrologi Danau Toba dan Sungai Asahan. Puri Fadjar Mandiri: Jakarta.

Mahajoeno, E., M. Effendi., Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva Insekta pada Sungai-Sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Biodiversitas . Vol. 2(2): 133-138.

Maramis, A. A dan A. I. Kristijanto. 2009. Hubungan Faktor Fisik dan Kepadatan Larva Paragyractis sp. (Insekta: Lepidoptera) dan Hydrospsyche sp (Insekta: Trichoptera) di Sungai Kreo, Semarang. J. Formas. Vol. 2 (2): 148-153.

Michael, P. 1984. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta.

Moss, B. 1980. Ecology of Freshwater. Blackwell Scientific Publixation, Oxford: London.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka: Jakarta.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Pennak, R. 1978. Fresh Water Invertebrates of The United States Protozoa to Molusca. University of Colorado, Boulder: Colorado.

Pennak, R. W. 1989. Freshwater Invertebrates of The United States. 2nd Edition. A Willey Interscience Public. Jhon Willey and Sons: New York.

Romimohtarto, K dan Sri, J. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan: Jakarta.

22 Rosenberg, D.M. and V.H.Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic

Macroinvertebrates. Chapman & Hall: New York-London.

Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta.

Setiawan, D. 2009. Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lemata Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 09: 12-14.

Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Tesis. USU Press: Medan.

Siregar, T, R. R. 2009. Studi Keanekaragaman Makrozoobentos di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. USU Press: Medan.

Susilowati, E. 2007. Struktur Komunitas Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologi Perairan di Hulu Sungai Cisadane, Bogor. Skripsi. IPB: Bogor. Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas Press: Padang.

Susanna, E. D. 1998. Struktur Komunitas Bentos Moluska di Perairan Pesisir Teluk Lada Desa Mekarsari Pandeglang Jawa Barat. Skripsi. IPB Press: Bogor.

Trihadiningrum, Y. & I. Tjondronegoro. 1998. Makroinvertebrata sebagai Bioindikator Pencemaran Badan Air Tawar di Indonesia: Siapkah kita?. Lingkungan & Pembangunan. Vol. 18(1): 45-60.

Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Welch, C. 1980. Limnology. McGraw-Hill Book Company Inc: New York.

Yuliastuti. E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Pengendalian Pencemaran Air. Tesis. Universitas Diponegoro Press: Semarang.

Zaenab, R. S. 1985. Komposisi dan Penyebaran Makrozoobentos di Perairan Bendung Curug Kabupaten Karawang. Insititut Pertanian Bogor: Bogor.

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO4 1 ml KOH – KI dikocok didiamkan Sampel Dengan 1 ml H2SO4 dikocok didiamkan Larutan Sampel diambil sebanyak 100 ml ditetesi Na2S2O3 0,0125 N Sampel Berwarna

ditambahkan 5 tetes amilum

Sampel Berwarna

dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N

Sampel Bening

Dihitung volume Na2S2O3 yang terpakai

Lampiran B. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5

(Suin, 2002) (Suin, 2002)

dihitung nilai DO akhir diinkubasi selama 5 hari

pada temperatur 20°C dihitung nilai DO awal

Sampel Air

Sampel Air Sampel Air

DO Akhir DO Awal

Keterangan :

Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan Nilai DO

46

Lampiran C. Bagan Kerja Kandungan Organik Substrat Substrat dasar pada titik

pengamatan

Dihomogenkan

100 gram Substrat dasar

Dikeringkan dalam oven 450

Berat konstan tanah

Dihaluskan/digerus dengan lumpang Dikeringkan di dalam oven 450 C selama 1 jam

Ditimbang sebanyak 5 gram

5 gram tanah

Dibakar dalam tungku pembakar pada suhu 6000 C selama 3 jam

Abu

Ditimbang berat abu

Hasil

Lampiran D. Nilai Oksigen Terlarut Maksimum (mg/l) pada Berbagai Besaran Temperatur Air.

