• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

-Instrumen penelitian

-Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya -Output penelitian

RINGKASAN

Penelitian dengan judul Kompetitif Posisioning: Strategi Mengembangkan Daya Tarik Wisata Bali Sebagai Destinasi Kreatif (Aplikasi Analisis Multidimensional Scaling pada daya tarik wisata pada Kabupaten dan Kota di Bali). Merupakan penelitian tahun ke-2 dari 3 tahun yang diusulkan, setelah tahun pertama meneliti Wisatawan Mancanegara sebagai objek penelitian. Pada tahun ke-dua ini menggunakan Wisatawan Nusantara sebagai responden. Penelitian ini dilakukan didasarkan atas pertimbangan masih minimnya penelitian tentang daya tarik wisata yang menggunakan analisis Multi Dimensional Sacaling (MDS) dan pentingnya penelitian berkelanjutan yang konsisten dari peneliti-peneliti sebelumnya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu model strategi pemasaran berbasis persaingan daya tarik wisata pada suatu destinasi pariwisata.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi persaingan antara daya tarik wisata diseluruh kabupaten dan kota yang ada di Bali, yang mungkin memiliki persamaan dan atau perbedaan sehingga dapat menentukan strategi promosi (pemasaran) yang tepat untuk memuaskan dan meningkatkan pengalaman wisatawan selama di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang menggambarkan berbagai fenomena dengan pendekatan kualitatif (fenomenologi) dan analisis kuantitatif (positivisme) menggunakan salah satu metode statistika multivariat, yakni MDS dan ANACOR (Hair et al, 1998: 519).

Populasi dalam penelitian ini adalah Wisatawan Nusantara yang berkunjung pada 12 daya tarik wisata yang ada di Bali. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Besaran sampel sebanyak 150 responden yang diambil secara kuota pada 12 daya tarik wisata sebanyak 15.responden. Sehingga jumlah responden yang disebarkan kepada wisatawan sebanyak 180 responden, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kuesioner yang tidak lengkap dan tidak kembali. Atribut dalam kuesioner diadaptasi dari Mohamed et al (2009); Alegre, dan Garau, (2010); Echtner, dan Ritchie (2003); Mill dan Morisson (2012:7).

Hasil analisis deskriptif sebagai berkut: berdasarkan aspek demografi, sebagian besar responden berasal dari Jakarta dengan periode kunjungan lebih dari satu kali. Bali dipersepsikan sebagai destinasi pariwisata kreatif. Kuta dan Sanur menjadi daya tarik paling menarik bagi responden, sedangkan pantai Medewi sebagai daya tarik wisata yang paling tidak diminati. Berdasarkan analisis MDS dan ANACOR, dapat digambarkan sebagai berikut Kintamani dan Ubud dipersepsikan sebagai daya tarik wisata yang memiliki kemiripan dan saling bersaing. Daya tarik wisata Sanur, Kuta dan Nusa Dua sebagai kelompok daya tarik wisata yang juga memiliki kemiripan dan saling bersaing. Sedangkan daya tarik wisata lainnya yang berada pada kuadarn satu dan tiga dipersepsikan memiliki perbedaan atau saling berjauhan, yaitu Jimbaran, Benoa, dan Lembongan. Berdasarkan analisis korespondensi

PRAKATA

Puji syukur patut disampaijkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmatNya, laporan kemajuan hibah bersaing ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan penghargaan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Udayana atas pendahaan yang diberikan.

2. Ketua LPPM Universitas Udayana atas segala fasilitas, bimbingan dan biaya untuk penelitian ini.

3. Bapak Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

4. Ketua Program Studi Industri Perjalanan Wisata (IPW), Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

5. Ketua Himpunan Pramuwisata Provinsi Bali atas waktunya dalam acara group dicussion.

6. Ketua ASITA BALI, atas waktunya dalam acara group discussion

7. Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota, se Bali atas bantuan informasi data wisatawan.

8. Manajer Pengelola daya tarik wisata yang ada di Bali, atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.

9. Tim peneliti, yang telah bersusah payah menyelesaikan penelitian ini 10.Para Pemandu Wisata dan Pemandu Wisata pada daya tarik wisata

11.Asisten peneliti/mahasiswa dan pegawai Fakultas Pariwisata Unud, yang telah membantu dalam penyebaran kuesioner pada masing-masing daya tarik wisata yang ada di Bali.

