LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
PELAKSANAAN SURAT TAGIHAN PAJAK BUNGA PENAGIHAN DALAM PENCAIRAN TUNGGAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
MEDAN POLONIA
O L E H
SAMSIDAR RASMI HASIBUAN 052600072
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menamatkan Studi Pada PRODIP III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
OLEH :
Nama : Samsidar Rasmi Hsb
Nim : 052600072
Program Studi : Administrasi Perpajakan
Judul : “Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak
Bunga Penagihan dalam Pencairan Tunggakan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Medan Polonia”
Ketua Prodip III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan
FISIP-USU
(Drs. M.Husni Thamrin Nst,M.Si) (Drs. Cyrus Sihaloho) (Maringan Simorangkir )
NIP.131 930 631 NIP. 060 059 987
DEKAN FISIP-USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan di depan Panitia Penguji PRODIP III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tim Majelis Penguji
Ketua : ( )
Barang siapa menghendaki kesejahteraan hidup di dunia, maka harus dibarengi dengan ilmu. Dan barang siapa yang
menghendaki kebahagiaan hidup di akhirat, hendaklah ditempuh dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki
keduanya maka hendaklah ditempuh dengan ilmu ( Hadist Nabi Muhammmad SAW ).
Kupersembahkan sebagai ungkapan cinta dan bakti kepada kedua Orang Tuaku
Baginda Panusunan Hsb & Nurbani Nst
Hari ini adalah hari bahagiaku juga bahagiamu, terimalah bakti tulusku yang
tersurat dalam karya ini tuk menghapus lelahmu, mengharumkan cucuran
keringatmu,menghibur dukamu dalam kisah lalu, kala engkau lukis hari dengan
peluhmu demi memperjuangkan anakmu.
Thank you so much
Karya ini juga kupersembahkan untuk abang dan kakak tercinta :
Nuraminah Hsb, Khoirun Hsb, Habibah Hsb, Rohima Hsb
(Tulang Syfri Nst/nantulang, Ete Temmi Nst/(Alm) Uda).
Syamsidar Rasmi Hsb
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
RidhoNya penyusunan Tugas Akhir ini dapat selesai dengan yang diharapkan, begitu
juga dengan waktu/masa yang masih dapat hamba nikmati Untuk dapat menimba
Ilmu yang bermanfaat, sehingga dapat menikmati dan menyelesaikan pendidikan dari
jenjang yang rendah sampai jenjang yang tinggi. Serta Shalawat beriring Salam
dihadiahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa pencerahan kepada kita Ummat Manusia dimuka Bumi ciptaan Allah ini.
Pencerahan dari segi akal pikiran, iman dan ilmu yang InsyaAllah bermanfaat dan
dapat terus berkembang sesuai dengan petunjukNya. Amin…Begitu juga dengan ilmu
yang Hamba dapatkan selama ini, semoga dapat bermanfaat bagi diri sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
InsyaAllah……..
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini mengangkat judul “Pelaksanaan Surat
Tagihan Pajak Bunga Penagihan dalam Pencairan Tunggakan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia”. Yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Dalam kesempatan ini, penulis patut mengucapkan terimakasih atas bantuan
yang telah diberikan selama ini. Kepada :
2. Bapak Drs. M. H. Thamrin Nasution, Msi, selaku Ketua Jurusan Prodip III
Administrasi Perpajakan, FISIP USU.
3. Bapak Drs. Cyrus Sihaloho, selaku Dosen Pembimbing dalam penyelesaian
penyusunan Tugas Akhir.
4. Bapak Drs. Marlom Sihombing, MA, selaku Dosen Wali.
5. Bapak / Ibu Dosen / Staf Pengajar Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP
USU yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama mengikuti
perkuliahan. Dan Staff Administrasi Perpajakan.
6. Bapak Abdul Wahid Siregar, selaku Kepala KPP Medan Polonia. Bapak
Maringan Simorangkir, selaku Ka.Subag Umum. Bapak Amiruddin SE,Ak.
Selaku Kepala Seksi Penagihan KPP Medan Polonia, sekaligus sebagai
Supervisor Lapangan. Bapak Irwan dan Pak Teddi, selaku Narasumber bagi
penulis selama melaksanakan penyusunan Tugas Akhir ini sampai Selesai.
Terimakasih atas waktu yang telah diluangkan dan kesempatan yang diberikan
untuk dapat berbagi ilmu dengan penulis.
7. Teristimewa kepada Orang Tua yang Tercinta. Ayahanda B. Panusunan Hsb,
terimakasih atas dukungan moril dan materiil selama ini, sehingga ananda
dapat menyelesaikan pendidikan hingga kejenjang yang lebih tinggi.Tiap tetes
keringatMu yang Engkau korbankan ananda hanya bisa membalasnya dengan
memberikan seyum kebanggaan. Doakan ananda sukses, agar dapat
membahagiakan keluarga. Buat Ibunda Nurbani Nst, terimakasih atas kasih
kakaku :Nur Aminah Hsb/sakban Hsb, khoirun Hsb/Nurmalia Nst, Habiba
Hsb/ Riswan Nst, Rohima/Syamsul. Terlebih lagi penulis ucapkan terimakasih
kepada Tulang Drs. Syafri dan Nantulang Robiatun,Ete Temmi dan (Alm)
Uda, Ete Halimah. Berkat kalian ananda bisa meraih semua ini.
Adikku Mahrani, Hatta, fitri, Mizi, Rasyid, Anas dan Ocha,serta keponakanku
Asrul, Fahmi, Novi, lija, Raihan, Lina, Ipin, Elmi,Hari dan Bayu. Dan seluruh
keluarga besarku dimanapun berada. Tanpa dukungan kalian semua,
perjuangan ini tiada berarti. I LOVE U
ALL……….!!!!!!!!!!!!!!!
