• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kepemimpinan transformasional Kepala Sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh kepemimpinan transformasional Kepala Sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah - USD Repository"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL,

DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

PROFESIONALISME GURU SMK NEGERI

DI KECAMATAN TEWEH TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh : EKO SURIANTO

NIM: 141324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa terimakasih saya

kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai setiap

langkah penulis dalam mengerjakan skripsi.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Robertus Dwi Suraji dan Ibu Karyati atas doa,

dukungan, semangat, kesabaran dan segalanya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Adik saya Tarsisius Joko Marwanto

4. Nenek saya Rensiah, Nenek Marto, Kakek saya Bansai Ajujung, dan Kakek

Marto yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.

5. Teman-teman penyemangatku selalu memberikan dukungan, bantuan dan

doa.

6. Dosen pembimbing yang selalu membimbing dengan sabar, memberikan

doa dan dukungan.

(5)

v MOTTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan

karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2019 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Eko Surianto

Nomor Mahasiswa : 141324001

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL,

DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

PROFESIONALISME GURU SMK NEGERI

DI KECAMATAN TEWEH TENGAH

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

pada tanggal : 30 Januari 2019 yang menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN

SPIRITUAL TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMK NEGERI DI KECAMATAN TEWEH TENGAH

Eko Surianto

Universitas Sanata Dharma 2019

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kecamatan Teweh Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kecamatan Teweh Tengah. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 guru. Sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap profesionalisme guru, sedangkan kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap profesionalisme guru.

(9)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF TRANSFORMATIONAL SCHOOL PRINCIPAL LEADERSHIP, EMOTIONAL INTELLIGENCE, AND SPIRITUAL INTELLIGENCE ON TEACHER PROFESSIONALISM OF STATE VOCATIONAL SCHOOLS TEACHERS IN CENTRAL TEWEH DISTRICT

Eko Surianto Sanata Dharma University

2019

This study aims to examine and analyze the effect of transformational school principal leadership, emotional intelligence, and spiritual intelligence on teacher professionalism of State Vocational High School teachers in Central Teweh District. This research is an explanatory study conducted in August-September 2018. The research population is teachers of State Vocational High Schools in Central Teweh District. The research sample covered ninety teachers. The research sample technique is saturated sampling technique. The data collection method is a questionnaire. The data analysis technique is multiple linear regression analysis.

The results of data analysis showed that the transformational school principal leadership, emotional intelligence, and spiritual intelligence could be as predictors of teacher professionalism. Transformational school principal leadership and spiritual intelligence had effect on teachers professionalism; while emotional intelligence had no effect on teacher professionalism.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat, karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,

Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Profesionalisme

Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah” dapat penulis selesaikan

dengan baik.

Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi

(11)

xi

4. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang selalu

mendukung dan telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan sampai skripsi ini selesai.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang sudah memberikan ilmu dan pengetahuan

selama mengikuti perkuliahan kurang lebih empat tahun.

6. Bapak Sunu selaku tenaga administrasi Prodi Pendidikan Ekonomi yang selalu

membantu dan memberikan informasi akademik selama proses perkuliahan di

Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak Asliadi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis

melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Muara Teweh.

8. Bapak Abdul Wahid, S.Pd. selaku Kepala Sekolah yang telah mengizinkan

penulis melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Muara Teweh.

9. Guru-guru SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Muara Teweh yang telah

bersedia mengisi dan mengembalikan kuesioner saya.

10.Kedua orang tua saya, Bapak Robertus Dwi Suraji dan Ibu Karyati atas segala

doa, semangat, kepercayaan, kasih sayang dan dukungan finansial yang

diberikan kepada penulis.

11.Adik saya Tarsisius Joko Marwanto atas segala doa, dukungan dan kasih

sayang yang diberikan kepada penulis.

12.Nenek saya Rensiah, Nenek Marto, Kakek saya Bansai Ajujung, dan Kakek

Marto yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.

13.Penyemangat saya Anastasia Dina Anindya, Bonifasius Krisna Nendra ,

(12)

xii

Kusumaningrum, Lis Setiawati dan Nadia Natalia. Atas bantuan, doa,

dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

14.Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2014 yang telah berdinamika

dan berproses bersama selama perkuliahan ini.

15.Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena

itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap

semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan

sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

(14)

xiv

F. Definisi Operasional Variabel ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 12

A. Profesionalisme Guru ... 12

1. Pengertian Profesionalisme Guru ... 12

2. Kompentensi Guru ... 13

3. Indikator Profesinalitas Guru ... 15

4. Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru ... 15

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 18

1. Bentuk/Gaya Kepemimpinan ... 19

2. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 21

3. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 22

4. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah ... 24

5. Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 26

C. Kecerdasan Emosional ... 27

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 27

2. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional ... 28

3. Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional ... 28

4. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ... 31

D. Kecerdasan Spiritual ... 32

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 32

2. Fungsi Kecerdasan Emosional ... 33

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 34

E. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Profesionalisme Guru ... 36

