BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014: 238).
Deskripsi variabel menggambarkan tanggapan responden mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap profesionalisme guru. Untuk pengkategorian variabel pada penelitian ini menggunakan rumus:
Interval kelas = skor ideal tertinggi – skor ideal terendah
Jumlah kelas
Data hasil penelitian kemudian dikategorikan ke dalam empat kelompok. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dinilai dengan rentang dari sangat transformasional, transformasional, tidak transformasional dan sangat tidak transformasional. Kecerdasan emosional dinilai dengan rentang dari sangat tinggi, tinggi, tidak tidak tinggi dan sangat tidak tinggi. Kecerdasan spiritual dinilai
dengan rentang dari sangat tinggi, tinggi, tidak tinggi dan sangat tidak tinggi. Sedangkan untuk profesionalisme guru dinilai dengan rentang dari sangat tinggi, tinggi, tidak tinggi dan sangat tidak tinggi. Hasil kategorisasi variabel adalah sebagai berikut.
1. Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Jumlah item pernyataan 33, jumlah opsi 4, skor maksimal 4, skor terendah 1. Skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 33 x 4 = 132, skor terendah yang mungkin dicapai 33 x 1 = 33. Berikut perhitungan rentang skor untuk variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah.
Skor ideal tertinggi yang diperoleh = 33 item x 4 = 132 Skor ideal terendah yang diperoleh = 33 item x 1 = 33
Dengan demikian, jumlah interval yang dapat dilihat adalah sebagai berikut.
Interval kelas = skor ideal tertinggi – skor ideal terendah
4 Interval Kelas = 132 – 33 4 Interval Kelas = 99 4 Interval Kelas = 24,75 ≈ 25
Interval kelas pada variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.19
Interval Skor Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Interval Kelas Kategori
108 – 132 Sangat Transformasional 83 – 107 Transformasional
58 – 82 Tidak Transformasional 33 – 57 Sangat Tidak Transformasional Adapun makna dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut.
a. Sangat transformasional dimaknai bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki kompetensi yang sangat tinggi atau istimewa dalam: 1) mengembangkan visi bersama sekolah, 2) membangun konsensus bersama dengan guru dan staf tentang tujuan dan prioritas sekolah, 3) menciptakan ekspektasi kinerja tinggi, 4) menjadi panutan atau model, 5) memberi support atau dukungan, 6) menyediakan stimulus intelektual, 7) membangun kultur sekolah, 8) membangun struktur kolaboratif. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 4. Kategori sangat tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 8 indikator hanya terdapat 8 dan 7 indikator yang menonjol.
b. Transformasional dimaknai bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki kompetensi yang tinggi dalam: 1) mengembangkan visi bersama sekolah, 2) membangun konsensus bersama dengan guru dan staf tentang tujuan dan prioritas sekolah, 3) menciptakan ekspektasi kinerja tinggi, 4) menjadi panutan atau model, 5) memberi support atau dukungan, 6) menyediakan stimulus intelektual, 7) membangun kultur sekolah, 8) membangun struktur kolaboratif. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 3. Kategori
tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 8 indikator hanya terdapat 6 dan 5 indikator yang menonjol.
c. Tidak transformasional dimaknai bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki kompetensi yang sedang dalam: 1) mengembangkan visi bersama sekolah, 2) membangun konsensus bersama dengan guru dan staf tentang tujuan dan prioritas sekolah, 3) menciptakan ekspektasi kinerja tinggi, 4) menjadi panutan atau model, 5) memberi support atau dukungan, 6) menyediakan stimulus intelektual, 7) membangun kultur sekolah, 8) membangun struktur kolaboratif. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 2. Kategori tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 8 indikator hanya terdapat 4 dan 3 indikator yang menonjol.
d. Sangat tidak transformasional dimaknai bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki kompetensi yang kurang dalam: 1) mengembangkan visi bersama sekolah, 2) membangun konsensus bersama dengan guru dan staf tentang tujuan dan prioritas sekolah, 3) menciptakan ekspektasi kinerja tinggi, 4) menjadi panutan atau model, 5) memberi support atau dukungan, 6) menyediakan stimulus intelektual, 7) membangun kultur sekolah, 8) membangun struktur kolaboratif. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 1. Kategori sangat tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 8 indikator hanya terdapat 2 dan 1 indikator yang menonjol.
