• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH , KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO

(TESIS)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memproleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

SYADIDUL KAHAR 8106131038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)

HUBT]NGAIY BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKAST ANTAR PRIBADI GURU DAI\I KECERDASAN EMOSIONAL DENGAI\I PROI|IESIONALISMD

GURU SEKOLAII MENENGAH PERTAMA (SIUP) NEGNRI KECAIUATAI\I MARDINGDING

KABT}PATtrN KARO (TEsrs)

I)isusun dan diajukkan oleh SYADIDUI, KAHAR

I{IM:810661038

Teleh Dipertahankan di depah Panitien Uiian Tesis pada Tanggal S Januari dan Dinyatakan Telah Memeuuhi Salah Satu $yarat Untuk Memproleh Gelar hflagister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Medanr S Januori 2013

Menyetujui Tim Pembimbing

Prof. Dr. H. Zainuddin. M.Pd

Nip: 19550307 198403

I

001 Nip: 1962 12121968 012001

Mengetahui:

KetuaPmgrrm Studi Administrasi Pendidikan

Prof. Dr. H. Svaiful Sasala.l\{. Pd Nip. 19580509 198611

I

001

Pembimbing

I

Pbmbimbing

II

Pascasarjana

198103

I

002

#iii

*&q

p#

,4-,4

(4)

€d,-1-l-2

PENSETUJUAN IIDWAN PM{GUJI U.IIAI{ IESIS MAGISTEN PtsNDTI}IKAIT

Prrf. Ih. H.

Z.iuddr' Mld

Itrb

r9stclur

lgt{fit

1001 . (Penttirt*rg

I)

Pno[,Ih. Srl

ifftftyad,Ms. Kolr

lfie

r9012r2 r96ml2 00r

(PcnbhHrg

II)

Pmf, Ih. H. Soyht Sl[J+Mltil Nip.

r9$li09

19E611

I

ml

(Nerurnbcr)

Da ZrMfilr0ordugl[.Si

I{b.

rrflyrfi}

1r:n0

r 003

$lrurtcr)

DaArtrXilm*MJlil

mp. f96OfU l9r20t 100r

(Ne nnbcr)

3

I

(5)

i ABSTRAK

Syadidul Kahar, 8106131038. Hubungan antara Budaya Sekolah, Komunikasi Antarpribadi, Kecerdasan Emosional dengan Profesionalisme Guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo.Tesis Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan budaya sekolah dengan profesionalisme, (2) hubungan komunikasi antarpribadi dengan profesionalisme guru, (3) hubungan kecerdasan emosional dengan profesionallisme guru.

Metode penelitian adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional dengan pola kajian korelatif dengan menempatkan variabel penelitian dalam dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMP N Kecamatan Mardingding yang berjumlah 3 sekolah negeri dengan jumlah guru sertifikasi sebanyak 20 orang guru. Untuk menentukan sampel digunakan teknik purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 20 orang guru SMP N Kecamatan Mardingding. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan skala likert. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi.

Hasil dari penelitian ini disajikan (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya sekolah dengan profesionalisme guru dengan korelasi sebesar 0,515 dan koefisien determinasi 0,265 dengan signifikan 0.02, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komunikasi antarpribadi guru dengan profesionalisme guru dengan korelasi 0,600 dan koefisien determinasinya 0,36 dengan signifikan 0.005, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme guru dengan korelasi sebesar 0,443 dan koefisien diterminasi 0.196 dengan signifikan 0.05.

(6)

ii ABSTRACT

Syadidul Kahar, 8106131038. Relations between School Culture, Interpersonal Communicationa Teacher, and Emotional Question by Profesionalism Teacher SMP N Mardingding Kabupaten Karo Thesis. Pascasarjana. State University of Medan, 2013.

The purpose of this study was to determine (1) the relationship of school culture with professionalism teacher , (2) the relationship interpersonal communication with professionalism teacher (3) the relationaship of emosional question with professionalism teacher.

Quantitative research methods is the kind of descriptive correlational study with correlative study of the pattern by placing the study variables in two groups of independent variables and the dependent variable. The population in this study were midle school teachers State (SMP N) Mardingding, amounting to 3 public school teachers sertificaty by the number of 20 teachers. Samples used to determine purposive sampling techniques so we get a sample of 20 midle school teachers Mardingding. The research instrument used was questionnaire with Likert scale and multiple-choice tests. Techniques of data analysis using correlation and regression techniques and multiple.

The results of this study are presented (1) there is a positive and significant relationship between school culture with professionalism teacher with correlation coefficient ρX1Y = 0.515 and koefsisien determination determinasi 0.265 with

significan 0.02, (2) there is a positive and significant relationship between interpersonal coomunication with professionalism teacher with a correlation coefficien of ρx2y = 0.600 and koefsisien determination of 0.36 with significan

0.005, (3) there is a positive and significant relationship between emotional question with professionalism teacher with correlation coefficient ρX3Y = 0.443

and koefsisien determination determinasi of 0.196 with significan 0.05.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga tesis ini yang merupakan salah satu

syarat memperoleh derajat S-2 Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana

Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Medan dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna

yang disebabkan oleh adanya keterbatasan penulis, baik pengetahuan maupun

pengalaman. Beberapa pihak telah memberikan dukungan kepada penulis baik

moril maupun materiil hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Program Studi

Adminstrasi Pendidikan Universitas Negeri Medan

2. Bapak Prof. Dr. Sayful Sagala, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi

Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan dan

sehubungan dengan penulisan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Zainuddin, M.Pd, selaku Pembimbing I penulis, Ibu Prof.

Dr. Sri Milfayetti, M.S.Kons, selaku Pembimbing II penulis yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, dan meluangkan waktu hingga terselesaikannya

(8)

vii

4. Seluruh civitas Akademika Universitas Negeri Medan, yang telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan selama penulis menuntut ilmu di Pascasarjana

Program Studi Administrasi Pendidikan

5. Seluruh civitas Akademika Pascasarjana Universitas Negeri Medan umumnya

dan teman-teman di Angkatan XIX khususnya atas semua bantuannya.

