• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Budaya sekolah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Mardingding korelasi sebesar 0,515 dengan korelasi determinasinya 0.265 signifikan 0,02, korelasi ini menunjukkan hubungan yang sedang. Hal ini berarti budaya sekolah yang dimiliki sekolah yang baik maka profesionalisme guru disekolah tersebut akan menjadi lebih baik. Dari uji kecenderungan data disimpulkan bahwa Variable budaya sekolah (X1) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang

sebesar 85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebesar 0%. 2. Komunikasi antarpribadi guru mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan dengan profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan

Mardingding korelasi sebesar 0,600 dengan korelasi determinasinya 0,36 signifikan 0.005. korelasi ini menunjukkan hubungan yang tinggi, hal ini berarti, komunikasi antarpribadi guru yang efektif memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru. Untuk uji kecenderungan variabel komunikasi antarpribadi guru(X2) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang sebesar

85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebesar 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable komunikasi antarpribadi guru berada pada kategori sedang sebesar 40%.

127

3. Kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Mardingding korelasi sebesar 0,443 dengan koefisien diterminasinya 0,196 signifikan 0.05. hal ini berarti profesionalisme guru memiliki hubungan yang sedang dengan kecerdasan emosinal guru. Untuk uji kecenderungan variabel variabel kecerdasan emosional (X3) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang

sebesar 85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebsar 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kecerdasan emosional berada pada kategori sedang sebesar 85%.

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan kecerdasan emosional memiliki korelasi dengan profesionalisme guru. Temuan ini setidaknya membuktikan secara empiris bahwa budaya sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan kecerdsasn emosional merupakan faktor penting dan sangat menentukan dalam peningkatan profesionalisme guru..

5.2. Implikasi

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan kecerdasan emosional memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru. Temuan ini setidaknya membuktikan secara empiris bahwa budaya yang dipakai di sekolah, komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional yang dimiliki guru merupakan faktor penting dalam meningkatkan profesionalisme guru.

1. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui peningkatan penerapan pelaksanaan budaya sekolah

128

Untuk meningkatkan profesionalisme guru salah satu factor yang penting adalah budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat dalam memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi di sekolah.

Dengan demikian perbedaan dalam setiap individu guru tidak

diperlihatkan dalam sekolah karena akan terjadi perbedaan yang menyebabkan konflik dalam sekolah. Selanjutnya karekteristik perbedaan individu akan disatukan oleh budaya yang diterapkan dalam sekolah tersebut. Maksudnya, jika budaya sekolah tersebut menuntut kinerja guru-guru secara profesional maka tidak boleh tidak guru-guru yang kinerjanya masih dibawah standar akan meningkatkan kemampuan kinerjanya. Jadi tidak ada lagi guru-guru yang malas atau kinerjanya tidak profesional. Dengan demikian profsionalisme guru akan terbentuk dalam suatu sekolah dengan dituntut oleh budaya dalam sekolah tersebut.

2. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui peningkatan komunikasi antarpibadi yang dimiliki oleh guru.

Pada dasarnya tiap individu mempunyai watak dan kepribadian yang tak sama dengan orang lain, karena ini merupakan hasil tempaan dan terbentuk berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Apabila dua individu yang melakukan komunikasi bisa saling mengerti dan memahami kepribadian dan watak masing-masing, baru dapat dikatakan bahwa satu sama lain dalam berkomunikasi

129

melakukan prediksi atas data psikologis. Selain itu, pada tataran ini kedua individu yang melakukan interaksipun telah mengalami pembiasan norma yang berlaku diantara mereka. Yang tadinya pada tataran kultural dan sosiologis kedua individu tersebut masih berinteraksi dengan menggunakan norma konvensional yang berlaku dimasyarakat, tetapi pada tataran psikologis individu yang beriteraksi menggunakan norma relational yang hanya dipahami oleh mereka berdua berdasarkan pengalaman dari pola dan kesepakatan mereka berdua.

Demikian juga dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu memiliki keterampilan komunikasi antrapribadi dalam membina hubungan dengan siswa. Dalam meningkatkan profesionalisme guru, perlu adanya suatu keterampilan komunikasi antarpribadi guru. Karena, apabila hubungan antar guru dan siswa terbina dengan baik, maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Dalam hal ini, kompetensi kepribadian dan pedagogik yang di miliki guru professional sangat terdukung oleh komunikasi antarpibadi guru itu sendiri

3. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui peningkatan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh guru

Kecerdasan emosional atau kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan guru untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari. Jika tidak dapat dikendalikan, atau tidak dapat menempatkan emosi pada

130

tempatnya, hal ini akan memberikan dampak dalam proses pembelajaran, atau menganggu kinerja guru itu sendiri.

Dalam hal ini, profesionalisme guru sangat didukung oleh kecerdsan emosionalnya, karena jika guru mampu mengendalikan emosionalnya maka akan mengacu kepada profesionalisme guru. Hal ini berarti kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.