8. Tidak lupa juga penulis Ucapkan Terimakasih banyak kepada Bang A.Adi
Syafran Hrp yang selalu memberi dukungan dan selalu setia mendampingi
penulis
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Sahabatku : (60) Restu Ahadiningsih, (70) Wan Ihwa Najelia, (75) Revinia F
Ayu, (77) Wardatun Ulyani, (87) Yuliannisa.
Dan semua Tax ’05, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Yuni, warida, Anni, Helmina, fitri, Fahmi,Barat, Saidar dan bang Ardy. Dll
Dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
ini. Namun , penulis menyadari masih ada kekurangan dan masih jauh dari sempurna
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan
laporan ini. Dan demi kemajuan ilmu pengetahuan kepadanya. Amiin . Wassalam.
Samsida Rasm Hsb
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945 adalah mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata. Dengan
demikian dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional secara bertahap,
terencana, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan
pembangunan nasional yang dimaksud diperlukan dana dari masyarakat antara lain
berupa pembayaran pajak. Oleh karena itu, peran serta masyarakat (Wajib Pajak)
dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan
sangat diharapkan. Namun kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak
sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Terhadap
tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang
mempunyai kekuatan hukum yang memaksa,tindakan penagihan pajak yang di
maksud dilakukan berdasarkan UU No. 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak
negara dengan surat paksa (Sihaloho : 2002).
Dalam pengamatan peneliti UU tersebut kurang dapat sepenuhnya
mendukung pelaksanaan UU Perpajakan yang berlaku sekarang. sebab selain UU
perpajakan telah mengalami perubahan (UU No.28 Tahun 2007 Tentang KUP),
karena adanya perkembangan sistem hukum nasional dan kehidupan nasional yang
Permasalahan yang timbul di masyarakat, khususnya permasalahan mengenai
tunggakan pajak serta dapat memberikan Inovasi peningkatan kesadaran dan
kepatuhan masyarakat/wajib pajak. UU Penagihan Pajak yang demikian diharapkan
agar dapat memberikan penekanan yang lebih pada kepentingan masyarakat/wajib
pajak dan kepentingan negara.
Kerja sama antara Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Wilayah
Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I (DJP Sumut I) tidak hanya dalam hal
pendidikan, Kerjasama lainnya tentu dibentuk, seperti dengan mendatangkan
tenaga-tenaga pengajar yang menjadi dosen tetap maupun dosen undangan dari pihak
Direktorat jendral pajak.
Undang-Undang Penagihan dengan surat paksa mengatur ketentuan tentang
tata cara tindakan penagihan pajak yang berupa penagihan seketika dan sekaligus,
pelaksanaan surat paksa, pencegahan penyitaan/ penyenderaan serta sampai
pelelangan. Kareita itu penulis mempunyai keinginan untuk memilih judul :
“PELAKSANAAN SURAT TAGIHAN PAJAK BUNGA PENAGIHAN
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :
a. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penagihan dan
pelaksanaanya pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia dalam usaha
meningkatkan penerimaan STP Bunga penagihan
b. Untuk mengetahui tata cara yang dilakukan oleh penagihan dalam membuat
penyitaan terhadap wajib pajak.
c. Mengembangkan cara berfikir dan bertindak serta meningkatkan daya
penalaran mahasiswa dalam penyajian laporan secara terpadu dan ilmiah.
d. Diharapkan mahasiswa mendapat pengetahuan dan pengalaman yang
berguna dalam perwujudan pola kerja yang dihadapi setelah mahasiswa
menamatkan studi.
1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktek Kerja Lapangan mandiri tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya adalah :
2.1.1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan dan pengalaman untuk belajar
pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak.
b. Mengaplikasikan teori yang berhubungan dengan disiplin ilmu dari
c. Meningkatkan profesionalisme dalam memperluas wawasan dan
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
ilmunya khususnya di bidang Perpajakan.
d. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan sarana peningkatan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan dunia kerja.
2.1.2 Bagi Universitas
a. Meningkatkan hubungan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan
instansi/perusahaan.
b. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa selama
masa perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah atau perusahaan.
d. Meningkatkan kurikulum untuk setiap disiplin ilmu sehingga mampu
mencapai standar mutu pendidikan yang baik.
e. Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara.
2.1.3 Bagi Instansi Perpajakan
a. Sebagai sarana untuk memberikan bahan masukan dan membantu
dalam membuat keputusan serta pengambilan kebijakan pada peraturan yang
ada.
b. Agar dapat meningkatkan hubungan baik dengan pihak
c. Untuk dapat mempromosikan image instansi/perusahaan serta
mendorong loyalitas instansi/perusahaan.
d. Sebagai sarana dalam pengadaan pegawai atau sumber-sumber
kemampuan dalam menciptakan ide baru untuk masa yang akan datang.
e. Sebagai sarana untuk dapat melakukan kerja sama dan diskusi
antara pihak instansi/perusahaan dengan mahasiswa yang melaksanakan
PKLM.
1.3. RUANG LINGKUP
Dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis akan
melakukan pembahasan yang lebih rinci mengenai :
1. Prosedur pembuatan surat tagihan pajak.
2. Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Medan
Polonia.
3. Mekanisme pencairan tunggakan pajak
4. Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan dalam pencairan tunggakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
1.4. METODE PKLM
Metode yang digunakan dalam pelaksanaa Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Di dalam tahap persiapan ini, penulis melakukan beberapa persiapan yang
dimulai dari penentuan tempat pelaksanaan praktik, penentuan judul, persetujuan
dan pengesahan melaksanakan PKLM baik dari pihak Prodip III Administrasi
perpajakan Universitas Sumatera Utara dan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak
sebagai lokasi PKLM, serta melakukan konsultasi atau diskusi dengan dosen.