F. Penelitian yang Relevan ... 37

(15)

xv

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

E. Operasionalisasi Variabel... 47

F. Data yang diperlukan ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data ... 54

H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 68

I. Teknik Analisis Data ... 71

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 71

2. Uji Prasyarat Regresi... 86

3. Analisis Regresi ... 88

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 93

A. SMK Negeri 1 Muara Teweh ... 93

1. Profil SMK Negeri 1 Muara Teweh ... 93

2. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Muara Teweh ... 94

3. Kebijakan Mutu Sekolah ... 95

4. Program Keahlian SMK ... 95

5. Peserta Didik SMK Negeri 1 Muara Teweh ... 96

6. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah ... 98

B. SMK Negeri 2 Muara Teweh ... 101

1. Profil SMK Negeri 2 Muara Teweh ... 101

2. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Muara Teweh ... 102

3. Tujuan Sekolah... 102

4. Program Keahlian SMK ... 103

(16)

xvi

6. Struktur Kurikulum ... 105

7. Muatan Kurikulum ... 106

8. Kenaikan Kelas dan Kelulusan ... 120

9. Kalender Akademik ... 122

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 125

A. Deskripsi Data ... 125

1. Deskripsi Karekteristik Responden ... 125

a. Nama sekolah dan jumlah guru ... 126

b. Jenis kelamim ... 126

c. Usia responden ... 127

d. Tingkat pendidikan responden ... 127

e. Masa kerja ... 128

2. Deskripsi Variabel ... 129

B. Analisis Data ... 134

1. Uji Prasyarat Analisis ... 135

2. Uji Asumsi Klasik ... 138

3. Pengujian Hipotesis dan Analisis Variabel ... 141

C. Pembahasan ... 145

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah ... 146

2. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah ... 147

3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah ... 148

(17)

xvii

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN... 151

A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 151

C. Keterbatasan ... 153

Daftar Pustaka ... 155

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Profesionalisme Guru ... 48

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 52

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Spiritual ... 53

Tabel 3.5 Skor Pernyataan Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Profesionalisme Guru ... 56

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme Guru ... 58

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kedua Instrumen Profesionalisme Guru ... 59

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 60

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Kedua Instrumen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 62

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Ketiga Instrumen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 63

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional ... 64

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Spiritual ... 65

Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Kedua Instrumen Kecerdasan Spiritual ... 66

Tabel 3.14 Hasil Uji Validitas Ketiga Instrumen Kecerdasan Spiritual ... 67

(19)

xix

Tabel 3.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah ... 69

Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Emosional ... 70

Tabel 3.18 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Spiritual ... 70

Tabel 3.19 Interval Skor variabel Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 73

Tabel 3.20 Interval Skor Variabel Kecerdasan Emosional ... 75

Tabel 3.21 Interval Skor Variabel Kecerdasan Spiritual ... 79

Tabel 3.21 Interval Skor Variabel Profesionalisme Guru ... 83

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 96

Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Usia ... 96

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Agama ... 97

Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Penghasilan Orang Tua/Wali ... 98

Tabel 4.5 Keadaan Gedung Sekolah ... 100

Tabel 4.6 Substansi Pelajaran ... 105

Tabel 4.7 Struktur Kurikulum Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan ... 108

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum Keahlian Geologi Pertambangan ... 109

Tabel 4.9 Ekstrakurikuler SMK Negeri 2 Muara Teweh ... 111

Tabel 4.10 Beban Belajar Peserta Didik ... 113

Tabel 4.11 Skala Penilaian ... 117

Tabel 4.12 Poin/ Skala Kriteria ... 117

Tabel 4.13 Mata Pelajaran Serumpun SMK Negeri 2 Muara Teweh ... 119

(20)

xx

Tabel 5.1 Nama Sekolah dan Jumlah Guru ... 126

Tabel 5.2 Jenis Kelamin ... 126

Tabel 5.3 Usia Responden ... 127

Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Responden ... 128

Tabel 5.5 Masa Kerja ... 128

Tabel 5.6 Interval Skor Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 130

Tabel 5.7 Interval Skor Variabel Kecerdasan Emosional ... 131

Tabel 5.8 Interval Skor Variabel Kecerdasan Spiritual ... 132

Tabel 5.9 Interval Skor Variabel Profesionalisme Guru ... 134

Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas ... 135

Tabel 5.11 Hasil Uji Linearitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Profesionalisme Guru ... 136

Tabel 5.12 Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dengan Profesionalisme Guru ... 137

Tabel 5.13 Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Spiritual dengan Profesionalisme Guru ... 137

Tabel 5.14 Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 138

Tabel 5.15 Uji Multikolinearitas ... 139

Tabel 5.16 Uji Heteroskedastisitas ... 140

Tabel 5.17 Hasil Analisi Regresi Linear Berganda ... 141

Tabel 5.18 Hasil Uji F ... 144

(21)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi

Kalimantan Tengah ... 5

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 4.1 Gambar SMK Negeri 1 Muara Teweh ... 93

(22)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 158

Lampiran 2 Data Mentah Penelitian ... 171

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 198

Lampiran 4 Uji Prasyarat Regresi ... 209

Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik ... 211

Lampiran 6 Uji Regresi Berganda, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi ... 213

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

mendefinisikan profesional sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi.

Tingkat profesionalitas seorang guru dapat diukur dengan kualifikasi

pendidikan dan status sertifikasinya. Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan

Hamid Muhammad mengatakan bahwa sejak tahun 2007 hingga 2017 total guru

yang sudah tersertifikasi mencapai 1.471.812 orang, sedangkan guru yang belum

tersertifikasi sekitar 656.150 orang (Kompas.com). Dengan melihat data tersebut,

guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan yang belum memiliki sertifikat

pendidik, masih menjadi tantangan yang berat bagi sebuah negara bagaimana

menciptakan sistem pendidikan yang bermutu bagi peserta didik melalui

keprofesionalitas guru dalam mengajar di sekolah.

Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik belum tentu menjamin guru

tersebut dapat mengajar secara profesional. Guru yang telah lolos sertifikasi

ternyata tidak menunjukkan peningkatan kompetensi yang signifikan. Sertifikasi

bukan semata-mata untuk mengetahui tingkat kompetensi mereka, tetapi yang

(24)

pendidik dikarenakan masih banyak guru honorer, dan juga guru tetap yang belum

memenuhi persyaratan mengikuti sertifikasi melalui PPG sesuai aturan yang

berlaku harus berstatus Guru Tetap Yayasan (GTY) atau guru PNS.

Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis dan

isinya, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan semestinya. Menurut PP RI

No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidikan adalah

agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni

kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial. Menjadi guru yang berkompeten bukan sesuatu yang

sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan

upaya yang sungguh-sungguh.

Seorang guru yang profesional memiliki pemahaman yang baik tentang

kurikulum, menguasai materi pelajaran, menguasai metode dan evaluasi belajar,

setia terhadap tugas dan disiplin. Dengan kata lain, guru yang profesional adalah

guru yang memiliki kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial

yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selain itu terdapat dua faktor yang

mempengaruhi profesionalisme guru yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah

kepemimpinan transformasional kepala sekolah (Sudewa, 2013). Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompentensi guru adalah melalui

optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung

jawab untuk menjalankan roda organisasi sekolah. Kementerian Pendidikan dan

(25)

2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. Dalam

Peraturan Pemerintah yang baru ini tugas kepala sekolah meliputi tugas

manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi guru dan tenaga

kependidikan. Tugas kepala sekolah bukan lagi guru yang mendapat tugas

tambahan mengajar, namun kepala sekolah tetap bisa mengajar apabila di sekolah

tersebut memang kekurangan guru dan tenaga kependidikan.

Efektifitas organisasi sekolah sangat ditentukan atas peran kepala sekolah

Goleman (Poniman, 2017). Setiap kepala sekolah memiliki kemampuan untuk

memimpin bawahannya dengan cara yang berbeda-beda. Walaupun di sisi lain,

guru memiliki persepsi yang berbeda satu sama lainnya mengenai gaya

kepemimpinan kepala sekolah. Apapun gaya kepemimpinan kepala sekolah, yang

penting kepemimpinan kepala sekolah itu mampu mewujudkan visi dan misi

sekolah, tujuan sekolah yang dipimpinnya dan mampu mendukung kinerja

bawahannya.

Selain faktor eksternal, faktor internal juga dapat mempengaruhi

profesionalisme guru. Faktor internal yang mempengaruhi profesionalisme guru

adalah kecerdasan emosional. Rohiat (2008:6) menyatakan bahwa kecerdasan

emosional membangun kemampuan pengelola untuk memotivasi diri dan orang

lain, mengungkapkan nuansa batiniah yang diperlakukan untuk membangun

organisasi yang kokoh dan mampu bersaing demi masa depan.

Kecerdasan emosional sebagai kepedulian terhadap pemahaman diri

sendiri dan orang lain secara efektif, berhubungan baik dengan orang lain, dan

(26)

tuntutan lingkungan. Seorang guru dituntut menjalin hubungan yang baik dengan

orang lain, dalam pembelajarannya tidak menggunakan emosi dan harus sabar

dalam mengajar. Guru juga harus mampu membina hubungan yang baik dengan

sesama guru maupun dengan siswa. Hal ini dapat menyebabkan proses

pembelajaran berjalan secara maksimal sehingga profesionalisme guru baik.

Secara umum kecerdasan emosi dapat meningkatkan efektifitas profesional

seseorang. Semakin tinggi kecerdasan emosional, semakin baik sikap

profesionalnya (Sunar, 2010).

Faktor internal yang juga mempengaruhi profesionalisme guru adalah

kecerdasan spiritual. Menurut Zohar & Marshall (2001:4), kecerdasan spiritual

(spiritual quotient) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dengan yang lain.

Hubungan kecerdasan spiritual dengan profesionalisme guru adalah

dengan menjalani hidup secara arif dan bijaksana secara spiritual yaitu dengan

bersikap jujur terhadap sesama, adil, toleran, terbuka, penuh cinta dan kasih

sayang terhadap semua makhluk. Pemikiran dengan keselarasan tidak terhingga,

rasa cinta dan belas kasih serta tatanan universal menuntun seseorang untuk

bersikap profesional. Trihandini (2005) menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, semakin tinggi kecerdasan

(27)

Teweh Tengah merupakan salah satu kecamatan di Kota Muara Teweh,

Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, letak

Kota Muara Teweh dapat dilihat pada peta berikut.

Gambar 1.1

Peta Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah

Di kecamatan Teweh Tengah terdapat dua Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri yang memiliki keunggulannya masing-masing, yaitu SMK Negeri 1 Muara

Teweh dan SMK Negeri 2 Muara Teweh. SMK Negeri 1 Muara Tewh memiliki

(28)

Teweh memiliki jurusan Pertambangan dan Agribisnis Tanaman Perkebunan yang

diminati peserta didik. Di kota Muara Teweh hanya terdapat 2 Sekolah Menengah

Kejuruan yang mempunyai peserta didik cukup banyak dibandingkan dengan

Sekolah Menengah Atas. Di Sekolah Menengah Kejuruan kepala sekolah, guru

dan karyawan mempunyai kebiasaan melakukan pertemuan khusus yang

membahas tentang keberhasilan dalam mengajar, kesulitan atau masalah yang

dihadapi di kelas. Kepala sekolah, guru dan karyawan saling memberikan

masukan terhadap kesulitan atau masalah yang mereka hadapi. Hal ini yang

menyebabkan penulis memilih SMK Negeri 1 Muara Teweh dan SMK Negeri 2

Muara Teweh sebagai tempat penelitian.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala

Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap

Profesionalisme Guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah”.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi profesionalsime guru, dalam

penelitian ini penulis membatasi hanya faktor kepemimpinan transformasional

kepala sekolah, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Faktor lain yang

mempengaruhi profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah

(29)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah

terhadap profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh

Tengah?

2. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional guru terhadap profesionalisme

guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah?

3. Bagaimana pengaruh kecerdasan spiritual guru terhadap profesionalisme

guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah?

4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme

guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional

kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan

Teweh Tengah.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional guru

terhadap profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan spiritual guru

(30)

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional

kepala sekolah, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap

profesionalisme guru SMK Negeri di Kecamatan Teweh Tengah.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan

pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini, diharapkan guru lebih profesional dalam mengajar

dan mempunyai motivasi tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Dengan cara membaca hasil penelitian ini dan buku referensi yang berkaitan

dengan profesionalisme guru sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

b. Kepala Sekolah

Dari hasil penelitian ini sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk

meningkatkan kemampuan dalam memimpin sekolah demi meningkatkan

profesionalisme guru.

c. Bagi Dinas Pendidikan

Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan tentang pelatihan kepada kepala sekolah agar dapat meningkatkan

(31)

d. Bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

sekaligus menambah pustaka di perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual

terhadap profesionalisme guru.

f. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti, karena peneliti secara

langsung dapat mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala

sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme

guru. Selain itu peneliti juga mendapatkan wawasan, pengetahuan serta

pengalaman baru karena telah melakukan penelitian ini.

F. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap

tingkat profesionalisme guru yang merujuk pada kemampuan dan keahlian khusus

guru dalam bidangnya yang membuat guru mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru secara maksimal. Dalam penelitian ini profesionalisme

(32)

meliputi: penguasaan bahan ajar, pengelolaan kelas dan interaksi belajar

mengajar, pengelolaan program belajar mengajar, pelayanan bimbingan dan

konseling, penggunaan media dan sumber pelajaran, dan penilaian prestasi belajar

siswa.

2. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini adalah

persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang

merujuk pada kemampuan pemimpin yang mampu meningkatkan motivasi dan

moralitas dalam diri pemimpin maupun pengikutnya. Dalam penelitian ini

kepemimpinan transformasional kepala sekolah diukur dengan 8 indikator yang

dikembangkan oleh Leithwood (Deria, 2018) yang meliputi: mengembangkan visi

bersama, membangun konsensus sekolah, menciptakan ekspektasi yang tinggi,

menjadi model atau panutan, memberikan support atau dukungan, menyediakan stimulus intelektual, membanngun kultur sekolah dan membangun kultur

kolaboratif.

3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap

tingkat kecerdasan emosional yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam

mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi

dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,

motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini kecerdasan

emosional diukur dengan 5 indikator yang dikembangkan oleh Goelman

(33)

memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan

orang lain.

4. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap

tingkat kecerdasan spiritual yang merujuk pada inti dari semua tindakan yang

dilakukan untuk menerapkan perilaku dalam hidup manusia agar lebih bermakna.

Dalam penelitian ini kecerdasan spiritual diukur dengan 9 indikator yang

dikembangkan oleh Zohar dan Marshal (Poniman, 2017) yang meliputi:

kemampuan seseorang dalam bergaul, kesadaran adanya Tuhan, cobaan sebagai

ujian, kesabaran, ikhlas dan rela, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui

rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk

mengalami kerugian yang tidak perlu, mampu untuk melihat keterkaitan berbagai

(34)

12 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing

mempunyai pengertian tersendiri, yaitu profsionalisme dan guru. Profesi juga

diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan

dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif.

Pengertian profesionalisme adalah pandangan bahwa suatu keahlian tertentu

diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh

melalui keahlian khusus. Jadi, profesionalisme guru merupakan kondisi, arah,

nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewewenangan dalam bidang

pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang

menjadi mata pencaharian.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian

khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru

profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki

pengalaman yang kaya di bidangnya (Samana, 1994: 32). Dengan demikian,

sebutan profesional lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian

seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian. Peningkatan

(35)

diri (Rahman, 2014). Seorang guru yang profesional harus memiliki kompetensi

yang baik agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus

ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas profesionalan (UU Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen). Kompetensi dasar yang harus dimiliki para guru yaitu sebagai berikut

(Mulyasa, 2007).

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik, meliputi:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum atau silabus

4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

(36)

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berkaitaan dengan

kepribadian seorang guru dalam bersikap atau bertindak, meliputi:

1) Mantap

2) Stabil

3) Dewasa

4) Arif dan bijaksana

5) Berwibawa

6) Berakhlak mulia

7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

8) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan

c. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat, meliputi:

i. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat

ii. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

iii. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik.

(37)

3. Indikator Profesionalisme Guru

Profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian,

kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu norma tertentu

memerlukan pendidikan profesi.

Indikator profesionalisme guru sesuai buku pedoman penyusunan portofolio

sertifikasi guru tahun 2010 meliputi:

1) Kualifikasi Akademik

2) Pendidikan dan Pelatihan

3) Pengalaman Mengajar

4) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

5) Prestasi Akademik

6) Karya Pengembangan Profesi

7) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah

8) Penghargaan yang Relevan dalam Bidang Pendidikan

4. Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru

Ada banyak faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru. Danil (2009)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru

antara lain:

a) Memiliki latar belakang pendidikan, sangat penting bagi para guru memiliki

latar belakang pendidikan menjadi salah satu syarat utama seorang guru untuk

menjadi pendidik. Guru dapat mentransfer ilmu dan pengalaman kepada peserta

(38)

b) Memiliki rasa tanggungjawab kepada seluruh peserta didik, sehingga

membuat para guru tidak akan bertindak seenaknya.

c) Memiliki pengalaman mengajar dalam menjalankan tugasnya sebagai mana

guru tidak lepas dari pengalaman mengajar.

d) Mencintai profesi, sebagai guru harus memiliki rasa cinta guru terhadap

profesi sangat penting. Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta

akan mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan

pengorbanan. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil (seperti melakukan

perubahan di sekolah) apabila disertai dengan adanya mencintai terhadap apa

yang dilakukannya.