1. Variabel Kecerdasan Emosional (X2)
Jumlah item pernyataan 23, jumlah opsi 4, skor maksimal 4, skor terendah 1. Skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 23 x 4 = 92, skor terendah yang
mungkin dicapai 23 x 1 = 23. Berikut perhitungan rentang skor untuk variabel kecerdasan emosional.
Skor ideal tertinggi yang diperoleh = 23 item x 4 = 92 Skor ideal terendah yang diperoleh = 23 item x 1 = 23
Dengan demikian, jumlah interval yang dapat dilihat adalah sebagai berikut.
Interval kelas = skor ideal tertinggi – skor ideal terendah
4 Interval Kelas = 92 – 23 4 Interval Kelas = 69 4 Interval Kelas = 17,25 ≈ 17
Interval kelas pada variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.20
Interval Skor Variabel Kecerdasan Emosional
Interval Kelas Kategori
76 – 92 Sangat Tinggi 59 – 75 Tinggi 42 – 58 Tidak Tinggi 23 – 41 Sangat Tidak Tinggi
Adapun makna dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut.
a. Sangat Tinggi dimaknai bahwa kecerdasan emosional memiliki sikap sangat tinggi dalam: 1) mengenali emosi (mengenali emosi diri, mengetahui
kekuatan diri, memiliki keterbatasan diri, dan memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri), 2) mengelola emosi (mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung tinggi norma-norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru), 3) memotivasi diri (dorongan untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan), 4) mengenal emosi orang lain (memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani), 5) membina hubungan dengan orang lain (keterampilan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan tanggung jawab, memiliki semangat kepemimpinan, bersedia berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan membangun tim). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 4. Kategori sangat tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 5 indikator hanya terdapat 5 indikator yang menonjol.
b. Tinggi dimaknai bahwa kecerdasan emosional memiliki sikap yang tinggi dalam: 1) mengenali emosi (mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan diri, memiliki keterbatasan diri, dan memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri), 2) mengelola emosi (mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung tinggi norma-norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru), 3) memotivasi diri (dorongan untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi
kegagalan dan hambatan), 4) mengenal emosi orang lain (memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani), 5) membina hubungan dengan orang lain (keterampilan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan tanggung jawab, memiliki semangat kepemimpinan, bersedia berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan membangun tim). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 3. Kategori tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 5 indikator hanya terdapat 4 indikator yang menonjol.
c. Tidak tinggi dimaknai bahwa kecerdasan emosional memiliki sikap yang sedang dalam: 1) mengenali emosi (mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan diri, memiliki keterbatasan diri, dan memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri), 2) mengelola emosi (mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung tinggi norma-norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru), 3) memotivasi diri (dorongan untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan), 4) mengenal emosi orang lain (memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani), 5) membina hubungan dengan orang lain (keterampilan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan tanggung jawab, memiliki semangat kepemimpinan, bersedia berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan
membangun tim). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 2. Kategori tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 5 indikator hanya terdapat 3 indikator yang menonjol.
d. Sangat tidak tinggi dimaknai bahwa kecerdasan emosional memiliki sikap yang kurang dalam: 1) mengenali emosi (mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan diri, memiliki keterbatasan diri, dan memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri), 2) mengelola emosi (mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung tinggi norma-norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru), 3) memotivasi diri (dorongan untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan), 4) mengenal emosi orang lain (memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani), 5) membina hubungan dengan orang lain (keterampilan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan tanggung jawab, memiliki semangat kepemimpinan, bersedia berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan membangun tim). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 1. Kategori sangat tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 5 indikator hanya terdapat 2 dan 1 indikator yang menonjol.
2. Variabel Kecerdasan Spiritual (X3)
Jumlah item pernyataan 17, jumlah opsi 4, skor maksimal 4, skor terendah 1. Skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 17 x 4 = 68, skor terendah yang mungkin dicapai 17 x 1 = 17. Berikut perhitungan rentang skor untuk variabel kecerdasan spiritual.
Skor ideal tertinggi yang diperoleh = 17 item x 4 = 68 Skor ideal terendah yang diperoleh = 17 item x 1 = 17
Dengan demikian, jumlah interval yang dapat dilihat adalah sebagai berikut.
