• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam kitab Nidhom al-Hukmi fi al-Islam, Taqiyuddin Al-Nabhani menetapkan Negara Islam berdiri di atas delapan struktur, yaitu: Khalifah (kepala negara), Mu'awin Tafwidh (Pembantu Khalifah Bidang Pemerintahan), Mu'awin Tanfidz (Pembantu Khalifah Bidang

Administrasi), Amirul Jihad (Panglima Perang), Wali (Pimpinan Daerah), Qadli (Hakim),

Mashalih Daulah (Departemen), Majelis Umat (Lembaga Wakil Rakyat).

Dalil struktur yang ia gunakan di atas adalah af'al (perbuatan) Rasulullah saw. Karena ia telah membangun struktur negara dengan bentuk dan model seperti ini. Nabi saw. adalah kepala negara dan ia memerintahkan kepada kaum muslimin agar mengangkat kepala negara, yaitu ketika ia memerintah mereka untuk mengangkat seorang khalifah dan imam.

Untuk keberadaan para mu'awin (pembantu khalifah, baik di bidang pemerintahan maupun administrasi) adalah karena Rasulullah saw. telah memilih Abu Bakar dan Umar Bin Khattab sebagai mu'awin. Sedangkan dalil tentang wali (pimpinan daerah); dalam hal ini Rasulullah saw. pernah mengangkat para wali di daerah tertentu. Rasul pernah mengangkat Utab Bin Usaid untuk menjadi wali di Makkah setelah penaklukan kota Makkah dan setelah Badzan Bin Sasan memeluk Islam, mengangkatnya untuk menjadi wali di Yaman.

memberikan keputusan (terhadap sengketa yang terjadi) di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah pernah mengangkat Ali Bin Abi Thalib untuk menjadi qadli di Yaman serta Rasyid Bin Abdullah sebagai kepala qadli dan mahkamah madhalim. Nabi juga menjadikannya sebagai qadli biasa, ia juga memberikan wewenang kepadanya untuk memutuskan perkara-perkara kedzaliman.

Dalam tata pelaksana pemerintahan untuk mengurusi mashalih daulah (kepentingan negara), Rasulullah mengangkat para penulis untuk mengurusi kepentingan tersebut. Mereka ini layaknya dirjen-dirjen suatu departemen. Rasulullah saw. pernah mengangkat Mu'aiqib Bin Abi Fatimah sebagai penulis ghanimah (rampasan perang) dan Hudzaifah Bin Al Yaman menjadi penulis hasil panen penduduk Hijaz.

Untuk menjaga stabilitas negara dan hal-hal yang secara menejerial termasuk dalam wewenang amirul jihad (panglima perang); Rasulullah saw. sendiri secara langsung menjadi panglima, yang memimpin dan mengurusi urusan-urusan pasukan. Nabi juga pernah mengangkat panglima perang dalam beberapa peperangan untuk melaksanakan tugas-tugas kepanglimaan.

Adapun dalil tentang majelis umat yang kegiatannya adalah syura (bermusyawarah) dan muhasabah lil hakim (mengoreksi tindakan penguasa) sebenarnya dalam hal ini Rasulullah saw. tidak memiliki lembaga khusus secara permanen, tetapi Rasul meminta pendapat kaum muslimin manakala beliau membutuhkan. Nabi pernah mengumpulkan mereka pada saat perang Uhud lalu meminta pendapat mereka.

Berpedoman atas af`al Rasulullah yang menjadi dasar pembentukan struktur pemerintahan Islam. Rasulullah saw. telah membangun struktur yang khas bagi sebuah

negara, dengan bentuk dan model tertentu pula. Nabi selalu menjalankan pemerintahannya sesuai dengan bentuk dan model tersebut hingga beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Setelah itu, para khalifah beliau mengikuti apa yang telah beliau tempuh. Mereka memimpin sebuah negara dan pemerintahan sama persis dengan struktur yang telah dibangun oleh Rasul, dimana semuanya itu dilihat dan didengarkan oleh para sahabat. Karena itu jelaslah bahwa struktur negara Islam mengikuti bentuk tersebut.

