BAB II KAJIAN TEORETIK
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalisme guru adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua
kata yaitu, “kepala” yang dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan kata “sekolah” diartikan sebagai
sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran atau proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi secara umum kepala sekolah adalah pemimpin sebuah sekolah atau suatu lembaga di mana tempat terjadinya proses pembelajaran. Wahjosumidjo (2011:83) mendefinisikan kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakannya pembelajaran. Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi tugas tambahan memimpin sekolah dengan diangkat sebagai pejabat struktural sebagai kepala sekolah.
1. Bentuk/Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki banyak gaya kepemimpinan dan jenisnya semua tergantung dari seseorang pemimpin itu sendiri. Menurut Rivai (Sari, 2018), jenis kepemimpinan adalah sebagai berikut.
a) Kepemimpinan Otokrasi
Dalam gaya otokrasi, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin. Semuanya langsung dilakukan dan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, tanpa masukan dari siapapun.
b) Kepemimpinan Birokrasi
Kepemimpinan birokrasi adalah gaya kepemimpinan dalam organisasi yang dilakukan perusahaan, tepatnya mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Ini adalah tugas untuk memastikan bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini efektif jika karyawan melakukan tugas-tugas rutin sehari-hari. Namun, tidak ada ruang untuk kreatifitas atau pemecahan masalah yang inovatif dalam gaya kepemimpinan birokrasi.
c) Kepemimpinan Partisipasif
Gaya partisipasif mengarah kepengembangan kepercayaan dan loyalitas para bawahan kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dan mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu keputusan. Gaya partisipasif bekerja dengan sangat baik di mana pemimpin baru saja bergabung dalam organisasi.
d) Kepemimpinan Laissez-faire
Kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak bagi para bawahan oleh pemimpin untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan cara-cara untuk mencapainya. Gaya ini sedikit didasarkan pada prinsip interferensi. Hal ini dapat menjadi sukses besar jika bawahannya berpengalaman dan terampil, namun bisa menjadi bumerang jika mereka tidak dapat dipercaya.
e) Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan ini bekerja pada prinsip bahwa mereka menandatangani kontrak untuk berpartisipasi dalam proyek tertentu, mereka mengikuti semua keputusan pemimpin mereka sebagai otoritas tertinggi. Jika kinerja bawahan baik, mereka akan dihargai dan jika kinaerja mereka di bawah standar yang diharapkan, mereka akan terkena sanksi sesuai kontrak tertulis.
f) Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin menjual visinya kepada bawahannya, dengan cara yang paling menarik dalam kepemimpinan organisasi yang bersifat transformasional memotivasi bawahannya dalam bekerja untuk tugas yang diberikan dengan antusiasme yang besar. Pemimpin benar-benar peduli untuk kesejahteraan anak buahnya dan ingin mereka mempelajari hal-hal yang baru dan sesuai visinya. g) Kepemimpinan Melayani
Pemimpin bertindak sebagai seseorang lain untuk tumbuh. Dengan bertindak sebagai pemimpin yang melayani, pemimpin memberikan bawahannya kebebasan untuk tumbuh, memelihara semangat mereka dan juga komitmen secara keseluruhan.
h) Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik dengan menggunakan pesona dan kemampuannya untuk membuat orang lain merasa penting, menggunakan kata-kata cerdas untuk mengatasi masalah, dan mampu mengumpulkan banyak pengagum. Orang-orang tertarik kearahnya dan dengan demikian ingin bekerja untuknya.
i) Kepemimpinan Situasional
Hal ini diadopsi oleh seorang pemimpin sesuai dengan situasi yang berlaku. Beberapa faktor penentu seperti jenis kerjasama yang ada antara anggota tim dan berbagai sumber daya yang tersedia dan lain-lain.
j) Kepemimpinan Tenang
Ini adalah kebalikan dari gaya kepemimpinan karismatik. Dalam hal ini, pemimpin memotivasi timnya melalui tindakannya, bukan kata-kata.
Dari berbagai bentuk atau gaya kepemimpinan dalam organisasi, dalam penelitian ini yang digunakan adalah kepemimpinan transformasional.
2. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Leithwood (Deria, 2018) mengemukakan bahwa “transformasional leadership seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restricting effort in schools”.
Menurut Rivai (2013) kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memotivasi anggotanya ke arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas tugas dan peran masing-masing anggotanya.
Seorang pemimpin mau mencurahkan perhatiannya kepada apa yang dibutuhkan oleh anggotanya, mengubah kesadaran para anggota akan persoalan-persoalan yang ada dengan memandang suatu persoalan dengan cara baru, mampu meningkatkan gairah, kepercayaan, dan mengilhami para anggota untuk mengeluarkan upaya ekstra mereka untuk mencapai tujuan kelompok.