1.4.2.Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber-sumber
pustaka atau daftar bacaan untuk mendukung penulisan laporan seperti
undang-undang, buku-buku, surat kabar (koran), majalah, media teknologi informasi
seperti internet dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek
pembahasan.
1.4.3.Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan peninjauan secara langsung pada objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui tentang Pelaksanaan Surat
Tagihan Pajak Bunga Penagihan dalam pencairan tunggakan pada Kantor
Pelayanan Pajak Medan Polonia
1.4.4.Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan
Laporan akhir yang berkaitan dengan Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak Bunga
Penagihan dalam pencairan tunggakan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan
Polonia melalui :
- Pengamatan
B. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan
- Dokumentasi
1.4.5.Analisis dan Evaluasi
Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dan relevan dari objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian dilakukan pengelompokan data agar
lebih mudah dalam melakukan analisa dan evaluasi mengenai Pelaksanaan Surat
Tagihan Pajak Bunga Penagihan dalam pencairan tunggakan pada KPP Medan
Polonia, serta menarik kesimpulan tentang data-data tersebut.
1.5. METODE PENGUMPULAN DATA PKLM
Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini dilakukan dengan mengelompokkan data beserta cara pelaksanaannya
sebagai berikut :
1.5.1 Daftar Wawancara (interview) yaitu penulis melakukan kegiatan tanya jawab
kepada petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam penulisan
laporan ini.
1.5.2 Daftar Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung kepada
objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang
1.5.3 Daftar Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen
administrasi, peraturan-peraturan atau dasar hukum yang berhubungan dengan
objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM
Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini penulis menguraikan penulisan
tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam
penulisan Laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat, Ruang
Lingkup, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan
Sistematika Penulisan Laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi
pelaksanaan PKLM. Yang dilaksanakan pada KPP Medan Polonia
meliputi sejarah singkat KPP Medan Polonia, Struktur Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi masing-masing bagian, serta Gambaran
Pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA SURAT TAGIHAN PAJAK
Menguraikan tentang pengertian dan ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, khususnya Pajak
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis ingin menguraikan analisis dan evaluasi
terhadap Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan dalam
pencairan tunggakan pada KPP Medan Polonia.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya. Menguraikan
kesimpulan dan saran penulis terhadap kondisi objektif sehubungan
permasalahan yang diangkat dan dihadapi oleh penulis dalam
pelaksanaan PKLM dan penulisan laporan ini. Selain itu juga berisi
saran yang berupa usulan terhadap Kantor Pelayanan Pajak yang
kiranya dapat meningkatkan mutu pelayanannya kepada Wajib Pajak
sebagai Pusat Pelayanan yang berhubungan dengan kegiatan
perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
2.1 Sejarah Berdirinya KPP Medan Polonia
Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan RI No: 443/KMK.01/2001, Kantor
Pelayanan Pajak Medan Polonia berdiri pada tahun 2002 yang merupakan pecahan
dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.
Keputusan Menteri Keuangan RI tersebut berisi tentang organisasi dan tata kantor
Wilatah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor
Penyuluhan dan Pengamanan Potensi Perpajakan.
Dan berdasarkan Keputusan tersebut maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Medan Polonia memiliki kedudukan, tugas dan fungsi yang sama dengan KPP
lainnya.
Adapun lokasi dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Medan Maimun
2. Kecamatan Medan Polonia
3. Kecamatan Medan Baru
4. Kecamatan Medan Selayang
Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Medan Polonia
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia terletak atau berdampingan
dengan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak – Depertemen Keuangan
Sumatera Bagian Utara dan terletak di samping Kantor Gubernur Propinsi Sumatera
Utara, berada di Jl. Diponegoro No. 30A Medan. Kantor pemerintah ini mempunyai
kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dalam membayar pajak.
2.2. Tujuan Berdirinya KPP Medan Polonia
pajak sebagai sumber utam penerimaan negara perlu terus ditingkatkan
sehingga pembangunan nasional dapat terus dilaksanakan dengan kemampuan sendiri
berdasarkan prisif kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang
perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif
masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan
peraturan undang-undang perpajakan. Adapun tujuan Berdirinya KPP medan Polonia
antara lain :
1. Pengumpulan data dan pengalihan data penyajian informasi perpajakan,
potensi pajak serta ekstensifikasi wajib pajak.
2. Penatausahaan dan pengecekan surat pemberitahuan bulanan, tahunan, serta
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
Selain itu kantor pelayana pajak membuat undang-undang perpajakan untuk
mengantifikasi masyarakat, sehingga wajib pajak ataupun masyarakat mempunyai
pendapatan/penghasilan (Pajak Penghasilan), dan bagi pedagang maupun pembeli,
juga dikenakan pajak oleh pemerintah perpajakan atas PPnBM (Pajak Pertambahan
nilai Barang Mewah) diatas kena pajak.
Dan hasil pemungutan tersebut akan dimasukkan kedalam dana kas
pemerintahan yang akan dipergunakan sepenuhnya oleh pihak pemerintahan.
Kemudian dari hasil pemungutan pajak tersebut untuk pembangunan yang hasilnya
tidak dapat dirasakan oleh wajib pajak tetapi dapat dimanfaatkan dari hasil pajak
tersebut.
Apabila masyarakat atau wajib pajak dapat melaksanakan kewajibannya
sebaik mungkin, sehingga dengan pajak yang telah terkumpul tersebut pemerintah
dapat membangun bangsa.
