LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
MEKANISME PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BELAWAN
O L E H
NAMA : NOVITA MEILANI NIM : 052600049
Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi program diploma III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
DILAKSANAKAN
OLEH
Nama : Novita Meilani Nim : 052600049
Prog. Studi : DIII Administrasi Perpajakan
Ketua Prodip III Pembimbing Supervisor Adm. Perpajakan
(Drs.H.M.H.Thamrin Nst,Msi) (Ir.Moh.Rifki Rachman,MM) (Farid Hidayat) NIP. 131 930 631 NIP. 060 087 444 NIP. 060 086 884
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan
menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan
judul “MEKANISME PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK MEDAN BELAWAN”.
Laporan PKLM ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat
menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara..
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik dalam
susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah
yang lebih baik.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nst, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs.H.M.H.Thamrin Nst,Msi selaku Ketua Program D-III Administrasi
Perpajakan FISIP USU.
3. Bapak Ir.Rifki R,MM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
dan memberikan pengarahan dalam proses penulisan laporan ini.
4. Seluruh Dosen pengajar Prodip D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang
telah memberi ilmu dan wawasannya selama penulis mengikuti perkuliahan.
5. Seluruh staf dan pegawai di D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
6. Bapak Kepala KPP Medan Belawan beserta staf pegawai yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, informasi dan arahan kepada penulis.
7. Kedua orang tua Alm.Matlana dan Alm.Hasriani serta keluarga yang
memberikan dorongan materil dan do’a restunya.
8. Bang Jul Bahri Hrp yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis hingga tidak malas.
9. Sahabatku : Ardila, Hendri, Ika, Yanti, Munthe dan seluruh teman-teman
mahasiswa/i Administrsi Perpajakan FISIP USU stambuk 2005 yang telah
banyak memberi sumbangan pikiran dalam penyelesaian laporan ini.
Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga terselenggaranya laporan
ini. Akhir kata penulis harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun
Medan, 12 Juni 2008
Penulis,
(Novita Meilani)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
D. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri ... 5
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan mandiri ... 6
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 9
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan ... 9
B. Struktur Organisasi KPP Medan Belawan ... 10
C. . Fungsi Organisasi KPP Medan Belawan ... 12
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK ... 23
A. Pengertian Pajak ... 23
B. Dasar Hukum Penagihan ... 26
C. Syarat Pemungutan Pajak ... 26
E. Pengelompokkan Pajak ... 29
F. Pengertian Utang pajak ... 31
G. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak ... 31
H. Pengertian Penagihan ... 33
I. Bentuk Penagihan ... 33
J. Daluarsa penagihan ... 34
K. Pengertian Jurusita ... 35
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA ... 37
A. Tata Cara Penagihan ... 37
B. Kendala yang Terjadi dalam penagihan tunggakan Pajak ... 42
C. Peran Jurusita Pajak dalam Usaha Penagihan Tunggakan Pajak pada KPP Medan Belawan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pajak merupakan salah satu bentuk peran serta warga negara dalam pembangunan,
sesuai dengan tujuan pemungutan pajak yaitu sebagai sumber dana bagi pembangunan
dan penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia. Sistem pemungutan pajak di Indonesia
adalah berdasarkan Sistem Self Assesment. Dalam sistem ini masyarakat diberi
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang.
Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan negara diharapkan dapat memberikan
sumbangsih yang besar bagi pembangunan pemerintahan, oleh karena itu maka
peningkatan penerimaan pajak diperlukan untuk memaksimalkan pendapatan tersebut.
Pajak adalah sumber terpenting dari segi penerimaan negara. Hal ini dapat kita lihat
didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara memperlihatkan bahwa sumber penerimaan terdiri dari berbagai
penerimaan Pajak, Bea Masuk, Bea Cukai. Penagihan pajak dilakukan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan bunga yang tertunggak.
Dari rangkuman kegiatan pemungutan pajak, penagihan merupakan rangkai
kegiatan terakhir. Oleh karena itu, keberhasilan dalam melakukan penagihan tunggakan
pajak dipengaruhi oleh jumlah penetapan pajak dan jumlah pelunasan pajak. Jumlah
penetapan pajak ditentukan oleh aparatur pajak sedangkan jumlah pajak yang dilunasi
oleh tingkat kesadaran dan kemampuan Wajib Pajak, hal ini diperkuat dengan penegasan
Undang-undang Perpajakan bahwa Surat Ketetapan Pajak merupakan Dasar Penagihan
pajak.
Undang-undang Perpajakan No.28 tahun 2007 Tentang Ketentuan umum dan Tata
cara Perpajakan yang mengatur tentang proses kegiatan penagihan pajak terbatas pada
tindakan melakukan atau menyampaikan Surat Teguran pada Wajib Pajak yang tidak
memenuhi jatuh tempo pembayarannya. Sedangkan tindakan yang harus dilakukan
terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya walaupun telah ditegur, diatur
dalam Undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa, yaitu UU No. 19 Tahun 2000 dengan Undang-undang Penagihan
Pajak, maka Surat Paksa itulah proses Penagihan Pajak dilakukan yang diawali dengan
penyampaian Surat Teguran, kemudian dilanjutkan dengan Surat Paksa, Pemerintah
Sita, Lelang, Dan Terakhir Dapat Dikenakan Hukum Penjara.
Penagihan pajak sendiri diatur dalam undang-undang No. 16 tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 18 sampai dengan pasal 23. Pada pasal 18
disebutkan bahwa yang menjadi dasar Penagihan Pajak Adalah Surat Tagihan Pajak,
dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar ditambah.
