• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Peningkatan produksi dan produktivitas kopi arabika spesialti dilakukan dengan strategi intensifikasi, melalui: (1) peningkatan jumlah pupuk sesuai rekomendasi, (2) fasilitasi kredit usahatani kopi arabika spesialti, (3) optimalisasi pemanfataan lahan (tumpangsari atau kopi multistrata), (4) optimalisasi penggunaan tenaga kerja keluarga, (5) penerapan praktik pertanian yang baik (pohon pelindung, pupuk organik, pemangkasan tanaman kopi, konservasi lahan, dan pengendalian PBKo). Sementara strategi ekstensifikasi (perluasan lahan) sebaiknya dilakukan apabila upaya intensifikasi telah menunjukkan peningkatan produksi dan produktivitas. (2) Faktor ekologi memiliki peran penting dalam pengembangan kopi arabika spesialti di

dataran tinggi Simalungun. Variabel ekologi (pemangkasan tanaman kopi, pengendalian PBKo, dan konservasi lahan) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi arabika spesialti. Penerapan ketiga variabel tersebut yang dikombinasikan dengan pohon pelindung dan pupuk organik berperan penting untuk meningkatkan kualitas kopi arabika spesialti. Dengan demikian, peningkatan penerapan variabel ekologi di tingkat usahatani akan berperan ganda dalam meningkatkan produktivitas (productivity), kualitas (quality) kopi serta mendukung keberlanjutan (sustainability) produksi kopi secara ekologis.

(3) Produktivitas kopi arabika sertifikat lebih rendah (8%) dari produktivitas kopi arabika non-sertifikat. Produktivitas yang lebih rendah antara lain disebabkan oleh penerapan variabel-variabel ekologi yang lebih baik pada usahatani kopi sertifikat, terutama pengunaan pupuk organik dan pohon pelindung. Sementara harga kopi sertifikat hanya sedikit lebih tinggi (3,57%) daripada harga kopi nonsertifikat. Berdasarkan hasil ini, sertifikasi kopi belum memberikan manfaat yang nyata bagi petani. Agar penerapan variabel ekologi (atau good agricultural practices) menjadi insentif bagi petani diperlukan upaya untuk meningkatkan harga premium kopi sertifikat menjadi 26% lebih tinggi dari kopi non-sertifikat. Dengan harga premium yang demikian, pendapatan petani kopi sertifikat lebih tinggi sebesar 25% dibandingkan dengan pendapatan petani non-sertifikat. Disamping itu, peningkatan kualitas kopi arabika melalui program sertifikasi yang selama ini dikelola oleh pihak eksportir, sebaiknya dikelola oleh kelembagaan berbasis petani dengan pendampingan dari pemerintah daerah.

(4) Usahatani kopi arabika spesialti sangat prospektif dan strategis untuk mencapai tujuan pengembangan ekonomi lokal (PEL) yaitu meningkatkan pendapatan wilayah dan penyerapan tenaga kerja lokal. Kopi arabika spesialti di tingkat usahatani mampu memberikan kontribusi sebesar 3,27% dalam pendapatan wilayah (Produk Domestik Regional Bruto, PDRB) dan 8,29% dalam penyerapan tenaga kerja total Kabupaten Simalungun. Selain itu, dengan penyerapan tenaga kerja yang relatif stabil sepanjang tahun, usahatani kopi arabika menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah pengangguran musiman yang terjadi pada usahatani hortikultura dan tanaman pangan di sentra produksi kopi arabika spesialti di dataran tinggi Simalungun.

(5) Usahatani kopi arabika spesialti dapat meningkatkan aktivitas ekonomi wilayah terutama dari sisi kaitan ke belakang (backward linkages) dalam suatu sistem agribisnis. Kondisi yang mungkin dicapai dengan peningkatan aktivitas ekonomi tersebut adalah peningkatan luas kebun kopi arabika spesialti sebesar 40% (tahun 2015) dan 100% (tahun 2020) bila dibandingkan dengan kondisi saat ini (tahun

15

2011). Kondisi penyerapan tenaga kerja lokal pada usahatani kopi arabika spesialti dapat meningkat sebesar 38% (tahun 2015) dan 105% (tahun 2020) bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2011. Pendapatan wilayah yang mungkin disumbangkan oleh usahatani kopi arabika spesialti dapat meningkat sebesar 75% (tahun 2015) dan 245% (tahun 2020) dibandingkan dengan sumbangan usahatani kopi arabika dalam pendapatan wilayah pada tahun 2011.