6. Orang tua penulis di Mardingding (Mukhtar, Is dan Suci br Sitepu) , mertua

penulis (M.Anshor dan Nur’aini) dan saudara penulis (M. Khairun, Hamdan

Syukran, Annisaturaihan dan Ananda Siti Nur fajar) yang telah memberikan

dorongan moril maupun materiil serta membantu penulis dalam doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

7. Istri penulis (Khairunnisaa’) yang sangat membantu penulis yang telah

memberikan curahan emosionalnya sehingga penulis semangat dalam

menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karenanya, masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan untuk perbaikan karya saya ini.

Medan, September, 2012

(9)
(10)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 18

1.3. Pembatasan Masalah ... 18

1.4. Perumusan Masalah ... 19

1.5. Tujuan Penelitian ... 19

1.6. Manfaat Penelitian ... 20

BAB. II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoretis ... 21

2.1.1. Profesionalisme Guru... 21

2.1.2. Budaya Sekolah... 44

2.1.3. Komunikasi Antarpribadi Guru... 57

2.1.4. Kecerdasan Emosional ………67

2.2. Penelitian Yang Relevan ... 76

2.3. Kerangka Berpikir ... 80

2.3. Hipotesis Penelitian... 83

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 84

3.2. Metode Penelitian... 84

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 85

3.4. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 87

3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 89

3.6. Uji Coba Instrumen ... 93

3.7. Hasil Uji Coba Instrumen Data ... 94

3.8. Teknik Analisis ... 95

3.9. Pengujian Statistik... 98

(11)

ix

4.1.1. Profesionalisme Guru ... 100

4.1.2. Budaya Sekolah... 102

4.1.3. Komunikasi Antarpribadi Guru... 103

4.1.4. Kecerdasan Emosional……… ... 105

4.2. Uji Kecenderungan Variabel Penelitian... 106

4.2.1. Uji Kecenderungan variabel Profesionalisme Guru ... 107

4.2.2. Uji Kecenderungan variabel Budaya Sekolah... 108

4.2.3. Uji Kecenderungan variabel Komunikasi Antarpribadi Guru.... 109

4.2.3. Uji Kecenderungan Variabel Kecerdasan Emosional ……… .. 110

4.3. Pengujian Hipotesis... 111

4.3.1. Hipotesis Pertama... 112

4.3.2. Hipotesis Kedua ... 113

4.3.3. Hipotesis Ketiga ... 113

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

4.5. Keterbatasan Penelitian... 124

BAB. V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 126

5.2. Implikasi………... 127

5.3. Saran... 130

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Guru SMP N Kecamatan Mardingding ... 85

3.1. Data Guru Sertifikasi ... 86

3.2. Kisi-kisi Instrumen Profesionalisme Guru ... 90

3.3. Kisi-Kisi Instrumen Budaya Sekolah ... 92

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Komunikasi Antarpribadi Guru ... 92

3.5. Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional... 92

4.1. Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 102

4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Guru (Y)... 104

4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Sekolah (X1) ... 106

4.4. Distribusi Frekuensi VariabelKomunikasi Antarpribadi Guru(X2).... 108

4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional (X3) ... 110

4.6.Tingkat Kecenderungan Variabel Profesionalisme Guru (Y) ... 110

4.7. Tingkat Kecenderungan VariabelBudaya Sekolah (X1)... 111

4.8.Tingkat Kecenderungan Variabel Komunikasi Antarpribadi Guru (X2) 112 4.9.Tingkat Kecenderungan Variabel Kecerdasan Emosional (X3)... 113

4.11. Data Mentah... 115

[image:12.595.79.520.110.663.2]
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Paradigma Penelitian... 103

4.1. Histogram Distribusi Variabel Profesionalisme Guru ... 105

4.2. Histogram Distribusi Variabel Budaya Sekolah... 107

4.3. Histogram Distribusi Varibel Komunikasi Antarpribadi Guru ... 109

4.4. Histogram Distribusi Variabel Kecerdasan Emosional ... 106

4.5. Histogram Kecendrungan Variabel Profesionalisme Guru ... 110

4.6. Histogram Kecendrungan Variabel Budaya Sekolah………..112

[image:13.595.80.527.102.645.2]
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Angket Profsionalisme Guru (Y)... 132

2. Instrumen Angket Budaya Sekolah (X1) ... 135

3. Instrumen Angket Komunikasi Antarpribadi Guru (X2) ... 137

4. Insturmen Angket Kecerdasan Emosional (X3)………..139

5. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru ... 141

6. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Buadaya Sekolah.... 142

7. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Komunikasi Antarpribadi Guru... 143

8. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Angkt Kecerdasan Emosional ... 144

9. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Variabel Penelitian... 145

10. Hasil Rekapitulasi Angket Profesionalisme Guru ... 150

11. Hasil Rekapitulasi Angket Budaya Sekolah ... 151

12. Hasil Rekapitulasi Angket Komunikasi Antarpribadi Guru ... 152

13. Hasil Rekapitulasi Angket Kecerdasan Emosional ... 153

14. Data Induk Penelitian... 154

15. Uji Kecendrungan Variabel Penelitian ... 155

16. Hasil Perhitunga SPSS Statistik Deskriptif ... 160

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

tercantum pada Pasal 1 ayat (1), bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang dipertlukan dirinya, masyarkat, bangsa dan

Negara.” Dalam hal ini berarti ada tiga unsur pokok dalam kegiatan pendidikan,

yaitu: (1) bimbingan, (2) pengajaran, (3) latihan. Penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara

sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang

jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Sehingga penyelenggaraan

pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi

(16)

2

pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem

terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,

(4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya

membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui

peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor

penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka

setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar

kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru adalah

figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam

pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur

guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut

persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

(17)

3

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh

teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur

yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan

fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan

kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar

mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu

kinerjanya. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana,

pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik

merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap

memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil

alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi

yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat

dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi

siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri

(Wijaya dan Rusyan, 1994). Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu

memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama

masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina

anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi

(18)

4

tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu

pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang

ditunjukkan guru.

