BAB IV GAMBARAN UMUM
B. SMK Negeri 2 Muara Teweh
7. Muatan Kurikulum
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/ dunia usaha/asosiasi profesi, substansi mata pelajaran di SMK Negeri 2 Muara Teweh dikemas dalam berbagai mata pelajaran yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi Program Normatif, Adaptif, dan Produktif.
Program normatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat) baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia.
Program normatif diberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras dalam kehidupan pribadi, sosial, dan bernegara. Program ini berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan, dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya. Mata pelajaran pada kelompok normatif berlaku sama untuk semua program keahlian.
Program adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja.
Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus
dilakukan. Program adaptif terdiri dari kelompok mata pelajaran yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian.
Program Produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.
a. Struktur Kurikulum Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan Tabel 4.7
Struktur Kurikulum Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan
Komponen Semester
A. Mata Pelajaran I II III IV V VI
1. Normatif
1.1. Pendidikan Agama 3 3 3 3 3 3 1.2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 1.3. Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 1.4. Pend.jasmani Olahraga dan
kesehatan 2 2 2 2 2 2 1.5. Seni budaya 2 2 2 2 2 2 1.6. IPS 2 2 2 2 2 2 Jumlah 13 13 13 13 13 13 2. Adaptif 2.1. Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4 2.2. Matematika 4 4 4 4 4 4 2.3. IPA 2 2 2 2 2 2 2.4. Fisika 2 2 2 2 2 2 2.5. Kimia 2 2 2 2 2 2 2.6. Biologi 2 2 2 2 2 2 2.7. KKPI 2 2 2 2 2 2 2.8. Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2 Jumlah 20 20 20 20 20 20 3. Produktif
3.1. Budidaya Tanaman Karet 3 3 3.2 Pembiakan Vegetatif 3 3
3.3 Perlindungan Tanaman 3 3 3.4 Manajemen Bisnis
Perkebunan I
2 2 3.5 Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan Hidup
3 3
3.6 Agribisnis Tanaman Sela 3 3 3.7 Pengantar Produksi Benih 2 2 3.8 Pupuk dan Pemupukan 3 3 3.9 Manajemen Bisnis
Perkebunan II
2 2 3.10 Budidaya Tanaman Cokelat 3 3 3.11 Agribisnis Produksi
Tanaman Kelapa Sawit
5 5 3.12 Budidaya Tanaman Lada 3 3 3.13 Budidaya Tanaman Tebu 3 3 3.14 Budidaya Tanaman Herbal 3 3
Jumlah 14 14 13 13 14 14 B. Pengembangan Diri 1. BP / BK 2 2 2 2 2 2 2. Ekstra Kulikuler 2 2 2 2 2 2 3. Kegiatan Kerohanian 1 1 1 1 1 1 Jumlah 5 5 5 5 5 5 JUMLAH 52 52 51 51 52 52
b. Kurikulum Keahlian Geologi Pertambangan.
Tabel 4.8
Kurikulum Keahlian Geologi Pertambangan
Komponen Semester
A. Mata Pelajaran I II III IV V VI
1. Normatif
1.1. Pendidikan Agama 3 3 3 3 3 3 1.2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 1.3. Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 1.4. Pend.jasmani Olahraga dan
kesehatan 2 2 2 2 2 2 1.5. Seni budaya 2 2 2 2 2 2 1.6. IPS 2 2 2 2 2 2 Jumlah 13 13 13 13 13 13 2. Adaptif 2.1. Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4 2.2. Matematika 4 4 4 4 4 4
2.3. IPA 2 2 2 2 2 2 2.4. Fisika 2 2 2 2 2 2 2.5. Kimia 2 2 2 2 2 2 2.7. KKPI 2 2 2 2 2.8. Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2 Jumlah 18 18 18 18 16 16 3. Produktif 3.1 Menggambar Teknik 2 2 3.2 Mineralogi 2 2 3.3 Pengetahuan Lingkungan Tambang 2 2 3.4 Ilmu Ukur Tanah 2 2 3.5 Geologi Dasar 2 2 3.6 Ilmu Batuan Terapan 3 3
3.7 Bahan Galian 2 2 3.8 Batu Bara 3 3 3.9 Pemboran 3 3 3.10 Alat-Alat Mekanis 2 2 3.11 Perpetaan 4 4 3.12 Mengidentifikasi Batuan 4 4 3.13 Pemetaan Topografi 3 3 3.14 Peledakan 3 3 3.15 Komputer Geologi 3 3 Jumlah 13 13 14 14 13 13 B. Pengembangan Diri 1. BP / BK 2 2 2 2 2 2 2. Ekstra Kulikuler 2 2 2 2 2 2 3. Kegiatan Kerohanian 1 1 1 1 1 1 Jumlah 5 5 5 5 5 5 JUMLAH 49 49 50 50 47 47
2. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstra kulikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Pengembangan diri diarahkan untuk pengembangan karakter peserta didik yang ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan.