(6) Pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis kopi arabika spesialti harus didukung oleh tata guna lahan rinci melalui pemetaan ulang usahatani yang ada saat ini dan sekaligus pemetaan potensi perluasan areal tanam di 9 kecamatan berkarakter kopi spesiati. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Simalungun Tahun 2012-2031 menetapkan sentra produksi kopi arabika spesialti di Dataran Tinggi Simalungun (DTS) hanya dengan peruntukan ‘kawasan pertanian lahan kering’. Pemetaan dimaksud dapat menjadi upaya awal untuk penataan ruang sentra produksi kopi arabika spesialti sebagai: (i) kawasan strategis kabupaten, (ii) Wilayah Geografis Penghasil Produk Perkebunan Spesifik Lokasi (WGPPPSL), dan (iii) perlindungan Indikasi Geografis (IG). Dalam rangka tata guna lahan tersebut, diperlukan percepatan revisi Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005, karena: (i) menyebabkan sebagian usahatani dan permukiman petani kopi arabika masuk ke dalam kawasan hutan; dan (ii) menjadi kendala bagi pengembangan komoditas kopi arabika spesialti di dataran tinggi Simalungun.

(7) Kebijakan pengembangan ekonomi lokal dalam RPJMD Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2015 dinilai relevan (gayut) untuk pengembangan komoditas kopi arabika spesialti, namun program SKPD dinilai belum optimal, bahkan kurang fokus. Oleh karena itu, hasil penelitian ini merekomendasi 14 program untuk mendukung Model PEL berbasis Agribisnis Kopi Arabika Spesialti di Kabupaten Simalungun, yaitu: (i) pengembangan model ushatani, (ii) pelatihan terpadu panen, pascapanen, dan kualitas, (iii) pelatihan manajemen bisnis usahatani, (iv) pelatihan kopi spesialti dan program sertifikasi kopi, (v) fasilitasi akses petani terhadap sarana produksi kopi spesialti, (vi) peningkatan kualitas benih dan bibit, (vii) fasilitasi kredit usahatani kopi arabika spesialti, (viii) revisi tata guna lahan dan pemetaan wilayah pengembangan kopi arabika spesialti, (ix) standardisasi pulper dan pengolahan semi-basah, (x) sosialisasi dan promosi kopi spesialti, (xi) pengembangan pusat pemasaran dan pengolahan, (xii) penelitian dan pengembangan kopi arabika, (xiii) pengembangan produk Simalungun Mountain Coffee (SMC), dan (xiv) peningkatan infrastruktur wilayah.

5.2. Rekomendasi

Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah

(1) Pemerintah Kabupaten Simalungun disarankan mengadopsi Model Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Berbasis Agribisnis Kopi Arabika Spesialti.

(2) Sertifikasi kopi arabika perlu dikembangkan untuk wilayah usahatani yang lebih luas. Sebaiknya proses sertifikasi kopi arabika ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Perusahaan Daerah (PD) Agro Madear, bekerjasama dengan gapoktan/koperasi/asosiasi petani, eksportir, dan lembaga sertifikasi.

(3) Untuk mendukung PEL berbasis agribisnis kopi arabika spesialti diperlukan penataan ruang rinci berupa pemetaan ulang lahan usahatani saat ini dan pemetaan potensi perluasan lahan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Simalungun perlu melakukan terobosan untuk percepatan revisi Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005.

16

Rekomendasi kepada Lembaga Terkait

(1) Lembaga terkait yang merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) kopi arabika spesialti agar melanjutkan pelatihan dan demo area terkait dengan penerapan good agricultural practices di tingkat usahatani serta meningkatkan keberpihakan kepada petani kopi dalam rantai pasok dan pemasaran kopi arabika spesialti.