Selain keempat faktor di atas, faktor internal lainnya yang juga

mempengaruhi profesionalisme guru adalah sebagai berikut.

1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang

lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada

diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2015).

2. Kecerdasan spiritual adalah sebagai inti atau pusat dari semua tindakan yang

dilakukan, dilandasi adanya kecerdasan untuk menerapkan prilaku dan hidup

dalam kontek makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai tindakan

bahkan jalan hidup manusia lebih bermakna di banding dengan yang lain (Zohar

dan Marshal, 2000: 252-257).

3. Greenberg (Deria, 2018) mengemukakan bahwa komitmen organisasional

menggambarkan sejauh mana seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan diri

(39)

Selain faktor internal, profesionalisme guru juga dipengaruhi oleh faktor

eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah

sebagai berikut.

a) Kepemimpinan kepala sekolah (Sudewa, 2013). Kepemimpinan kepala

sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam organisasi sekolah, guna

menciptakan kondisi yang ideal. Dalam pengelolaan sekolah dibutuhkan sosok

pemimpin sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi

sekolah, sehingga sumber daya yang ada di sekolah dapat dikerahkan secara

optimal (Praja, 2014).

b) Zamroni (Deria, 2018) mengemukakan bahwa budaya sekolah merupakan

suatu pola asumsi dasar nilai, keyakinan dan kebiasaan yang dipegang bersama

oleh seluruh warga sekolah, diyakini dan dapat terbukti dapat dipergunakan untuk

menghadapi berbagai permasalahan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang

baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut

dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki

pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir,

merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungaan yang ada.

Faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru menurut Goleman (2015)

faktor internal yaitu kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual guru sangat

penting untuk ditumbuhkembangkan dalam penguatan karakter mereka terhadap

tugas-tugas pembelajaran (Masaong, 2011). Selain itu menurut Sudewa (2013)

(40)

diterapkan secara bersama dan saling mendukung akan menghasilkan

profesionalisme guru yang maksimal.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil faktor internal yaitu kecerdasan

emosional, dan kecerdasan spiritual dan faktor eksternal yaitu kepemimpinan

transformasional kepala sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi

profesionalisme guru. Peneliti memilih faktor tersebut karena di Kota Muara

Teweh, kecamatan Teweh Tengah belum ada penelitian yang meneliti tentang

kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kecerdasan emosional,

kecerdasan spiritual, dan profesionalisme guru.

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah

kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu, “kepala” yang dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan kata “sekolah” diartikan sebagai

sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran atau

proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi secara umum kepala sekolah adalah

pemimpin sebuah sekolah atau suatu lembaga di mana tempat terjadinya proses

pembelajaran. Wahjosumidjo (2011:83) mendefinisikan kepala sekolah adalah

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah

di mana diselenggarakannya pembelajaran. Kepala sekolah adalah seorang guru

yang diberi tugas tambahan memimpin sekolah dengan diangkat sebagai pejabat

(41)

1. Bentuk/Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memiliki banyak gaya kepemimpinan dan jenisnya semua

tergantung dari seseorang pemimpin itu sendiri. Menurut Rivai (Sari, 2018), jenis

kepemimpinan adalah sebagai berikut.

a) Kepemimpinan Otokrasi

Dalam gaya otokrasi, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin. Semuanya langsung dilakukan dan ditentukan oleh pemimpin itu

sendiri, tanpa masukan dari siapapun.

b) Kepemimpinan Birokrasi

Kepemimpinan birokrasi adalah gaya kepemimpinan dalam organisasi yang

dilakukan perusahaan, tepatnya mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah

ditetapkan sebelumnya. Ini adalah tugas untuk memastikan bahwa semua aturan

dipatuhi oleh karyawan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini efektif jika

karyawan melakukan tugas-tugas rutin sehari-hari. Namun, tidak ada ruang untuk

kreatifitas atau pemecahan masalah yang inovatif dalam gaya kepemimpinan

birokrasi.

c) Kepemimpinan Partisipasif

Gaya partisipasif mengarah kepengembangan kepercayaan dan loyalitas

para bawahan kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam

pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dan

mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu keputusan. Gaya

partisipasif bekerja dengan sangat baik di mana pemimpin baru saja bergabung

(42)

d) Kepemimpinan Laissez-faire

Kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak bagi para bawahan oleh

pemimpin untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan cara-cara untuk

mencapainya. Gaya ini sedikit didasarkan pada prinsip interferensi. Hal ini dapat

menjadi sukses besar jika bawahannya berpengalaman dan terampil, namun bisa

menjadi bumerang jika mereka tidak dapat dipercaya.

e) Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan ini bekerja pada prinsip bahwa mereka menandatangani

kontrak untuk berpartisipasi dalam proyek tertentu, mereka mengikuti semua

keputusan pemimpin mereka sebagai otoritas tertinggi. Jika kinerja bawahan baik,

mereka akan dihargai dan jika kinaerja mereka di bawah standar yang diharapkan,

mereka akan terkena sanksi sesuai kontrak tertulis.

f) Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin menjual visinya kepada bawahannya, dengan cara yang paling

menarik dalam kepemimpinan organisasi yang bersifat transformasional

memotivasi bawahannya dalam bekerja untuk tugas yang diberikan dengan

antusiasme yang besar. Pemimpin benar-benar peduli untuk kesejahteraan anak

buahnya dan ingin mereka mempelajari hal-hal yang baru dan sesuai visinya.