B. Saran

Setelah meneliti lebih lanjut tentang struktur Negara Khilafah dalam kitab Nidhom

al-Hukmi fi al-Islam karya Taqiyuddin al-Nabhani, penulis ingin memberikan beberapa

saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

a. Kepada seluruh umat Islam seyogyanya terus menerus menggali hukum-hukum

syariah Islam secara mendalam dan berusaha semaksimal mungkin baik tenaga, waktu dan bahkan jiwa sekalipun untuk mengusung penerapan syariah Islam mulai dari individu, keluarga, masyarakat pemerintah bahkan di dunia. Tidak ada pilihan lain bagi seorang Muslim kecuali menerapkan hukum syari’ah Allah SWT. dalam bingkai khilafah serta menerapkan strukturnya yang telah digagas oleh Taqiyuddin al-Nabhani.

b. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk mengkomparasikan atau

membandingkan struktur negara Islam yang digagas oleh Taqiyuddin al-Nabhani dengan konsep struktur negara demokrasi yang banyak diterapkan saat ini.

c. Menarik untuk penelitian selanjutnya yaitu aspek penerapan struktur negara Islam

Press, 1990), edisi ke-4

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 1, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996

Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Al-Qur’an

Kontemporer, terj. Mohammad Maghfur Wachid, Bangil: al-Izzah, 1997

Abdul Qadim Zallum, Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah: Telaah

Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam, terj. Abu Faiz, Bangil: Al-Izzah, 2001

Abdul Qadim Zallum, Kaifa Hudimat al-Khilafah, terj. Abu Faiz, Bangil: Al-Izzah, 2001

Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba‘ah, Beirut: Darul Fikr, 1999, Cetakan I Juz V

Abi Al-Hasan Ali bin Muhammad bin Hubaib al-Bashari Al-Baghdadi Al-Mawardi,

Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Beirut: Dar Al-Fikr, tt

Abi Ya`la Muhammad, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1994

Abu al-A`la Maududi, Hukum dan Konstitusi; Sistem Politik Islam, Penerjemah.Drs. Asep Hikmat, Bandung: Mizan, 1995

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, t.t.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta : PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984, Cet. Ke-1

Alaiddin Koto (et.al), Sejarah Peradilan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2011 Al-Baghdadi, Abdurrahman, “Mafhûm Khâlifah wa Khilâfah fî Hadhârah

al-Islâmiyah”. Majalah Al-Khilâfah al-Islâmiyah. No 1 Th I. Sya‘ban 1415 H/Januari 1995 M,

Jakarta: Al-Markaz Al-Istitiratiji li al-Buhuts al-Islamiyah, 1995

Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa`, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Ali Belhaj, Tanbîh al-Ghâfilîn wa I‘lâm al-Hâ’irin bi Anna I‘âdah al-Khilâfah min

A‘zham Wâjibât Hâdzâ ad-Dîn, Beirut: Darul ‘Uqab, 1991

Al-Imam Abu Al-Fida Isma`il Ibnu Katsir Al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, Penerjemah. Bahrun Abu Bakar, L.C, Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo, 2000

al-Munjid fi al-Lugah wa al-‘A’lam, Beirut: Dar al-Masyruq, 2000

1992, Juz I

Azyumardi Azra, Pergulatan Politik Islam, Jakarta: Paramadina, 1996 B. Lewis, The Encyclopedia of Islam, vol. II, Leiden: E.J. Brill, 1965

Bernard Lewis, Muslim Menemukan Eropa, terj. Ahmad Niamullah Muis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1988

Bukhari, Shahih Bukhari,jilid 3, Beirut: Dar al-Fikr, 1995

Daud Rasyid, Pembaharuan: Islam dan Orientalisme Dalam Sorotan, Jakarta: Usamah Press, 1993

DEPAG RI, Al-Hikmah, Al-Qur`an dan Terjemah, Bandung: Diponegoro, 2007 Dhiya’uddin ar-Rais, Islam dan Khilafah : Kritik Terhadap Buku Khilafah dan

Pemerintahan Dalam Islam, Ali Abdurraziq, terj. Bandung: Pustaka, 1985

Dr.Wahbah Al-Zuhaili, Fiqhu Al-Islam wa Adillatuhu, Damsyiq: Dar al-Fikr, 1985, cet. 2, hlm. 625.

Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, Bogor: Al-Azhar Press, 2004

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975

Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah, Jakarta: Al-Kautsar, 2008

Hizb at-Tahrir ,Mengenal Hizbut at-Tahrir : Partai Politik Islam Ideologis, Bogor: Hizb at-Tahrir, 2002

Hizb at-Tahrir, Nuqthatul Inthilaq, terj. Muhammad Maghfur, Depok: Pustaka Thariqul Izzah, 2000

Ibrahim Anis, Al-Mu‘jam Al-Wâsith, Kairo: Darul Ma’arif, 1972, Juz I

Ihsan Samarah, Mafhum al-Adalah al-Ijtima’iyah fi al-Fikri al-Islami al-Mu’ashir, terj. Muhammad Shiddiq al-Jawi, Bogor: Al-Azhar Press, 2003

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathu Al-Baari, Syarah Shahih Al-Bukhari, Riyadh: Maktabah Darussalam, 1997, jilid VIII

J. Shklar, Men and Citizens: Rosseau’s Social Theory, London: Cambridge University Press, 1969

J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, terj. Hairussalim dan Syarif Hidayatullah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997