Dalam pembangunan pemerintah Indonesia peran pajak sangat penting untuk
membiayai pembangunan selain dari faktor migas dan pinjaman luar negeri. Pemerintah
tentu saja tidak dapat hanya mengharapkan pinjaman luar negeri untuk membiayai
kebutuhan Rumah Tangga negara ini. Oleh karena itu memaksimalkan penagihan pajak
perlu dilakukan untuk membiayai Anggaran Belanja Negara yang terus meningkat dari
tahun ke tahun.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini penulis akan membahas mengenai masalah Penagihan Pajak yang dilakukan
oleh fiskus terhadap Wajib Pajak. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan oleh fiskus
sehingga pajak yang terutang tersebut diketahui dan bagaimana upaya yang dilakukan
oleh petugas pajak untuk memaksimalkan usaha penagihan tersebut.
Hal-hal inilah yang akan penulis kemukakan pada laporan yang akan ditulis sebagai
syarat untuk menyelesaikan Studi Program Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang diberi judul
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Untuk mengetahui Tata Cara Pelaksanaan Penagihan
b. Untuk mengetahui masalah dan kendala-kendala yang dihadapi dalam
penagihan pajak
c. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai perpajakan, khususnya
penerapan penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Balawan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Bagi Penulis sendiri praktik kerja lapangan mandiri ini diharapkan dapat
memperdalam pengetahuan penulis dalam hal kegiatan penagihan dan
menambah pengetahuan baik secara teori maupun praktik mengenai
perpajakan
b. Bagi Karyawan KPP Medan Belawan diharapkan dapat memperoleh ide-ide
baik berupa efisiensi, peningkatan dan perbaikan sistem yang telah ada
c. Bagi Universitas sendiri PKLM ini dapat meningkat hubungan kerja sama
dengan Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dan memberi uji nyata atas
Disiplin Ilmu yang telah diberikan diperkuliahan kepada mahasiswa.
d. Bagi Masyarakat diharapkan agar dapat memperoleh informasi mengenai
pajak dan pengaihan pajak sihingga diharapkan dapat meningkatkan
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilaksanakan pada Kantor Pajak Medan
Belawan khususnya pada bagian Seksi Penagihan. Disini penulis akan melakukan
PKLM mengenai penagihan pajak yang dilakukan Fiskus terhadap Wajib Pajak.
Adapun ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri :
1. Prosedur pelaksanaan penagihan
2. Mekanisme pelaksanaan penagihan
3. Kendala yang dihadapi dan penyampaian surat paksa.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Persiapan
Pada tahap ini penulis akan mempersiapkan hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan PKLM misalnya menyiapkan buku-buku, literatur,
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan sebagainya
2. Studi literatur
Penulis akan mencari berbagai sumber literatur dari buku-buku yang penulis
kumpulkan dan tinjauan keperpustakaan yang berhubungan dengan penagihan dan
dipergunakan sebagai perbandingan atas data yang diperoleh dilapangan
Penulis akan mencari data yang berhubungan dengan penagihan dan
mempelajari kerugian yang dilakukan fiskus yang berhubungan dengan hal-hal
tersebut
4. Pengumpulan data
Penulis akan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penagihan dan
literatur yang diperlukan
5. Analisa dan evaluasi
Data yang diperoleh dianalisis dan dievaluasi secara deskriptif dan memberi
interprestasi dari hasil wawancara dan dokumentasi yang diperoleh. Kegiatan
menganalisa dan evaluasi tersebut meliputi :
• Mengumpulkan data.
• Mengklasifikasi data yang diperoleh.
• Menganalisis data yang telah dikumpulkan.
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Wawancara (interview)
Melakukan pernyataan jawab langsung dengan pihak yang berkomentar dalam
mekanisme penagihan pajak untuk mendapatkan data yang diperlukan dan
mendokumentasikannya
Meninjau langsung kelapangan untuk memeproleh informasi dan data yang
diperlukan
c. Penelitian pustaka (studi literatur)
Mengumpulkan data mengenai penagihan pajak melalui bahan-bahan bacaan seperti
buku-buku, majalah, surat kabar, internet, undang-undang, peraturan pemerintah dan
lain-lain.
F. Sistematika Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
Adapun sistematika dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang praktik kerja lapangan
Tinjauan dan manfaat PKLM
Ruang lingkup PKLM
Metode PKLM
Metode Pengumpulan data
Sstematika penulisan laporan PKLM
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Sejarah tingkat KPP Medan Belawan
Struktur organisasi
BAB III : GAMBARAN DATA
Pengertian pajak dan wajib pajak, dasar hukum, pengertian penagihan
dan juru sita pajak dan hal-hal berkaitan dengan penagihan pada
umumnya
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Analisa dan evaluasi terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan
PKLM
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari PKLM mengenai penagihan dibidang perpajakan dan
saran yang dikemukakan untuk menambah masukan bagi KPP Medan
Belawan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan
Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO.
BAB III : GAMBARAN DATA
Pengertian pajak dan wajib pajak, dasar hukum, pengertian penagihan
dan juru sita pajak dan hal-hal berkaitan dengan penagihan pada
umumnya
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Analisa dan evaluasi terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan
PKLM
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari PKLM mengenai penagihan dibidang perpajakan dan
saran yang dikemukakan untuk menambah masukan bagi KPP Medan
Belawan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan
Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO.
Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada dilingkungan
Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara yang berkedudukan
dijalan Asrama No. 7-A Medan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan
Belawan meliputi beberapa kecamatan, antara lain :
1. Kecamatan Medan Marelan.
2. Kecamatan Medan Belawan.
3. Kecamatan Medan Deli
4. Kecamatan Medan Labuhan.
Luas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan sekitar 107,58 Km2
(10.758 Ha) yang meliputi empat kecamatan dan meliputi dua puluh tiga kelurahan.