g) Kepemimpinan Melayani

Pemimpin bertindak sebagai seseorang lain untuk tumbuh. Dengan bertindak

sebagai pemimpin yang melayani, pemimpin memberikan bawahannya kebebasan

untuk tumbuh, memelihara semangat mereka dan juga komitmen secara

(43)

h) Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan karismatik dengan menggunakan pesona dan

kemampuannya untuk membuat orang lain merasa penting, menggunakan

kata-kata cerdas untuk mengatasi masalah, dan mampu mengumpulkan banyak

pengagum. Orang-orang tertarik kearahnya dan dengan demikian ingin bekerja

untuknya.

i) Kepemimpinan Situasional

Hal ini diadopsi oleh seorang pemimpin sesuai dengan situasi yang berlaku.

Beberapa faktor penentu seperti jenis kerjasama yang ada antara anggota tim dan

berbagai sumber daya yang tersedia dan lain-lain.

j) Kepemimpinan Tenang

Ini adalah kebalikan dari gaya kepemimpinan karismatik. Dalam hal ini,

pemimpin memotivasi timnya melalui tindakannya, bukan kata-kata.

Dari berbagai bentuk atau gaya kepemimpinan dalam organisasi, dalam

penelitian ini yang digunakan adalah kepemimpinan transformasional.

2. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Leithwood (Deria, 2018) mengemukakan bahwa “transformasional

leadership seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restricting effort in schools”.

Menurut Rivai (2013) kepemimpinan transformasional merupakan gaya

kepemimpinan di mana seorang pemimpin memotivasi anggotanya ke arah tujuan

(44)

Seorang pemimpin mau mencurahkan perhatiannya kepada apa yang dibutuhkan

oleh anggotanya, mengubah kesadaran para anggota akan persoalan-persoalan

yang ada dengan memandang suatu persoalan dengan cara baru, mampu

meningkatkan gairah, kepercayaan, dan mengilhami para anggota untuk

mengeluarkan upaya ekstra mereka untuk mencapai tujuan kelompok.

Kepemimpianan transformasional merupakan salah satu di antara sekian

model kepemimpinan. Danim (2005: 56) mengemukakan bahwa dengan melalui

model kepemimpinan transformasional, segala potensi organisasi pembelajaran

dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mencapai tujuan lembaga.

Di sisi lain, hal ini menjadi bahaya, jika ia bekerja semata-mata hanya karena

keinginan untuk memperoleh keuntungan atau setiap pekerjaan yang akan maupun

yang sedang dilakukan dilihat dari aspek untung dan ruginya saja. Kepemimpinan

transformasional cenderung memanusiakan manusia melalui berbagai cara

memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk

mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang

nyata Wutun (Poniman, 2017).

3. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Leithwood (Deria, 2018) mengatakan ada delapan karakteristik yang

digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional, yaitu:

1. Mengembangkan visi bersama bagi sekolah

Perilaku pemimpin yang dimaksud untuk mengembangkan, mengartikulasi

dan menyalurkan visi serta membuat mereka memahami dan melakukan visi

(45)

2. Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

Perilaku yang mampu mendorong terjadinya kerja sama di antara para staf

dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.

3. Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Perilaku kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap

staf supaya mampu bekerja secara inovatif serta profesional demi mendapatkan

hasil yang maksimal.

4. Menjadi panutan atau model

Perilaku dan tindakan kepala sekolah bisa menjadi teladan atau contoh yang

baik untuk para staf.

5. Memberikan support atau dukungan

Perilaku kepala sekolah dengan memahami kemampuan dan ketertarikan

para staf serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta

memberi penghargaan atas kerja keras mereka.

6. Menyediakan stimulus intlektual

Perilaku kepala sekolah mengajak para staf untuk mencoba sesuatu yang

baru serta mengkaji kembali asumsi-asumsi tentang pekerjaan mereka dan

memikirkan kembali bagaimana mewujudkan asumsi tersebut.

7. Membangun kultur sekolah

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang mampu membangun norma

sekolah, nilai, keyakinan dan sikap yang mendorong terciptanya sikap saling

(46)

8. Membangun struktur kolaboratif

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan memberi kesempatan kepada

para guru dalam pengambilan keputusan terkait tugas-tugas guru dan

memberitahukan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.

4. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Ress (Isnawati, 2016) menyatakan bahwa paradigma baru kepemimpinan

transformasional mengangkat tujuh prinsip untuk menciptakan kepemimpinan

transformasional yang sinergis yang terdiri dari simplifikasi, motivasi, fasilitasi,

inovasi, mobilitas, siap siaga dan tekad.

1. Simplifikasi

Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan

menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta ketrampilan dalam

mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab “Kemana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang

penting untuk kita implementasikan.

2. Motivasi

Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat

terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Ketika

pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di dalam

organisasi, berarti seharusnya pemimpin tersebut dapat mengoptimalkan,

(47)

3. Fasilitasi

Kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di

dalam organisasi secara kelembagaan kelompok ataupun individu. Hal ini akan

berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang

terlibat di dalamnya.

4. Inovasi

Kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab melakukan suatu

perubahan bilamana diperlakukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan

yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang

terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut

akan perubahan tersebut.

5. Mobilitas

Pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan

memperkuat setiap orang yang terlibat dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin

transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan

tanggungjawab.

6. Siap Siaga

Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan

menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positf.

