Kesimpulan dari PKLM mengenai penagihan dibidang perpajakan dan saran yang dikemukakan untuk menambah masukan bagi KPP Medan Belawan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja
BAB III : GAMBARAN DATA
Pengertian pajak dan wajib pajak, dasar hukum, pengertian penagihan dan juru sita pajak dan hal-hal berkaitan dengan penagihan pada umumnya
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Analisa dan evaluasi terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari PKLM mengenai penagihan dibidang perpajakan dan saran yang dikemukakan untuk menambah masukan bagi KPP Medan Belawan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja
Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada dilingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara yang berkedudukan dijalan Asrama No. 7-A Medan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan meliputi beberapa kecamatan, antara lain :
1. Kecamatan Medan Marelan. 2. Kecamatan Medan Belawan. 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Labuhan.
Luas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan sekitar 107,58 Km2 (10.758 Ha) yang meliputi empat kecamatan dan meliputi dua puluh tiga kelurahan. Visi KPP Medan Belawan adalah menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Sedangkan misinya adalah :
• Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintahan berdasarkan UU Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
• Ekonomi
Mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan yang minimizing distortion.
Mendukung proses demokratisasi bangsa.
• Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan
Dalam menambah pengetahuan mengenai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan ada baiknya mengetahui struktur organisasi yang merupakan wadah atau tempat bagi sekelompok orang yang bekerja sama dalam melakukan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antara bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi diharapkan akan dapat menetapkan system hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik horizontal maupun secara vertical.
KPP Medan Belawan menerapkan struktur organisasi lini dan staff. KPP Medan Belawan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Dirjen Pajak.
KPP Medan Belawan terdiri dari sembilan seksi yang masing-masing seksi mempunyai koordinator pelaksana dan satu Kantor Penyuluhan dan Penggalian Potensi Pajak (KP4). Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.
Struktur organisasi yang ada di KPP Medan Belawan dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) 5. Seksi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (Pot-Put PPh)
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung lainnya (PPN dan PTLL)
8. Seksi Penerimaan dan Keberatan (Pen-Keb) 9. Seksi Penagihan
10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak (KP4).
C. Fungsi Organisasi KPP Medan Belawan
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
KPP Medan Belawan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.
b. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas Wajib Pajak.
c. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan PTLL.
d. Penatausahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM dan PTLL.
e. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.
f. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) g. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
h. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi KPP Medan Belawan adalah :
1. Sub Bagian Umum
Kepala Subag Umum : Farid Hidayat
Korlak Rumah Tangga : Listen Nainggolan (Korlak)
Korlak : Rosniati
Staf Pelaksana : Fenty Rahmadhona Aidil Fajar
Dodi Irawan
Wisnu Marhadika Praja Kusuma Sub Bagian Umum terdiri dari :
a. Koordinator Tata Usaha dan Kepegawaian dengan tugas melakukan urusan tata usaha kepegawaian.
b. Koordinator Keuangan dengan tugas melakukan urusan keuangan
c. Koordinator Rumah Tangga dengan tugas melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Isnformasi (PDI)
Kepala PDI : Margono
Korlak PDI I : Eliebet Pandiangan (Korlak) Korlak PDI II : Bambang
Staf Pelaksana : Nazif Rahmad Akhmad Khumeni Andri Istanto Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I dengan tugas melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta pembuatan monografi.
b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II dengan tugas melakukan penggalian potensi pajak serta melakukan tugas ekstensifikasi Wajib Pajak
c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III dengan tugas melakukan pemberian dukungan teknis computer.
3. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)
Kepala TUP : Mangatas, SE., AK., MM Kasubsi TUP : Bulha Mahulae, SE. (Korlak) Efriyanti Simamora
Staf Pelaksana : Legimin Lely Elviah Didi Irwanto Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu dengan tugas melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib Pajak.
b. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tugas melakukan penelitian SPT Tahunan PPh dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh.
c. Koordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Wajib Pajak dengan tugas melakukan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak serta melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.
4. Seksi PPh Orang Pribadi (PPh OP)
Kepala Seksi PPh OP : Ricart Sianipar
Kasubsi PPh OP : Poniman Ridianto (Korlak) Staf Pelaksana : Hamdan
Suparti
Dana Syahputra Ady Sulaiman Nyoman Arjana Achmad Rizal Putra Seksi PPh Orang Pribadi terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPh Orang Pribadi I dengan tugas melakukan urusan penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Orang Pribadi, serta melakukan urusan Fiskal Luar Negeri.
b. Koordinator Pelaksana PPh Orang Pribadi II dengan tugas melakukan pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Orang Pribadi, serta melakukan urusan penatausahaan dan pelaksanakan pemeriksaaan sederhana Wajib Pajak Orang Pribadi.
5. Seksi PPh Badan
Kepala Seksi PPh Badan : Budiman Napitupulu, SE.AK Korlak
Staf Pelaksana : Rudolf Hutauruk Winnan Kinala Tarigan Tengku Zulaini Awila Harian Jaya Habeahan Catur Ajie Purnomo Purwo Priyono Seksi PPh Badan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPh Badan I dengan tugas melakukan urusan penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan PPh Badan.
b. Koordinator Pelaksana PPh Badan II dengan tugas melakukan pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Badan, serta melakukan urusan penatausahaan dan pelaksanakan pemeriksaaan sederhana Wajib Pajak Badan.