Visi KPP Medan Belawan adalah menjadi model pelayanan masyarakat yang
menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan
dibanggakan masyarakat. Sedangkan misinya adalah :
• Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintahan berdasarkan UU Perpajakan dengan tingkat
efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
• Ekonomi
Mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi
bangsa dengan kebijaksanaan yang minimizing distortion.
Mendukung proses demokratisasi bangsa.
• Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi
perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan
Dalam menambah pengetahuan mengenai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan
Belawan ada baiknya mengetahui struktur organisasi yang merupakan wadah atau
tempat bagi sekelompok orang yang bekerja sama dalam melakukan usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
serta hubungan antara bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi
diharapkan akan dapat menetapkan system hubungan dalam organisasi yang
menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan
efektif dari segenap kegiatan organisasi baik horizontal maupun secara vertical.
KPP Medan Belawan menerapkan struktur organisasi lini dan staff. KPP Medan
Belawan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung
jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Dirjen Pajak.
KPP Medan Belawan terdiri dari sembilan seksi yang masing-masing seksi
mempunyai koordinator pelaksana dan satu Kantor Penyuluhan dan Penggalian Potensi
Struktur organisasi yang ada di KPP Medan Belawan dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (Pot-Put PPh)
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung lainnya (PPN dan
PTLL)
8. Seksi Penerimaan dan Keberatan (Pen-Keb)
9. Seksi Penagihan
10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak (KP4).
C. Fungsi Organisasi KPP Medan Belawan
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan
KPP Medan Belawan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi
Wajib Pajak.
b. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta
berkas Wajib Pajak.
c. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan
dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan PTLL.
d. Penatausahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi PPh,
PPN, PPnBM dan PTLL.
e. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.
f. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
g. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
h. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri
Keuangan No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan
wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi KPP Medan Belawan adalah :
1. Sub Bagian Umum
Kepala Subag Umum : Farid Hidayat
Korlak Rumah Tangga : Listen Nainggolan (Korlak)
Korlak : Rosniati
Staf Pelaksana : Fenty Rahmadhona
Aidil Fajar
Dodi Irawan
Wisnu Marhadika Praja Kusuma
Sub Bagian Umum terdiri dari :
a. Koordinator Tata Usaha dan Kepegawaian dengan tugas melakukan urusan
tata usaha kepegawaian.
b. Koordinator Keuangan dengan tugas melakukan urusan keuangan
c. Koordinator Rumah Tangga dengan tugas melakukan urusan dan
perlengkapan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Isnformasi (PDI)
Kepala PDI : Margono
Korlak PDI I : Eliebet Pandiangan (Korlak)
Korlak PDI II : Bambang
Staf Pelaksana : Nazif Rahmad
Akhmad Khumeni
Andri Istanto
a. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I dengan tugas
melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta
pembuatan monografi.
b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II dengan tugas
melakukan penggalian potensi pajak serta melakukan tugas ekstensifikasi
Wajib Pajak
c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III dengan tugas
melakukan pemberian dukungan teknis computer.
3. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)
Kepala TUP : Mangatas, SE., AK., MM
Kasubsi TUP : Bulha Mahulae, SE. (Korlak)
Efriyanti Simamora
Staf Pelaksana : Legimin
Lely Elviah
Didi Irwanto
Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu dengan tugas melakukan urusan
penerimaan Surat Pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, melakukan
penatausahaan pendaftaran, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib
b. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tugas
melakukan penelitian SPT Tahunan PPh dan penyelesaian permohonan
penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh.
c. Koordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Wajib Pajak dengan tugas
melakukan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak serta
melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.
4. Seksi PPh Orang Pribadi (PPh OP)
Kepala Seksi PPh OP : Ricart Sianipar
Kasubsi PPh OP : Poniman Ridianto (Korlak)
Staf Pelaksana : Hamdan
Suparti
Dana Syahputra
Ady Sulaiman
Nyoman Arjana
Achmad Rizal Putra
Seksi PPh Orang Pribadi terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPh Orang Pribadi I dengan tugas melakukan urusan
penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan
b. Koordinator Pelaksana PPh Orang Pribadi II dengan tugas melakukan
pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Orang Pribadi, serta
melakukan urusan penatausahaan dan pelaksanakan pemeriksaaan sederhana
Wajib Pajak Orang Pribadi.
5. Seksi PPh Badan
Kepala Seksi PPh Badan : Budiman Napitupulu, SE.AK
Korlak
Staf Pelaksana : Rudolf Hutauruk
Winnan Kinala Tarigan
Tengku Zulaini Awila
Harian Jaya Habeahan
Catur Ajie Purnomo
Purwo Priyono
Seksi PPh Badan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPh Badan I dengan tugas melakukan urusan
penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan
Tahunan PPh Badan.
b. Koordinator Pelaksana PPh Badan II dengan tugas melakukan pemantauan
dan penatausahaan pembayaran masa PPh Badan, serta melakukan urusan
penatausahaan dan pelaksanakan pemeriksaaan sederhana Wajib Pajak
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan PPh (PotPut)
Kepala Seksi P2PPH : IR. Rospita Marpaung, MM
Korlak P2PPH : Syamsul Bahri Hasibuan, S.H. (Korlak)
Togar Pasaribu
Staf Pelaksana : Dohar Hendra Sianturi
Ismail Fahmi Naution
Agus Indrayana
Cici Nurul Rochimi, S.E., Ak
Tofani Eko Prehantoro
Seksi Pemotongan dan Pemungutan PPh terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan PPh I dengan tugas
melakukan urusan penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat
Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pemotongan dan Pemungutan PPh.
b. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan PPh II dengan tugas
melakukan pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa Pemotongan
dan Pemungutan PPh, serta melakukan urusan penatausahaan dan
pelaksanakan pemeriksaaan sederhana atas kewajiban pemotongan dan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan (PTLL)
Kepala Subag PPN : Oloan Naek Siregar
Kasubsi PPN : Suratin (Korlak)
Sulaiman Yusuf,SE.AK
Amir Fauzi, SE.AK.
Staf Pelaksana : Djalaluddin
Mhd. Isnaeni Harahap
Jhony Fernando Barus
Iskandar.M.Hutajulu
Ikhsan Amri Parinduri
Mhd. Ikhsan Nasution
Herman Asyura
Seksi Pajak Pertambahan Nilai terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana PPN Industri dengan tugas melakukan urusan
penerimaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa PPN.
b. Koordinator Pelaksana PPN Perdagangan dengan tugas melakukan
pengawasan pembayaran masa PPN, serta melakukan urusan konfirmasi
Faktur Pajak
c. Koordinator Pelaksana PPN Jasa dan PTLL dengan tugas melakukan
8. Seksi Penerimaan dan Keberatan (PenKeb)
Kepala Seksi PenKeb : Bangsawan
Korlak : Syamsul Nahar (Korlak)
Staf Pelaksana : Rika Maya Sari
Nurfitriani
Suhariadi
Dany Santoso
Seksi Penerimaan dan Keberatan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Keberatan PPN dan PTLL dengan tugas melakukan
urusan penatausahaan penerimaan pajak, pembukuan restitusi, dan
pembuatan pemindahbukuan, serta melakukan pengolahan dan
penatausahaan macam-macam penerimaan pajak
b. Koordinator Pelaksana Keberatan PPh dengan tugas melakukan urusan
penerbitan SKPKPP dan SPMKP, serta melakukan urusan penyelesaian
keberatan, penyusunan uraian banding, peninjauan kembali, dan sengketa
PPh dan PPN.
c. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Penerimaan Pajak dan Restitusi dan
Rekonsiliasi dengan tugas melakukan rekonsiliasi penerimaan pajak,
pengolahan dan penyaluran SSP serta Surat Penghitungan Pajak.
Kepala Seksi Penagihan : Ari Suyatno, SE
Korlak TUPP : M. Taufik
Korlak Penagihan Aktif : Edy
Staf Pelaksana : Parlindungan
Ahmad Fadri Kurnia Mubarok
Mukmin
Seksi Penagihan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak dengan tugas melakukan
urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran
piutang pajak, serta melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan
lainnya.
b. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif dengan tugas melakukan
penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
Penyitaan.
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak
Kepala KP4 : Abdul Ghoni BSc
Korlak : Amhar
Staf Pelaksana : Rama Chandra
Zulkarnain
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dengan tugas melakukan urusan
kepegawaian, tata usaha, keuangan dan rumah tangga KP4.
b. Koordinator Pelaksana Ekstensifikasi dan Monografi dengan tugas
melakukan urusan ekstensifikasi Wajib Pajak dan monografi perpajakan.
c. Koordinator Pelaksana Penyuluhan Perpajakan dengan tugas melakukan
urusan penyuluhan perpajakan dan pemberian pelayanan NPWP / PKP,
Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan Surat
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK
A. Pengertian
Dalam Undang-undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh Wajib Pajak atau Badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pajak diantaranya :
1. Menurut Prof.Dr.Rochmad Soemitro,SH mengemukakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,
2003 : 1).
2. Menurut Prof.Dr.PJA.Adriani,SH bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang
dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat pretasi kembali yang langsung dapat
umum berhubungan dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan
(Waluyo dan Wirawan B Ilyas, 2002 : 4).
3. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa
uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai
kesejahtaraan umum (Y. Sri Pudyatmoko, 2004 : 2).
4. Menurut Prof.Dr.Smeets bahwa pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual,maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Y. Sri Pudyatmoko, 2004 : 2).
Dari berbagai pengertian pajak yang dikemukakan berbagai ahli dapat ditarik
adanya beberapa ciri atau karakteristik dari pajak sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang atau peraturan pelaksanaannya.
b. Terhadap pembayaran pajak, Tidak ada kontra prestasi yang dapat ditunjuk
secara langsung.
c. Pemungutan dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
d. Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan,dan apabila terdapat
e. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari rakyat
ke kas Negara (fungsi budgetair) pajak juga mempunyai fungsi mengatur
(fungsi regular).
Pemungutan pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Negara
yang hasilnya akan dikembalikan kepada masyarakat, maka pemungutan pajak harus
mendapat persetujuan dari rakyat itu sendiri mengenai jenis pajak apa saja yang akan
dipungut serta berapa besarnya pemunguta pajak. Proses persetujuan rakyat ini
dilakukan dengan Undang-undang. Hal ini mengacu pada pasal 23A UUD 1945
yang menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan Negara diatur dengan Undang-undang.
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau memotong pajak.
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan suatu
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas , perseroan komanditer, perseroan lainya, badan usaha
milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa ,
organisasi sosial politik,atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap,
dan bentuk badan lainnya.
B. Dasar Hukum Penagihan
Dasar Hukum Penagihan ialah :
1. Undang-undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
2. Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.28 tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
3. Peraturan Pemerintah No.135 tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan dalam
rangka penagihan pajak degan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah No.136 tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang
Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka Penagihan
Pajak.
5. Peraturan Pemerintah No.137 tahun 2000 Tentang Tempat dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi nama baik Penanggung Pajak dan pemberian ganti
rugi dalam rangka penagihan pajak dengan Surat paksa
C. Syarat Pemungutan Pajak
Karena pajak merupakan kontribusi wajib maka dalam melaksanakan
pemungutan pajak terdapat beberapa syarat yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan maka pelaksanaan
pemungutan harus adil, diantaranya mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A yang memberi jaminan
hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemunggutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegitan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh Undang-undang perpajakan.
D. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak yaitu:
Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk
memasukkan dana yang sebesar-besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal ini
fungsi pajak lebih diarahkan sebagai instrumen untuk menarik dana dari
masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kas Negara,dari pajak itulah yang
kemudian digunakan sebagai penopang bagi penyelenggaraan dan aktivitas
pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat
kearah yang dikehendaki pemerintah. Oleh karenanya, fungsi mengatur ini akan
mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan rencana dan
keinginan pemerintah. Dengan adanya fungsi mengatur, kadang kala dari sisi
penerimaan (fungsi budgeteir ) justru tidak menguntungkan . terhadap kegiatan
masyarakat yang dipandang bersifat negatif, bila fungsi reguler yang dimaksud
untuk menekan kegiatan itu kegiatan itu dikedepankan, maka pemerintah justru
dipandang berhasil meskipun pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh cukai
minuman keras. Bila pemasukan dari cukai minuman keras sangat sedikit, dan
diindikasikan bahwa masyarakat tidak lagi banyak mengkonsumsi minuman
keras, maka justru itu suatu keberhasilan , sekalipun dari sisi budgetair tidak
menguntungkan. Apabila dikaitkan dengan salah satu dimensi hubungan antara
pemerintah dengan rakyat, maka kiranya fungsi ini tidak lepas dari fungsi
Untuk melaksanakan fungsi mengatur ini, umumnya oleh fiskus dapat
digunakan dengan dua cara :
a. Cara umum
Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tarif-tarif pajak yang
dimaksud untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap tarif yang
bersifat umum. Tarif yang merupakan persentase atau jumlah yang
dikenakan terhadap basis pajak (tax bases), yang berlaku secara umum
dijadikan instrumen perwujudan fungsi pajak ini.
b. Cara Khusus
Pelaksanaan fungsi ini mengatur dari pajak yang bersifat khusus ini dapat
dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat positif dan yang negatif
E. Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak penghasilan
b. pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan yang
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah Terdiri atas:
1) Pajak Propinsi, Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor.
2) Pajak kabupaten/kota, Contoh: Pajak hotel, Pajak Restoran, Pajak
F. Pengertian Utang Pajak
Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau
surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
G. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak 1.Timbulnya utang pajak
Seperti yang telah kita ketahui bila ditinjau dari segi hukum, pajak merupakan
sebuah perikatan . akan tetapi, perikatan pajak berbeda dengan perikatan perdata.
Dalam perikatan perdata timbulnya perikatan dapat terjadi karena perjanjian dan
dapat pula terjadi karena Undang-undang, sedangkan perikatan pajak adalah
perikatan yang timbul karena undang-undang. Perikatan perdata dilingkupi oleh
suasana hukum privat yang mengatur hubungan-hubungan hukum dari
subyek-subyek yang sederajat, sedangkan perikatan pajak dilingkupi oleh hukum publik
dimana salah satu pihaknya adalah Negara yang mempunyai kewenangan untuk
memaksa.Hal yang terpenting untuk diperhatikan dalam kaitan ini antara lain
mengenai saat timbulnya utang pajak itu sendiri.
Menurut Rochmat Sumitro, utang pajak adalah utang yang timbul secara khusus
karena Negara (kreditur) terikat dan dan tidak dapat memilih secara bebas siapa
Mengenai cara dan saat lahirnya utang pajak dikenal Ada dua ajaran yang
mengatur timbulnya utang pajak:
1. Ajaran formil
Utang pajak timbul karena diterbitkan Surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.
2. Ajaran Materiill
Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-undang. Seseorang dikenakan
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self
assessment system.
2. Hapusnya Utang Pajak
Hal-hal yang dapat mengakibatkan hapusnya utang pajak adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
4. Pembebasan dan Penghapusan
H. Pengertian Penagihan
Di dalam Ketentuan umum Pasal 1 angka 9 UU No. 19 tahun 2000 Tentang
Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disana dikatakan Bahwa yang
melunasi utang pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang
yang telah disita”.
I. Bentuk Penagihan
Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk penagihan yaitu
penagihan pasif, penagihan aktif (dengan diterbitkan STP / SKP / SKPT ) dan Penagihan
Paksa.
1. Penagihan Pasif
Penagihan Pasif ialah tindakan yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak dengan
cara melakukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan
pembayaran lainnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
2 Penagihan Aktif
Penagihan Aktif ialah Penagihan Yang didasarkan pada STP / SKP / SKPT dimana
Undang-undang telah menentukan tanggal jatuh tempo yaitu 1 (satu) bulan
terhitung dari saat STP / SKP / SKPT diterbitkan. Sebelum tanggal jatuh tempo,
fiskus dapat melakukan penagihan aktif dimana KPP menghimbau kepada Wajib
Pajak agar melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo.
Penagihan dengan Surat Paksa dilakukan oleh fiskus melalui jurusita pajak Negara
yang menyampaikan / memberitahukan Surat Paksa, melakukan penyitaan dan
melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang
Wajib Pajak.
J. Daluwarsa Penagihan Pajak
Pengertian daluwarsa adalah lewat waktu, artinya keadaan yang telah ditentukan
lewat waktu sehingga segala tindakan atau perbuatan sebagaimana disebutkan telah
tidak memiliki kekuatan hukum lagi.
Menurut pasal 22 ayat 1 KUP “ Hak untuk melakukan penagihan Pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah lampaui waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Penilaian Kembali.
Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila:
1. Diterbitkan Surat Teguran dan surat paksa
2. Adanya pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
3. Diterbitkannya SKPKB atau SKPKBT
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.
Adapun Pengertian Jurusita Pajak menurut UU. No. 19 Tahun 2000 adalah
pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan Penyanderaan.
Karyawan Direktorat Jendral Pajak yang diangkat sebagai Jurusita Pajak
haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berpendidikan dan memiliki ijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum
atau yang setingkat dengan itu.
b. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur muda golongan II/ a..
c. Berbadan sehat dan tidak cacat phisik.
d. Lulus pendidikan jurusita pajak.
e. Sebelum melaksanakan tugasnya diangkat dan disumpah oleh pejabat.
f. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.
Kemudian Jurusita Pajak dapat diberhentikan dalam hal:
a. Meninggal dunia atau Pensiun.
b. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
c. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas.
d. Melakukan perbuatan tercela.
e. Melanggar sumpah atau janji Jurusita pajak.
f. Karena alih tugas.
Dari uraian tentang jurusita sebagaimana tersebut diatas maka kita ketahui bahwa
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan dan sekaligus.
2. Memberitahukan Surat Paksa.
3. Melaksanakn Penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, dan
4. Melaksanakan Penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Menurut pasal 18 (1), UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, yang menjadi dasar penagihan adalah : Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding serta
Keputusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
A.Tata Cara Penagihan
Dasar tindakan penagihan pajak adalah apabila pajak yang terutang sebagaimana
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat ketetapan pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang
menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar, setelah
lewat jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan.
Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan atau mengeluarkan
Surat Teguran kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Namun bagi Wajib Pajak
yang mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang
pajaknya, dan telah disetujui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak perlu
dikeluarkan Surat Teguran.
Untuk memudahkan memahami tata cara tindakan penagihan pajak, maka ada
tahapan-tahapan yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Tahapan pembuatan Surat Teguran
Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran, akan diterbitkan Surat Teguran
Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran tidak
dilunasi, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan
dibebani biaya penagihan pajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 50.000 (lima puluh
ribu rupiah). Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam. Setelah
Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak.
c. Tahapan pelaksanaan penyitaan
Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh
Jurusita Pajak tidak dilunasi, jurusita pajak dapat melakukan tindakan penyitaan,
dengan dibebani biaya pelaksanaan surat perintah melakukan penyitaan sebesar Rp
100.000 (seratus ribu rupiah).
d. Tahapan pelaksanaan lelang
Dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah tindakan penyitaan
, utang pajak belum dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melalui
media masa. Penjualan secara lelang melalui KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang) terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14
(empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka
akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang
dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.
Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta kekayaan milik Penanggung Pajak
yang tersimpan pada bank dengan tujuan agar terhadap harta kekayaan dimaksud
tidak terdapat perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai.
Apabila dalam jangka waktu (empat belas) hari sejak penyitaan, Penanggung Pajak
tidak melunasi utng pajak dan biaya penagihan pajak, pejabat segera meminta
kepada pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan Penanggung Pajak
yang tersimpan pada bank ke kas negara atau kas daerah sejumlah yang tercantum
dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita.pencabutan pemblokiran dapat dilakukan
apabila penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagiahn pajak.
f. Tahapan pencegahan
pencegahan mengandung maksud bahwa penanggung pajak yang dicegah
dilarang untuk bepergian keluar wilayah Indonesia (keluar negeri) dalam waktu
tertentu atau sementara waktu, sebagai akibat dari:
1. Jumlah hutang pajak yang, menurut undang-undang (pasal 29 ayat PPSP)
ditentukan sekurang-kurangnya R.p100.000.000 dan
2. Penanggung pajak diragukan etikad baiknya didalam melunasi utang pajak
Jangka waktu tertentu adalah selama paling lama 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang selama enam bulan berikutnya.
a. Pejabat mengajukan permohonan kepada menteri untuk diterbitkan Surat
Keputusan pencegahan, dengan disertai alasan-alasan yang dapat menjadi dasr
diterbitkannya keputusan Pencegahan.
b. Menteri keuangan RI berdasarkan surat dari pejabat setelah dikaji dan
dipertimbangkan, menerbitkan Surat Keputusan pencegahan , yang
sekurang-kurangnya memuat :
• Identitas penanggung pajak yang dikenakan pencegahan .
• Alasan melakukan pencegahan.
• Jangka waktu pencegahan yakni, paling lama 6 (enam) tahundan dapat
diperpanjang lagi selama 6 (enam) tahun.
c. Surat keputusan Pencegahan disampaikan kepada :
• penanngung pajak.
• Menteri Kehakiman.
• Pejabat yang melakukan permohonan pencegahan.
• Atasan pejabat yang mengajukan permohonan pencegahan.
• Kepala daerah setempat.
g. Tahapan pelaksanaan penyanderaan
Sebagaimana pencegahan, demikian pula penyanderaan adalah merupakan salah
satu upaya penagihan , hanya pencegahan adalah berupa pelarangan bepergian
kebebasan Penanggung Pajak dengan cara menempatkan dirinya ditempat tertentu.
Pengertian “ditempat tertentu” adalah :
• Tempat tertutup dan terasing dari masyarakat.
• Mempunyai fasilitas yang terbatas.
• Mempunyai system pengamanan dan pengawasanyang memadai.
Sebelum tempat penyanderaan sebagaiman dimaksud dimuka belum tersedia dikantor
Direktorat Jenderal Pajak/ Kantor Pendapatan Daerah, maka penanggung pajak yang
disandera dapat dititipkan kerumah tahanan dan terpisah dari tahanan lain .
