• Tidak ada hasil yang ditemukan

MU`AWIN TANFIDZ (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi)

TESIS TENTANG STRUKTUR KEKHILAFAHAN TAQIYUDDIN AL-NABHANI

C. MU`AWIN TANFIDZ (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi)

Mu'awin tanfidz adalah wazir (pembantu) yang diangkat oleh seorang khalifah untuk membantunya dalam masalah operasional dan senantiasa menyertai khalifah dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia adalah seorang protokoler (perantara) yang menjadi penghubung antara khalifah dengan aparat negara yang lain, serta menjadi penghubung antara khalifah dengan rakyat, dan antara khalifah dengan negara-negara lain, di luar. Ia bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan dari khalifah kepada mereka, serta menyampaikan informasi-informasi yang berasal dari mereka kepada khalifah.61

60Loc.cit., hlm. 139 61

Ia merupakan pembantu khalifah dalam melaksanakan berbagai hal, ia bukan yang mengendalikan dan menjalankannya. Ia juga bukan yang diserahi untuk mengurusi berbagai persoalan tersebut. Sehingga, tugasnya adalah tugas-tugas teknis (administrasi), bukan tugas memimpin ataupun memerintah. Departemennya merupakan instansi yang berfungsi untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh khalifah untuk instansi ke dalam dan ke luar negeri. Ia ini juga berfungsi untuk menyampaikan persoalan-persoalan yang ada di masing-masing instansi tersebut kepada khalifah. Karena itu, ia merupakan perantara yang menghubungkan antara khalifah dengan aparat lain. Baik untuk menyampaikan informasi ataupun kebijakan dari dan untuk khalifah.

Khalifah adalah seorang hakim (penguasa) yang memerintah dan melaksanakan serta melakukan pelayanan terhadap urusan-urusan umat. Untuk memimpin dan melaksanakan serta melayani urusan-urusan umat itu dibutuhkan kegiatan-kegiatan yang bersifat idari (teknis dan administrasi). Dibutuhkan adanya aparat khusus, yang senantiasa bersama-sama khalifah untuk menjalankan urusan-urusan yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan tanggungjawab kekhilafahan tersebut. Sehingga adanya mu'awin tanfidz merupakan keharusan yang ditentukan oleh jabatan seorang khalifah. Aparat itu berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi dan teknis, bukannya kegiatan memimpin.62

Tugasnya adalah untuk membantu khalifah dalam menjalankan (secara operasional) dan bukan memimpin pemerintahan. Bahkan, ia tidak berhak sama sekali untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan apapun sebagaimana tugas mu'awin tafwidh. Oleh karena itu, dia tidak bisa mengangkat seorang wali, maupun amil. ia juga tidak bisa

62

mengurusi urusan-urusan umat, karena tugasnya hanya tugas teknis dan administrasi dalam rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintahan, serta kegiatan-kegiatan teknis operasional dari khalifah atau mu'awin tafwidh.

Karena itu, dia disebut mu'awin tanfidz (pembantu teknis dan administrasi). Para

fuqaha' (ahli fikih) menyebutnya dengan istilah wazir tanfidz, yang dimaksud adalah

mu'awin tanfidz. Dengan alasan, bahwa kata wazir dari segi bahasa bisa dipergunakan untuk menunjukkan makna mu'in (pembantu). Mereka mengatakan: Wazir ini merupakan perantara antara khalifah dengan rakyat dan para pejabat-pejabat pemerintahannya. Ia bertugas menyampaikan perintah dari khalifah, melaksanakan apa yang telah dinyatakan dan diputuskan serta menyampaikan penyerahan jabatan wali, amil atau penyiapan pasukan dan keputusan-keputusan khalifah yang lain. Ia juga bertugas menyampaikan hal-hal yang muncul dari mereka kepada khal-halifah. Ia senantiasa mengikuti perkembangan dengan baik, agar bisa melaksanakannya sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadanya. Jadi, dia merupakan pembantu yang melaksanakan berbagai urusan, bukan sebagai wali yang mengendalikan dan memimpin urusan-urusan tersebut.63

Karena mu'awin tanfidz itu senantiasa bertemu langsung dengan khalifah, ia merupakan teman khalifah dan tugasnya juga senantiasa bersentuhan dengan tugas pemerintahan --sekalipun kegiatannya hanya kegiatan praktis dan administrasi-- maka mu'awin tanfidz tidak boleh dijabat oleh seorang wanita.