Denpasar, Nopember 2014 Penulis

Daftar Isi

Halaman HALAMAN SAMPUL.. ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SISTEMATIKA LAPORAN ... iii

RINGKASAN ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 15

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 17

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 31

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 35

Daftar Lampiran

Lampiran 1: Kuesioner Wisatawan Nusantara ...35 Lampiran 2: Biodata tim peneliti ...40 Lampiran 3 : Output penelitian ... ...59

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi dan Glokaslisasi menjadi dua istilah yang saling paradoks namun saling melengkapi, dan menjadi diskusi hangat dalam berbagai forum internasional, regional nmaupun lokal. Globalisasi identik dengan persaingan dan glokalisasi merupakan gabungan antara budaya global dan budaya lokal. Dalam konteks Bali

sebagai destinasi pariwisata, istilah “Glokalisasi” sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan. Karena pariwisata sendiri adalah sebuah fenomena global, dimana pariwisata sangat berkaitan dengan berbagai budaya lokal dan berbagai tradisi yang tumbuh dalam masyarakat. seperti wisata budaya, wisata kuliner, spiritual yang

berbasis budaya lokal. Globalisasi dan periwisata identik dengan “persaingan” atau competitiveness (Reisinger, 2009: 8; Khee Giap et al 2014; WTO: 2007; UNWTO, 2011).

United Nation World Tourism Organization atau UNWTO memperkirakan pertumbuhan kepariwisataan dunia yang terus berlanjut walaupun mengalami sedikit penurunan, dengan menggunakan kedatangan wisatawan sebagai barometer. Diperkirakan pertumbuhan wisatawan dunia rata-rata mencapai tiga sampai empat persen pertahun. Kedatangan wisatawan dunia ini diperkirakan mencapai jumlah satu miliar pada akhir tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah wisatawan dunia yang melakukan perjalanan dari dan ke-seluruh dunia hanya mencapai 980 juta wisatawan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar empat persen (UNWTO, 2011: 1).

Perbandingan kedatangan wisatawan dunia diantara beberapa kawasan digambarkan mengalami perubahan, terutama wisatawan China yang mungkin menduduki posisi ketiga setelah Prancis, Amerika. Negara yang termasuk 10 bear dunia dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yaitu, Prancis, Amerika, China, Spanyol, Italia, Turki, UK, Jerman, Malaysia dan Meksiko (UNWTO, 2012: 6). Pariwisata sebagai suatu industri masih menjadi primadona bagi setiap negara, baik

dilihat dari kedatangan wisatawan maupun penerimaan yang diperoleh dari pembelanjaan wisatawan pada suatu destinasi pariwisata. Dilihat dari sisi penerimaan (receipts), kawasan Eropa masih mendominasi, dengan jumlah penerimaan mencapai 406 triliun dolar Amerika (44%), Asia dan Facifik mencapai 249 triliun dolar Amerika, (27%). Kawasan Amerika, Timur Tengah dan Amerika masing-masing mencapai 182 miliar dolar Amerika (20%), Timur Tengah lima puluh triliun dolar Amerka (5%) dan kawasan Afrika mencapai 31 trilun dolar Amerika atau sebesar tiga persen (UNWTO, 2011: 1; UNWTO, 2012: 8). Laporan UNWTO menggambarkan bahwa persaingan antar negara diberbagai belahan dunia sedang dan akan terjadi dimasa mendatang. Dalam konteks pariwisata persaingan antara negara menunjukkan persaingan terjadi antar destinasi pariwisata.

Kepariwisataan Indonesia dalam konteks dunia dan Asean sesuai dengan laporan The Travel and Tourism Competitivnes Report tahun 2009, Indonesia masuk dalam urutan 81 destinasi Dunia. Negara Asean yang masuk sepuluh besar atau Top Ten adalah Singapura yang masuk pada urutan ke-sepuluh Adapun urutan top ten sebagai penerima Wisatawan Nusantara adalah 1). Swiss, 2). Austria, 3). Jerman, 4).Prancis, 5). Kanada, 6) Spanyol, 7) Swedia, 8) Amerika Serikat, 9). Australia dan 10). Singapura. Negara Asean dalam Top Ten berada pada urutan ke-sepuluh untuk Singapura, urutan ke 32 untuk Malaysia dan urutan ke-39 Thailand, urutan ke-69 sedangkan Kamboja berada pada urutan 108. ( http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/13/posisi-industri-pariwisata, diunduh 23 Agustus 2014)