Adapun syarat penanggung pajak dapat disandera adalah sebagai berikut :
• Memiliki utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000
• Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak
Tata cara pelaksaan penyanderaan dilakukan sebagai berikut :
a. Ada usulan dari Jurusita Pajak atau atas inisiatif Pejabat untuk melakukan
Penyanderaan.
b. Pejabat atau atasan pejabat mengajukan permohonan izin tertulis kepada
Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur Kepala
Daerah untuk pajak-pajak daerah .
c. Setelah menerima surat permohonan izin penyandraan dari Pejabat atau
atasan Pejabat Menteri Keuangan atau Gubernur memberikan izin
penyanderaan setelah terlebih dahulu dipelajari dan diberikan pertimbangan
d. Pejabat menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan setelah menerima izin dari
Menteri Keuangan atau Gubernur.
e. Jurusita melaksanakan Surat Perintah Penyanderaan dengan disaksikan oleh
2 (dua) orang saksi penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh
Jurusita Pajak dan dapat dipercaya yaitu dengan cara menyerahkan langsung
Surat Perintah Penyanderaan kepada Penanggung Pajak dan menyerahkan
salinannya kepada Kepala Tempat Penyanderaan.
f. Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya :
• Penanggung Pajak yang akan disandera tidak diketemukan, maka Jurusita
pajak melalui Pejabat atau atasan pejabat meminta bantuan Kepolisian atau
Kejaksaan untuk menghadirkan Penanggung Pajak yang tidak diketemukan
tadi
• Dapat meminta bantuan Kepolisian dan Kejaksaan dalam kasus-kasus yang
lain.
g. Penyanderaan dimulai saat Surat Perintah Penyanderaan diterima oleh
Penanggung Pajak yang bersangkutan.
h. Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat Penanggung
pajak dtempatkan ditempat penyanderaan yang ditanda tanganioleh Jurusita
Pajak, Kepala tempat penyanderaan, penanggung Pajak yang disandera dan
Bupati atau Walikota.
B. Kendala yang Terjadi dalam Penagihan Tunggakan Pajak
Pada dasarnya besarnya utang pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak, pabila
ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan Wajib Pajak dalam melakukan perhitungan
pajak yang terutang atau Wajib pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam
perundang-undangan perpajakan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan. Ketiga
surat ini merupakan sarana administrasi bagi Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan
penagihan pajak. Apabila tagihan pajak tidak dibayar pada tanggal jatuh tempo yang
telah ditetapkan, penagihan dapat dilakukan dengan Surat paksa.
Pada KPP Medan Belawan kendala-kendala yang dihadapi dalam penagihan pajak
adalah sebagai berikut :
1. Alamat Wajib Pajak atau penanggung pajak yang tidak jelas maupun fiktif
(kempos) sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan tindakan penagihan, seperti
pengiriman Surat Teguran dan penyampaian Surat Paksa.
2. Keberadaan Wajib Pajak atau penaggung pajak tidak ditemukan baik karena
pindah domoisili maupun dengan sengaja menghindar.
3. Data dan informasi tentang Wajib Pajak atau penaggung pajak yaitu identitas
lengkap, pengurus, serta daftar harta / asset yang tidak selalu mutakhir sehingga
4. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan sebagian Wajib pajak (baru dalam bidang
perpajakan, sehingga tunggakan yang timbul adalah sanksi administrasi yang
tidak bisa diterima Wajib Pajak.
5. Kemampuan likuiditas Wajib Pajak atau penangguna pajak yang rendah untuk
melunasi tunggakan pajaknya, dikarenakan kondisi perusahaan yang sedang
buruk, serta penetapan ketetapan pajak yang bermasalah yang terlalu membebani
Wajib pajak atau penaggung pajak.
6. Wajib Pajak atau penaggung pajak tidak kooporatif dalam melunasi tunggakan
pajak seperti memperlambat pelunasan tunggakan pajak, maupun wanprestasi
atas ksepakatan pelunasan pajak.
C. Peran Jurusita Pajak dalam Usaha Penagihan Tunggakan Pajak pada KPP Medan Belawan.
Peran jurusita pajak dalam penagihan tunggakan pajak adalah sebagai petugas
yang mempunyai tugas menyampaikan / memberitahukan dengan pernyataan Surat
Paksa kepada Wajib Pajak atau penaggung Pajak . Melaksankan penyitaan
(penyanderaan) terhadap barang-barang Wajib Pajak atau Penaggung Pajak yang tidak
atau kurang membayar pajak sesuai dengan Undang-undang Pajak yang berlaku.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak. Surat paksa dikeluarkan setelah terlebih dahulu ,melakukan atau menyampaikan
didahului dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan
Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT). Dalam melaksanakan penagihan pajak
dengan Surat Paksa, maka jurusita pajak akan mendatangi langsung tempat tinggal /
tempat kedudukan Wajib Pajak atau penagging Pajak dengan memperlihatkan tanda
pengenal diri dan menyatakan maksudnya kepada Wajib Pajak atau penanggung pajak.
Adakalanya penaggung pajak menolak Surat Paksa dengan berbagai alasan.
Maka jurusita harus bisa melakukan kegiatan yang diperlukan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan.
Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh jurusita pajak setelah penyampaian Surat
Paksa adalah membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. Apabila jurusita tidak dapat
melaksanakan Surat Paksa secara langsung maka jurusita membuat laporan tertulis
mengenai sebab-sebab dan usaha yang telah dilakukan dalam upaya melaksanakan Surat
Paksa.
Dalam penyampaian Surat Paksa Jurusita Pajak Negara sering menghadapi berbagai
kendala. Menurut Moeljo Hadi,SH dalam bukunya “Dasar-dasar penagihan pajak
Negara” halaman 41 kendala-kendala yang dihadapi jurusita adalah :
1. Jurusita tidak diperbolehkan masuk rumah.
Pada waktu pelaksanaan penyirtaan ada kemungkinan jurusita tersebut tidak dapat
masuk atau tidak diperbolejkan masuk kedalam rumah WP / PP yang barang-barangnya
paksa tetapi dapat meminta bantuan pihak kepolisian untuk dapat melaksanakan tugas
penyitaan tersebut.