Guru harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran,

penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara

menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping

itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini

sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara

profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan

menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan

yang diberikan kepadanya. Hal Ini berarti profesionalisme guru dalam

pendidikan sangat dituntut dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Profesionalisme adalah sikap profesional (Sagala, 2011) ini berarti,

profesionalisme guru merupakan sikap seorang guru untuk melakukan tugasnya

secara profesional. Tugas guru meliputi perencana, pelaksana sekaligus sebagai

evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang

terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan (Sagala,

2011:11).

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

(19)

5

Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi

dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi

pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar

sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan

siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada (1) Mendidik dengan titik

berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek

maupun jangka panjang, (2) Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui

pengalaman belajar yang memadai, (3) Membantu perkembangan aspek – aspek

pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri (Slameto, 2002: 12).

Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai

penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan

keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan

proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk

belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka

hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan

meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai

pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang

yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan

kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan

pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus

memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik

(20)

6

Djojonegoro dalam Sagala (2011:41), mengatakan profesionalisme dalam

suatu pekerjaan ditentukan oleh tiga faktor penting yakni (1) memiliki keahlian

khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi, (2)

memiliki kemampuan memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian

khusus), (3) memproleh penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap

keahlian tersebut. Jadi tanpa guru yang profesional maka guru tidak akan mampu

mencapai tujuan pendidikan secara efektif sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional.

Berkaitan dengan profesionalisme guru, seorang guru dituntut harus

memiliki kompetensi sebagai guru yang profesional. Kompetensi merupakan

peleburan dari pengetahuan, sikap, keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk

perbuatan (Sagala, 2011:157). Menurut Sagala, kompetensi profesi guru

mengandung tiga aspek (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,

pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi karakteristik seseorang dalam

menjalankan tugas. (2) ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam

aspek pertama itu tampil nyata dalam tindakan. (3) Suatu tindakan itu memenuhi

suatu kriteria standar kualitas tertentu. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa ,

seorang guru yang profesional harus memiliki pengetahuan teori tentang jabatan

yang diembannya, selanjutnya di aplikasikannya dalam pembelajaran. Setiap

pengaplikasian dari pengetahuan itu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Bafadal (2006: 39), mengatakan bahwa profesionalisme guru sangatlah

penting, ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang; (1) perkembangan ilmu

(21)

7

keselamatan kerja, (4) manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Jadi

sangatlah jelas tentang profesional guru di instansi pendidikan sangatlah penting

dalam menentukan keefektifan dari pendidikan tersebut.

Tapi pada kenyataanya dapat dilihat dari keadaan pendidikan sekarang

bahwa mutu pendidikan rendah. Hal ini merupakan salah satu masalah yang

sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah air kita saat ini adalah rendahnya

mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Banyak pihak

berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang

menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan

keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Rendahnya mutu pendidikan juga menurut Ridwan (2008:17) terkait

dengan skenario yang dipakai oleh pemerintah dalam membangun pendidikan,

yang selama ini lebih menekankan pada pendekatan input and output. Pemerintah

berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya

akan dapat meningkatkan mutu output. Dengan keyakinan tersebut, kebijakan dan

upaya yang ditempuh pemerintah adalah pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan, pengadaan guru, menatar para guru, dan menyediakan dana

operasional pendidikan secara lebih memadai.

Persoalan pengembangan profesi guru merupakan aspek yang belum

mendapat perhatian secara maksimal, dan menjadi kendala serius bagi

pelaksanaan tugas dan fungsi guru secara profesional dewasa ini maupun di masa

depan apabila tidak ditangani dengan baik dan sungguh-sungguh. Merujuk dari

(22)

8

profesionalisme guru, yaitu: (1) Masih banyak guru yang tidak menekuni

profesinya secara total, (2) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma

dan etika profesi keguruan, (3) Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan

keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak

terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembangaan pencetak

tenaga keguruan dan kependidikan, (4) Masih belum smootnya perbedaan

pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5)

Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara

maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.

Pada kenyataannya di lapangan, diakui atau tidak, masih, banyak guru

yang belum melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dan tuntutan profesi yang sesungguhnya. Guru masih memiliki

kecenderungan menempatkan diri pada posisi sebagai pengajar semata, dan dan

tidak sedikit guru yang mengabaikan tugasnya dalam mendidik dan melatih

peserta didik. Guru terkesan melaksanakan tugasnya secara asal-asalan, tidak

mengikuti rambu-rambu proses pembelajaran yang sebenarnya. Sehingga dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya, terbatas hanya untuk menggugurkan

kewajiban. Seharusnya profesionalisme guru harus selalu berpikir, berpendirian,

bersikap, bekerja dengan sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu,

disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi untuk keberhasilan kerjanya

(Sagala, 2011:5).

Berdasarkan studi awal wawancara peneliti dengan guru-guru kelas VII

(23)

9

mengajar masih sama dengan mengajar sebelum-sebelumnya, walaupun sudah

berubah berbagai kurikulum dalam arti kata guru mengajar masih menggunakan

metode pembelajaran ceramah dan latihan saja. Walaupun silabus yang disusun

sesuai dengan kurikulum sekarang tetapi pelaksanaannya pembelajarannya di

lapangan masih biasa. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh kepala

sekolah SMP N di Kecamatan Mardingding bahwa guru-guru sudah mulai ada

perubahan untuk saat sekarang. Tetapi disamping itu proses pembelajaran masih

juga ada kesamaan dengan sebelumnya. Jika diterapkan sesuai dengan silabus

yang dipakai maka proses pembelajaran akan menjadi kaku.

Kondisi lain kepala sekolah juga mengatakan bahwa (wawancara kepala

sekolah, 2 Nopemper 2012) ditemukan ada beberapa guru tidak membuat sendiri

rancangan pembelajarannya melainkan mengkopinya dari guru lain. Sedangkan

media pembelajaran, hampir sebagian besar guru tidak menggunakan media

pembelajaran, alasan mereka tidak mampu membuatnya, tidak ada biaya, tidak

disediakan oleh sekolah, dan tidak punya waktu untuk membuatnya. Dengan

demikian berarti guru-guru masih kurang profesional dalam mengemban

tugasnya.