Begitu pula mu'awin tanfidz tidak boleh dijabat oleh orang kafir, melainkan harus seorang muslim, karena dia merupakan teman (bithanah) khalifah. Ini didasarkan kepada firman Allah SWT.:

63





























































"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaanmu (bithanah) orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi."64

Larangan mengambil bithanah (teman) non muslim, bagi khalifah adalah tegas sekali di dalam ayat ini. karena itu, tidak diperbolehkan orang kafir menjadi mu'awin tanfidz, selain orang hanya muslim. Sebab, dia senantiasa bertemu dan melakukan kontak langsung dengan khalifah. Ia tidak dapat dipisahkan dari khalifah, sebagaimana mu'awin tafwidh.

Sedangkan mu'awin tanfidz jumlahnya boleh lebih dari satu orang, sesuai dengan kebutuhan. Karena, mu'awin tanfidz bukanlah seorang hakim (yang memimpin pemerintahan). Sementara kalau hakim harus satu orang. Karena itu, khalifah hanya satu, begitu pula mu'awin tafwidh hanya satu.

Adapun urusan-urusan yang melibatkan mu'awin tanfidz untuk menjadi perantara di antara urusan-urusan itu dengan khalifah maupun yang lain ada empat macam: 1-Perangkat negara (ajhizatut daulah), 2- Tentara (jaisy), 3- Rakyat (ummat), 4- Urusan-urusan kenegaraan (syu'un dauliyah).65

64T.Q.S. Ali Imran:

65

Itulah fakta tugas-tugas yang dilakukan oleh mu'awin tanfidz. Karena itu, selama dia menjadi perantara antara khalifah dengan yang lainya, ia merupakan aparat yang berfungsi menghubungkan dari dan kepada khalifah. Karena fungsi perangkat tersebut yang menjadi penghubung, ia juga harus senantiasa mengikuti kegiatan-kegiatan aparat negara yang lain.

Khalifah adalah pemimpin langsung (bukan simbol), yang memimpin sendiri dan pelaksanaan pemerintahan. Khalifah yang juga harus mengurusi urusan-urusan rakyatnya. Oleh karena itu, ia harus terus-menerus melakukan kontak dengan perangkat pemerintahan, hubungan-hubungan kenegaraan serta rakyat. Dia juga yang mengeluarkan berbagai hukum dan keputusan serta melaksanakan tugas-tugas mengurusi umat. Ia juga senantiasa mengontrol jalannya tugas aparat pemerintahan yang ada, serta apa saja yang dia sampaikan dan apa saja yang menjadi kebutuhkannya kepada mereka. Tuntutan-tuntutan dan keluhan-keluhan umat itu disampaikan langsung kepadanya. Karena itu, khalifah harus mengikuti terus menerus kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam negara.66

Karena realitas kegiatan-kegiatan mu'awin tanfidz inilah, ia merupakan perantara yang menyampaikan dari dan kepada khalifah. Dengan kata lain, apa saja yang dikeluarkan oleh khalifah kepada aparat-aparat pemerintahannya, serta apa saja yang disampaikan dari aparat-aparat tersebut kepada khalifah, harus diikuti secara intens (mutaba'ah) sehingga bisa dilaksanakan. Oleh karena itu, mu'awin tanfidz harus melakukan mutaba'ah sehingga tugas secara operasional bisa berjalan dengan sempurna. Karena itu, ia harus mengikuti khalifah secara intens, serta intens mengikuti para aparat

66

negara yang lain. Dia tidak akan menghentikan mutab'ah-nya, kecuali kalau khalifah memintanya. Dengan begitu, dia harus melaksanakan perintah khalifah dan menghentikan

mutab'ah-nya, sebab khalifah adalah seorang pemimpin, dimana perintahnya harus

dilaksanakan.67

Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan tentara, serta hubungan-hubungan kenegaraan yang biasanya membutuhkan delegasi, hal-hal itu merupakan wewenang khusus khalifah. Mu'awin tanfidz tidak boleh mengikutinya, serta ikut menanganinya. Kecuali, kalau ia diminta oleh khalifah untuk memantaunya, maka dia pun harus melakukannya sesuai dengan yang diminta oleh khalifah saja, sedangkan yang lain tidak.68

Adapun untuk mengurusi masalah pelayanan terhadap urusan umat serta melaksanakan tuntutan-tuntutannya dan mencabut tindak kedzaliman terhadap umat hanyalah urusan khalifah, serta orang-orang yang mewakilinya dalam urusan tersebut dan bukan urusan mu'awin tanfidz. Sehingga dia tidak perlu memantaunya, kecuali bila diminta oleh khalifah agar memantaunya. Jadi, kegiatan mu'awin yang berkaitan dengan umat sebenarnya adalah kegiatan praktis yang bersifat operasional, bukan pemantauan. Semuanya ini, kembali kepada realitas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh khalifah.