Beberapa penelitian menggambarkan pariwisata merupakan suatu industri yang memerlukan penanganan yang serius sehingga dampak positifnya dapat dinikmati semua komponen pariwisata terutama masyarakat tuan rumah atau host

(Goldner dan Ritchie 2006: 17). Dalam konteks pariwisata studi tentang pemasaran pariwisata merupakan sesuatu yang esensial bagi setiap orang atau organisasi yang berkecimpung dalam bidang pariwisata, perjalanan dan hospitaliti. Banyak penelitian dalam bidang pariwisata yang dikaitkan dengan pemasaran, karena pada haketnya pariwisata tanpa pemasaran adalah suatu keniscayaan, sebab pemasaran merupakan

subsistem dari sistem pariwisata dan memiliki posisi strategis untuk mendatangkan ndan mempertahankan pelanggan (Mill dan Morrison, 2009: 7). Pemasaran sebagai bagian dari subsistem pariwisata menghubungkan antara Tourist Destination Country (TDC) dengan Tourist Generating Country (TGC).

Komponen lainnya dalam sistem kepariwisataan selain pemasaran adalah destinasi pariwisata. Sering disebut dengan istilah Tourist Destination Country

(TDC). Dalam dunia pemasaran sering disebut dengan pla ce atau tempat, dimana wisatawan melakukan aktifitas perjalanannya. Destinasi pariwisata tidak hanya sekedar tempat dalam arti fisik namun harus dapat dianggap sebagai unit geogarfi dimana berbagai aktifitas kepariwisataan berlangsung. Karena pada destinasi pariwisata semua komponen pariwisata mulai dari pemerintah, swasta dan masyarakat, baik organisasi maupun individu saling berinteraksi.

Destinasi parwisata sering juga disebut sebagai tempat akhir dari aktifitas wisatawan dan berbagai pengalaman diperoleh mulai dari yang positif sampai kepada pengalaman yang negatif. Pada tempat ini bertemu antara wisatawan dan tuan rumah dengan berbagai perilaku mereka. Dengan demikian berbagai strategi digunakan oleh produsen, pelaku pariwisata untuk menarik wisatawan untuk berkunjung dan mempertahankan serta membangun loyalitas..

Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia sudah tentu berada dalam posisi persaingan, diantara provinsi yang ada di Indonesia, daya tarik wisata yang ada di Bali. Dibandingkan dengan 33 provinsi yang ada di Indonesia Bali berada dalam 5 posisi persaingan menurut lingkup tahun 2011, yakni 1) daya saing keseluruhan, 2) stabilitas ekonomi, 3) perencanaan pemerintah dan institusi, 4) kondisi finansial, bisnis dan tenaga kerja, serta 5) kualitas hidup dan pembangunan pariwisata.

Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, Bali berada pada posisi 8 dari daya saing keseluruhan berada di bawah Aceh. Dalam posisi stabilitas ekonomi Bali menempati posisi 13 di bawah Banten Riau dan banyak provinsi lainnya. Dalam konteks kondisi pemerintahan Bali menempati posisi 15 berarti dibawah standar

kompetitif (10 besar). Sedangkan dalam persaingan finansial, bisnis dan tenaga kerja serta kualitas hidup Bali berada pada posisi 9 dan 6 yang berarti berada dalam posisi persaingan, namun masih berada dibawah Jawa Tengah. Bahkan berada dibawah Sulawesi Selatan dalam hal kondisi finansial (Khee Giap, et al., 2014: 10-14).

Bali memiliki 113 daya tarik wisata yang tersebar di semua kabupaten dan Kota di Bali. Kabupaten yang memiliki daya tarik wisata terbanyak adalah Bulelen, sebanyak 21buah, disusul kabupaten Gianyar sebanyak 20 buah, Denpasar sebanyak 16 buah, Kabupaten Jembrana sebanyak 15 buah, kabupaten Tabanan sebanyak 13 buah, kabuapten Karang Asem sebanyak 12 buah, kemudian kabupaten Bangli sebanyak 7 buah, kabupaten kelungkung dan Badung sebanyak masing-masing 5 dan 4 buah. Jumlah daya tarik yang dimiliki masing-masing kabupaten tidak mencerminkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Sebagai contoh daya tarik wisata Buleleng memiliki 21 daya tarik wisata, namun jumlah kunjungan hanya mencapai 700 an wisatawan setiap tahun. Kabupaten Badung hanya memiliki 4 daya tarik wisata namun mendapat kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara sebanyak 1 juta an orang. Jumlah kunjungan wisatawan terbanyak di capai oleh Kabupaten Tabanan sebanyak 4,5 juta wisatawan dan terendah adalah kabupaten Jembrana sebanyak 98.859 orang. Mengindikasikan bahwa masing-masing kabupaten dan kota di Bali, bersaing sebagai suatu destinasi pariwisata.