Selanjutnya wawancara dengan beberapa siswa kelas IX salah satu SMP

N Mardingding 19-21 Juli dan Agustus 2012, mereka mengatakan bahwa ada

guru yang masih menggunakan emosi dalam memberi pelajaran bagi siswa yang

kurang mampu mengikuti pembelajaran dan bahkan cenderung memberikan

sangsi kepada siswa yang membuat siswa kurang simpati terhadap guru. Dari

(24)

10

diberikan oleh beberap guru dan pembelajaran cenderung membosankan. Bahkan

jika ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran, ngantuk, ketidak

hadiran siswa hanya sekedar absen saja jika diperhatikan dalam laporan semester

tidak sesuai dengan jumlah kenyataannya. Jika ada siswa yang tidak mengerti

dalam materi pelajaran, guru hanya mengatakan belajarlah sama kawan-kawan,

alasan yang diberikan guru ini hanya sekedar penyambung bahasa saja tanpa

memberikan solusi kepada siswa. Walaupun tidak sepenuhnya siswa selalu

dibenarkan, tepati setidaknya hal ini memberikan gambaran bahwa guru masih

sangat kurang profesional dalam pembelajaran, karena dikatakan seorang guru

profesional dalam pembelajaran adalah guru ahli dalam mengajar dan materi yang

diembannya. Selain itu guru dituntut tanggung jawab dengan kinerja yang telah

dilakukan, karena mendidik merupakan tanggung jawab moral yang berdampak

terhadap masa depan anak didik.

Disisi lain, guru masih belum disiplin dalam pembelajaran, dalam arti kata

guru masih ada yang terlambat, atau ada yang absen mengajar. Hal ini tentu

menghambat proses pencapaian tujuan dari pembelajaran. Maka tidak jarang,

dapat dikatakan sebagian besar guru tidak mencapai tujuan pembelajran secara

sempurna. Dari rekapitulasi kehadiran guru di salah satu SMP Negeri kecamatan

Mardingding selama seminggu bahwa guru yang terlambat disekolah tersebut

adalah rata-rata 8 orang guru atau 25%, dan yang tidak hadir termasuk yang

mempunyai urusan keluarga dan tanpa pemberitahuan rata-rata adalah 4 orang

13%. Ketidak disiplinan kehadiran guru dalam proses pembelajaran akan

(25)

11

Disisi lain, Persolaan lain adalah dalam hubungan dengan pengembangan

profesional guru tentang ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk

Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (Kemendiknas, 2010), dan

Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Buku 1 –

5 (Kemendiknas, 2011). Dalam peraturan tertulis tersebut, salah satunya diatur

tentang program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang harus

diikuti oleh setiap guru berdasarkan hasil penilaian kinerja (PK) guru. Ketentuan

ini mau tidak mau wajib dilaksanakan oleh setiap guru untuk dapat naik ke

jabatan fungsional yang lebih tinggi. Apalagi Permennegpan dan RB Nomor 16

tahun 2009, telah mengatur dengan tegas dan jelas bahwa kegatan PKB yang

berupa publikasi ilmiah dan karya inovatif harus dilakukan oleh guru sejak

menduduki jabatan fungsional Guru Pertama Golongan III/b hingga Guru Utama

Golongan IV/e. Bahkan guru yang akan naik pangkat dan jabatan fungsional dari

Guru Madya Golongan IV/c ke Guru Utama Golongan IV/d harus melakukan

presentasi ilmiah. Ketentuan ini menimbulkan kehawatiran, dimana diperkirakan

akan terjadi stagnasi kenaikan jabatan fungsional guru mulai dari jabatan

fungsional Guru Pertama Golongan III/b, dan betul-betul akan mengalami

kemacetan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional pada jenjang yang

lebih tinggi lagi. Inilah obsesi Indonesia untuk meningkatkan profesional guru (

Danim, 2010: 56).

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari SMP N Mardingding. Hanya

(26)

12

masih banyak guru yang stagnan pada pangkat/golongan IVA karena untuk naik

ke jenjang pangkat berikutnya mengharuskan mereka untuk menulis karya ilmiah.

Lebih lanjut, dikemukakan bahwa realitas seperti ini secara statistik sangat jelas

terlihat, dari 20 guru PNS SMP N Kecamatan Mardingding yang sudah

disertifikasi, ditinjau dari golongan/ruang kepangkatannya, tercatat sebanyak 15

orang atau 75% guru golongan IV/A; 2 orang guru 10% guru golongan III/d; 3

orang guru atau 15% guru golongan III/b;. Data ini jelas menunjukkan betapa

rendahnya aktivitas guru dalam menulis karya ilmiah dalam meningkatkan

profesionalisme guru.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti diatas, menurut

asumsi peneliti bahwa guru-guru di SMP N kec Mardingding profesionalisme

guru masih kurang dari yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala

(2011:32) bahwa profesionalisme guru salah satunya guru harus mampu

mengelola peserta didik yang meliputi; (1) Pemahaman wawasan guru akan

landasan dan filsafat pendidikan; (2) Guru memahami potensi dan keberagaman

peserta didik; (3) Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus; (4) guru

mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar

kompetendi dan kompetensi dasar; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang

mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif; (6) mampu melaksanakan

evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang

dipersyaratkan; (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Jadi

tampaklah bahwa untuk menjadi guru yang profesional bukanlah hal yang

(27)

13 mencapai tujuan pendidikan.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa profesionalisme guru merupakan

sikap seorang guru untuk melakukan tugasnya secara profesional. Dalam hal ini

tugas guru meliputi perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator

pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat

langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk melihat

profesionalisme guru dalam prosen pembelajaran, ini dapat dilihat kinerja dari

guru tersebut. Karena implementasi dari profesionalisme guru itu dilihat dari

tugasnya sebagai tenaga pendidik. Jika guru melakukan tugasnya secara

profesional maka hasil dari kinerja guru tersebut baik. Untuk mencapai

profesionalisme guru dalam mencapai tujuan pendidikan, maka ada beberapa

faktor yang mempengaruhi. Diantaranya budaya sekolah, komunikasi antarpribadi

guru, dan kecerdasan emosional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah budaya

sekolah. Budaya sekolah adalah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi,

penemuan atau pengembangan oleh sekolah saat belajar mengatasi

masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke

warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang, memikirkan, dan

merasakan masalah-masalah tersebut. Dengan demikian perbedaan dalam setiap

individu guru tidak diperlihatkan dalam sekolah karena akan terjadi perbedaan

yang menyebabkan konflik dalam organisasi. Selanjutnya karekteristik perbedaan

individu akan disatukan oleh budaya yang diterapkan dalam sekolah tersebut

(28)