2.3. Kegiatan KPP Medan Polonia
Kantor Pelayanan pajak mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
pengawasan administratif dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya. Dalam melakukan
tugas sebagaimana yang dimaksudkan di atas, kantor Pelayanan Pajak
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak
b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan dan Surat
Pemberitahuan Masa Berkas Wajib Pajak
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya
d. Penatausahaan Piutang Pajak, Penerimaan, Penagihan, Penyelesaian
Keberatan, Penatausahaan Banding dan Penyelesaian Restitusi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan
f. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak
h. Pengurangan Sanksi Pajak
i. Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
j. Pelaksanaan Administrasi Kantor Pelayanan Pajak
Kantor Pelayanan pajak (KPP) Medan Polonia dikepalai oleh seorang Kepala
Kantor Pelayanan Pajak yang terdiri atas Sub Bagian Tata Usaha dan beberapa seksi
Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayan
Pajak (KPP) Medan Polonia, maka disini penulis akan menggambarkan tentang
Stuktur Organisasi.
2.4. Bidang-bidang kerja KPP Medan Polonia
2.4.1. Urutan Bidang-bidang Kerja KPP Medan Polonia 1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari:
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian
Menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian
dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan,
penataan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan
pengiriman laporan agar dapat menunjang kalancaran tugas Kantor
Pelayanan Pajak.
b. Koordinator Pelaksana Keuangan
Melakukan urusan Keuangan Kantor Pelayanan Pajak agar dapat
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Kantor Pelayanan Pajak.
c. Bendaharawan Gaji / TKPKN
Menerima, menyimpan dan membayarkan gaji / TKPKN dan atau lembur
kepada para Pegawai di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
Menyelenggarakan pengelolaan anggaran rutin dengan cara menyiapkan
dan mengajukan surat permintaan pembayaran, menerima, menyimpan,
mengeluarkan uang dan mengajukan SPP / UYHD pengganti serta
membuat LKKA / LKKR berdasarkan peraturan yang berlaku.
e. Bendaharawan BP. PBB
Menyelenggarakan pengelolaan dana BP. PBB dengan menyiapkan dan
mengajukan surat permintaan pembayaran, menerima, mengeluarkan uang
dan mengajukan SPP serta membuat LKK berdasarkan peraturan yang
berlaku.
f. Koordinator Pelaksana Rumah Tangga
Melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan Kantor Pelayanan
Pajak agar dapat menunjang pelaksanaan tugas Kantor Pelayanan Pajak.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari seorang Kepala Seksi
Pengolahan Data dan Informasi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan
pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian
potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi sesuai dengan
peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi tiga orang
Koordinator Pelaksana, yaitu:
Tugasnyan adalah menyelenggarakan penatausahaan data perpajakan,
respon, editing, transkrip dan mengadakan perbaikan hasil rekamam data
perpajakan serta pembuatan monografi pajak berdasarkan ketentuan yang
berlaku dalam rangka penyajian informasi perpajakan yang akurat.
b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II
Tugasnya adalah mengaktifkan dan mematikan sistem komputer, menjaga
keamanan data/informasi, peralatan komputer dan perangkat
pendukungnya, menjaga kebersihan ruang komputer, melakukan
pembentukan Bank Data dan mencetak keluaran yang diperlukan.
c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III
Tugasnya adalah menyelenggarakan penyimpanan dan pelayanan
peminjaman data Wajib Pajak serta pencarian data, menyajikan data
potensial perpajakan dan melakukan urusan ekstensifikasi Wajib Pajak
sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku.
3. Seksi Tata Usaha Perpajakan
Seksi Tata Usaha Perpajakan terdiri dari seorang Kepala Seksi Tata Usaha
Perpajakan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT), penatausahaan pendaftaran, pemindahan dan pencabutan
identitas Wajib Pajak lainnya, kearsipan berkas penelitian surat pemberitahuan pajak
dan surat Wajib Pajak lainnya, kearsipan berkas Wajib Pajak serta penerbitan surat
Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan membawahi tiga orang Koordinator
Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Pelayanan TerpaduTugasnya adalah melakukan urusan
penerimaan surat pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, melakukan
penatausahaan pendaftaran, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib Pajak
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan Pajak
Tugasnya adalah melakukan Penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh
dan penyelesaian permohonan penundaaan penyampaian SPT Tahunan PPh
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Koordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Wajib Pajak
Tugasnya adalah melaksanakan urusan tata usaha penerbitan surat ketetapan
pajak dan kearsipan berkas Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Seksi Pajak Penghasilan Pajak perseorangan
Seksi Pajak Penghasilan Perseorangan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pajak
Penghasilan Perseorangan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan
penatausahaan dan perekaman surat pemberitahuan pajak penghasilan Orang Pribadi,
pengawasan pembayaran masa, pemeriksaan sederhana lapangan / kantor berdasarkan
kriteria dan fiskal luar negeri yang ditentukan sesuai dengan peraturan perundang –
Kepala Seksi Pajak Penghasilan Perseorangan membawahi dua orang
Koordinator Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan Orang Pribadi I
Tugasnya adalah melakukan penatausahaan, pengecekan dan perekaman Surat
Pemberitahuan, serta pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa Pajak
Penghasilan Orang Pribadi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan Orang Pribadi II
Tugasnya adalah melaksanakan penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan
sederhana Lapangan/Kantor Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan
Seksi Pajak Penghasilan Badan, terdiri dari seorang Kepala Seksi Pajak
Penghasilan Badan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan
dan perekaman surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan, pengawasan
pembayaran masa, pemeriksaaan sederhanan berdasarkan kriteria yang ditentukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kepala Seksi Pajak Pengahsilan Badan membawahi dua orang Koordinator
Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Penghasilan Badan I
Tugasnya adalah melakukan penatausahaan, pengecekan dan pemantauaan
pembayaran masa Pajak Penghasilan Badan sesuai dengan ketentuan yang
b. Koordinator Pelaksana Penghasilan Badan II
Tugasnya adalah melakukan penatausahaan dan memproses data Wajib Pajak
yang diterbitkan STP atas keterlambatan pembayaran SPT Tahunan atau
keterlambatan/kekurangan setor PPh Pasal 29 serta merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan Sederhana lapangan/kantor berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Seksi Pemungutan dan Pemotongan Pajak Penghasilan terdiri dari seorang
Kepala Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan yng tugasnya adalah
mengkoordinasikan urusan penatausahaan dan perekaman surat pemberitahuan dan
pemungutan pajak penghasilan, pengawasan pembayaran masa serta melakukan
pemeriksaan sederhana berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku.