2. Jurusita tidak diperbolehkan menyita barang WP / PP
Kemungkinan lain ialah jurusita diizinkan masuk kedalam rumah tetapi tidak
diperkenankan menyita barang-barang milik WP / PP. dalam hal ini jurusita harus
memberi pengertian mengenai maksud penyitaan. Apabila jurusita mendapat ancaman
adari WP / PP maka jurusita dapat melaporkan kepada kepolisian dan selamjutnya
dilakukan bersama-sama pihak kepolisian.
3. Wajib Pajak atau Penaggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani berita
acara pelaksanaan sita
Apabila WP atau PP atau wakilnya menolak untuk ikut menandatangani berita acara
pelaksanaan sita tersebut maka jurusita dapat mengambil tindakan sebagai berikut :
a. Memberitahukan kepada kepolisian dan meminta bantuan agar membantu
menjaga supaya tidak ada barang-barang sitaan yang hilang.
b. Berita acara pelaksanaan sita tetap dianggap sah (Undang-undang No.19 Tahun
2000, Pasal 12 ayat 6).
4. Pembuktian barang-barang yang bukan milik WP / PP
Apabila WP / PP menyatakan bahwa sebagian barang-barang yang sita bukan miliknya
maka WP / PP atau wakilnya harus dapat menunjukkan bukti-bukti yang jelas bahwa
Pada KPP Medan Belawan Tenaga Jurusita hanya berjumlah 1 (satu)
orang.sehingga penagihan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Meskipun tenaga
jurusita pada KPP Medan Belawan kurang tetapi realisasi penagihan pajak Pada tahun
2007 cukup baik, terbukti dengan perealisasian selama tahun 2004 Yaitu: Surat teguran
yang terbit sebanyak 4999 dengan jumlah tunggakan Rp 10.932.265.000 setelah Surat
Teguran dikeluarkan maka diterima Pembayaran Sebesar Rp 4.550.508.000 (Surat
Teguran kembali kepos sebanyak 426), Surat Paksa yang terbit sebanyak 350 dengan
jumlah tunggakan sebesar Rp. 5.727.193.000 setelah surat paksa diterbitkan maka
diterima pembayaran sebesar Rp 3.294.262.000 (Surat Paksa kembali kepos sebanyak
47) , SPMP (Surat Perintah Melaksanakan penyitaan) yang terbit sebanyak 3 dengan
jumlah tunggakan sebesar Rp92.308.000 setelah SPMP terbit diterima pembayaran
sebesar Rp 20.971.000 (SPMP yang kembali kepos 1), Surat Pemblokiran diterbitkan
sebanyak 7 dengan jumlah tunggakan sebesar Rp. 8.406.633.462 setelah surat
pemblokiran terbit diterima pembayaran sebesar Rp.133.606.591 (Surat pemblokiran
kembali kepos 2), Surat Pencegahan diterbitkan sebanyak 4 dengan jumlah tunggakan
sebesar Rp 9.370.656.759 setelah Surat Pencegahan terbit diterima pembayaran sebesar
Rp. 1.429.003.836.untuk saat ini penyanderaan belum dilakukan pada Kantor Pelayanan
Pajak Medan Belawan.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka penulis akan memberikan kesimpulan dan saran. Adapun
kesimpulan yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
1. Ternyata ada enam tahap dalam yang dilakukan oleh KPP Medan Belawan
dalam usaha penagihan pajak: Yaitu pembuatan surat teguran, penyerahan surat
paksa, pelaksanaan penyitaan dan pelaksanaan lelang,pemblokiran,dan
pencegahan
2. Data dan informasi tentang WP / PP yang tidak akurat merupakan salah satu
kendala dalam usaha penagihan tunggakan pada KPP Medan Belawan.
3. Kurangnya tenaga jurusita yang ada pada KPP medan belawan yang hanya
berjumlah satu orang membuat penagihan sulit dilaksanakan.
4. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak dalam bidang perpajakan,
B. Saran
Berdasarkan Analisa dan evaluasi serta kesimpulan yang dikemukakan diatas maka
penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Agar usaha realisasi penagihan pajak mencapai target maka penulis
menyarankan agar para WP / PP diberikan kesempatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasannya dengan mengadakan seminar dan lokakarya
dibidang perpajakan, sehingga tunggakan yang timbul adalah sanksi administrasi
dapat diterima oleh WP/ PP.
2. Segera menindaklanjuti kasus penanggung pajak yang merupakan penanggung
pajak yang terbesar agar biaya, watu dan tenaga yang dikeluarkan selama
penagihan selama penagihan dapat ditekan, atau dengan kata lain dapat
meningkatkan pelaksanaan penagihan aktif bagi terutama bagi WP / PP yang
menunggak pajak terbesar.
3. Perlunnya peningkatan kinerja diseksi penagihan khususnya jurusita pajak
dengan menambah sarana dan prasarana serta sumber daya pada seksi
penagihan.
4. Penambahan jurusita pajak sehingga dapat memaksimalkan penagihan
pajak.karena saat ini KPP Medan Belawan hanya memiliki 1 (satu) orang
5. Diharapkan Agar pemerintah memberikan denda bunga yang besar kepada Wajib
Pajak yang menunggak Pajaknya sehingga mereka takut melakukan tunggakan
dikarenakan bunga yang besar
DAFTAR PUSTAKA
Boediono B. 2000. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Diadit Media.
Gunadi, Djoned. 2003, Materi Pokok Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Jakarta : Depkeu RI.
Hadi, H. Moeljo. 1995, Dasar-dasar Penagihan Pajak Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ilyas Wirawan B, Richard Burton. 2001. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2002. Perpajakan, Edisi Revisi. Jogjakarta: Andi
Pudyatmoko, Y. Sri. 2004. Pengantar Hukum Pajak, Jogjakarta : Andy.
Sihaloho, Cyrus. 2002. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Rajawali Pers
Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2000 Tentang Undang-undang Penagihan Dengan Surat Paksa.