Sekolah memfasilitasi kegiatan pengembangan diri seperti berikut ini ;
a. Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas (intrakulikuler) dengan alokasi waktu 2 jam tatap muka, yaitu bimbingan konseling, mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pribadi, kemasyarakatan, belajar, dan karir peserta didik. Bimbingan konseling di asuh oleh guru yang ditugaskan.
b. Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagaian besar di luar kelas (ekstra kulikuler) diasuh oleh guru pembina. Pelaksanaan secara reguler setiap hari jumat mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 09.00 WIB yaitu ;
Bidang Olah Raga : Bola Volly, Bola Basket, Futsal, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Pencak Silat, Catur
Bidang Kesenian : Paduan Suara dan Seni Tari
Bidang Sosial Kemasyarakatan : Paskibra, Sispala, PMR, PIK-R. Tabel 4.9
Ekstrakulikurer di SMK Negeri 2 Muara Teweh
No. Bidang Pelaksanaan Tempat
A. Bidang Olahraga
1. Bola Volly Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 2. Bola Basket Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 3. Futsal Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh
4. Bulu Tangkis Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 5. Tenis Meja Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 6. Pencak Silat Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 7. Catur Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh B. Bidang Kesenian
1. Paduan Suara Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 2. Seni Tari Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh Bidang Sosial Masyarakat
1. Paskibra Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 2. Sispala Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 3. PMR Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh 4. PIK-R Jumat Pagi SMKN 2 M.Teweh
D. Kerohanian Setiap Hari SMKN 2 M. Teweh
3. Pengaturan Beban Belajar
Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan pendidikan SMK Negeri 2 Muara Teweh menggunakan sistem paket. Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam Satuan Jam Pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstrukur. Semua itu
dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian diatur sendiri oleh peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada SMK Negeri 2 Muara Teweh ditetapkan;
a. Berlangsung selama 45 menit
b. Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.
Tabel 4.10
Beban Belajar Peserta Didik
Kelas Satu jam tatap muka (menit) Jumlah jam pembelajaran perminggu Minggu efektif pertahun ajaran Waktu pembelajaran Pertahun Jumlah Jam Pertahun (60 menit) X s/d XII 45 36 38 1.368 jam pelajaran (61560 menit) 1026 (standar minimum)
4. Mekanisme dan Prosedur Penentuan KKM
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
a. Penentuan Krikteria Ketentuan Minimal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:
1) Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
a) Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;
c) guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;
d) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi; e) Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
f) peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;
g) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
2) Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.
a) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;
b) Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.
3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII
berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya. Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:
Tabel 4.11 Skala Penilaian
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi <65 Sedang 65-79 Rendah 100 Daya Dukung Tinggi
80-100
Sedang 65-79
Rendah <65 Intake siswa Tinggi
80-100
Sedang 65-79
Rendah <65
Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan. Tabel 4.12
Poin/Skla Krikteria
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 Daya Dukung Tinggi
3
Sedang 2
Rendah 1 Intake siswa Tinggi
3
Sedang 2
Rendah 1
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah :
1 + 3 + 2
9 × 100 = 66,7
b. Upaya Sekolah dalam meningkatkan KKM untuk mencapai KKM idela (100%)
Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi. Sekolah menargetkan agar angka ketuntasan belajar tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, setiap warga sekolah diharapkan untuk lebih bekerja keras lagi agar mutu pendidikan sekolah dapat meningkat dari tahun ke tahun. Bagi peserta didik yang tidak memenuhi KKM pada mata pelajaran tertentu maka perlu diberikan remidial oleh guru mata pelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam remidial :
1. Remidial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik.
2. Remidial dilaksanakan melalui : pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda, belajar mandiri atau pemberian bimbingan secara khusus, pemberian tugas/latihan, belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya, dan lain-lain yang semua diakhiri dengan ulangan.
3. Nilai remidi idealnya dapat lebih tinggi dari KKM, apabila kebijakan ini diberlakukan, maka setiap peserta didik (termasuk yang sudah mencapai KKM) berhak mengikuti remedi untuk memperbaiki nilai sehingga mencapai nilai maksimal (100). Untuk mempertimbangkan kepraktisan dalam pelaksanaan remidi SMK Negeri 2 Muara Teweh menetapkan nilai remidi sama dengan nilai KKM, dan setiap pelaksanaan remidial diakhiri dengan ulangan perbaikan.
Bagi siswa yang sudah mencapai atau melebihi KKM berhak mendapat pembelajaran pengayaan oleh guru dengan nilai yang diperhitungkan. Penghitungan nilai didasarkan pada nilai tertinggi dari perolehan nilai yang dicapai peserta didik. Bentuk pembelajaran pengayaan dapat berupa belajar kelompok, belajar mandiri, pembelajaran berbasis tema dan pemadatan kurikulum. Berdasarkan hasil kajian forum guru mata pelajaran serumpun di SMK Negeri 2 Muara Teweh terhadap SK dan KD yang didasarkan kriteria-kriteria di atas, maka ditetapkanlah nilai KKM untuk masing-masing mata pelajaran selama satu tahun pelajaran pada masing-masing tingkat kelas.
Tabel 4.13
Mata Pelajaran Serumpun di SMK Negeri 2 Muara Teweh
No. Mata Pelajaran Kelas X Kelas XI Kelas XII ATP Geotam ATP Geotam ATP Geotam 1. Pendidikan Agama 60 60 60 60 60 60 2. Pkn 60 60 60 60 60 60 3. Bahasa Indonesia 60 60 60 60 60 60 4. Bahasa Inggris 60 60 60 60 60 60 5. Matematika 60 60 60 60 60 60 6. Seni Budaya 60 60 60 60 60 60 7. Penjaskes 60 60 60 60 60 60 8. Fisika 60 60 60 60 60 60 9. Kimia 60 60 60 60 60 60 10. Biologi 60 - 60 - 60 - 11. IPA 60 60 60 60 60 60 12. IPS 60 60 60 60 60 60 13. Kewirausahaan 60 60 60 60 60 60 14. KKPI 60 60 60 60 60 60 15. Produktif 70 70 70 70 70 70