Interval kelas = skor ideal tertinggi – skor ideal terendah 4 Interval Kelas = 68 – 17 4 Interval Kelas = 51 4 Interval Kelas = 12,75 ≈ 13
Interval kelas pada variabel kecerdasan spiritual dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.21
Interval Skor Variabel Kecerdasan Spiritual
Interval Kelas Kategori
56 – 68 Sangat Tinggi 43 – 55 Tinggi 30 – 42 Tidak Tinggi 17 – 29 Sangat Tidak Tinggi
Adapun makna dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut.
a. Sangat Tinggi dimaknai bahwa kecerdasan spiritual memiliki sikap sangat tinggi dalam: 1) kemampuan seseorang dalam bergaul (kemampuan bersikap fleksibel), 2) kesadaran adanya Tuhan (memiliki tingkat kesadaran yang tinggi), 3) cobaan sebagai ujian, kesabaran, ikhlas dan rela (kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan), 4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit (sikap menerima segala sesuatu sebagaimana adanya atau tabah), 5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai (memiliki tujuan hidup), 6) keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu (menggunjing, meninggalkan ibadah dan berkorban), 7) mampu untuk melihat keterkaitan berbagai hal (melihat hubungan antar makhluk hidup), 8) memiliki kecenderungan untuk bertanya (mencari jawaban atas segala sesuatu yang belum dipahami), 9) memiliki otonomi (berbuat tanpa tergantung orang lain). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 4. Kategori sangat tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 9 indikator hanya terdapat 9, 8 dan 7 indikator yang menonjol.
b. Tinggi dimaknai bahwa kecerdasan spiritual memiliki sikap yang tinggi dalam: 1) kemampuan seseorang dalam bergaul (kemampuan bersikap fleksibel), 2) kesadaran adanya Tuhan (memiliki tingkat kesadaran yang tinggi), 3) cobaan sebagai ujian, kesabaran, ikhlas dan rela (kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan), 4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit (sikap menerima segala sesuatu sebagaimana adanya atau tabah), 5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai (memiliki tujuan hidup), 6)
keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu (menggunjing, meninggalkan ibadah dan berkorban), 7) mampu untuk melihat keterkaitan berbagai hal (melihat hubungan antar makhluk hidup), 8) memiliki kecenderungan untuk bertanya (mencari jawaban atas segala sesuatu yang belum dipahami), 9) memiliki otonomi (berbuat tanpa tergantung orang lain). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 3. Kategori tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 9 indikator hanya terdapat 6, 5 dan 4 indikator yang menonjol.
c. Tidak tinggi dimaknai bahwa kecerdasan spiritual memiliki sikap yang sedang dalam: 1) kemampuan seseorang dalam bergaul (kemampuan bersikap fleksibel), 2) kesadaran adanya Tuhan (memiliki tingkat kesadaran yang tinggi), 3) cobaan sebagai ujian, kesabaran, ikhlas dan rela (kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan), 4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit (sikap menerima segala sesuatu sebagaimana adanya atau tabah), 5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai (memiliki tujuan hidup), 6) keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu (menggunjing, meninggalkan ibadah dan berkorban), 7) mampu untuk melihat keterkaitan berbagai hal (melihat hubungan antar makhluk hidup), 8) memiliki kecenderungan untuk bertanya (mencari jawaban atas segala sesuatu yang belum dipahami), 9) memiliki otonomi (berbuat tanpa tergantung orang lain). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 2. Kategori tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 9 indikator hanya terdapat 3 dan 2 indikator yang menonjol.
d. Sangat tidak tinggi dimaknai bahwa kecerdasan spiritual memiliki sikap yang kurang dalam: 1) kemampuan seseorang dalam bergaul (kemampuan bersikap fleksibel), 2) kesadaran adanya Tuhan (memiliki tingkat kesadaran yang tinggi), 3) cobaan sebagai ujian, kesabaran, ikhlas dan rela (kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan), 4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit (sikap menerima segala sesuatu sebagaimana adanya atau tabah), 5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai (memiliki tujuan hidup), 6) keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu (menggunjing, meninggalkan ibadah dan berkorban), 7) mampu untuk melihat keterkaitan berbagai hal (melihat hubungan antar makhluk hidup), 8) memiliki kecenderungan untuk bertanya (mencari jawaban atas segala sesuatu yang belum dipahami), 9) memiliki otonomi (berbuat tanpa tergantung orang lain). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 1. Kategori sangat tidak tinggi juga dapat diartikan bahwa dari 9 indikator hanya terdapat 1 indikator yang menonjol.