14

dan Martin, Denison dan Kotter dan Hesket, Gordon dan DiTomaso dalam

Sobirin (2009: 138) mengatakan bahwa budaya yang kuat menjadikan kinerja

yang kuat. Berdasarkan temuan Robert kreitner dan Angelo Kunicki dalam Sopiah

(2008: 183) menjelaskan bahwa kinerja individu sangat dipengaruhi oleh budaya

organisasi. Profesionalisme guru dapat dilihat dari kinerja guru yang dilakukan

dengan professional, jadi dalam hal ini budaya sekolah dapat memberikan

kontribusi terhadap profesionalisme guru. Jadi profesionalisme guru di sekolah

sangat didukung oleh budaya suatu sekolah. Dalam arti kata, jika budaya dalam

suatu pendidikan lebih menekankan selalu berpikir, berpendirian, bersikap,

bekerja dengan sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin,

jujur, loyalitas tinggi, penuh dedikasi dalam pekerjaannya terhadap guru-guru,

sikap profesionalisme guru akan tercipta.

Faktor lain yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah Komunikasi

antarpribadi guru. Komunikasi antarpribadi guru merupakan proses guru dalam

pembelajaran melalui mana guru menciptakan dan mengelola hubungan mereka,

melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam yang memiliki norma

relational berdasarkan kesepakatan individu-individu tersebut, dimana arus pesan

terjadi dari dua arah secara aktif serta saling mempengaruhi dan mengubah satu

sama lain dalam menciptakan makna terhadap siswanya. Makna informasi yang

disampaikan guru tidak akan tercapai jika guru tidak mampu berkomunikasi

secara efektif khususnya komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini berarti guru yang

profesional harus mampu berkomunikasi antarpribadi dengan baik Dengan

(29)

15

proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut. Jadi profesionalisme

guru dalam pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi

antarpribadi dengan baik.

Berdasarkan temuan Littlejohn dan Fross dalam Sobirin (2008:283)

mengatakan bahwa, para individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut

kategori-kategori konseptual di dalam pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam

bentuk apa adanya tetapi harus disaring cara seseorang melihat sesuatu. Orang

memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan

peristiwa-peristiwa yang dialami menurut persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan. Penelitian Valentine Purnama Ramauli (2012:72) mengatakan bahwa

komunikasi interpersonal terkait erat dengan kinerja guru produktif. Dengan

demikian, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi

interpersonal. Profesionalisme guru, jika kemampuan komunikasi antarpribadinya

tidak baik maka materi yang akan disampaikan berbeda yang diinterpretasikan

oleh siswa yang mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Jadi

profesionalisme guru dipengaruhi komunikasi antarpribadi guru.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan emosi yang meliputi

kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi

suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur

suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain.

Dalam hal ini kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan

seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu

(30)

16

yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil

keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini, sikap yang diambil dalam

menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, profesi sampai

kepada pemilihan pasangan hidup.

Berdasarkan temuan Goelman (2009:44) mengatakan bahwa IQ hanya

menyumbang 20% dalam pencapaian kesuksessan manusia, sedangkan 80%

ditentukan oleh kekuatan EQ. Hal ini menunjukkan bahwa IQ hanya sedikit saja

persentasenya dalam kesuksesan seseorang, sedangkan yang paling banyak adalah

kecerdasan emosionalnya, kareana jika IQ seseorang tidak dikontrol dengan EQ

maka IQ seseorang bertindak sesuai dengan keinginan pribadinya tanpa melihat

dampaknya terhadap orang lain. Penelitian Rivai M. Simanjuntak (2010:78)

mengatakan bahwa kecerdasan emosional terkait erat dengan kinerja guru SMK.

Ini berarti bahwa kecerdasan emosional memberikan sumbangan terhadap

peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Jadi

profesionalisme guru dipengaruhi oleh kecerdasan emosional guru itu sendiri.

Studi-studi menujukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika

pelajarannnya memuaskan, menantang, dan ramah serta mereka mempunyai suara

dalam pembuatan keputusan. Para siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan

suka rela yang berhubungan dengan bahan pelajaran . Hal ini meningkatkan

hubungan dan kepercayaan dalam pengajaran. Dengan adanya korelasi langsung

antara keterlibatan emosi dan prestasi belajar siswa, keterlibatan emosi kini bukan

lagi skedar gagasan muluk yang menyenangkan hati orang. (Gardner, 2007: 105)

(31)

17

asumsi peneliti berdasarkan teori diatas, dalam suatu instansi pendidikan akan

menjadi lebih efektif dan tercapai tujuan pendidikan dengan baik jika guru-guru

yang mengajar profesional. Ada beberapa hal faktor yang yang mempengaruhi

profesionalisme guru yaitu budaya sekolah, komunikasi antar pribadi guru, dan

kecerdasan emosional. Berdasarkan observasi awal peneliti terhadap guru di salah

satu SMP N Mardingding, maka penelitian ini dilakukan di SMP N Kecamatan

Mardingding. Dengan demikian, direncanakan untuk melakukan penelitian

tentang hubungan budaya sekolah, komunikasi antarpribadi, dan kecerdasan

emosional dengan profesionalisme guru-guru di SMP Negeri Kecamatan

Mardingding.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latarbelakang masalah di atas,dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut:

1. Budaya disekolah memberikan pemahaman yang kontra atau bertolak

belakang dengan karakteristik individu tenaga SDM di dunia pendidikan

2. Guru mengajar, masih ada yang belum membuat perangkat pembelajaran

sendiri dalam proses pembelajaran, masih belum disiplin dalam kehadiran di

sekolah, masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,

rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi

keguruan yang kesemuanya tersebut merupakan indikator rendahnya

profesionalisme guru sehingga berdampak terhadap mutu pendidikan

3. Budaya sekolah, komunikasi antarpribadi, dan kecerdasan emosional

(32)

18

4. Guru masih memiliki kecenderungan menempatkan diri pada posisi sebagai

pengajar semata, dan dan tidak sedikit guru yang mengabaikan tugasnya

dalam mendidik dan melatih peserta didik

5. Masih rendahnya aktifitas guru dalam menulis karya ilmiah

1.3.Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak mengembang permasalahannya dan jelas masalah

yang dikaji maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini masalah

yang dikaji adalah tentang profesionalisme guru yang dipengaruhi oleh budaya

sekolah, komunikasi antarpribadi dan kecerdasan emosional. Penelitian ini

dilaksanakan di SMP N kecamatan Mardingding.