T˚C 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0 14,6 14,12 14,08 14,04 14,00 13,97 13,93 13,89 13,85 13,81 1 13,77 13,74 13,70 13,66 13,63 13,59 13,55 13,51 13,48 13,44 2 13,40 13,37 13,33 13,30 13,26 13,22 13,19 13,15 13,12 13,08 3 13,05 13,01 12,98 12,94 12,91 12,87 12,84 12,81 12,77 12,74 4 12,70 12,67 12,64 12,60 12,57 12,54 12,51 12,47 12,44 12,41 5 12,37 12,34 12,31 12,28 12,25 12,22 12,18 12,15 12,12 12,09 6 12,06 12,03 12,00 11,97 11,94 11,91 11,88 11,85 11,82 11,79 7 11,76 11,73 11,70 11,67 11,64 11,61 11,58 11,55 11,52 11,50 8 11,47 11,44 11,41 11,38 11,36 11,33 11,30 11,27 11,25 11,22 9 11,19 11,16 11,14 11,11 11,08 11,06 11,03 11,00 10,98 10,95 10 10,92 10,90 10,87 10,85 10,82 10,80 10,77 10,75 10,72 10,70 11 10,67 10,65 10,62 10,60 10,57 10,55 10,53 10,50 10,48 10,45 12 10,43 10,40 10,38 10,36 10,34 10,31 10,29 10,27 10,24 10,22 13 10,20 10,17 10,15 10,13 10,11 10,09 10,06 10,04 10,02 10,00 14 9,98 9,95 9,93 9,91 9,89 9,87 9,85 9,83 9,81 9,78 15 9,76 9,74 9,72 9,70 9,68 9,66 9,64 9,62 9,60 9,58 16 9,56 9,54 9,52 9,50 9,48 9,46 9,45 9,43 9,41 9,39 17 9,37 9,35 9,33 9,31 9,30 9,28 9,26 9,24 9,22 9,20 18 9,18 9,18 9,15 9,13 9,12 9,10 9,08 9,06 9,04 9,03 19 9,01 8,99 8,98 8,96 8,94 8,93 8,91 8,89 8,88 8,86 20 8,84 8,83 8,81 8,79 8,78 8,76 8,75 58,73 8,71 8,70 21 8,68 8,67 8,65 8,64 8,62 8,61 8,59 8,58 8,56 8,55 22 8,53 8,52 8,50 8,49 8,47 8,46 8,44 8,43 8,41 8,40 23 8,38 8,37 8,36 8,34 8,33 8,32 8,30 8,29 8,27 8,26 24 8,25 8,23 8,22 8,21 8,19 8,18 8,17 8,15 8,14 8,13 25 8,11 8,10 8,09 8,07 8,06 8,05 8,04 8,02 8,01 8,00 26 7,99 7,97 7,96 7,95 7,94 7,92 7,91 7,90 7,89 7,88 27 7,86 7,85 7,84 7,83 7,82 7,81 7,79 7,78 7,77 7,76 28 7,75 7,74 7,72 7,71 7,70 7,69 7,68 7,67 7,66 7,65 29 7,64 7,62 7,61 7,60 7,59 7,58 7,57 7,56 7,55 7,54 30 7,53 7,52 7,51 7,50 7,48 7,47 7,46 7,45 7,44 7,43 (Barus, 2004)

48

Lampiran E. Peta Lokasi Penelitian

Keterangan :

Stasiun 1 = Daerah Bebas Aktivitas Stasiun 2 = Daerah Pariwisata

Stasiun 3 = Bendungan PLTA PT.INALUM Stasiun 4 = Daerah Pemukiman Penduduk Stasiun 5 = Daerah Perkebunan

Lampiran F. Contoh Hasil Perhitungan a. KepadatanBaetis pada Stasiun 1

K =

K =

K = 7,40 ind/m2

b. Kepadatan Relatif Baetis pada Stasiun 1

KR = x 100 %

KR =

x 100 %

KR = 2,14%

c. Frekuensi Kehadiran Baetis pada Stasiun 1

FK = FK =

FK = 22,22 %

d. Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) pada Stasiun 1

H’ = H’ =

50 H’ = 1,37

e. Indeks Ekuitabilitas/Keseragaman (E) pada Stasiun I

E =

E =

E = 0,48

f. Indeks Similaritas (IS) antara Stasiun 1 dan 2

IS = X 100%

IS = X 100%

IS = 62,5%

g. Kejenuhan Oksigen pada Stasiun 1

Kejenuhan Oksigen

Kejenuhan Oksigen

Lampiran G. Foto Kerja

52

Pengukuran penetrasi cahaya Pengukuran DO metode winkler

Baetis Pachydiplax

Anax Potamanthus

54

Scirtes Ostrinia

Macromia Progomphus

Pelocoris Stenacron

Ameleteus Callibaetis

56

Pomatiopsis Melanoides

Tryonia Corbicula

Dokumen terkait