Berdasarkan berbagai fenomena tersebut penelitian ini berusaha mengungkap posisi persaingan masing-masing daya tarik wisata yang ada di Bali. Pada 12 daya tarik wisata yang ada di kabupaten dan kota di Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara Bali sebagai destinasi pariwisata kreatif ?

2. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara terhadap posisi persaingan masing-masing daya tarik wisata di Bali ?

3. Bagaimana preferensi Wisatawan Nusantara terhadap daya tarik wisata yang ada di Bali ?

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

Pariwisata pada hakekatnya dapat didekati dari berbagai sudut pandang baik dari sisi sejarah; sebagai suatu dekade perjalanan manusia untuk bersenang-senang, sebagai suatu teori dan praktek; dimana pengertian pariwisata secara teori dan praktek telah digunakan. Pariwisata telah dipandang sebagai suatu sektor yang berperan dalam bidang ekonomi baik secara regional maupun nasional, serta peran pariwisata yang dilihat dari dampak lingkungan (Leiper,2004:39).

Pengertian atau definisi, sejarah serta dampak yang ditimbulkan. Secara

etimologi dikatakan kata “tour “berasal dari bahasa Latin “tornare” dan bahasa Greek “tormos” berarti lathe or circle, suatu perpindahan dari suatu titik pusat atau aksis. Dalam bahasa inggris moderen berarti change atau perpindahan atau perputaran atau turn. (Theobald, 2005: 9) . Sedang akhiran “ism” berarti tindakan. Ketika digabungkan antara tour dan ism menjadi tourism yang berarti perpindahan atau perputaran daris satu titik tertentu dan kembali lagi ke tempat semula. Sehingga tour menunjukkan suatu perjalanan yang berputar (round trip).

Leiper (1979:11:10) berkaitan dengan kata tourism menjelaskan bahwa kata ini telah digunakan di Inggris yang menggambarkan Aristokrat laki-laki Inggris yang melakukan studi tentang politik, pemerintahan serta diplomatic, dimana mereka melakukan perjalanan selama tiga tahun dalam kegiatan belajarnya sampai ke daratan eropa..Salah satu kerangka konseptual yang telah dibangun adalah oleh Jafar Jafari (1977 dalam Theobald, 2005: 11) yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah suatu studi tentang manusia yang meninggalkan tempat asal mereka, suatu industri yang merespon kebutuhan dan dampak industri bagi kehidupan social budaya, ekonomi

dan lingkungan phisik”

Sebuah forum internasional yang dilaksanakan pada tahun 1963 dengan nama

Committee of Statistical Expert of The League of Nation, pertama kali mengusulkan penggunaan kata wisatawan asing atau foreign tourist adalah orang yang

mengunjungi suatu negara diluar tempat biasanya tinggal untuk kurun waktu sekurang-kurangnya 24 jam . Sedangkan pada tahun 1945 United Nation (UN) memberikan definisi dengan batasan waktu maksimun 6 bulan. Sedangkan organisasi internasional ada yang memberikan batasan 1 tahun atau kurang.

Konferensi UN tentang perjalanan dan pariwisata pada tahun 1963 yang disponsori International Union of Official Travel Organization (IUOTO) yang sekarang bernama World Tourism Organization (WTO) sekarang lebih familiar dengan nama UNWTO, memberikan rekomendasi bahwa kata visitor dapat diadopsi

sebagai definisi wisatawan; yaitu “seorang yang mengunjungi suatu negara diluar biasanya mereka tinggal dengan berbagai alasan kecuali untuk mencari nafkah

dinegara yang dikunjunginya” Pengunjung atau visitor dalam hal ini dapat

dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1). Wisatawan atau tourist dan 2). Pelancong atau excursionist. (Theobald, 2005: 13)

Wisatawan adalah “pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam disuatu destinasi yang dikunjunginya dengan tujuan untuk bersenang-senang (pleasure), bisnis, keluarga, misi atau pertemuan. Sedangkan pengertian “excursionist

atau pelancong adalah orang yang melakukan perjalanan kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk penumpang kapal pesiar.(Theobald, 2005: 15-17) Sejak tahun 1963 kata visitor, tourist dan excursionist yang diusulkan diterima dengan berbagai revisi dan konsekuensinya.