Profesionalisme guru merupakan sikap seorang guru untuk melakukan

tugasnya secara profesional. Jadi dengan profesionalisme guru dalam

pembelajaran diharapkan pendidikan menjadi efektif dan efesien sehingga tujuan

pendidikan tercapai sesuai dengan standar yang ditentukan pemerintah. Agar

tercapai profesionalisme guru secara efektif, maka profesionalisme guru

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: budaya sekolah, komunikasi

antarpribadi, dan kecerdasan emosional guru. Jika budaya sekolah, komunikasi

antarpribadi guru, dan kecerdasan emosional guru baik maka profesionalisme

guru juga baik, jika profesionalisme guru baik maka tujuan pendidikan tercapai

dengan efektif dan efesien.

1.4.Rumusan Masalah

Untuk meneliti variabel yang akan diteliti untuk menghasilkan data yang

(33)

19

1. Apakah budaya sekolah berhubungan positif dengan profesionalisme

guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.?

2. Apakah komunikasi antarpribadi berhubungan positif dengan

profesionalisme guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.?

3. Apakah kecerdasan emosional berhubungan positif dengan

profesionallisme guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan budaya sekolah dengan profesionalisme

guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.

2. Untuk mengetahui hubungan komunikasi antarpribadi dengan

profesionalisme guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.

3. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan

profesionallisme guru SMP Negeri Kecamatan Mardingding.

1.6. Manfaat Penelitian

2. Manfaat Teoritis

- Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan

terutama tentang budaya sekolah, komunikasi antarpribadi, kecerdasan

emosional, dengan profesionalisme guru

- Memberikan informasi tentang hasil penelitian tentang profesionalisme

guru SMP Kecamatan Mardinding

- Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan masukan dalam

(34)

20

- Sebagai pedoman peneliti lainnya dalam penulisan karya ilmiah

3. Manfaat Praktis

- Sebagai pertimbangan bagi lembaga pendidikan, dan sekolah lainnya

agar penelitian ini dapat diaplikasikan di instansi pendidikan

masing-masing, khususnya di SMP N kecamatan Mardingding

- Dapat digunakan sebagai acuan/masukan dalam menyusun strategi

kebijakan dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru

- Bagi para pihak yang terkait termasuk dinas pendidikan, penelitian ini

diharapkan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan

(35)

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesiimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Budaya sekolah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan

profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Mardingding korelasi sebesar

0,515 dengan korelasi determinasinya 0.265 signifikan 0,02, korelasi ini

menunjukkan hubungan yang sedang. Hal ini berarti budaya sekolah yang

dimiliki sekolah yang baik maka profesionalisme guru disekolah tersebut

akan menjadi lebih baik. Dari uji kecenderungan data disimpulkan bahwa

Variable budaya sekolah (X1) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang

sebesar 85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebesar 0%.

2. Komunikasi antarpribadi guru mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan dengan profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan

Mardingding korelasi sebesar 0,600 dengan korelasi determinasinya 0,36

signifikan 0.005. korelasi ini menunjukkan hubungan yang tinggi, hal ini

berarti, komunikasi antarpribadi guru yang efektif memberikan kontribusi

terhadap profesionalisme guru. Untuk uji kecenderungan variabel komunikasi

antarpribadi guru(X2) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang sebesar

85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebesar 0%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa variable komunikasi antarpribadi guru

(36)

127

3. Kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

dengan profesionalisme guru SMP Negeri di Kecamatan Mardingding korelasi

sebesar 0,443 dengan koefisien diterminasinya 0,196 signifikan 0.05. hal ini

berarti profesionalisme guru memiliki hubungan yang sedang dengan

kecerdasan emosinal guru. Untuk uji kecenderungan variabel variabel

kecerdasan emosional (X3) kategori tinggi sebesar 15%, kategori sedang

sebesar 85%, kategori rendah sebesar 0% dan kategori kurang sebsar 0%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kecerdasan emosional

berada pada kategori sedang sebesar 85%.

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya

sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan kecerdasan emosional memiliki

korelasi dengan profesionalisme guru. Temuan ini setidaknya membuktikan

secara empiris bahwa budaya sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan

kecerdsasn emosional merupakan faktor penting dan sangat menentukan dalam

peningkatan profesionalisme guru..

5.2. Implikasi

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya

sekolah, komunikasi antarpribadi guru, dan kecerdasan emosional memberikan

kontribusi terhadap profesionalisme guru. Temuan ini setidaknya membuktikan

secara empiris bahwa budaya yang dipakai di sekolah, komunikasi antarpribadi

guru dan kecerdasan emosional yang dimiliki guru merupakan faktor penting

dalam meningkatkan profesionalisme guru.

(37)

128

Untuk meningkatkan profesionalisme guru salah satu factor yang penting

adalah budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan suatu pola asumsi-asumsi

dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang

bersama oleh seluruh warga sekolah sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat

diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan

yang tepat dalam memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi

berbagai situasi di sekolah.