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan PPh (PotPut) Kepala Seksi P2PPH : IR. Rospita Marpaung, MM
Korlak P2PPH : Syamsul Bahri Hasibuan, S.H. (Korlak) Togar Pasaribu
Staf Pelaksana : Dohar Hendra Sianturi Ismail Fahmi Naution Agus Indrayana
Cici Nurul Rochimi, S.E., Ak Tofani Eko Prehantoro
Seksi Pemotongan dan Pemungutan PPh terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan PPh I dengan tugas melakukan urusan penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pemotongan dan Pemungutan PPh.
b. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan PPh II dengan tugas melakukan pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa Pemotongan dan Pemungutan PPh, serta melakukan urusan penatausahaan dan pelaksanakan pemeriksaaan sederhana atas kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh.
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan (PTLL) Kepala Subag PPN : Oloan Naek Siregar
Kasubsi PPN : Suratin (Korlak)
Sulaiman Yusuf,SE.AK Amir Fauzi, SE.AK. Staf Pelaksana : Djalaluddin
Mhd. Isnaeni Harahap Jhony Fernando Barus Iskandar.M.Hutajulu Ikhsan Amri Parinduri Mhd. Ikhsan Nasution Herman Asyura Seksi Pajak Pertambahan Nilai terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPN Industri dengan tugas melakukan urusan penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa PPN. b. Koordinator Pelaksana PPN Perdagangan dengan tugas melakukan
pengawasan pembayaran masa PPN, serta melakukan urusan konfirmasi Faktur Pajak
c. Koordinator Pelaksana PPN Jasa dan PTLL dengan tugas melakukan penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana PPN.
8. Seksi Penerimaan dan Keberatan (PenKeb) Kepala Seksi PenKeb : Bangsawan
Korlak : Syamsul Nahar (Korlak) Staf Pelaksana : Rika Maya Sari
Nurfitriani Suhariadi Dany Santoso Seksi Penerimaan dan Keberatan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Keberatan PPN dan PTLL dengan tugas melakukan urusan penatausahaan penerimaan pajak, pembukuan restitusi, dan pembuatan pemindahbukuan, serta melakukan pengolahan dan penatausahaan macam-macam penerimaan pajak
b. Koordinator Pelaksana Keberatan PPh dengan tugas melakukan urusan penerbitan SKPKPP dan SPMKP, serta melakukan urusan penyelesaian keberatan, penyusunan uraian banding, peninjauan kembali, dan sengketa PPh dan PPN.
c. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Penerimaan Pajak dan Restitusi dan Rekonsiliasi dengan tugas melakukan rekonsiliasi penerimaan pajak, pengolahan dan penyaluran SSP serta Surat Penghitungan Pajak.
Kepala Seksi Penagihan : Ari Suyatno, SE Korlak TUPP : M. Taufik Korlak Penagihan Aktif : Edy
Staf Pelaksana : Parlindungan
Ahmad Fadri Kurnia Mubarok Mukmin
Seksi Penagihan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak dengan tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran piutang pajak, serta melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.
b. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif dengan tugas melakukan penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak Kepala KP4 : Abdul Ghoni BSc
Korlak : Amhar
Staf Pelaksana : Rama Chandra Zulkarnain
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dengan tugas melakukan urusan kepegawaian, tata usaha, keuangan dan rumah tangga KP4.
b. Koordinator Pelaksana Ekstensifikasi dan Monografi dengan tugas melakukan urusan ekstensifikasi Wajib Pajak dan monografi perpajakan. c. Koordinator Pelaksana Penyuluhan Perpajakan dengan tugas melakukan
urusan penyuluhan perpajakan dan pemberian pelayanan NPWP / PKP, Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB.
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK
A. Pengertian
Dalam Undang-undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Wajib Pajak atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pajak diantaranya : 1. Menurut Prof.Dr.Rochmad Soemitro,SH mengemukakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2003 : 1).
2. Menurut Prof.Dr.PJA.Adriani,SH bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat pretasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo dan Wirawan B Ilyas, 2002 : 4).
3. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahtaraan umum (Y. Sri Pudyatmoko, 2004 : 2).
4. Menurut Prof.Dr.Smeets bahwa pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual,maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Y. Sri Pudyatmoko, 2004 : 2).
Dari berbagai pengertian pajak yang dikemukakan berbagai ahli dapat ditarik adanya beberapa ciri atau karakteristik dari pajak sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang atau peraturan pelaksanaannya. b. Terhadap pembayaran pajak, Tidak ada kontra prestasi yang dapat ditunjuk
secara langsung.
c. Pemungutan dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
d. Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan,dan apabila terdapat kelebihan maka sisanya dipergunakan untuk public investment.
e. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari rakyat ke kas Negara (fungsi budgetair) pajak juga mempunyai fungsi mengatur (fungsi regular).
Pemungutan pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Negara yang hasilnya akan dikembalikan kepada masyarakat, maka pemungutan pajak harus mendapat persetujuan dari rakyat itu sendiri mengenai jenis pajak apa saja yang akan dipungut serta berapa besarnya pemunguta pajak. Proses persetujuan rakyat ini dilakukan dengan Undang-undang. Hal ini mengacu pada pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-undang.
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau memotong pajak.
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan suatu kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas , perseroan komanditer, perseroan lainya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa , organisasi sosial politik,atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
B. Dasar Hukum Penagihan
Dasar Hukum Penagihan ialah :
1. Undang-undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
3. Peraturan Pemerintah No.135 tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka penagihan pajak degan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah No.136 tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka Penagihan Pajak.
5. Peraturan Pemerintah No.137 tahun 2000 Tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi nama baik Penanggung Pajak dan pemberian ganti rugi dalam rangka penagihan pajak dengan Surat paksa
C. Syarat Pemungutan Pajak
Karena pajak merupakan kontribusi wajib maka dalam melaksanakan pemungutan pajak terdapat beberapa syarat yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan maka pelaksanaan pemungutan harus adil, diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A yang memberi jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya. 3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemunggutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegitan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh Undang-undang perpajakan.
D. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak yaitu:
Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukkan dana yang sebesar-besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai instrumen untuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kas Negara,dari pajak itulah yang kemudian digunakan sebagai penopang bagi penyelenggaraan dan aktivitas pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat kearah yang dikehendaki pemerintah. Oleh karenanya, fungsi mengatur ini akan mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan rencana dan keinginan pemerintah. Dengan adanya fungsi mengatur, kadang kala dari sisi penerimaan (fungsi budgeteir ) justru tidak menguntungkan . terhadap kegiatan masyarakat yang dipandang bersifat negatif, bila fungsi reguler yang dimaksud untuk menekan kegiatan itu kegiatan itu dikedepankan, maka pemerintah justru dipandang berhasil meskipun pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh cukai minuman keras. Bila pemasukan dari cukai minuman keras sangat sedikit, dan diindikasikan bahwa masyarakat tidak lagi banyak mengkonsumsi minuman keras, maka justru itu suatu keberhasilan , sekalipun dari sisi budgetair tidak menguntungkan. Apabila dikaitkan dengan salah satu dimensi hubungan antara pemerintah dengan rakyat, maka kiranya fungsi ini tidak lepas dari fungsi pengendalian. (sturen).
Untuk melaksanakan fungsi mengatur ini, umumnya oleh fiskus dapat digunakan dengan dua cara :
a. Cara umum
Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tarif-tarif pajak yang dimaksud untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap tarif yang bersifat umum. Tarif yang merupakan persentase atau jumlah yang dikenakan terhadap basis pajak (tax bases), yang berlaku secara umum dijadikan instrumen perwujudan fungsi pajak ini.
b. Cara Khusus
Pelaksanaan fungsi ini mengatur dari pajak yang bersifat khusus ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat positif dan yang negatif
E. Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak penghasilan
b. pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah Terdiri atas:
1) Pajak Propinsi, Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor.
2) Pajak kabupaten/kota, Contoh: Pajak hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, dan pajak penerangan jalan
F. Pengertian Utang Pajak
Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
G. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak 1.Timbulnya utang pajak
Seperti yang telah kita ketahui bila ditinjau dari segi hukum, pajak merupakan sebuah perikatan . akan tetapi, perikatan pajak berbeda dengan perikatan perdata. Dalam perikatan perdata timbulnya perikatan dapat terjadi karena perjanjian dan dapat pula terjadi karena Undang-undang, sedangkan perikatan pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang. Perikatan perdata dilingkupi oleh suasana hukum privat yang mengatur hubungan-hubungan hukum dari subyek-subyek yang sederajat, sedangkan perikatan pajak dilingkupi oleh hukum publik dimana salah satu pihaknya adalah Negara yang mempunyai kewenangan untuk memaksa.Hal yang terpenting untuk diperhatikan dalam kaitan ini antara lain mengenai saat timbulnya utang pajak itu sendiri.
Menurut Rochmat Sumitro, utang pajak adalah utang yang timbul secara khusus karena Negara (kreditur) terikat dan dan tidak dapat memilih secara bebas siapa yang akan dijadikan debiturnya , seperti dalam hukum perdata.
Mengenai cara dan saat lahirnya utang pajak dikenal Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak:
1. Ajaran formil
Utang pajak timbul karena diterbitkan Surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.
2. Ajaran Materiill
Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-undang. Seseorang dikenakan pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.
2. Hapusnya Utang Pajak
Hal-hal yang dapat mengakibatkan hapusnya utang pajak adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran
2. Kompensasi 3. Daluwarsa
4. Pembebasan dan Penghapusan
H. Pengertian Penagihan
Di dalam Ketentuan umum Pasal 1 angka 9 UU No. 19 tahun 2000 Tentang Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disana dikatakan Bahwa yang dimaksud dengan penagihan adalah “ Serangkaian tindakan agar penanggung pajak