5.3. Saran

Saran-saran yang dapat disapmpaikan sehubungan dengan temuan hasil penelitian ini adalah:

1. Kepala SMP Negeri di Kecamatan Mardingding hendaknya menerapkan dan membentuk budaya sekolah yang mendukung tercapainya profesionalisme guru yang baik. Disamping itu kepala sekolah juga hendaknya meningkatkan komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional guru agar dengan terbentuknya komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional yang baik memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru. Walaupun penelitian ini hanya untuk guru yang sudah disertifikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme ini juga berlaku untuk guru yang belum

131

sertifikasi. Karena guru yang profesional juga bukan guru yang sudah disertifikasi saja, guru yang sudah mendapat SK kepegawaian juga merupakan guru yang profesional.

2. Kepada guru di SMP N kecamatan mardingding yang sudah disertifiksi kususnya dan guru keseluruhan pada umumya hendaknya terus meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar dengan cara meningkatkan komunikasi antarpribadi guru, kecerdasan emosional dan menaatai peraturan dan norma sekolah. Guru harus menjadikan budaya sekolah sebagai sarana untuk meningkatkan profesionalisme guru untuk meningkatkan mutu pendidikan . demikian juga meningkatkan komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional.

3. Kepada Dinas Pendidikan Karo kususnya untuk kecamatan Mardingding dan untuk kabupaten Karo umumnya hendaknya menyeleksi guru-guru yang akan diterima menjadi PNS atau yang akan disertifikasi dengan mempertimbangkan kocerdasan emosional guru dan komunikasi antarpribadi guru. Bagi guru yang sudah PNS atau yang sudah disertifikasi memberikan pelatihan tentang kecerdasan emosional dan komunikasi antarpribadi guru. Selain itu, Dinas Pendidikan juga melihat budaya sekolah yang berlaku disekolah dan memberikan kontribusi kepada sekolah tersebut agar memiliki budaya yang dapat meningkatkan profesionalisme guru.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan terhadap profesionalisme guru.

132

KEPUSTAKAAN

Arikunto , Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Manusiawi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakatra: Rajawali Press.

Budayatna, Muhammad, dan Leila Mona Ganiem, 2011, Teori Komunikasi Antar

Pribadi,Jakarta: Kencana

Bafadal, Ibrahim, 2006, Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru

Sekolah Dasar,Jurnal Pendidikan Inovatif Volume I, No.2, Maret 2006

Danim, Sudarwan, 2011, Pengembangan Profesi Guru,Kencana: Jakarta

---, 2010, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Alfabeta: Bandung.

---, 2002., Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia.

---, 2010, Karya Tulis Inovatif Sebuah Pengembangan Profesi

Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

DeVito, Joseph A., 1991. Komunikasi Antar Manusia, edisi kelima, Jakarta: Professional Books

Daryanto, 2011,Ilmu Komunikasi,Yrama Widya:Bandung

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional.

Eugene McKenna dan Nic Beec, 2002, The Essence of : Manajemen Sumber

Daya Manusia,Terj. Toto Budi Santoso, Yogjakarta : Penerbit Andi Liliweri, Alo, 1991,Komunikasi Antarpribadi,Citra Aditya Bakti: Jakarta

Ginting, Masta Iriani, 2012, Pengaruh Iklim Organisasi, Komunikasi

Antarpribadi, dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Produktif Studi Empiris di SMK Sub Rayon 04 Medan, Tesis Tidak Diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan

133

Goelman, Daniel, 2009, Emotional Intelegency, Alih Bahasa. T. Hermaya,

Jakarta: Gramedia,

---, 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terj: Alex tri Kantjoro Widodo. Jakarta : Gramedia

Gunawan, 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Ge Mozaik, 2005, http://ganeca.blogspirit.com. Diakses 15 Juli 2012

Hamalik , Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Harmoko, R., Agung, 2005. Kecerdasan Emosional. Binuscareer.com

Harjana, AM. 2003, Komunikasi Interpersonal dan Antarpersonal, Jakarta:

Kanisius.

Hasan, Ani M, 2003, Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad

Pengetahuan,Artikel: ani_hasan@yahoo.com. Diakses 12 juli 2012. Imron, 1995.Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Jackson, J. H, dan Robert L. Mathis, 2009, Human Resource Management, Jakarta: Salemba

Kunandar. 2007.Guru Profesional. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Lutfi, Achmad, 2009, Mempertahankan Profesionalisme sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia, (Jurnal, Volume 16, no 1, FMIPA Unesa)

Lubis, Jariah. 2006. “Kontribusi Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Kerja Guru terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri Kota Medan”. Tesis. Medan.: Pascasarjana Unimed.