Dengan demikian perbedaan dalam setiap individu guru tidak

diperlihatkan dalam sekolah karena akan terjadi perbedaan yang menyebabkan

konflik dalam sekolah. Selanjutnya karekteristik perbedaan individu akan

disatukan oleh budaya yang diterapkan dalam sekolah tersebut. Maksudnya, jika

budaya sekolah tersebut menuntut kinerja guru-guru secara profesional maka tidak

boleh tidak guru-guru yang kinerjanya masih dibawah standar akan meningkatkan

kemampuan kinerjanya. Jadi tidak ada lagi guru-guru yang malas atau kinerjanya

tidak profesional. Dengan demikian profsionalisme guru akan terbentuk dalam

suatu sekolah dengan dituntut oleh budaya dalam sekolah tersebut.

2. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui peningkatan komunikasi antarpibadi yang dimiliki oleh guru.

Pada dasarnya tiap individu mempunyai watak dan kepribadian yang tak

sama dengan orang lain, karena ini merupakan hasil tempaan dan terbentuk

berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Apabila dua individu yang melakukan

komunikasi bisa saling mengerti dan memahami kepribadian dan watak

(38)

129

melakukan prediksi atas data psikologis. Selain itu, pada tataran ini kedua

individu yang melakukan interaksipun telah mengalami pembiasan norma yang

berlaku diantara mereka. Yang tadinya pada tataran kultural dan sosiologis kedua

individu tersebut masih berinteraksi dengan menggunakan norma konvensional

yang berlaku dimasyarakat, tetapi pada tataran psikologis individu yang

beriteraksi menggunakan norma relational yang hanya dipahami oleh mereka

berdua berdasarkan pengalaman dari pola dan kesepakatan mereka berdua.

Demikian juga dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu memiliki

keterampilan komunikasi antrapribadi dalam membina hubungan dengan siswa.

Dalam meningkatkan profesionalisme guru, perlu adanya suatu keterampilan

komunikasi antarpribadi guru. Karena, apabila hubungan antar guru dan siswa

terbina dengan baik, maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Dalam hal ini,

kompetensi kepribadian dan pedagogik yang di miliki guru professional sangat

terdukung oleh komunikasi antarpibadi guru itu sendiri

3. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui peningkatan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh guru

Kecerdasan emosional atau kemampuan mengelola emosi merupakan

kemampuan guru untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak

meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya

seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara

baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari.

(39)

130

tempatnya, hal ini akan memberikan dampak dalam proses pembelajaran, atau

menganggu kinerja guru itu sendiri.

Dalam hal ini, profesionalisme guru sangat didukung oleh kecerdsan

emosionalnya, karena jika guru mampu mengendalikan emosionalnya maka akan

mengacu kepada profesionalisme guru. Hal ini berarti kecerdasan emosional

mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk

mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,

mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan

kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan

berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk

menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.

5.3. Saran

Saran-saran yang dapat disapmpaikan sehubungan dengan temuan hasil

penelitian ini adalah:

1. Kepala SMP Negeri di Kecamatan Mardingding hendaknya menerapkan dan

membentuk budaya sekolah yang mendukung tercapainya profesionalisme

guru yang baik. Disamping itu kepala sekolah juga hendaknya meningkatkan

komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional guru agar dengan

terbentuknya komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan emosional yang

baik memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru. Walaupun

penelitian ini hanya untuk guru yang sudah disertifikasi, faktor-faktor yang

(40)

131

sertifikasi. Karena guru yang profesional juga bukan guru yang sudah

disertifikasi saja, guru yang sudah mendapat SK kepegawaian juga merupakan

guru yang profesional.

2. Kepada guru di SMP N kecamatan mardingding yang sudah disertifiksi

kususnya dan guru keseluruhan pada umumya hendaknya terus meningkatkan

profesionalisme guru dalam mengajar dengan cara meningkatkan komunikasi

antarpribadi guru, kecerdasan emosional dan menaatai peraturan dan norma

sekolah. Guru harus menjadikan budaya sekolah sebagai sarana untuk

meningkatkan profesionalisme guru untuk meningkatkan mutu pendidikan .

demikian juga meningkatkan komunikasi antarpribadi guru dan kecerdasan

emosional.

3. Kepada Dinas Pendidikan Karo kususnya untuk kecamatan Mardingding dan

untuk kabupaten Karo umumnya hendaknya menyeleksi guru-guru yang akan

diterima menjadi PNS atau yang akan disertifikasi dengan mempertimbangkan

kocerdasan emosional guru dan komunikasi antarpribadi guru. Bagi guru yang

sudah PNS atau yang sudah disertifikasi memberikan pelatihan tentang

kecerdasan emosional dan komunikasi antarpribadi guru. Selain itu, Dinas

Pendidikan juga melihat budaya sekolah yang berlaku disekolah dan

memberikan kontribusi kepada sekolah tersebut agar memiliki budaya yang

dapat meningkatkan profesionalisme guru.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya

yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan

(41)

132

KEPUSTAKAAN

Arikunto , Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakatra: Rajawali Press.

Budayatna, Muhammad, dan Leila Mona Ganiem, 2011, Teori Komunikasi Antar Pribadi,Jakarta: Kencana

Bafadal, Ibrahim, 2006, Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar,Jurnal Pendidikan Inovatif Volume I, No.2, Maret 2006

Danim, Sudarwan, 2011, Pengembangan Profesi Guru,Kencana: Jakarta

---, 2010, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Alfabeta: Bandung.

---, 2002., Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia.

---, 2010, Karya Tulis Inovatif Sebuah Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

DeVito, Joseph A., 1991. Komunikasi Antar Manusia, edisi kelima, Jakarta: Professional Books

Daryanto, 2011,Ilmu Komunikasi,Yrama Widya:Bandung

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional.

Eugene McKenna dan Nic Beec, 2002, The Essence of : Manajemen Sumber Daya Manusia,Terj. Toto Budi Santoso, Yogjakarta : Penerbit Andi

Liliweri, Alo, 1991,Komunikasi Antarpribadi,Citra Aditya Bakti: Jakarta

(42)

133

Goelman, Daniel, 2009, Emotional Intelegency, Alih Bahasa. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia,

---, 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terj: Alex tri Kantjoro Widodo. Jakarta : Gramedia

Gunawan, 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Ge Mozaik, 2005, http://ganeca.blogspirit.com. Diakses 15 Juli 2012

Hamalik , Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Harmoko, R., Agung, 2005. Kecerdasan Emosional. Binuscareer.com

Harjana, AM. 2003, Komunikasi Interpersonal dan Antarpersonal, Jakarta: Kanisius.