Rekomendasi kepada Petani

(1) Petani kopi arabika spesialti di dataran tinggi Simalungun agar berupaya meningkatkan produksi dan kualitas kopi arabika spesialti dengan strategi intensifikasi melalui penerapan variabel ekonomi dan ekologi guna mendukung produksi kopi berkelanjutan.

Rekomendasi Penelitian Lanjutan

(1) Penelitian lebih lanjut terkait dengan rantai pasok (supply chain), rantai perdagangan (market chain), manfaat langsung program sertifikasi bagi petani kopi, manfaat ekonomi penerapan good agricultural practices (GAPs), perlu dilakukan.

(2) Penelitian mengenai sumbangan komoditas kopi arabika spesialti dari sisi offfarm serta penelitian terkait dengan asal-usul produk kopi arabika yang diperdagangkan di Sumatera Utara merupakan kepentingan wilayah setempat sebagai perlindungan Indikasi Geografis, juga perlu dilakukan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. A. 2006. A multi-criteria evaluation methodology for an econo-mically and environmentally sustainable coffee industry. Nova Scotia: Dalhousie University (Ph.D

Dissertation).

Adji, M. M. 2011. Konsep pengembangan ekonomi lokal perkotaan, makalah pada Sosialisasi Pengembangan Ekonomi Lokal Perkotaan se-Provinsi Riau, Pekan Baru, 18 Juli 2011, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI. www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent [diakses 5 September 2011]

Agergaard, J., N. Fold, and K.V. Gough. 2009. Global-local inter-actions: socioeconomic and spatial dynamics in Vietnam's coffee frontier, The Geographical Journal 175 (2): 133-145. [AKSI] Asosiasi Kopi Spesial Indonesia. 2010. The 1st Indonesia Specialty Coffee Auction, Bali,

9-10 October 2010. http://www.sca-indo.org [diakses 5 September 2011]

Alam, S. 2007. Kelayakan pengembangan kopi sebagai komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan. Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness SOCA 7 (2): 1-14.

Albertin, Andrea; and P. K. R. Nair. (2004). Farmers‟ perspectives on the role of shade trees in coffee production systems: an assessment from the Nicoya Peninsula, Costa Rica. Human

Ecology 32 (4): 443-463.

Alburquerque, Francisco. 2004. Local economic development and decentralization in Latin America, Cepal Review 82:155-169.

Alipour, Mohammad. 2011. Working capital management and corporate profitability: evidence from Iran, World Applied Sciences Journal 12 (7): 1093-1099.

Ambarsari, Arum; Sri Widodo dan Sutrilah. 2004. Studi komparatif usahatani kopi robusta organik dengan nonorganik di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo. Agrosains 17 (1): 143-155.

Amsalu, Aklilu; and Eva Ludi. 2010. The effect of global coffee price changes on rural livelihoods and natural resource management in Ethiopia: A case study from Jimma Area, NCCR

North-South Dialogue No. 26.

Ancok, Djamaludin. 1995. “Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian”. Metode penelitian

survai, Eds. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Jakarta: LP3ES.

Arief, M. Chandra Wirawan; Mesin Tarigan, Ramainim Saragih, dan Fazrin Rahmadani. 2011.

Panduan sekolah lapangan budidaya kopi konservasi, berbagi pengalaman dari Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara. Jakarta: Conservation International Indonesia.

Arifin, Bustanul. 2011. Ekonomi kopi Indonesia di tengah dinamika global.

http://www/metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/05/05/159/... [diakses 2 September 2011]

Aristizábal, Luis F.; Mauricio Jiménez, Alex E. Bustillo and Steven P. Arthurs. 2011. Monitoring cultural practices for Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae) management in a small coffee farm in Colombia. Florida

Entomologist 94 (3): 685-687.

Atekan; Nicolas, D. Wamaer, dan P. Beding. 2005. Teknologi pemupukan organic dan introduksi ternak kambing pada usaha tani kopi bio di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Hortikultura dan Perkebunan dalam Sistem Usahatani Lahan Kering, Sikka, Nusa Tenggara Timur, PSE

Bogor, p. 530-535.

Bacon, Christopher. 2005. Confronting the coffee crisis: can Fair Trade, Organic, and specialty coffees reduce small-scale farmer vulnerability in Northern Nicaragua?, World

Development 33 (3): 497-511.

Bacon, Christopher; V. Ernesto Méndez, María Eugenia Flores Gómez, Douglas Stuart, and Sandro Raúl Díaz Flores. 2008. Are sustainable coffee certifications enough to secure farmer livelihoods? The Millenium Development Goals and Nicaragua's Fair Trade Cooperatives, Globalizations 5 (2): 259-274.

18

Bartik, Timothy. 2003. Local economic development policy, Upjohn Institute Staff Working

Paper No. 03-91.

Beding, P. dan J. Limbongan. 2005. Kajian pengendalian hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) dengan Beuveria bassiana. Prosiding Seminar Nasional

Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Hortikultura dan Perkebunan dalam Sistem Usahatani Lahan Kering, Sikka, Nusa Tenggara Timur, PSE Bogor, p. 159-162.

Bentley, Jeffery W.; and Peter S. Baker. 2000. The Colombian Coffee Growers Federation: organised, successful smallholder farmers for 70 years. Agricultural Research & Extension

Network (AgREN), Network Paper No. 100.

Bernas, Siti Masreah. 2011. Effect of coffee pulp compost and terrace on erosion, run-off and nutrients loss from coffee plantation in Lahat Regency, South Sumatra. Journal Tropical

Soils 16 (2): 161-167.

Birkholzer, Karl. 2005. Local economic development and its potential, paper for the seminar on “Local Economic Development”, Brcko. www.apreis.org/.../eco.dev. loc_karl.birk_ev.p...

[diakses 5 September 2011]

Blakely, Edward James. 1994. Planning local economic development: theory and practice, California: SAGE Publications, Inc.

Bogopane, L. P. 2012. Qualitative analysis of the local economic development (LED) strategy in the Ngaka Modiri Molema District, North West Province, South Africa. Journal of Social

Science 30 (1): 1-10.

Bolarinwa, Kolade Kamilu; and E. O. Fakoya. 2011. Impact of farm credit on farmers socio-economic status in Ogun State, Nigeria, Journal of Social Science 26 (1): 67-71.

Bote, Adugna D.; and Paul C. Struik. 2011. Effects of shade on growth, production and quality of coffee (Coffea arabica) in Ethiopia, Journal of Horticulture and Forestry 3 (11): 336-341.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Simalungun Tahun 2010, Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun.

[BPS] Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2011. Sumatera Utara Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. 2011. Simalungun Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun dan Bappeda Simalungun.

Brambilla, Irene; and Guido G. Porto (2006). Farm productivity and market structure: evidence from cotton reform in Zambia, Policy Research Working Paper 3904, The World Bank. Brawn, James Dean. 2001. Can we use tthe Spearrman--Brrown prophecy fforrmulla tto deffend

llow rrelliiabiilliitty?, Shiken: JALT Testing & Evaluation SIG Newsletter, 4 (3): 7-11. Bray, David Barton; Jose Luis Plaza Sanchez, Ellen Contreras Murphy. 2002. Social dimensions

of organic coffee production in Mexico: Lessons for eco-labeling initiatives, Society and

Natural Resources 15: 429-446

Bungin, M. Burhan. 2008. Metode penelitian kuantitatif, komunikasi, ekonomi, dan kebijakan

publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Chmura, Krzysztof; and Azamat Orozobekov. 2009. Decentralization and local government program in the Kyrgyz Republic, Handbook on How to Manage Local Economic Development, USAID Central Asian Republics. pdf.usaid.gov/ pdf_docs/PDACP757.pdf

[diakses 5 September 2011]

Clarke, R. J.; and R. Macrae. 1985. Coffee (Volume I: Chemistry), London: Elsevier Applied Science Publisher, London.

Claro, Priscila Borin de Oliveira; and Danny Pimentel Claro. 2003. Discussing ecological, economic and social sustainability of the Brazillian organic coffee growers. IV Congresso Internacional de Economia e Gestão de Redes Agroalimentares. Faculdade de Economia, Administração e Contabilidade de Ribeirão Preto/USP-Outubro de 2003.

www.pensaconference.org/siteantigo/.../038.p... [diakses 5 September 2011]

[CQI] Coffee Quality Institute. 2008. Overview of ICP Criteria, Responsibilities & Q Grading Protocols, California: Coffee Quality Institute.