Muhammad, Arini, 2007Komunikasi Organisasi,Jakarta: Bumi Aksara,

Muhson, Ali, Meningkatkan Profesionalisme Guru:Sebuah Harapan, Jurnal

Ekonomi dan Pendidikan, Volume 2 No 1, Agustus 2004.

Muhlisin, Profesionalisme Guru Menyongsong Masa Depan, Artikell,

http://www.infodiknas.com, Posting:Rulam, Juli 2012, Diakses 12 agustus 2012.

Mulyasa , E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

134

---, 2010, Penelitian Tindakan Kelas (Meningkatkan Produktivitas

Sekolah),Rosda:Bandung

Mulyana, Deddy, 1999, Nuansa – Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan

Budaya Komunikasi Masyarakat Kontenporer, Bandung: Rosda Karya.

Mulyadi, Seto, http://www.pelita.or.id/baca.php?id=16965, diakses 15 Juli 2012 Muhtar, Entang Ardhy. (2003). ”Etos Kerja dan Profesionalisme Birokrasi”,

Jakarta: Formasi, Jurnal Kajian Manajemen Pendidikan, No.7, Tahun IV, Maret 2003:3-8.

Nata , Abuddin. 2003.Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Ndraha, Taliziduhu,2003,Budaya organisasi, Jakarta:Rineka Cipta,

Nurudin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Nasution, M.Choir Nazlan, 2012, Hubungan Persepsi Guru Terhadap

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru dengan Mutu Pendidikan MTs di KKM MTs N Siantar, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan

Pace, wayne R dan Don F. Faules, Terj. Deddy Mulyana, 2006, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Pekerjaan,Bandung: Rosda Karya,

Priambodo, A. Mukhtar dan Erwin. 2003. Mengukir Prestasi: Panduan Menjadi

Guru Profesional. Jakarta: Misaka Galiza.

Perarturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 . 4 Mei 2007, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan Disertasi, 2010 Medan:

Universitas Negeri Medan

Rahardja, AT, Hubungan Antara Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Motivasi

Kerja guru dengan Kinerja Guru,Jurnal Pendidikan Penabur No.o3, tahun

III, Desember 2004

Robbins, Stephen, Timothy A. Judge, 2007, Oganizational Berhavior, Terj. Abdul, Ed. 12, Jilid 1&2, Rosyd, Jakarta: Salemba Empat.

Riduan, dan Akdon, 2009, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Alfabeta: Bandung

135

Rivai, Veithzal dan deddy mulyadi, 2011, kepemimpinan dan perilaku

organisasi, ed.3, jakarta: grafindo

Romauli, Valentine Purnama, 2012, Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru SMP N Kab. Samosir, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan.

Ridwan, 2008, Sekolah Efektif,http://ridwan202.wordpress.com, diakses 15 Juli 2012

Sagala, Syaiful, 2009, Administrasi konteporer, bandung: alfabeta,

---, 2011, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta

Simanjuntak, Rivai M, 2010, Pengaruh Budaya Ornganisasi, Kecerdasan Emosional, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK N Kab. Deli Serdang, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan

Sudijono, Anas, 2007,Pengantar Statistik Pendidikan,Jakarta: Grafindo

Suranto, A.W, 2011,Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu

Sibuea, Abdul Muin, 2005,Statistik,Diktat:Unimed

Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Ilmu Komukasi,Yogyakarta: Capps,

Sobirin, Achmad, 2009, Budaya Organisasi, Yogyakarta: STIM YKPN,

Surya , M. 2006. Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru Profesional,

Sejahtera, dan Terlindungi. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supriad, Dedi i.1998.Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.. Sudjana , Nana, 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

---, 2005,Metoda Statistika,Tarsito:Bandung

Sopiah,2008, Perilaku Organisasi,Yogyakarta: Andi

136

---, 2010, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, R&D, Bandung: Alfabeta

Saodin, Ondi, dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.

Saroni, Muhammad. 2011. Personal Branding Guru Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Supranto, J, 2010,Analisis Multivariat (Arti &Interpersati), Jakarta: Rineka Cipta Saud, Udin Syaefudin. 2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta. Slemato. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Suharsono. (2004).Melejitkan IQ, IE, dan IS. Jakarta : Inisiasi Press Sufyarma, 2004:,Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta,

Tubroni, 2010, Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran,

Artikel, Blog http://tobroni.staff.umm.ac.id, Diakses 12 Agustus 2012

Utomo, Tjipto dan Kees Ruijter (1994). Peningkatan dan Pengembangan

Pendidikan. Cetakan kelima. Jakarta : Gramedia.

Usman , Moh. Uzer, 1994, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan

Dosen.Depdikbud.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Depdikbud.

Widjaja, A. W, 2008, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,

Jakarta: Bumi Aksara

Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winarni, Sri, 2009, Komunikasi Antarpribadi Guru Sebagai Kompetensi Guru Pendidikan Jasmanis,(Junal FIK UNY, Vol 1, No 1, Feberuari)

137

Dokumen terkait