• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWA TAN JANTUNG REMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWA TAN JANTUNG REMATIK"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik.

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.

(2)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah penyakit jantung rematik itu?

2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik? 3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?

5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?

6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung rematik?

7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung rematik?

1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik 2. Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik 3. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik

4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik 6. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk

menegakkan diagnosa jantung rematik

b. Tujuan Khusus

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2007)

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

2.2 ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.

Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :

1.

Faktor genetik

(4)

2.

Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.

3.

Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.

4.

Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

2.3 KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:

1. Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat

2. Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

3. Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.

(5)

4. Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.

Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

2.4 PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK

Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.

Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.

Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.

Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.

Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan khorea.

(6)

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu: a. Kriteria mayor:

1. Poliarthritis

Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).

2. Karditis

Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)

3. Eritema Marginatum

Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.

4. Nodul Subkutan

Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.

5. Khorea Syndendham

(7)

b. Kriteria minor:

1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung

reumatik

2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien

kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya

3. Demam tidak lebih dari 390 C

4. Leukositosis

5. Peningkatan laju endap darah (LED)

6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur

7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin.

2. Radiologi

Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung. 3. Hapusan tenggorokan

Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

2.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu: 1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

Kelompok

Klinis Tirah baring ( minggu ) Mobilisasi bertahap ( minggu) - Karditis ( - )

- Artritis ( + ) 2 2

- Karditis ( + )

- Kardiomegali (-) 4 4

- Karditis ( + )

- Kardiomegali(+) 6 6

- karditis ( + )

- Gagal jantung (+ ) > 6 > 12

(8)

penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.

3. Antiinflamasi

Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik. Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.

(9)

BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1

Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan sosial juga ikut berpengaruh.

2. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.

3. Riwayat penyakit sekarang

Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama, timbul gerakan yang tiba-tiba.

4. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.

5. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung

6. ADL

a. Aktivitas/istrahat

Gejala : Kelelahan, kelemahan.

Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.

Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.

c. Eliminasi

Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine. Tanda : Urine pekat gelap.

d. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.

(10)

e. Pernapasan

Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).

Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).

f. Keamanan

Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun. Tanda : Demam.

7. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum lemah Suhu : 38 – 390

Nadi cepat dan lemah BB: turun

TD: sistol, diastole

b. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.

b. Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos

serta takhikardi

c. Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah Astopiter

LED Hb Leukosit

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan hapus tenggorokan.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan

katup mitral ( stenosiskatup )

2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi

cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

(11)

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

Diagnosa I

Penurunan curah jantung

berhubungandengan adanya gangguan pada penutupan

katup mitral (disritmia terkontrol atau hilang).

episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

1. Kaji frekuensi nadi,

RR, TD secara teratur setiap 4 jam.

psikologis lingkungan yang tenang. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.

3. Istirahat memadai

diperlukan untuk

(12)

Diagnosa II

Nyeri akut/kronis

berhubungan dengan

distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.

mengambil posisi yang nyaman.

3. Beri obat sebelum

aktifitas/latihan yang direncanakan.

membatasi nyeri/cidera berlanjut.

3. Menigkatkan relaksasi,

mengurangi ketegangan otot/spasme.

4. Gejala kardinal

menunjukkan keadaan fisik dari organ-organ vital tubuh, juga dapat memberikan gambaran kondisi pasien.

peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi.

Kriteria hasil : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang,

masukan makanan

adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.

1. Kaji status

nutrisi( perubahan BB< pengukuran antropometrik dan nilai HB serta protein

2. Kaji pola diet nutrisi

klien( riwayat diet, makanan kesukaan)

3. Kaji faktor yang

berperan untuk

menghambat asupan nutrisi ( anoreksia, mual)

4. Anjurkan makan

dengan porsi sedikit tetapi sering dan tidak makan makanan yang merangsang

pembentukan Hcl seperti terlalu panas,

sehingga klien berselera makan

3. Menyediakan informasi

mengenai faktor yang harus ditanggulangi sehingga asupan nutrisi adekuat.

4. Membantu mengurangi

produksi asam lambnung/ HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh

5. Membantu mengurangi

(13)

pemberian obat

penetral asam

lambung seperti antasida

6. Kolaborasi untuk

penyediaan makanan kesukaan yang sesuai dengan diet klien

6. Mendorong peningkatan

selera makan.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina. 3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri. 4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang 5. Berat Badan dalam batas normal

(14)

BAB IV

TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG REMATIK

4.1 PENGKAJIAN

I.Identitas Diri Klien

1. Nama : An. W

2. Tempat/tanggal lahir : Lubuk Pakam, 23 September 2008

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : DSN I DS. BARU BATANG KUIS