Kepala Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan membawahi
dua orang Koordinator Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan PPh I
Tugasnya adalah melakukan penatausahaan, pengecekan dan perekaman Surat
Pemberitahuan serta pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan peraturan yang
berlaku.
Tugasnya adalah melakukan urusan penatausahaan dan pelaksanaan
pemeriksaan sederhana atas pelaksanaan kewajiban Pemotongan dan Pemungutan
Pajak Penghasilan serta perekaman SPT Tahunan berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya (PTLL)
Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
terdiri dari seorang Kepala Seksi Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya yang tugasnya adalah mengkoordinasikan penatausahaan dan perekaman
Surat pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, pengawasan pembayaran SPT masa,
konfirmasi faktur pajak serta pemeriksaan sederhana berdasarkan peraturan
perundang–undangan.
Kepala Seksi Pajak Pertambahan Nilai membawahi tiga orang Koordinator
Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana PPN Industri
Tugasnya adalah melakukan urusan penatausahaan dan perekaman Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak atas Barang Mewah,
pengawasan pembayaran masa, konfirmasi faktur pajak serta penatausahaan
dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana di sektor industri sesuai ketentuan
b. Koordinator Pelaksana PPN Perdagangan
Tugasnya adalah melakukan perekaman Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, Penjualan atas Barang Mewah, pengawasan pembayaran
masa, konfirmasi faktur pajak serta penatausahaan dan melaksanakan
pemeriksaan sederhana di sektor perdagangan sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Koordinator Pelaksana PPN Jasa dan PTLL
Tugasnya adalah melakukan urusan penatausahaan dan perekaman Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, pengawasan pembayaran
masa, konfirmasi faktur pajak serta penatausahaan dan pelaksanaan
pemeriksaan sederhana di sektor jasa dan pajak tidak langsung lainnya
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
8. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagihan yang tugasnya
adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan,
penundaan dan angsuran serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak
berdasarkan peraturan perundang–undangan.
Kepala Seksi Penagihan membawahi dua orang Kordinator Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak
Tugasnya adalah melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan
piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tugasnya adalah melakukan penyiapan surat teguran, surat paksa, surat
perintah melaksanakan penyitaan, sita, urusan lelang dan dukungan penagihan
lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan
Seksi Penerimaan dan Keberatan yang terdiri dari seorang Kepala Seksi
Penerimaan dan Keberatan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan
rekonsiliasi penerimaan, pengolahan dan penyaluran surat setoran pajak (SSP) serta
surat penghitungan pajak, dan SPMKP, penyelesaian keberatan dan uraian banding,
pembetulan SKP serta pengurangan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kepala Seksi Penerimaan dan Keberatan membawahi tiga orang Koordinator
Pelaksana, yaitu:
a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak dan
Rekonsiliasi.
Tugasnya adalah melakukan urusan penatausahaan penerimaan pajak,
pembukuan restitusi, pembuatan register pemindahbukuan, pengolahan dan
penatausahaan bermacam–macam penerimaan pajak, penyiapan SKPKPP dan Surat
Perintah Membayar Kelebihan Pajak.
b. Koordinator Pelaksana Keberatan Pajak Penghasilan
Tugasnya adalah melakukan urusan penyelesaian keberatan, penyusunan
pengurangan, penghapusan, pembatalan utang pajak, konsep peninjauan kembali dan
sengketa pajak penghasilan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
c. Koordinator Pelaksana Keberatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya
Melakukan urusan penyelesaian keberatan, penyusunan uraian banding,
penyusunan uraian pemandangan penyelesaian keberatan dan pengurangan,
penghapusan atau pembatalan utang pajak atas ketetapan pajak, peninjauan kembali
dan sengketa pajak pertambahan nilai.
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4)
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan yang ada dalam
Keputusan Menteri Keuangan, yang disebut dengan KP4 adalah Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala KPP. KP4 dipimpin oleh seorang Kepala.
Kantor ini bertugas melakukan urusan penyuluhan, pelayanan konsultasi
perpajakan kepada masyarakat, pengamatan potensi perpajakan wilayah, pembuatan
monografi pajak dan membantu Kantor Pelayanan Pajak dan kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta urusan
tata usaha, rumah tangga, kepegawaian dan keuangan.
Dalam melaksanakan tugasnya KP4 menyelenggarakan fungsi :
b. Pengamatan potensi perpajakan dan pembuatan monografi pajak
c. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan dalam
rangka membantu KPP dan KPPBB
d. Pelaksanaan administrasi KP4
2.4.2. Makna Logo KPP Medan Polonia
Setiap lembaga atau instansi pasti memiliki suatu identitas diri yang khusus,
dimana identitas tersebut membedakannya dengan lembaga lainnya. Demikian juga
dengan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang memiliki logo yang sama
dengan Depertemen Keuangan. Gambar/logo Direktorat Jenderal Pajak dapat dilihat
pada lampiran. Adapun arti dari lambang tersebut adalah:
1. Keterangan Umum
Motto : Nagara Dana Rakca
Bentuk : Segi Lima ukuran 5 cm dan tinggi 7.5 cm
Tata : Biru kehitam–hitaman, kuning emas, putih dan hijau.
2. Makna
1. Padi sepanjang 17 butir berwarna kuning emas dan sepanjang 8 butir dengan
susunan 4 buah belengkung 4 dan 4 buah belengkung 5, berwarna putih dan
kelopak berwarna hijau. Keduanya melambangkan cita-cita Indonesia
2. Sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam menjalankan
tugas.
3. Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun,
mengarahkan dan mengamankan keuangan negara.
4. Ruang segi berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar negara
Republik Indonesia yaitu Pancasila.
3. Arti Keseluruhan
Makna dari lambang tersebut sesuai dengan motto “Nagara Dana Rakca”
adalah ungkapan suatu daya upaya yang mempersatukan dan menyerasikan dalam
gerak kerja untuk melaksanakan tugas Depertemen Keuangan.
BAB III
GAMBARAN DATA SURAT TAGIHAN PAJAK
3.1 . Ketentuan Umum
3.1.1. Pengertian Pajak
Para ahli memberikan defenisi atau pengertian pajak sebagai berikut :
1. Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang diterjemahkan
oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H., dalam buku Pengantar Ilmu Hukum
Pajak ( 1991 : 2 ), menyatakan “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi – kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.”
2. Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., dalam
bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 : 5 )
menyatakan : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
3.1.2. Fungsi Pajak
Ada 2 (dua) fungsi dari Pajak, yaitu :
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi) Mengatur (Regulered)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
3.1.3 Syarat Pemungutan Pajak
Agar pelaksanaan pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau masalah,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)
Adil dalam pelaksanaan pemungutan yaitu memberikan hak bagi Wajib Pajak
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding kepada Badan Penyelesai
Sengketa Perpajakan (BPSP). Mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)
diatur dalam Undang-Undang Pasal 23 ayat 2 : “Segala pajak untuk
keperluan negara berdasarkan Undang-Undang”
3. Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemungutan pajak
harus dapat ditekan. Sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar
daripada hasil yang diperoleh.
5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Misalnya, pelaksanaan
pemungutan pajak dengan Sistem Self Assessment.
3.1.4 Pengelompokan pajak
Pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN dan PPnBM dan
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas :
Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.
2. Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
3.2. Pengertian Penagihan Pajak
1. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH mengatakan bahwa:
“Penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang pajak, Khususnya
mengenai pembayaran pajak”.
2. Sihaloho,cyrus.Drs mendefinisikan :
“Penagihan pajak adalah : Surat untuk melakukan penagihan pajak dari
denda/sanksi administrasi berupa bunga atau denda”. (Modul ketentuan
parpajakan, 1996 : 33).
Ketentuan tentang penagihan utang pajak diatur dalam hukum pajak.Dalam
hal ini pajak dipungut dengan suatu ketetapan,maka tindakan penagihan yang
pertama yaitu : menyerahkan suatu surat ketetapan pajak (SKP) kepada wajib
pajak yang bersangkutan.Setelah SKP diserahkan dan sampai waktu
pembayarannya Wajib pajak belum juga memenuhi kewajibannya, maka tindakan
penagihan kedua adalah dengan mengeluarkan suatu surat peringatanDan apabila
tindakan kedua ini belum juga dipenuhi oleh Wajib pajak maka kepada wajib
pajak diberikan surat teguran.Kedua tindakan penagihan ini termasuk tindakan
penagihan secara pasif.Apabila tindakan pasif ini masih belum berhasil maka
tindakan panagihan selanjutnya meningkat pada tindakan penagihan yang aktif,
yaitu dengan membuat surat paksa dan sita,sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2000.
Besarnya hutang pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak. Apabila
melakukan perhitungan pajak yang terutang atau wajib pajak melanggar ketentuan
yang diatur dalam Undang-undang perpajakan, Direktur Jendral Pajak dapat
menerbitkan surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak atau surat ketetapan pajak
tambahan. Ketiga surat ini merupakan sarana administrasi bagi Direktur Jendral
Pajak untuk melakukan penagihan pajak. Dalam hal tgihan pajak tersebut tidak
dibayar pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan penagihan dapat
dilakukan dengan surat paksa.
Penagihan utang pajak, tidak dapat disamakan dengan penagihan utang
pada umumnya. Karena utang pajak adalah utang kepada Ngara, sehingga
pelunasannya dapat dipaksakan atas kehendak pihak Negara. Karena sifatnya
yang khusus ini, maka utang pajak dapat dituntut pelunasannya tanpa melalui
proses perdilan perdata lebih dahulu dan dalam batas-batas tertentu. Fiscus berhak
mendahului kreditur-kreditur lainnya.Fiscus mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan keputusan pengadilan perdata.
Hasil sitaan akan dijual dimuka umum (dilelang) dan hasil penjualan
tersebut akan digunakan untuk melunasi pajak yang terutang dengan pelaksanaan
penyitaan dan pelelengan tersebut. Dalam keadaan tertentu pelelangan dapat
dibatalkan bila penanggung jawab (WP) masih sempat melunasi utang pajaknya
termasuk penggantian biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh fiscus sehubungan
Direktorat Jenderal Pajak, berhubungan dengan wajib pajak tidak melunasi
baik sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan menurut undang-undang perpajakan
yang berlaku”.
Agar Penagihan pajak dapat tercapai secara efektivitas dan efesien penagihan
pajak harus didasari oleh surat paksa. Ketentuan ini memberikan kekuatan
”EKSEKUTORIAL” serta memberikan kedudukan hukum yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada surat paksa.
Dengandemikian surat paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa
bantuan putusan pengadilan lagi dan tidak dapat diajukan banding.
3.2.1. Dasar Hukum Penagihan Pajak
1) Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan.
2) Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
3) KMK No. 561/KMK.03/2000 tentang Cara Pelaksaan penagihan Seketika dan
Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.
4) KMK No. 85/KMK.03/2002 tentang Tatacara Penyitaan Kekayaan
Penanggung Pajak berupa Piutang dalam Rangka Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
5) PP No.135 Tahun 2000 tentang Tatacara Penyitaan dalam Rangka Penagihan
6) Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-02/PJ.75/2002 tentang Kebijaksanaan
Penagihan Pajak 2002.
7) Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-05/PJ.75/2002 tentang Tindak
Lanjut Atas Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-02/PJ.75/2002 tentang
Kebijaksanaan Penagihan Pajak Tahun 2002.
8) Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.75/2002 tentang Pemeriksaan
Untuk Tujuan Penagihan Pajak (Delinquency Audit).
9)UU No.28 Thn 2007” Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penagihan pajak diatur dalam
pasal 19 sampai dengan pasal 24 dalam UU KUP,dasar penagihannya antara lain :
Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan
Pembetulan, Surat Keberatan, Putusan Banding merupakan dasar penagihan
pajak.
Pada dasarnya besarnya utang pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak. Baru
apabila kemudian ternyata terdapat kekeliruan/kesalahan wajib pajak dalam
melakukan perhitungan pajak terutang atau wajib pajak melanggar ketentuan yang
Pajak) dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurng Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Ketiga surat ini merupakan sarana
administrasi bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP). Dalam hal tagihan pajak tersebut
tidak dibayar pada jatuh tempo yang telah ditentukan/ditetapkan penagihannya dapat
dilakukan dengan surat paksa.
Untuk penerbitan dan keseragaman tindakan dalam melaksanakan penagihan
pajak. Menteri Keuangan akan mengatur tata carannya termasuk aspek administrasi
baik mengenai tindakan penagihan itu sendiri maupun aspek pelaksanaan pembayaran
atas tagihan pajak.
3.2.2. Jenis-Jenis Penagihan
a) Penagihan Pasif, yaitu surat paksa dan surat teguran.
b) Penagihan Aktif, yaitu menggunakan surat paksa, surat perintah penyitaan
sampai mengajukan permintaan penetapan hari, tanggal dan tempat
pelelangan.
c) Penagihan Seketika dan Sekaligus, adalah tindakan penagihan yang
dilakukan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempopembayaran yang meliputi seluruh hutang pajak dari
semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
3.2.3. Jenis-Jenis Sanksi Atas Keterlambatan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Dalam Undang-Undang Perpajakan, jenis sanksi yang diberikan kepada wajib
pajak apabila atas keterlambatannya dalam membayar pajak ada 2 macam yaitu :
1 . Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan sejumlah pembayaran kerugian berupa uang
kepada Negara dalam bentuk bunga, denda atau kenaikan, sanksi ini diatur dalam
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (UU No. 16/1983 jo, UU No. 19/1997)
dan ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
a. Bunga, pembayaran, penagihan, ketetapan masing-masing 2%
perbulan
b. Kenaikan 50%-100%.
c. Denda, Rp.50.000-Rp100.000 (Menurut UU KUP No.16
Tahun 2000).
2. Sanksi Pidana
Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan terhadap wajjib pajak
agar norma perpajakan ditaati dan dipatuhi. Sanksi pidana dapat berupa denda
pidana, pidana kurungan/penjara yang telah ditetapkan oleh Hakim Pidana.
Menurut ketentuan dalam UU Perpajakan, sanksi pidana yang dikenal yaitu :
a). Pidana Kurungan
3.3. Bunga Penagihan
3.3.1. Pengertian Bunga Penagihan
Bunga Penagihan adalah Bunga karena pembayaran Pajak yang
ditagih,kurang / tidak dibayar pada waktunya, mengangsur atau menunda pembayaran
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan.
Pada pasal 19 ayat 1 mengatur pengenaan bunga atas pajak tidak dibayar pada
saat jatuh tempo pembayaran atau terlambat bayar.
Dalam hal wajib pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran
pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% sebulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan
dan ternyata perhitungan sementara pajak yang terutang sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka atas
kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% sebulan yang
dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat (3) huruf b sampai dengan hari
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan dihitung penuh
3.3.2. Fungsi STP Bunga Penagihan .
Fungsi STP Bunga penagihan terhadap pencairan tunggakan adalah sebagai
koreksi atas jumlah pajak yang terutang SPT wajib pajak artinya jika jumlah dalam
tahun berjalan yang tidak atau kurang bayar/disetor ataupun kekurangan
pembayaran/penyetoran pajak, akibat salah tulis dan salah hitung dalam surat
pemberitahuan.
Fungsi STP sebagai sarana untuk mengenakan sanksi kepada wajib pajak berupa
bunga atau denda artinya :
a. Sanksi administrasi berupa denda Rp.50.000,- jika wajib pajak tidak atau
terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp.100.000,- SPT Tahunan.
b. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membentulkan
sendiri SPTnya.