7. Tekad

Tekad yang bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk

menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu perlu didukung oleh

(48)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional

Menurut Northouse (2013:181) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

kepemimpinan transformasional, yaitu:

1. Karisma atau pengaruh ideal

Pemimpin yang bertindak sebagai seorang teladan yang kuat bagi para

pengikutnya. Inti dari karisma atau pengaruh ideal adalah seorang pemimpin yang

memiliki moral dan standar yang tinggi yang ingin membuat orang lain mengikuti

visi yang telah mereka sampaikan.

2. Motivasi yang menginspirasi

Seorang pemimpin yang mengkomunikasikan atau menyampaikan harapan

yang tinggi kepada para pengikut, lalu menginspirasi mereka melalui motivasi

agar para pengikut menjadi setia kepadanya.

3. Ransangan intelektual

Pemimpin yang merangsang para pengikut supaya bersikap inovatif dan

kreatif, serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri.

Selain ketiga faktor tersebut Afshari dkk (Deria, 2018) menyatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah

perkembangan tekologi informasi dan inovasi. Hal ini dinyatakan ketika

pemimpin dan para bawahan saling meningkatkan tingkat motivasi dan moralitas

yang lebih tinggi. Komponen kepemimpinan transformasional kepala sekolah

yang berupa pengaruh idealis, inspirasi motivasi, stimulus intelektual, dan

pertimbangan individual mendukung terciptanya perkembangan teknologi. Hal ini

(49)

menjadi panutan bagi para guru untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan

pengetahuan penggunaan TIK agar guru memiliki kreatifitas dan strategi baru

dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepemimpinan transformasional kepala

sekolah membimbing dan memberikan pelatihan terkait dengan penggunaan TIK

agar para guru memiliki kualitas dalam proses pembelajaran. Pelatihan diberikan

agar para guru berani untuk mengambil resiko dan tidak takut akan kegagalan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Leithwood (Deria,

2018) menjelaskan bahwa kemampuan pemimpin transformasional kepala sekolah

dalam mengubah pengikutnya demi mencapai tujuan sekolah dengan

mengembangkan salah satu atau seluruh faktor yang merupakan karakteristik dari

kepemimpinan transformasional kepala sekolah, yaitu: (1) mengembangkan visi

bersama sekolah; (2) membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah; (3)

menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi; (4) menjadi panutan atau model; (5)

memberikan support atau dukungan; (6) menyediakan stimulus intelektual (7)

membangun kultur sekolah; dan (8) membangun struktur kolaboratif.

C. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Faktor internal yang pertama mempengaruhi profesionalisme guru adalah

kecerdasan emosional. Goleman (Poniman, 2017) mengemukakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya

(50)

keterampilan sosial. Lebih lanjut kecerdasan emosional dikelompokkan menjadi

lima kemampuan utama yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan.

2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Goleman (Poniman, 2017) ciri-ciri kecerdasan emosional meliputi

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan ketika menghadapi

sebuah masalah yang membuat frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan perasaan ketika sedang bergembira, mengatur suasana hati dan

menjaga agar beban pikiran ketika menumpuk tidak melumpuhkan kemampuan

dalam berpikir, berempati, dan berdoa.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional menurut Goleman (Kurniawati, 2008)

dikelompokkan menjadi lima faktor, yaitu sebagai berikut.

1. Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan

dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri

sebagai metmood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran

diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati,

bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan

dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi,

namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi

(51)

2. Mengelola Emosi, mengelola emosi merupakan kemampuan individu

dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,

sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang

merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesehjateraan emosi. Emosi

berlebihan, yang meningkat dengan itensitas terlampau lama akan mengoyak

kesetabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri

sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan

akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari

perasaan-perasaan yang menekan.

3. Memotivasi diri sendiri, prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi

dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai motivasi yang

positif, yaitu: (a) antusianisme, (b) gairah, (c) optimis, (d) dan keyakinan diri.

4. Mengenali Emosi Orang Lain, kemampuan untuk mengenali emosi orang

lain disebut juga empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau

peduli dengan orang lain, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu

yang memiliki kemampuan empati, lebih mampu mengungkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Seseorang

yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi.

(52)

mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan

membaca perasaan orang lain.

5. Kemampuan Membina Hubungan, kemampuan dalam membina hubungan

merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan

kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk

mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami kegiatan serta

kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina

hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang yang berhasil dalam

pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain.

Orang-orang yang popular dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan

kerana kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan

disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang guru

mampu membina hubungan dengan orang lain. Kepala sekolah yang memiliki

penilaian diri yang akurat akan memiliki kesadaran diri yang tinggi baik

kelemahan maupun kelebihanya, dan menunjukkan cita rasa humor tentang diri

mereka sendiri. Selain itu, menunjukkan pembelajaran yang cerdas tentang apa

yang mereka perlu perbaiki serta menerima kritik dan umpan balik yang

membangun. Dengan penilaian diri yang akurat membuat mereka mengetahui

kapan harus meminta bantuan dan dimana ia harus memusatkan diri untuk

menumbuhkan kekuatan kepemimpinan yang baru.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Patton (1998)

(53)

emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang

produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Kecerdasan emosional

dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat hidup bermasyarakat termasuk di

dalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial, dan hubungan sosial yang baik

akan mampu menuntun seseorang untuk memperoleh sukses di salam hidup

seperti yang diharapkan. Di samping itu, kemampuan seseorang dalam

mengendalikan emosinya dengan baik akan mempengaruhi proses berpikirnya

secara positif pula. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang baik cenderung

lebih mampu mengendalikan amarah dan bahkan mengarahkan energinya ke arah

yang lebih positif.

4. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (Poniman, 2017) membagi kecerdasan emosional ke dalam lima

dasar kecerdasan emosional adalah sebagai berikut.