Kepemimpianan transformasional merupakan salah satu di antara sekian model kepemimpinan. Danim (2005: 56) mengemukakan bahwa dengan melalui model kepemimpinan transformasional, segala potensi organisasi pembelajaran dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mencapai tujuan lembaga. Di sisi lain, hal ini menjadi bahaya, jika ia bekerja semata-mata hanya karena keinginan untuk memperoleh keuntungan atau setiap pekerjaan yang akan maupun yang sedang dilakukan dilihat dari aspek untung dan ruginya saja. Kepemimpinan transformasional cenderung memanusiakan manusia melalui berbagai cara memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata Wutun (Poniman, 2017).
3. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Leithwood (Deria, 2018) mengatakan ada delapan karakteristik yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional, yaitu: 1. Mengembangkan visi bersama bagi sekolah
Perilaku pemimpin yang dimaksud untuk mengembangkan, mengartikulasi dan menyalurkan visi serta membuat mereka memahami dan melakukan visi tersebut.
2. Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah
Perilaku yang mampu mendorong terjadinya kerja sama di antara para staf dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
3. Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi
Perilaku kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap staf supaya mampu bekerja secara inovatif serta profesional demi mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Menjadi panutan atau model
Perilaku dan tindakan kepala sekolah bisa menjadi teladan atau contoh yang baik untuk para staf.
5. Memberikan support atau dukungan
Perilaku kepala sekolah dengan memahami kemampuan dan ketertarikan para staf serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberi penghargaan atas kerja keras mereka.
6. Menyediakan stimulus intlektual
Perilaku kepala sekolah mengajak para staf untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengkaji kembali asumsi-asumsi tentang pekerjaan mereka dan memikirkan kembali bagaimana mewujudkan asumsi tersebut.
7. Membangun kultur sekolah
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang mampu membangun norma sekolah, nilai, keyakinan dan sikap yang mendorong terciptanya sikap saling percaya dan perhatian antara para staf.
8. Membangun struktur kolaboratif
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan memberi kesempatan kepada para guru dalam pengambilan keputusan terkait tugas-tugas guru dan memberitahukan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.
4. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Ress (Isnawati, 2016) menyatakan bahwa paradigma baru kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis yang terdiri dari simplifikasi, motivasi, fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga dan tekad.
1. Simplifikasi
Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta ketrampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang
dapat menjawab “Kemana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang
penting untuk kita implementasikan. 2. Motivasi
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Ketika pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya pemimpin tersebut dapat mengoptimalkan, memotivasi dan memberienergi kepada setiap bawahannya.
3. Fasilitasi
Kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan kelompok ataupun individu. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.
4. Inovasi
Kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlakukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut.
5. Mobilitas
Pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggungjawab.
6. Siap Siaga
Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positf.
7. Tekad
Tekad yang bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu perlu didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional Menurut Northouse (2013:181) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional, yaitu:
1. Karisma atau pengaruh ideal
Pemimpin yang bertindak sebagai seorang teladan yang kuat bagi para pengikutnya. Inti dari karisma atau pengaruh ideal adalah seorang pemimpin yang memiliki moral dan standar yang tinggi yang ingin membuat orang lain mengikuti visi yang telah mereka sampaikan.
2. Motivasi yang menginspirasi
Seorang pemimpin yang mengkomunikasikan atau menyampaikan harapan yang tinggi kepada para pengikut, lalu menginspirasi mereka melalui motivasi agar para pengikut menjadi setia kepadanya.
3. Ransangan intelektual
Pemimpin yang merangsang para pengikut supaya bersikap inovatif dan kreatif, serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri.
Selain ketiga faktor tersebut Afshari dkk (Deria, 2018) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah perkembangan tekologi informasi dan inovasi. Hal ini dinyatakan ketika pemimpin dan para bawahan saling meningkatkan tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi. Komponen kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang berupa pengaruh idealis, inspirasi motivasi, stimulus intelektual, dan pertimbangan individual mendukung terciptanya perkembangan teknologi. Hal ini dibuktikan dengan komponen kepemimpinan transformasional kepala sekolah
menjadi panutan bagi para guru untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pengetahuan penggunaan TIK agar guru memiliki kreatifitas dan strategi baru dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepemimpinan transformasional kepala sekolah membimbing dan memberikan pelatihan terkait dengan penggunaan TIK agar para guru memiliki kualitas dalam proses pembelajaran. Pelatihan diberikan agar para guru berani untuk mengambil resiko dan tidak takut akan kegagalan.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Leithwood (Deria, 2018) menjelaskan bahwa kemampuan pemimpin transformasional kepala sekolah dalam mengubah pengikutnya demi mencapai tujuan sekolah dengan mengembangkan salah satu atau seluruh faktor yang merupakan karakteristik dari kepemimpinan transformasional kepala sekolah, yaitu: (1) mengembangkan visi bersama sekolah; (2) membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah; (3) menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi; (4) menjadi panutan atau model; (5) memberikan support atau dukungan; (6) menyediakan stimulus intelektual (7) membangun kultur sekolah; dan (8) membangun struktur kolaboratif.