Pada tahun 1993 UN menerima laporan dari WTO dan memberikan rekomendasi kepada UN bagian statistik, untuk tujuan statistik pariwisata. Salah satu

hasil resolusi ini (WTO, 1991) pariwisata didefinisikan sebagai:” aktifitas sesorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat diluar lingkungan biasanya untuk kurang dari spesifik waktu dan tujuan umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk

mendapatkan penghasilan ditempat yang dikunjunginya…”. Sebagai tambahan

definisi umum yang digunakan adalah “ suatu aktifitas perjalanan manusia untuk

berenang-senang, bisnis dan tujuan lain diluar tempat lingkungan mereka dan tinggal tidak lebih dari satu tahun.

Konferensi di Ottawa ini juga menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan dan implementasi sistem pengukuran dan indikator yang digunakan untuk mempredeiksi industri pariwisata secara utuh.(Theobald, 2005: 15). Menurut Goldner and Ritchie (2006:5) definisi pariwisata bila diterjemahkan secara bebas

adalah ”proses, aktifitas dan hasil yang muncul dari hubungan dan interaksi antara wisatawan, penyedia pariwisata, pemerintah, masyarakat tuan rumah, dan lingkungan sekitar yang terlibat dalam interaksi antara tuan rumah (host)dan pengunjung”.

Definisi aslinya adalah;

” as the processes, activities, and outcomes arising from the relationships and the interaction among tourists, tourism suppliers, host goverments, host communities, and surrounding environments that are involved in the attracting and hosting of

visitors”

Pariwisata dapat digambarkan sebagai bagian dari gabungan aktifitas manusia untuk berbagai tujuan terutama untuk bersenang-senang, dimana mereka adalah bagian dari pengertian pengunjung atau visitor, dimana pengunjung sendiri menurut Goldner and Ritchie (2006: 11) dapat dibagai menjadi dua yaitu pengunjung yang dikaitkan dengan kegiatan perjalanan dan pariwisata dan perjalanan yang dikaitkan dengan tujuan lain seperti ; melakukan perjalanan karena pulang pergi kerja atau

commuters, pekerja musiman, migran dan sebagainya (Goldner and Ritchie, 2006: 11).

Mathieson and Wall (2006: 19) menggambarkan pariwisata sebagai suatu phenomena yang beragam yang mengakibatkan perpindahan dan tinggal pada suatu destinasi diluar tempat dimana biasanya mereka tinggal. “Tourism is a multi-faced phenomena that involve movement to and stay in destinations outside the normal place of residence.

Pariwisata menurut World Tourism Organization (WTO) merupakan suatu

” Tourism comprises the activities of person travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive yea r for

leisure, business, and other purposes”

Bila diterjemahkan secara bebas, pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang melakukan perjalanan dan tinggal disuatu tempat yang bukan merupakan lingkungan tempat biasanya tinggal dengan tenggang waktu satu tahun untuk tujuan menikmati waktu luang, bisnis dan tujuan lainnya.

Dibandingkan dengan definsisi sebelumnya, definisi menurut WTO

menambahkan ”batasan waktu” sebagai batas antara perjalanan untuk kegiatan

pariwisata dan bukan pariwisata, dengan batas waktu maksimal adalah satu tahun. Bila perjalanan dan tinggal lebih dari satu tahun maka tidak dianggap sebagai kegiatan pariwisata. Kata ”usual environment’ untuk membedakan perjalanan yang

dilakukan oleh penduduk yang melakukan kegiatan rutinitas seperti kegiatan kerja dan lainnya. (Goldner and Ritchie, 2006: 7).

Pariwisata menurut WTO (1993 dalam Goldner and Ritchie, 2006: 70) digambarkan dengan beberapa terminologi seperti : 1). International toursism; dimana international tourism, dibagi menjadi inbound tourism, yaitu kunjungan yang dilakukan oleh bukan penduduk setempat, sedangkan outbound tourisn adalah kunjungan keluar suatu negara yang dilakukan oleh suatu penduduk. 2). Internal tourism adalah kunjungan yang dilakukan oleh penduduk dan bukan penduduk setempat dalam suatu negara. 3) Domestic tourism, kunjungan yang dilakukan dalam suatu negara sendiri, 4) National tourism adalah pariwisata internal ditambah dengan

outbound tourism.