Hasan, Ani M, 2003, Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan,Artikel: ani_hasan@yahoo.com. Diakses 12 juli 2012.

Imron, 1995.Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Jackson, J. H, dan Robert L. Mathis, 2009, Human Resource Management,

Jakarta: Salemba

Kunandar. 2007.Guru Profesional. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Lutfi, Achmad, 2009, Mempertahankan Profesionalisme sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia, (Jurnal, Volume 16, no 1, FMIPA Unesa)

Lubis, Jariah. 2006. “Kontribusi Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Kerja Guru terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri Kota Medan”. Tesis. Medan.: Pascasarjana Unimed.

Muhammad, Arini, 2007Komunikasi Organisasi,Jakarta: Bumi Aksara,

Muhson, Ali, Meningkatkan Profesionalisme Guru:Sebuah Harapan, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 2 No 1, Agustus 2004.

Muhlisin, Profesionalisme Guru Menyongsong Masa Depan, Artikell, http://www.infodiknas.com, Posting:Rulam, Juli 2012, Diakses 12 agustus 2012.

(43)

134

---, 2010, Penelitian Tindakan Kelas (Meningkatkan Produktivitas Sekolah),Rosda:Bandung

Mulyana, Deddy, 1999, Nuansa – Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontenporer, Bandung: Rosda Karya.

Mulyadi, Seto, http://www.pelita.or.id/baca.php?id=16965, diakses 15 Juli 2012

Muhtar, Entang Ardhy. (2003). ”Etos Kerja dan Profesionalisme Birokrasi”, Jakarta: Formasi, Jurnal Kajian Manajemen Pendidikan, No.7, Tahun IV, Maret 2003:3-8.

Nata , Abuddin. 2003.Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Ndraha, Taliziduhu,2003,Budaya organisasi, Jakarta:Rineka Cipta,

Nurudin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Nasution, M.Choir Nazlan, 2012, Hubungan Persepsi Guru Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru dengan Mutu Pendidikan MTs di KKM MTs N Siantar, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan

Pace, wayne R dan Don F. Faules, Terj. Deddy Mulyana, 2006, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Pekerjaan,Bandung: Rosda Karya,

Priambodo, A. Mukhtar dan Erwin. 2003. Mengukir Prestasi: Panduan Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Misaka Galiza.

Perarturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 . 4 Mei 2007,

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan Disertasi, 2010 Medan: Universitas Negeri Medan

Rahardja, AT, Hubungan Antara Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja guru dengan Kinerja Guru,Jurnal Pendidikan Penabur No.o3, tahun III, Desember 2004

Robbins, Stephen, Timothy A. Judge, 2007, Oganizational Berhavior, Terj. Abdul, Ed. 12, Jilid 1&2, Rosyd, Jakarta: Salemba Empat.

(44)

135

Rivai, Veithzal dan deddy mulyadi, 2011, kepemimpinan dan perilaku organisasi, ed.3, jakarta: grafindo

Romauli, Valentine Purnama, 2012, Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru SMP N Kab. Samosir, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan.

Ridwan, 2008, Sekolah Efektif,http://ridwan202.wordpress.com, diakses 15 Juli 2012

Sagala, Syaiful, 2009, Administrasi konteporer, bandung: alfabeta,

---, 2011, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

Bandung: Alfabeta

Simanjuntak, Rivai M, 2010, Pengaruh Budaya Ornganisasi, Kecerdasan Emosional, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK N Kab. Deli Serdang, Tesis, Tidak diterbitkan, Medan: Universitas Negeri Medan

Sudijono, Anas, 2007,Pengantar Statistik Pendidikan,Jakarta: Grafindo

Suranto, A.W, 2011,Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu

Sibuea, Abdul Muin, 2005,Statistik,Diktat:Unimed

Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Ilmu Komukasi,Yogyakarta: Capps,

Sobirin, Achmad, 2009, Budaya Organisasi, Yogyakarta: STIM YKPN,

Surya , M. 2006. Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru Profesional, Sejahtera, dan Terlindungi. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supriad, Dedi i.1998.Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud..

Sudjana , Nana, 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

---, 2005,Metoda Statistika,Tarsito:Bandung

Sopiah,2008, Perilaku Organisasi,Yogyakarta: Andi

(45)

136

---, 2010, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, R&D, Bandung: Alfabeta

Saodin, Ondi, dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.

Saroni, Muhammad. 2011. Personal Branding Guru Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Supranto, J, 2010,Analisis Multivariat (Arti &Interpersati), Jakarta: Rineka Cipta

Saud, Udin Syaefudin. 2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.

Slemato. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsono. (2004).Melejitkan IQ, IE, dan IS. Jakarta : Inisiasi Press

Sufyarma, 2004:,Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta,

Tubroni, 2010, Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran,

Artikel, Blog http://tobroni.staff.umm.ac.id, Diakses 12 Agustus 2012

Utomo, Tjipto dan Kees Ruijter (1994). Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Cetakan kelima. Jakarta : Gramedia.

Usman , Moh. Uzer, 1994, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.Depdikbud.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdikbud.

Widjaja, A. W, 2008, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara

Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(46)

137

Gambar

TabelHalaman
GambarHalaman

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh profesionalisme kepala sekolah, profesionalisme guru

Oleh karena itu, budaya membaca perlu dibangun bagi seluruh guru sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan guru sebagai pendidik, sehingga diharapkan profesionalisme dapat

Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul : “ Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam Mewujudkan Profesionalisme Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Ma’Arif

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah

Hasil penelitian diperoleh bahwa budaya organisasi di sekolah dan motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru, baik secara parsial

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru pembimbing khususnya dalam kemampuan ketrampilan komunikasi konseling yang bercorak budaya

Hipotesis 2, Budaya Sekolah X2 berpengaruh signifikan terhadap Disiplin kerja M Untuk variabel lokasi diperoleh nilai thitung sebesar 3,407> nilai ttabel 2,00 dengan nilai signifikan

Berkaitan dengan penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh diantaranya adalah penelitian Fahmi 2017 dengan judul: “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru