• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Penelitian tentang konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejatera Bogor dilakukan pada sebanyak 12 orang contoh lansia laki-laki dan 20 orang contoh lansia perempuan yang berusia 75-90 tahun. Konsumsi pangan lansia berasal dari makanan dalam yang disediakan oleh panti dan makanan luar. Hampir >80% kontribusi terbesar berasal dari makanan dalam panti.

Hasil uji beda independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C dan Fe pada contoh laki-laki dan perempuan. Tingkat kecukupan energi contoh perempuan (84,5%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (73,3%). Tingkat kecukupan protein contoh perempuan (169,6%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (128%). Tingkat kecukupan viamin A pada contoh perempuan (135%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (117,1%). Tingkat kecukupan viamin C pada contoh perempuan (98,8%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (87,2%). Tingkat kecukupan Fe pada contoh perempuan (69,1%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (62,3%). Namun tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat kecukupan Ca pada kedua kelompok contoh.

Sebagian besar contoh tergolong beraktivitas ringan dengan hasil uji

independent t-test menunjukkan tidak ada pebedaan yang nyata pada contoh

laki-laki dan perempuan. Sebagian besar contoh laki-laki berstatus gizi obese-I dan perempuan berstatus gizi normal serta secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada contoh laki-laki dan perempuan.

Penyakit yang banyak diderita oleh contoh pada 6-12 bulan terakhir pada laki-laki adalah diabetes melitus dan perempuan dipertensi, dengan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Sebagian besar contoh skor morbidtasnya tergolong kategori rendah dengan status kesehatan tergolong tinggi. Hasil uji independent t-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara status kesehatan laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,05) antara konsumsi pangan serta asupan energy dan zat gizi dengan status gizi dan status kesehatan, aktivitas fisik dengan status gizi dan status kesehatan serta status gizi dengan status kesehatan.

SARAN

Kualitas maupun kuantitas makanan yang disajikan di dalam panti sebaiknya perlu ditingkatkan agar kebutuhan lansia dapat tercukupi sehingga tidak ada lansia yang tergolong defisit dan dapat memperbaiki status gizi lansia. Selain itu, aktivitas lansia sebaiknya lebih ditingkatkan dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang positif seperti membuat keterampilan tangan, berkebun, dansa dan sebagainya, karena alokasi penggunaan waktu lansia belum optimal hanya duduk diam atau berbaring.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: PT. SUN

Almatsier S, Soetardjo S dan Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia

Andrini, YN. 2012. Penyelenggaraan makanan, daya terima dan konsumsi pangan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang : Universitas Sriwijaya Press

Astawan M, Wahyuni M. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula. Palembang : Universitas Sriwijaya Press.

Azad N. 2002. Nutrition in the Elderly. The Canadian Journal of Diagnosis. 55: 83-93

[Depsos] Departemen Sosial. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Jakarta: Depsos

__________________________. 2007. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan masalah kesejahteraannya. http://www.depsos.go.id/modules.php?name= News&file=ar ticle&sid=522 [27 September 2011]

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Depkes

___________________________. 2003. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

___________________________. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat-Depkes.

___________________________. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Dijaissyah, N. 2011. Riwayat pemberian makan, status gizi dan status kesehatan

siswa PAUD [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energi Requirement. Rome: FAO/WHO/UNU. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga

Frary CD, Johnson RK. 2000. Energy. Di dalam: Mahan LK, Stump E, Editor. Krause’s: Food, Nutrition and Diet Therapr. Ed ke-11. USA: Elsevier

Gibson RS. 2005. Principle of Nutrition Asessment. New York: Oxford University Press

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

___________________, Retnaningsih, Herawati T dan Wijaya R. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor: PSKPG dan PPKP.

_________, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Prosiding widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI

Harris NG. 2000. Nutrition in Aging. Di dalam: Mhan LK, Stump, editor. Krause’s: Food, Nutrition and Diet Therapy. Ed. Ke-11. USA: Else

Karyadi D, Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

[Komnas Lansia] Komis Nasional Lansia. 2010. Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif) Bagi Pengelola dan Masyarakat. Jakarta: Komnas Lansia ____________________________________. 2010. Pedoman Pelaksanaan

Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komnas Lansia

Mala, EDY. 2002. Aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi manula wanita yang tinggal di Panti Werda Sukmaraharja dan di Desa Babakan [Skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian Bogor

Moehyi S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara

Muchtaromah, Bayyinatul. 2010. Kebutuhan gizi pada orang lanjut usia (Bagian 1). uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/10/kebutuhan-gizi-pada-orang-lanjut-usia-bagian-1/ [27 September 2011]

Muis F, Nurkinasih dan Darmojo B. 1992. Gizi untuk usia lanjut. Prosiding : Kongres Nasional Persagi IX dan KPGI, Semarang, 17-19 November 1992. Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia

Muis. 2006. Gizi Pada Usia Lanjut. Di dalam: Matrono H. H & Boedhi-Darmojo R, editor. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI hlm. 539-547

Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Nurlaela E. 2006. Analisi daya terima lansia di beberapa panti werdha di Kota Bogor [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana

Patmonodewo S, Atmodiwirdjo ET, Mahmud S, Utami SC, Singgih, Soewondo dan Mutachir Y. 2001. Bunga Rampai Perkembangan Pribadi dari Bayi samapi Lanjut Usia. Jakarta: UI-Press

[PDGKI] Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia. 2008. Pedoman Tatalaksana

Gizi Klinik. Jakarta: PDGKI.

Puspitasari, A. 2011. Keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan status gizi lansia peserta dan bukan peserta home care di Tegal Alur, Jakarta Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Riyadi H. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga edisi ke-2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ruslianti, Kusharto CM. 2006. Model hubungan aspek psikososial dan aktivitas fisik dengan status gizi lansia. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2006 1(1) ; 29-35

Sari DP. 2010. Keragaan aktivitas fisik, kondisi gigi, status kesehatan dan pola konsumsi pangan lansia di kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Sediaoetama AD.2006. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat

Sharkey JR, Branch LG, Zohoori N, Busby J and Haines PS. 2002. Inadequate Nutrient Intakes Among Homebound Elderly and Their Correlation With Individual Characteristics And Health-Related Factors. Am J Clin Nut. 76:1435-45 [terhubung berkala]. http://www.ajcn.org/cgi/reprint/76/6/1435 [21 Desember 2011].

Soehardjo, Koesharto CM. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius ________. 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB Sugiono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Supariasa IDN, Bakri B, Hajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di

Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI. Widyastuti, Palupi. 2006. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Lampiran 1 Daftar menu di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

Hari Makan Pagi Makan Siang Selingan Makan Malam

Senin Bihun Goreng

Nasi Putih Ayam Ngohiang Orek Tempe Cah Pokcoy Melon Lontong Isi Nasi Putih Opor Telur Perkedel Tahu Cah Kailan Melon

Selasa Nasi Goreng

Nasi Putih Semur Daging Tahu Goreng Tumis Labu Siam Pepaya Pisang Goreng Nasi Putih Cah Ayam Tempe Bacem Sayur Caisin Pepaya Rabu Kwetiau Goreng Nasi Putih Bakut Sayur asin Rolade Mie Cah Sawi Putih Pisang Risoles Nasi Putih Empal Tahu opor Sayur Wortel Pisang

Kamis Mie Goreng

Nasi Putih Babi Kecap Tahu bb.kuning Cah Buncis wortel Pepaya Panada Nasi Putih Soto Ayam Perkedel Telur rebus Pepaya

Jumat Nasi Uduk

Nasi Putih Ayam Goreng Tempe Goreng Sayur Bayam Semangka Bolu Kukus Nasi Putih Ikan Selimut Tahu Kecap Sup Sayuran Semangka Sabtu Lontong Sayur Nasi Putih Ikan asam manis Mun Tahu Cah caisin Melon Bubur Kc.Hijau Nasi Putih Fuyung Hai Tempe mendoan Capcay Kuah Melon

Minggu Bihun Kuah

Nasi Putih Telur balado Perkedel Mie Sayur Asin Semangka Pastel Nasi Putih Cah sapi Tahu goreng Sup sayuran Semangka

Lampiran 2 Contoh hidangan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

Hidangan Makan Pagi

Hidangan Makan Siang

Selingan

Lampiran 3 Hasil statistik korelasi Pearson asupan energi dan zat gizi dengan status gizi pada contoh laki-laki

Korelasi Energi Protein Vit A Vit C Ca Fe

Protein r .915 ** p .000 Vit A r -.308 -.262 p .330 .411 Vit C r -.424 -.438 .729 ** p .169 .154 .007 Ca r -.510 -.394 .534 .584 * p .090 .205 .074 .046 Fe r .515 .522 .276 -.092 .041 p .087 .082 .386 .777 .899 Sta gizi r .063 -.095 .506 .287 .039 .591 * p .847 .770 .093 .366 .905 .443

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 4 Hasil statistik korelasi Pearson asupan energi dan zat gizi dengan status kesehatan pada contoh laki-laki

Korelasi Energi Protein Vit A Vit C Ca Fe

Protein r .915** p .000 Vit A r -.308 -.262 p .330 .411 Vit C r -.424 -.438 .729** p .169 .154 .007 Ca r -.510 -.394 .534 .584* p .090 .205 .074 .046 Fe r .515 .522 .276 -.092 .041 p .087 .082 .386 .777 .899 Sta Kes r -.252 -.278 .293 .310 .405 -.019 p .430 .381 .356 .327 .191 .953

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 5 Hasil statistik korelasi Pearson asupan energi dan zat gizi dengan status gizi pada contoh perempuan

Korelasi Energi Protein Vit A Vit C Ca Fe

Protein r .547* p .013 Vit A r .389 .298 p .090 .201 Vit C r .334 .072 .726** p .150 .763 .000 Ca r .183 .116 .631** .584** p .439 .627 .003 .007 Fe r .431 .494* .504* .415 .335 p .058 .027 .023 .069 .149 Sta gizi r -.295 -.300 -.089 .172 .083 .138 p .207 .199 .710 .469 .728 .561

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 6 Hasil statistik korelasi Pearson asupan energi dan zat gizi dengan status kesehatan pada contoh perempuan

Korelasi Energi Protein Vit A Vit C Ca Fe

Protein r .547* p .013 Vit A r .389 .298 p .090 .201 Vit C r .334 .072 .726 ** p .150 .763 .000 Ca r .183 .116 .631** .584** p .439 .627 .003 .007 Fe r .431 .494 * .504* .415 .335 p .058 .027 .023 .069 .149 Sta Kes r .075 .104 -.020 -.219 .007 .161 p .753 .662 .932 .353 .975 .499

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dokumen terkait