1. Kesadaran diri

Kesadaran diri yaitu kemampuan individu dalam mengenali perasaan diri

sendiri dan perasaan orang lain, serta mampu mengenali kekuatan dan kelemahan

diri sendiri.

2. Pengaturan diri

Pengaturan diri adalah suatu kemampuan untuk mengelola emosi pada diri

sendiri. Semakin baik pengaturan diri dalam emosi maka terkontrol pula tindakan

(54)

3. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakan karyawan agar mampu

mencapai tujuan yaitu kinerja yang maksimal.

4. Empati

Empati adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui dan memahami

perasaan orang lain yang digunakan untuk menyesuaikan diri dengan baik kepada

banyak orang.

5. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan menciptakan hubungan yang

harmonis antar individu, yaitu dengan memberikan respon baik terhadap lawan

bicara dan menjaga perilaku serta ucapan ketika berhadapan dengan orang.

D. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian kecerdasan spiritual

Selain kecerdasan emosional faktor internal yang juga mempengaruhi

profesionalisme guru adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual (spiritual

quotient) atau SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan kearifan dan jiwa sadar manusia. Kecerdasan

untuk dapat melakukan segala sesuatu tindakan yang semuannya diawali dan

dilandasi oleh kecerdasan spiritual yang mana pengetahuan dan pemahaman

pelaksana dalam kegiatan. Individu yang cerdas spiritual adalah sebagai inti atau

pusat dari semua tindakan yang dilakukan, dilandasi adanya kecerdasan untuk

(55)

kecerdasan untuk menilai tindakan bahkan jalan hidup manusia lebih bermakna di

banding dengan yang lain (Zohar dan Marshal, 2000: 252-257). Menurut

kerDincer (2007), kecerdasan spiritual berhubungan langsung dengan perilaku

profesional guru. Kecerdasan spiritual guru sangat penting untuk

ditumbuhkembangkan dalam penguatan karakter mereka terhadap tugas tugas

pembelajaran (Masaong, 2011 ).

2. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Terdapat delapan fungsi kecerdasan spiritual menurut (Zohar dan Marshal,

2000) adalah sebagai berikut.

1) Menjadikan kita untuk menjadi manusia apa adanya sekarang dan memberi

potensi lagi untuk terus berkembang.

2) Menjadi lebih kreatif, kita menghadirkannya ketika kita inginkan agar kita

menjadi lues, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif.

3) Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu kita secara pribadi

terpuruk terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masa lalu kita

akibat kesedihan. Karena dengan kecerdasan emosional kita sadar bahwa

kita mempunyai masalah ekstensial dan membuat kita mengatasinya atau

paling tidak kita bisa berdamai dengan masalah tersebut.

4) Kecerdasan emosional dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat

membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. Dengan kecerdasan

(56)

5) Kita lebih mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus

fanatik dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam.

6) Kecerdasan emosional memungkinkan kita menjebaatani hal yang bersifat

personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain karenanya kita akan

sadar dengan integritas orang lain dan integritas kita.

7) Kecerdasan emosional juga digunakan untuk mencapai kematangan pribadi

yang lebih utuh karena kita memang mempunyai potensi untuk itu.

8) Kecerdasan emosional digunakan dalam menghadapi pilihan dan realitas

yang pasti akan datang dan harus kita hadapi apapun bentuknya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual Zohar

dan Marshal (Poniman, 2017) adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan bersikap fleksibel adalah kemampuan dalam seseorang dalam

bergaul dengan orang lain, dan dapat menempatkan diri dan menerima

pendapat orang lain secara terbuka.

2) Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi yaitu sadar akan adanya Tuhan

sehingga mengerti tujuan serta visi hidupnya

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,

kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan

penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan

(57)

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kita akan

menyadari keterbatasan kita, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan yang

akan memberikan kesembuhan serta kemampuan untuk menghadapi dan

melampaui rasa sakit ini ditandai juga dengan munculnya sikap ikhlas dan

memaafkan.

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai,kualitas hidup

seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan berpegang pada

nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan tersebut. Seperti

prinsip, pegangan hidup, dan berpijak pada kebenaran.

6) Keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu, misalnya seperti

menggunjing, meninggalkan ibadah, tidak rela berkorban dan cenderung

berpikir sebelum bertindak.

7) Kemampuan untuk melihat keterkaitan berbagai hal dengan melihat

hubungan antar makluk hidup, dan mampu berpikir secara logis dan berlaku

sesuai dengan norma sosial.

8) Memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana

jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, serta memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi.

9) Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri, mudah untuk bekerja

melawan konvensi (adat dan kebiasaan sosial), seperti mau memberi dan

tidak mau menerima dan tidak tergantung dengan orang lain.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Agustian (2012)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ..........................................................................
Gambar 1.1 Peta Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
Gambar  2.1  Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktifitas lalu lintas sendiri berarti suatu kegiatan dari sistem yang meliputi lalu lintas, jaringan lalu lintas dan angkutan.. jalan, prasarana lalu lintas dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek dari Variable wirausaha berorientasi secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, tetapi orientasi pemasaran

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

Pengukuran temperatur dimulai dengan menghubungkan kabel- kabel termo kopel yang terhubung ke agilent dan ditempelkan ke permukaan kayu, ruang kolektor, permukaan kaca,

Keputusan menunjukkan bahawa keadilan organisasi mempunyai kesan pengaruh yang signifikan dengan politik organisasi dan kepimpinan berperanan sebagai perantara dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

4.1 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait jati diri, dengan

Peningkatan pemakaian rodagigi cacing seperti gambar 2.15, dibatasi pada nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk mentransmisikan daya yang