3. Variabel Profesionalisme Guru (Y)
Jumlah item pernyataan 28, jumlah opsi 4, skor maksimal 4, skor terendah 1. Skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 28 x 4 = 112, skor terendah yang mungkin dicapai 28 x 1 = 28. Berikut perhitungan rentang skor untuk variabel profesionalisme guru.
Skor ideal tertinggi yang diperoleh = 28 item x 4 = 112 Skor ideal terendah yang diperoleh = 28 item x 1 = 28
Dengan demikian, jumlah interval yang dapat dilihat adalah sebagai berikut.
Interval kelas = skor ideal tertinggi – skor ideal terendah
4 Interval Kelas = 112 – 28 4 Interval Kelas = 84 4 Interval Kelas = 21
Interval kelas pada variabel profesionalisme guru dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.22
Interval Skor Variabel Profesionalisme Guru
Interval Kelas Kategori
92 – 112 Sangat Tinggi
71 – 91 Tinggi
50 – 70 Tidak Tinggi 28 – 49 Sangat Tidak Tinggi
Adapun makna dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut.
a. Sangat Tinggi dimaknai bahwa profesionalisme guru memiliki sikap sangat tinggi dalam: 1) penguasaan bahan ajar (guru mampu menguasai bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang dengan baik), 2) pengelolaan kelas dan interaksi belajar mengajar (guru berusaha menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin), 3) pengelolaan program belajar mengajar (guru mampu menguasi fungsional tentang pendekatan
sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur, metode strategi dalam belajar), 4) pelayanan bimbingan dan konseling (guru mampu memecahkan masalah dengan membantu siswa yang bermasalah), 5) penggunaan media dan sumber pelajaran (guru mampu menguasai media pembelajaran dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum), 6) penilaian prestasi belajar siswa (guru memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 4. Kategori sangat tinggi dapat diartikan bahwa dari 6 indikator hanya terdapat 6 dan 5 indikator yang menonjol.
b. Tinggi dimaknai bahwa profesionalisme guru memiliki sikap yang tinggi dalam: 1) penguasaan bahan ajar (guru mampu menguasai bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang dengan baik), 2) pengelolaan kelas dan interaksi belajar mengajar (guru berusaha menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin), 3) pengelolaan program belajar mengajar (guru mampu menguasi fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur, metode strategi dalam belajar), 4) pelayanan bimbingan dan konseling (guru mampu memecahkan masalah dengan membantu siswa yang bermasalah), 5) penggunaan media dan sumber pelajaran (guru mampu menguasai media pembelajaran dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum), 6) penilaian prestasi belajar siswa (guru memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 3. Kategori tinggi dapat diartikan bahwa dari 6 indikator hanya terdapat 4 dan 3 indikator yang menonjol.
c. Tidak tinggi dimaknai bahwa profesionalisme guru memiliki sikap yang sedang dalam: 1) penguasaan bahan ajar (guru mampu menguasai bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang dengan baik), 2) pengelolaan kelas dan interaksi belajar mengajar (guru berusaha menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin), 3) pengelolaan program belajar mengajar (guru mampu menguasi fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur, metode strategi dalam belajar), 4) pelayanan bimbingan dan konseling (guru mampu memecahkan masalah dengan membantu siswa yang bermasalah), 5) penggunaan media dan sumber pelajaran (guru mampu menguasai media pembelajaran dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum), 6) penilaian prestasi belajar siswa (guru memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 2. Kategori tidak tinggi dapat diartikan bahwa dari 6 indikator hanya terdapat 2 indikator yang menonjol.
d. Sangat tidak tinggi dimaknai bahwa profesionalisme guru memiliki sikap yang kurang dalam: 1) penguasaan bahan ajar (guru mampu menguasai bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang dengan baik), 2) pengelolaan kelas dan interaksi belajar mengajar (guru berusaha menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin), 3) pengelolaan program belajar mengajar (guru mampu menguasi fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur, metode strategi dalam belajar), 4) pelayanan bimbingan dan konseling (guru mampu memecahkan masalah dengan
membantu siswa yang bermasalah), 5) penggunaan media dan sumber pelajaran (guru mampu menguasai media pembelajaran dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum), 6) penilaian prestasi belajar siswa (guru memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya). Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas skor yang diberikan guru adalah 1. Kategori sangat tidak tinggi dapat diartikan bahwa dari 6 indikator hanya terdapat 1 indikator yang menonjol.