5. Status perkawinan :

-6. Agama : Kristen

7. Suku : Batak

8. Pendidikan : SD

9. Tanggal masuk RS : 01 November 2016

II. Status kesehatan klien saat ini

1. Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini

2. Faktor pencetus : Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu

3. Faktor yang memperberat keluhan : Mudah lelah saat bermain

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Kompres

5. Diagnosa Medik : Rheumatic Heart Desease/ Penyakit Jantung

Rematik

III. Riwayat Kesehatan Klien yang lalu

1. Riwayat penyakit yang pernah dialami klien : Faringitis

(15)

-3. Riwayat operasi :

-4. Riwayat kecelakaan :

-5. Riwayat hospitalisasi :

-6. Reaksi alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat

7. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap

IV. Pola Kebiasaan Sehari-Hari (ADL) 1. Pola Nutrisi

Klien mengatakan tidak selera makan 2. Pola Eliminasi

Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB 3. Pola Aktivitas

Kelelahan, malaise 4. Pola Istirahat Klien sulit tidur

5. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah 6. Pola Keyakinan Nilai

Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah BB: 30 kg

TB: 120 cm 2. Tanda-tanda vital

Kes: Composmentis TD: 90/60 mmHg HR: 110x/i RR: 26x/i T : 37,8 0C

(16)

5. Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus 6. Mulut: Mukosa bibir kering

7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid 8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler, 9. Sirkulasi: Takikardi: 110x/i

10. Abdomen: (-)nyeri tekan 11. Anogenetal: tidak dikaji

12. Neurologis: Kes: Composmentis 13. Integumen: Turgor kulit baik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium

Hb : 10 gr/dl

HMT : 45%

Leukosit : 12 ribu gr/dl Trombosit : 120.000 Eritrosit : 4,6 juta

ASTO : 400

2. Radiologi

Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung. 3. Hapusan tenggorokan

Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

ANALISA DATA No

.

Data Etiologi Masalah

1. DS:

-Klien mengatakan sakit pada sendi DO:

-Klien tampak meringis kesakitan

Toxin beredar melalui

Impuls disampaikan ke hipotalamus

(17)

TTV:

TD: 90/60 mmHg HR: 110x/i RR: 26x/i T : 37,80C

Peningkatan suhu tubuh

3. DS:

-Klien mengatakan cepat lelah DO:

Peningkatan tekanan vena dan arteri

1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak meringis

2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah, klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

2. Kaji skala nyeri 3. Ajarkan teknik

relaksasi Kolaborasi: 1. Berikan

analgesic

(18)

tenang

- Skala nyeri: 2-4

2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal

Tujuan:

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan peningkatan suhu tubuh dapat teratasi -Anjurkan klien minum banyak

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah intoleransi aktifitas dapat

-Berikan bantuan sesuai kebutuhan

1. Memonitor tanda vital TD: 90/60 mmHg

HR: 110x/i RR: 26x/i T : 37,8 0C

2. Mengkaji skala nyeri: 6

3. Mengajarkan teknik relaksasi: nafas dalam

(19)

analgesic: ketorolac 1 amp/12 j: drip

2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal

(20)

A: Masalah nyeri teratasi

P:Intervensi dihentikan 2. Peningkatan suhu tubuh b/

d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal

Jumat, 04 November 2016

S: Ibu klien

mengatakan demam anaknya mulai turun O: - klien tampak tenang

Skala nyeri: 3 TD: 90/60 mmHg HR: 110x/i RR: 26x/i T : 37,2 0C

A: Masalah

peningkatan suhu tubuh teratasi

P: Intervensi

dihentikan 3. Intoleransi aktivitas b/d

kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah, klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.

Jumat, 04 November 2016

S: Klien mengatakan masih belum bisa beraktifitas secara mandiri

O: - Klien tampak dibantu keluarga dalam beraktifitas A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P: Intervensi

(21)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.

Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.

Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.

Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.

(22)

seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.

Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik

5.2 SARAN

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.

Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja berjalan dengan baik 1) Sekolah PSKD Mandiri melakukan penilaian kinerja guru

Apabila berakhirnya Masa Jabatan, maka kendaraan tersebut dikembalikan ke Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Kantor Pelayanan Perizinan dan selanjutnya akan

Dari hasil angket berdasarkan variabel Citra merek dengan indikator pertama yaitu kekuatan merek menunjukkan pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang karena

Kegiatan produksi obat steril yang dilakukan Sub Instalasi Produksi Farmasi adalah pembuatan nutrisi parenteral, IV admixture atau pencampuran obat-obat suntik, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya genetik buah-buahan lokal yang ada di Kabupaten Gianyar, menyusun profil sumber daya genetik

Hasil dari pengujian Eksperimental perbandingan variasi sengkang miring terhadap kuat geser balok beton bertulang, berdasarkan analisa dan pembahasan pada Bab IV dapat

Tugas akhir ini membahas mengenai penaksiran parameter model regresi dengan metode EGEE untuk multiple- random effects pada kasus variabel respon yang berdistribusi Poisson..

Puji dan syukur penulis haturkan kahadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi