• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi produsen sehubungan dengan permasalahan yang dibahas penulis.

7

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, memasarkan, dan bertukar sesuatu dengan yang lain.

Selain itu pemasaran juga dapat dikatakan sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya (Kotler. 2001,6).

Proses pemasaran mencakup lima. Empat langkah yang pertama, menciptakan nilai bagi pelanggan. Pertama, pemasar harus memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan. Berikutnya, pemasar merancang strategi pemasaran yang digerakkan pelanggan dengan tujuan mendapatkan, mempertahankan dan menumbuhkan pelanggan sasaran. Dalam langkah ketiga, pemasar membangun program-program yang benar-benar memberikan nilai unggul. Seluruh langkah ini membentuk dasar bagi langkah keempat, membangun hubungan pelanggan yang menguntungkan dan menciptakan kepuasan pelanggan. Pada langkah terakhir, perusahaan mendapatkan hasil dari hubungan pelanggan yang kuat dengan menangkap nilai dari pelanggan.

B. Manajemen Pemasaran

Dalam pemasaran, perusahaan berusaha untuk memperoleh laba dari kegiatan penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi keinginan konsumen. Agar target penjualan dapat tercapai, perusahaan harus dapat memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut. Pemasar harus dapat mengetauhi dengan baik semua tugas yang ada dengan melakukan perencanaan dan pengawasan pemasaran.

Pada pokoknya, manajemen itu terdiri atas perancangan dan pelaksanaan rencana-rencana. Secara umum manajemen itu mempunyai tiga tugas pokok, yaitu:

1. Mempersiapkan rencana atau strategi umum bagi perusahaan 2. Melaksanakan rencana tersebut

3. Mengadakan evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut

dalam operasinya.

Adapun definisi manajemen pemasaran menurut Philip Kotler adalah sebagai berikut:.

Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi ( Philip Kotler, 1994 ).

C. Konsep Pemasaran

Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen. Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

Konsep pemasaran menurut Kotler (2001:22) yaitu:

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.

Pada dasarnya, perusahaan yang ingin mempraktekkan orientasi konsumen ini harus:

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan

dipenuhi. Perusahaan yang memproduksi mobil pada dasarnya menghasilkan alat transport, sedangkan alat transport itu sendiri dapat dibuat dalam berbagai macam model dan ukuran.

b. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai, dan

menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik.

Konsep pemasaran mempunyai perspektif dari luar- kedalam. Konsep itu dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi pelanggan, dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan.

Dalam konsep pemasaran, ada tiga unsur yang mendasar (Swastha,2002:18-21) yaitu :

1. Orientasi pada konsumen

Perusahaan yang ingin memenuhi kepuasan konsumen harus memperhatikan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Menentukan kebutuhan pokok (basic need) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

b. Menentukan kelompok pembeli sebagai sasaran dalam penjualan. c. Menentukan produk dan program sasarannya

d. Mengadakan penelitian terhadap konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sifat dan perilaku konsumen.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik apakah

menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang rendah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasikan dan diintegrasikan. Di samping itu, juga harus dihindari adanya pertentangan di dalam perusahaan maupun antara perusahaan dengan pasarnya,

sehingga setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen

Tujuan menggunakan konsep pemasaran ini adalah untuk memperbaiki hubungan konsumen karena hubungan yang lebih baik sangat menguntungkan bagi perusahaan, dan dapat meningkatkan laba. Salah satu tujuan semua perusahaan pada umumnya adalah mengoptimalkan laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

D. Pengertian Jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata “jasa”

(service) itu sendiri memiliki banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi

(personal service) sampai jasa sebagai suatu produk.

Jadi pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau kontruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) konsumen.

Tidak jauh berbeda dari definisi di atas, menurut Kotler, Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain, pada dasarnya tidak berwujud atau tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya.

Menurut Parasuraman dan kawan-kawan (dalam Fandy Tjiptono,2000:70) ada 5 dimensi pokok yang menentukan kualitas jasa, kelima dimensi tersebut adalah:

a. Tangibles (bukti langsung), yaitu bukti fisik dari jasa, meliputi fasilitas dan kondisi fisik sekitar, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. b. Reliability (dapat dipercaya), yaitu kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Pelayanan yang

reliable merupakan harapan pelanggan dan berarti pelayanan tersebut diselesaikan tepat waktu dengan cara yang sama dan tanpa kesalahan. c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan dan kesediaan para staf/

pegawai untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Assurance (jaminan), merupakan jaminan yang diberikan perusahaan untuk konsumennya mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

e. Empathy (empati), yaitu kemampuan untuk peduli dan peka, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.

E. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah Perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen difokuskan pada bagaimana seseorang membuat keputusan untuk menggunakan sumber-sumber yang tersedia (waktu, uang, dan usaha) dalam mengkonsumsi barang-barang yang berhubungan (Schiffman, Kanuk. 2004,8).

Menurut Swastha dan Handoko (1997:10) perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Amirullah ( 2002 : 3), perilaku konsumen didefinisikan sebagai sejumlah tindakan-tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya

Dengan mempelajari perilaku konsumen, perusahaan akan mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian mengidentifikasinya untuk mengadakan segmentasi pasar.

F. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

a. Motivasi

Motivasi dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang mana individu didorong untuk melakukan suatu tindakan

b. Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana individu memilih, mengelola, dan menginterprestasikan stimulus kedalam bentuk arti dan gambar.

c. Pembelajaran

Dalam proses pemecahan masalah pengambilan keputusan, konsumen dapat menggunakan proses belajar melalui berfikir dan wawasan, dimana berfikir disini meliputi manipulasi mental terhadap simbol-simbol yang tersaji dalam dunia nyata dan dalam bentuk kombinasi arti.

d. Kepribadian

Didalam perilaku konsumen, kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Dalam definisi lain, Kotler mendefinisikan perilaku sebagai karakteristik psikologis yang berbeda dari

seseorang yang menyebabkan tanggapan relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungan.

e. Sikap

Sikap sebagai suatu konsep yang cukup sederhana, yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau untuk menantang suatu objek.

Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen:

a. Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu kesatuan dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebisaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Masing-masing budaya terdiri dan sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

Menurut Mowen (dikutip dalam Sutisna, 2000: 223) budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dan masyarakat tertentu. Dan definisi tersebut menunjukkan bahwa perilaku manusia ternyata sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya. Namun, pengaruh budaya tersebut akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan perkembangan jaman dari masyarakat tersebut. Perilaku konsumen yang ditentukan oleh kebudayaan ini tercermin dari cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan terlebih pada harga jual, kualitas, media iklan, dan merek produk.

b. Kelompok sosial dan kelompok referensi

Kelompok-kelompok sosial adalah kekuatan sosial yang menjadi tempat individu - individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka (Swastha dan Handoko, 2000:66).

Kelompok sosial terbentuk dari keinginan manusia yang selalu beriteraksi dan membentuk kelompok dengan manusia lainnya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah suatu pembagian dalam masyarakat yang relatif homogen yang tersusun secara hierarki dimana anggotanya mempunyai minat dan perilaku yang sama.

Setiap kelas sosial mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu mempunyai cara hidup yang tertentu pula. Kelas sosial menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang secara umum mempunyai perbedaan dalam hal gaya hidup dan kecenderungan konsumsi. Kelas sosial ini bisa ditunjukkan oleh perbedaan gaya hidup yang terjadi pada populasi penduduk, karena setiap penduduk mempunyai gaya hidup yang berbeda-beda. Adanya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. d. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok kecil dalam kehidupan sosial masyarakat. Jika dibandingkan dengan faktor eksternal lainnya keluarga

memegang peranan penting dalam membentuk perilaku konsumen. Oleh karena itu, manajer pemasaran perlu mengetahui hal sebenarnya, yaitu :

− Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli produk

− Siapa yang membuat keputusan untuk membeli produk

− Siapa yang melakukan pembelian produk

− Siapa pembeli produk

Keempat hal tersebut dapat dilakukan oleh orang yang berbeda, atau dapat pula dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Suatu saat seorang anggota keluarga dapat berfungsi sebagai pengambil keputusan, tetapi pada saat yang berlainan ia dapat berbuat sebagai pembelinya.

G. Tipe-tipe Perilaku Pembeli

Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda dengan tipe keputuan pembeli. Assael membedakan perilaku membeli konsumen berdasarkan derajat perbedaan di antara beberapa merek (Kotler, 2008;177) Perilaku pembeli yang kompleks

Hal ini terjadi jika mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan penting diantara beberapa merek produk yang ada dan biasanya produk yang akan dibeli itu mahal, dan amat berkesan. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan

Ketika konsumen terlibat dalam pembelian produk yang mahal, juga dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek setelah

pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidakcocokan ketika mengetahui kelemahan tertentu dari merek produk yang mereka beli atau mendengar hal-hal yang bagus mengenai merek yang tidak mereka beli. Untuk itu pemasar harus memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa senang mengenai pilihan mereknya.

Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan

Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan yang besar. Bila konsumen membeli merek yang sama, biasanya lebih merupakan kebiasaan ketimbang loyalitas yang tinggi terhadap merek. Para konsumen tidak membentuk sikap terhadap sebuah merek tetapi memilihnya karena merek tersebut sudah biasa dikenalnya.

Perilaku pembeli yang mencari keragaman

Keterlibatan konsumen rendah tetapi perbedaan merek dianggap berarti. Konsumen seringkali mengganti merek dalam mengkonsumsi produk. Pergantian merek terjadi semata-mata untuk memperoleh keragaman, bukan karena ketidakpastian

H. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2001: 222), proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu :

1. Tahap pengenalan kebutuhan

Tahap proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan.

2. Tahap pencarian informasi

Tahap proses pengambilan keputusan dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih lanjut informasi. Dalam tahap ini, konsumen hanya mungkin meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. 3. Tahap evaluasi berbagai alternatif

Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternative

dalam satu susunan pilihan. 4. Tahap keputusan pembelian

Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar membeli produk.

5. Tahap Perilaku Pasca Pembelian

Dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli.

I. Struktur Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yang diambil oleh pembeli merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan dalam pembelian

mempunyai struktur sebanyak enam komponen, antara lain (Swastha dan Handoko, 1997: 102-103):

a. Keputusan tentang jenis produk

b. Keputusan tentang bentuk produk

c. Keputusan tentang merek produk

d. Keputusan tentang penjualnya

e. Keputusan tentang jumlah produk

f. Keputusan tentang waktu pembelian

J. Alasan Konsumen Melakukan Pembelian

Alasan adalah sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan. Alasan membeli produk sangat membantu konsumen untuk mengambil keputusan akan membeli produk tersebut atau tidak (Rangkuti,2002:44).

Alasan-alasan konsumen dalam melakukan pembelian antara lain adalah: a. Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa atau jumlah nilai yang ditukarkan oleh konsumen dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Kotler dan Armstrong,2003:430).

b. Promosi

Promosi mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para calon konsumen dan calon potensial konsumen. Menurut Angipora (2002 : 28) promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan utama untuk menginformasikan, membujuk, mempengaruhi dan mengingatkan konsumen agar membeli produk yang dihasilkan. Pada perusahaan jasa, promosi perlu dilakukan guna memberikan informasi pada masyarakat luas mengenai produk kelebihannya. Adapun teknik promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa dapat melalui media massa cetak maupun elektronik, publikasi, brosur pameran dan lain-lain. Sedangkan kegiatan promosi dapat dilakukan dengan cara periklanan, personal selling,promosi penjualan dan publisitas.

Komponen dari promosi antara lain, yaitu: a. Publikasi di radio-radio

b. Tarif Promosi c. Kenyamanan

Kenyamanan adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri, atas sesuatu kejadian yang kita alami, atas sesuatu hal yang kita pikirkan, dan atas semua masalah yang kita temui.

d. Lokasi

Lokasi fasilitas berpengaruh secara nyata terhadap pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen menyukai tempat yang mudah dicapai oleh

kendaraan umum untuk memberikan kemudahan serta letaknya yang strategis. Menurut Kotler & Armstrong (1999:353) lokasi merupakan tempat pemasaran yang melibatkan aktivitas untuk menciptakan, memelihara atau mengubah sikap dan perilaku terhadap tempat tertentu.

Menurut Tjiptono (2004 : 42) pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut:

1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2. Visibilitas, misalnya lokasi yang mudah dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

3. Lalu lintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying.

b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi

hambatan, misalnya pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau ambulans.

4. Tempat parkir yang luas dan aman

5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang begitu luas untuk perluasa usaha dikemudian hari.

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang

7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi warnet (warung internet), perlu pertimbangan apakah dijalan atau daerah yang sama banyak pula terdapat warnetl lainnya.

8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang adanya

warung kaki lima di sepanjang jalan umum e. Kelompok Acuan

Menurut Kotler dan Armstrong (2003: 205) kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Seseorang sering kali dipengaruhi kelompok acuan meskipun dia bukan bagian dari kelompok tersebut. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan calon konsumen mereka. kelompok acuan memberikan ilham pada seseorang mengenai perilaku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri konsumen, dan menciptakan tekanan yang harus ditaati yang mungkin mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek. Arti penting pengaruh kelompok berbeda-beda diantara produk dan merek. Pengaruh cenderung sangat kuat jika produk tersebut dilihat oleh orang lain yang dihormati oleh konsumen.

K. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, kerena sifatnya masih sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui

data empiris yang terkumpul. Berdasarkan pokok permasalahan yang ada dalam penelitian maka penulis mengajukan hipotesis yang merupakan anggapan sementara sebagai pedoman mempermudah jalannya penelitian. Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dari rumusan masalah, rumusan masalah pertama tidak dihipotesiskan karena hanya untuk mengetahui karakteristik konsumen. Sedangkan hipotesis masalah kedua adalah harga barang, diskon, layout penempatan barang, sistem pembayaran, sistem keamanan, kenyamanan, kelengkapan barang, tempat parkir menjadi alasan konsumen melakukan pembelian di Super Market Carrefour Amabarukmo Plaza

25

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah induktif atau penarikan kesimpulan. Jenis penelitian dilakukan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi.

B. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah para responden yang merupakan konsumen di super market Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

b. Objek

Objek penelitian ini adalah alasan-alasan konsumen dalam melakukan pembelian di super market Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di super market Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen atau bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau unsur lain.

Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini adalah Alasan-alasan konsumen dalam melakukan pembelian

Variabel Dependen atau terikat adalah sejumlah gejala atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas.

Variabel dependen atau terikat adalah keputusan pembelian. 2. Definisi dan indikator variabel

a. Alasan-alasan

Alasan adalah sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan.

Indikator variabel dari alasan adalah 1. Harga barang yang terjangkau 2. Adanya diskon

3. Layout barang yang baik

4. Sistem pembayaran yang bervariasi 5. Sistem keamanan dalam penitipan barang

6. Kenyamanan dalam berbelanja

7. Kelengkapan barang

b. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen melakukan pembelian produk yang diinginkan.

Indikator variabel dari keputusan pembelian adalah Keputusan beli atau tidak

3. Pengukuran Variabel 1. Alasan-alasan

Pengukuran variabel dari alasan-alasan adalah respon konsumen berupa jawaban ”Ya” dan ”Tidak”

2. Keputusan Pembelian

Pengukuran variabel dari keputusan pembelian adalah jumlah jawaban ”Ya” dan ”Tidak”

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Alasan-alasan

Alasan adalah sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan membeli yang didasarkan pada Harga barang, Diskon, Layout barang, Sistem pembayaran, Sistem Keamanan, Kenyamanan, Kelengkapan barang, Tempat parkir yang akan diberi respon oleh konsumen dengan pernyataan Ya atau Tidak

2. Variabel Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen melakukan pembelian produk yang diinginkan dengan keputusan beli atau tidak beli.

F. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007:61). Populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen Super Market Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Sugiyono, 2007:62). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian konsumen Super Market Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta

G. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang mau dan dapat digunakan sebagai sampel,bila dipandang orang yang

Dokumen terkait