MATERI KULTUM – CERAMAH SINGKAT UNTUK RAMADHAN
TAHUN 2016
MENJADIKAN ANAK PERMATA HATI (QURRATA’AYUN)
Salah satu perhiasan hidup yang didambakan oleh setiap keluarga adalah hadirnya seorang anak. Kebahagiaan keluarga akan terasa lebih sempurna namakala hair anak-anak yang manis yang dapat menyejukkan hati dan meneduhkan pandangan, dalm bahasa agama disebut
Qurrata’ayun. Sebaliknya, jika suatu keluarga tidak dikaruniai seorang anak maka kehidupan ini akan terasa hampa. Untuk mewujudkan anak Qurratun’ayun dalam kehidupan berkeluarga di era global seperti sekarang ini sangatlan berat. Hal ini disebabkan karena adanya kemajuan teknologi informatika dengan berbagai macam bentuk dan modelnya bisa masuk dalam rumah tangga kita tanpa terseleksi terlebih dahulu. Apabila kita tidak waspada, maka hal-hal tersebut akan menjerumuskan anak-anak kita ke jurang kenistaan. Oleh karena itu kita sebagai orang tua haruslah dapat membimbing dan mendidik anak-anak kita dengan bekal pendidikan agama yang memadai agar ada keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama bagi ank-anak kita.
Anak sebagai penerus generasi kita, mempunyai beberapa kedudukan sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi, diantaranya ;
Pertama : Anak merupakan amanah atau karunia, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk merawat, mendidik, dan membesarkan dengan sebaik-baiknya agar menjadi anak yang sholeh atau sholekhah. Kelak jika telah tiada anak-anak yang sholeh dan sholekhah inilah yang akan mennolong kita dengan doa: “Robbighfirli waliwalidaya warkhamhuma kama robayani shoghiro.” Sebagaimana hadits Rosulullah Nabi Muhammmad SAW yang artinya: Bila mati anak Adam, putuslah segala amalnya kecuali 3 perkara, yaitu : shodaqoh jahiriyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. (HR Buchori, Tirmidzi, dan Abu Dawud).
Dengan dasar hadits tersebut di atas, kita sebagai orang tua jangan pernah ragu untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Meskipun hal itu terasa sangat berat bagi kita, anak adalah asset masa depan yang abadi walaupun kita tidak lagi hidup di dunia.
Kedua: Anak merupakan perhiasan dunia, artinya bahwa kehadiran anak-anak kita di tengah keluarga akan melengkapi kebahagiaan yang kita rasakan. Bersama-sama dengan harta, anak-anak termasuk perhiasan yang mempesona bagi kita sebagai orang tua. Sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 46 yang artinya; “Harta dan anak adalah perhiasan kahidupan di dunia.”
▸ Baca selengkapnya: kultum singkat anak sd tentang sholat
(2)yang artinya: Dan ketahuilah, bahwa harta,anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.Dan sesungguhnya,disisi Allahlah pahala yang besar.
Berkaitan dengan keberadaan anak diatas,sebagai amanah,perhiasan ,dan cobaan,maka kita sebagai orang tua harus pandai-pandai untuk merawat dan mendidiknya secara benar, berdasar ukuran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw melalui Al-Quran dan sunnahnya sehingga anak kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak sholeh atau sholekhah sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW “Tiap- tiap anak dilahirkan menurut fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi , Nasrani,atau Majusi (HR.Buchori). Secara praktis yang dapat kita lakukan untuk menyiapkan anak kita agar menjadi generasi yang menyejukkan hati (Qurrata’ayun), maka yang harus kita lakukan adalah :
Pertama, berdoa agar mendapat barokhah:
“Robbana hablana min aswajina wadduriyatina qurrata’ayun waja’alna lilmuttaqinna imammah”.
Kedua, memberi nama yang bagus saat lahirnya, dan lakukan aqiqoh pada hari ketujuh dan mencukur rambutnya sebagaimana sabda Nabi yang artinya: “ Kamu akan dipanggil kelak di hari kiamat, nama-namamu dan nama-nama orang tuamu. Maka baguskanlah nama-namamu (HR. AbuDawud)
Ketiga, kita tanamkan idiologi akidah yang benar jangan sampai anak kita menjadi syirik baik dalam ucapan, pikiran, maupun perbuatan (QS. Lukman)
Keempat, birul walidain, mengajarkan tata karma dan akhlak atau sopan santun terhadap kedua orang tuanya (QS. Lukman 14)
Kelima, mengajarkan sholat, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, serta bersabar dalam menghadapi segala cobaan hidup. (QS. Lukman 17)
Keenam, menanamkan sikap tawadu’ atau rendah hati, tidak sombong,lembut tutur katanya baik kepada Allah maupun dengan sesama manusia. (QS. Lukman 18-19).