19

Cochran, William G. 1977. Teknik penarikan sampel, Trans. Rudiansyah, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Danse, Myrtille; and Teun Wolters. 2003. Sustainable coffee in the mainstream, the Case of the SUSCOF Consortium in Costa Rica. GMI 43: 37-51. www.iscom.nl/ publicaties/danseprf2.pdf [diakses 4 Januari 2010]

Daryanto, Arief; dan Yundy Hafizrianda. 2010. Model-model kuantitatif untuk perencanaan

pembangunan ekonomi daerah: konsep dan aplikasi, Bogor: IPB Press.

Davidoff, Paul; and Thomas A. Reiner. 1978. “A choice theory of planning”. A reader in planning theory, Ed. Andreas Faludi, Pergamon Press. 11-39.

Dianpratiwi, T. 1998. Faktor-faktor komunikasi dalam adopsi inovasi pengendalian hama terpadu (IPM) penggerek buah kopi, Pelita Perkebunan 14 (3): 184-196.

Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun. 2007. Perwilayahan KIMBUN Kabupaten Simalungun, Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun.

[Disbun] Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun. 2009. Upaya percepatan dan kendala Program Revitalisasi Perkebunan Kabupaten Simalungun, Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun.

[Disbun] Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun. 2010. Rencana Strategis SKPD Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2015.

[Disbun] Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun. 2011. Statistik Perkebunan: Komoditas Kopi.

[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun. 2010. Rencana Strategis SKPD Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2015.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014, Kementerian Pertanian RI.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh Indonesia menurut provinsi dan status pengusahaan: komoditas kopi.

http://www.ditjenbun. go.id [diakses 4 Januari 2010]

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011a. Menteri Pertanian: peranan perkebunan tetap penting, Direktorat Jenderal Perkebunan. http://www.ditjenbun.deptan.go.id [diakses 9 Januari 2011]

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011b. Nilai PDB perkebunan mengalami peningkatan Rp104,51 triliun pada tahun 2010, Direktorat Jenderal Perkebunan.

http://www. ditjenbun.deptan.go.id [diakses 9 Januari 2011]

Diskin, Patrick. 1997. Agricultural productivity indicators measurement guide, Food and Nutrition Technical Assistance (FANTA) Project. USAID. pdf.usaid.gov/pdf_ ocs/PNACG169.pdf [diakses 4 Januari 2010]

Doutriaux, Sylvie; Charles Geisler, Gerald Shively. 2008. Competing for coffee space: development-induced displacement in the Central Highlands of Vietnam. Rural Sociology 73 (4): 528-554.

Dradjat, Bambang; Adang Agustian, dan Ade Supriatna. 2007. Ekspor dan daya saing kopi biji Indonesia di pasar internasional: implikasi strategis bagi pengembangan kopi biji organik.

Pelita Perkebunan 23 (2): 139-159.

Dubois, Pablo. 2001. International cooperation for the development of a sustainable coffee economy. The First Asian Regional Round-Table on Sustainable, Organic and Specialty Coffee Production, Processing and Marketing. Royal Project Foundation and FAO, Chiang Mai, Thailand. www.fao.org/organicag/.../ organic-coffee.ht... [diakses 10 September 2011]

Dusseldorp, D. B. W. M. van.1983. “The place of regional planning in the process of planned

development”. Framework for regional planning in developing countries, Eds. J. M. Van

Staveren and D. B. W. M. Van Dusseldorp, International Institute for Land Reclamation and Improvement/ILRI, Publication 26, Wageningen. 6-36.

Dusseldorp, D. B. W. M. van and J. M. van Staveren. 1983. “The interdisciplinary procedure of

20

Van Staveren and D. B. W. M. Van Dusseldorp, International Institute for Land Reclamation and Improvement/ILRI, Publication 26, Wageningen. 37-49.

Elevitch, Craig; Travis Idol, J. B. Friday, Chris Lepczyk, Virginia Easton Smith, and Scot C. Nelson. 2009. Shade-grown coffee for Hawai„i: results of a twelve farm study in Kona,

Permanent Agriculture Resources (PAR), Holualoa, Hawaii.

http://www.agroforestry.net/caf [diakses 17 Maret 2012]

Ellis, Jason; Dan Henroid, Catherine Strohbehn, and Lester Wilson. 2004. On-farm food safety: Guide to good agricultural practices (GAPs). University Extension, Iowa State University, Ames, IA (October). http://www.extension.iastate.edu/Publications/PM1974A.pdf

[diakses 27 September 2012]

Erlina. 2011. Metodologi penelitian. USU Press.

European Commission. 2001. A framework for indicators for the economic and social dimensions of sustainable agriculture and rural development. Agriculture Directorate-General,

European Commission.

http://www.ec.europa.eu/agriculture/publi/reports/sustain/index_en.pdf [diakses 22 Februari 2011]

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1997. Household goals, farm planning objectives, system planning and performance criteria. FAO Farm Systems Management Series-13.

http://www. fao.org/docrep/w7365e/w7365e09.htm [diakses 16 November 2010]

Fauziyah; Fitri Agustriani, dan Tuti Afridanelly. 2011. Model produktivitas hasil tangkapan bottom gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat Provinsi Bangka Belitung, Jurnal Penelitian Sains 14 (3D): 56-60.

Fuglie, Keith. 1999. Investing in agricultural productivity in Indonesia, Forum Penelitian Agro

Ekonomika 17 (2): 1-16.

Fuglie, Keith; and David Schimmelpfennig. 2010. Introduction to the special issue on agricultural productivity growth: a closer look at large, developing countries. Journal of Productivity

Analysis 33:169-172.

Giovannucci, Daniele; Jason Potts with B. Killian, C.Wunderlich, G. Soto, S. Schuller, F. Pinard, K. Schroeder, I. Vagneron. 2008. Seeking Sustainability: COSA Preliminary Analysis of Sustainability Initiatives in the Coffee Sector. Committee on Sustainability Assessment:Winnipeg, Canada.

Giovannucci, Daniele; and Andres Villalobos. 2007. The state of organic coffee: 2007 US Update. CIMS: San Jose, Costa Rica.

Giovannucci, Daniele; and Joost Pierrot. 2010. Is coffee the most popular organic crop?, FiBL and IFOAM: The World of Organic Agriculture. Statistics and Emerging Trends 2010, Bonn and Frick.

Giugale, Marcelo; and Luff Lafourcade. 2003. Coffee in Colombia, the economic foundation of peace. The World Bank.

Glasson, John. 1977. Pengantar perencanaan regional, Trans. Paul Sitohang, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

[GDS] Global Development Solutions. 2007. Integrated value chain analysis for coffee production in Indonesia (draft 1), Reston: Global Development Solutions.

Gregory, Alexandra; and Allen M. Featherstone. 2008. Nonparametric efficiency analysis for coffee farms in Puerto Rico, Selected paper prepared for presentation at the Southern Agricultural Economics Association Annual Meeting, Dallas.

Gujarati, Damodar N. 1988. Basic econometrics, Singapore: McGraw-Hill Book Company. Gusli, Sikstus. 2012. Menuju formula pemupukan kopi: pengalaman IFC. Makalah pada Seminar

Nasional “Balanced-Nutrition and Sustainable Soil Fertility Management in Aabica Coffee Production in North Sumatra and Aceh”, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, AMARTA II, dan PT. Meroke Tetap Jaya, Medan, 22 Mei 2012.

Gustomo, Aurik; M. Parulian Hutagaol, Sjafri Mangkuprawira, Utomo Sarjono Putro. 2011. Pengaruh nilai-nilai personal dalam perspektif dimensi multikultural terhadap kinerja tim dengan kepemimpinan kolaboratif sebagai variabel moderator, Jurnal Manajemen

21

Handayani, M. Th.; dan Ratna Komala Dewi. 2006. Produktivitas tenaga kerja perempuan pada panen dan pascapanen tanaman kopi, Piramida 2 (2): 94-100.

Hartatri, D. Faila Sophia; dan Bernard de Rosari. 2011. Analisis Usahatani dan Rantai Pemasaran Kopi Arabika di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Pelita Perkebunan 27 (1): 55-67.

Heidkamp, Patrick; Dean M. Hanink, Robert G. Cromley. 2008. A land use model of the effects of eco-labeling in coffee markets, Annals Regional Science (2008) 42: 725-746.

Heimlich, Ralph. 2003. Agricultural resources and environmental indicators. Agriculture

Handbook 722. www.ers.usda.gov/publications/arei/ ah722/.../arei5-1productivity.pdf

[diakses 22 Februari 2011]

Herman. 2003. Membangkitkan kembali peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia, Makalah untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hermanto. 2009. Reorientasi kebijakan pertanian dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan dan otonomi daerah. Analisis Kebijakan Pertanian 7 (4): 369-383.

Huntsberger, David V.; and Patrick Billingsley. 1973. Elements of statistical inference, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hutabarat, Budiman. 2004. Kondisi pasar dunia dan dampaknya terhadap kinerja industri perkopian nasional. Jurnal Agro Ekonomi 22 (2): 147-166.

Hutabarat, Budiman. 2006. Analisis saling pengaruh harga kopi Indonesia dan dunia. Jurnal Agro

Ekonomi 24 (1): 21-40.

Hutagalung, Bongsu. (2005). Analisis pendapatan usahatani kopi dan kaitannya dengan pengembangan wilayah Kabupaten Karo. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Tesis Magister tidak dipublikasikan).

Hutauruk, Erwin Hasudungan. 2008. Pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas tanaman kopi dan kontribusinya terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Tesis

Magister tidak dipublikasikan).

Ibanez, Marcela. 2010. Adoption of certified organic technologies: the case of coffee farming in Colombia, Proceedings of the German Development Economics Conference, Hannover, Conference paper No. 58, http://hdl.handle.net/10419/39997 [diakses 17 Maret 2012] Ibrahim, Hadiyan Wijaya; and Suhaiza Zailani. 2010. A review on the competitiveness of global

supply chain in a coffee industry in Indonesia, International Business Management 4 (3): 105-115.

[ICO] International Coffee Organization. 2009a. Opportunities and challenges for the world coffee sector, Multi-stakeholder Consultation on Coffee of the Secretary-General of UNCTAD, Geneva: International Coffee Organisation.

[ICO] International Coffee Organization. 2009b. Statistic on coffee.

http://www.ico.org/coffee_prices [diakses 4 Januari 2010]

[ICO] International Coffee Organization. 2010. The story of coffee.

http://www.ico.org/coffee_story.asp [diakses 23 Februari 2010]

[IFC-YAPEKO] dan PT Indo Cafco. 2011a. Manajemen kesuburan tanah dan pemupukan

tanaman kopi arabika, praktek budidaya yang berkelanjutan, International Finance

Corporation, Yayasan Petani Kopi Sumatera Utara, dan PT Indo Cafco.

[IFC-YAPEKO] dan PT Indo Cafco. 2011b. Pusat Pelatihan Petani (Farmers Training Center),

Meningkatkan pendapatan petani melalui produksi kopi secara berkelanjutan (bosur FTC),

International Finance Corporation, Yayasan Petani Kopi Sumatera Utara, dan PT Indo Cafco.

[ILO] International Labor Organization. 2010. Gender mainstreaming in local economic development strategies: A guide, Geneva: ILO Bureau for Gender Equality.

Indrawati, Yuliani. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru matematika dalam pelaksanaan KBK pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen &

Bisnis Sriwijaya 4 (7): 41-58.

Iqbal, Muhammad. 2007a. Concept and implementation of participation and empowerment: reflection from the Coffee IPM-SECP. Makara Sosial Humaniora 11 (2): 58-70.

22

Iqbal, Muhammad; dan Iwan Setiajie Anugerah. 2009. Rancang bangun sinergi kebijakan agropolitan dan pengembangan ekonomi lokal menunjang percepatan pembangunan

Dokumen terkait