2.2 Pariwisata Sebagai Suatu Sistem

Seperti digambarkan sepintas sebelumnya, pariwisata sebagai suatu sistem dijelaskan oleh Leiper (2004:52-53), sebagai gabungan dari berbagai elemen dimana satu dengan yang lainnya saling tergantung dan mempengaruhi, tiga elemen tersebut adalah 1). Daerah asal wisatawan (Traveller- generating region TGR), 2). Daerah

tujuan wisatawan (Tourst destination region atau TDR), 3). Daerah persilangan antara daerah asl dengan daerah tujuan (TRR).(Leiper,2004). TGR menggambarkan keadaan suatu negara dimana wisatawan itu berasal, dimana keputusan untuk melakukan perjalanan juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka, seprti pendapatan mereka, keamanan negara mereka serta kestabilan ekonomi mereka. Sedangkah TDC adalah daerah asal wisatawan seperti Bali, adalah suatu destinasi dimana, dikawasan ini tersedia berbagai prasarana dan sarana yang harus ada. Ketiga adalah adanya suatu tempat yang merupakan lalu lintas dari TGC dan TDC yang disingkat dengan TRR, dimana kemungkinan konsumen melakukan persinggahan didaerah tersebut.

Pariwisata sebagai suatu sistem juga digambarkan oleh Morison (1998) yang terdiri dari empat elemen,dimana satu elemen dengan lainnya saling berhubungan, dan ketergantungan, empat elemen tersebut adalah: 1). Daerah asal wisatawan atau Tourist Generating Gountry (TGC), 2). Tourist Destinastion Country (TDC) serta dihubungkan dengan dua elemen yaitu 3). Travel dan 4). Marketing. Mill and Morrison (1998 dalam Hsu,et.al.2008). Travel menghubungkan TGC dengan TDC sedangkan Marketing menghubungkan antara TDC dengan TGC.

Pariwisata sebagai suatu sistem dapat digambarkan sebagai peran empat elemen yang saling ketergantungan satu dengan yang yang lainnya. Seperti TGC adalah daearah asal wisatawan, dimana mereka memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari aspek eografis, demografi psikografi dan behaviour.(Richarson and Fluker (2004:46). Sehingga pasar dapat di segmentasi dapat dikatagorikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebiasaanya (habit), kesukaannya (preferences), kelompok dan individu, tujuan perjalanan, demografis dan psikografis Gee, et.al (1997: 48).

Sedangkan Tourism Destination Country ( TDC) atau daerah tujuan wisata, adalah tempat dimana wisatawan akan berkeunjung dan berbagai produk ditawarkan baik yang bersifat tangible maupun intangible. Berbagai fasilitas harus ada pada suatu destinasi diantaranya akomodasi, trasnportasi, makanan, toko cendera mata dan segala sesuatu yang dapat dilihat atau menikmati produk yang telah disediakan tersebut Richarson and Fluker (2004:49)

2.3 Destinasi Pariwisata

Destinasi menurut Richarson and Fluker (2004:48) adalah tempat yang signifikan yang dikunjungi dalam suatu petjalanan, Richard and Fluker menekankan destinasi dari sudut pandang tempat (Place) dan signifikan atau memadai. Sehingga destinasi harus bermanfaat bagi konsumen serta tersedia berbagai atribut terutama prasarana dan sarana pariwisata. Sedangkan Kotler (1999) mengatakan destinasi adalah suatu tempat dengan berbagai bentuk yang nyata atau dipersepsikan oleh konsumen.

Berbagai atribut yang diharapkan dan diinginkan oleh wisatawan terhadap suatu destinasi dan pada saat yang bersamaan imej suatu destasi wisata telah diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh wisatawan baik dalam aspek koqnitif maupun behavior (Mohamed,2009:230). Sehingga bagi destinasi merupakan suatu peluang untuk bersaing dan menyediakan produk yang bervariasi dan bernilai, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan (Moscardo et.al.1996: 62; Shaw, 2009: 31).

Destinasi sering diistilahkan juga dengan sebutan destination area.WTO (1995c) dalam Richarson and Fluker (2004:48). Destinasi juga sering diistilahkan

dengan ”region” sehingga sering digabungkan istilahnya menjadi ”destination region”. Leiper (2004:51). Menurut Pike (2008:24) destinasi dari sudut pandang

Dokumen terkait