c. Sanksi administrasi berupa bunga apabila wajib pajak terlambat/ tidak
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
4.1. ANALISA
Proses penerbitan STP Medan Polonia itu sesuai dengan Hukum yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yaitu yang pertama pegawai KPP Medan
Polonia mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) satu bulan diterbitkan SKP wajib
pajak belum juga melunasi pajaknya maka dibuat surat peringatan (SP). Tujuh hari
setelah surat peringatan diterbitkan maka dibuat lagi Surat Teguran. Setelah surat
teguran diterbitkan wajib pajak juga belum melunasi pajaknya 21 hari kemudian
setelah diterbitkan surat teguran wajib pajak belum juga melunasi maka diterbitkan
Surat Paksa, setelah surat paksa diterbitkan belum juga dilunasi maka 2x24 jam
setelah surat paksa diterbitkan maka dikeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
(SPMP) setelah SPMP diterbitkan belum juga dilunasi maka dibuat surat SITA,
setelah surat sita dibuat wajib pajak belum juga melunasi pajaknya maka 14 hari
setelah surat sita dikeluarkan maka dibuat permohonan ke jadwal kantor pelelangan
dan setelah iti barang wajib pajak disita kecuali bisa dibayar wajib pajak pajaknya
4.1.1. Penerbitan STP
Prosedur Penerbitan STP
1. Kepala Seksi Pelayanan menerima hasil keluaran berupa konsep STP, STP
PBB, STB dan Daftar Himpunan STPPBB/STB dari Seksi terkait dan
menugaskan Pelaksana untuk memproses lebih lanjut;
2. Pelaksana meneliti konsep STP, STP PBB, STB dan Daftar Himpunan
STPPBB/STB dan melakukan validasi konsep STP, STP PBB, STB dan
Daftar Himpunan STPPBB/STB, dibandingkan dengan data awal
selanjutnya membuat Konsep Nota Dinas Pengantar dan menyampaikan
kepada Kepala Seksi Pelayanan;
3. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Nota Dinas
Pengantar, STP, STP PBB, STB dan Daftar Himpunan STPPBB/STB,
selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Nota Dinas
Pengantar, STP, STP PBB, STB dan Daftar Himpunan STPPBB/STB,
selanjutnya mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan;
5. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Nota
Dinas Pengantar, STP, STP PBB, STB dan Daftar Himpunan
a. STP, STP PBB dan STB kepada Wajib Pajak;
b. Daftar Himpunan STPPBB/STB kepada Pemerintah Daerah;
Syarat Penyelesaian Pekerjaan
1. Undang undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
2. Undang undang tentang Pajak Penghasilan;
3. Undang undang tentang Pajak Pertambahan Nilai;
4. Undang-undang tentang Penagihan Dengan Surat Paksa;
5. Undang-undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
6. Undang-undang tentang Pengadilan Pajak;
7. Undang-undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
8. Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
9. Keputusan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor Pelayanan Pajak
Madya, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I;
10. Surat Edaran tentang Petunjuk Teknis Pencarian/ Pengumpulan dan
Pemanfaatan Data;
11. Seluruh peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
4.1.2. Penerbitan SKP Prosedur Penerbitan SKP
1. Kepala Seksi Pelayanan menerima hasil keluaran berupa konsep SKP,
SPPT, STTS, Surat Ketetapan Bea Kurang Bayar (SKBKB)/Surat
Keterangan Bea Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), dan Daftar
Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) dari Seksi terkait dan menugaskan
Pelaksana untuk memproses lebih lanjut;
2. Pelaksana meneliti konsep SKP, SPPT, STTS dan DHKP dan melakukan
validasi konsep SKP, SPPT, STTS, SKBKB/SKBKBT dan DHKP,
dibandingkan dengan data awal selanjutnya membuat Konsep Nota Dinas
Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan;
3. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Nota Dinas
Pengantar, SKP, SPPT, STTS, SKBKB/SKBKBT dan DHKP, selanjutnya
menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Nota Dinas
Pengantar, SKP, SPPT, STTS, SKBKB/SKBKBT dan DHKP,
selanjutnya mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan;
5. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Nota
Dinas Pengantar, SKP, SPPT, STTS, SKBKB/SKBKBT dan DHKP
kepada pihak-pihak yang terkait;
b. STTS kepada Bank/Kantor Pos dan Giro Persepsi dengan Berita Acara
Penyerahan;
c. DHKP kepada Pemerintah Daerah.
Syarat Penyelesaian Pekerjaan
1. Undang undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
2. Undang undang tentang Pajak Penghasilan;
3. Undang undang tentang Pajak Pertambahan Nilai;
4. Undang-undang tentang Penagihan Dengan Surat Paksa;
5. Undang-undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
6. Undang-undang tentang Pengadilan Pajak;
7. Undang-undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
8. Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
9. Keputusan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor Pelayanan Pajak
Madya, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I;
10. Surat Edaran tentang Petunjuk Teknis Pencarian/ Pengumpulan dan
Pemanfaatan Data;
11. Seluruh peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
4.1.3. Pencairan Tunggakan
Pengaruh atas penerbitan STP dalam pencairan tunggakan adalah untuk
memperkacil tunggakan yaitu dengan mengurangi tunggakan yang ada. Surat
Tangihan dan Surat Peringatan sangat berguna untuk membantu para pegawai Kantor
Pajak dalam melakukan penagihan kepada wajib pajak. Dalam hal ini wajib pajak
wajib mematuhi segala peraturan-peraturan yang dibuat oleh kantor pajak.
Pencairan Tunggakan Pajak Terjadi Karena :
1. Pembayaran Pajak Oleh Wajib Pajak dengan SSP
2. Pembayaran oleh wajib Pajak dengan PBK (Pemindahbukuan)
3. Dikabulkannya Permohonan keberatan /Banding yang diajukan oleh Wajib
Pajak
4. Adanya Penghapusan Tunggakan Pajak yang telah Daluarsa
4.2. EVALUASI
4.2.1. Penerbitan STP Tahun 2006-2007
Tahun Pajak : 2006
Perseorangan STP 281.669.094 433 17.883.498 139
4 106 PPh Pasal 25/29
Badan STP 1.390.605.917 593 285.466.880 207
5 107 PPN STP 802.672.723 1.185 102.392.070 581
6 109 Bunga Penagihan STP 112.182.778 79 17.156.164 51
NO Kode Pajak Jenis Pajak Jenis
Perseorangan STP 435.978.427 852 523.230 148
4 106 PPh Pasal 25/29
Penerbitan STP Tahun 2006 di KPP Medan Polonia tercatat Rp.2.730.151.952
dengan jumlah STP adalah 2.748, sedangkan STP tahun 2007 tercatat
Rp.1.138.628.936 dengan jumlah STP 1.481. Dari STP yang tercatat tersebut dapat
dilihat terjadinya penurunan sebesar Rp.1.591.523.016. Dan jumlah STP dari tahun
2006-2007 juga terjadi penurunan dengan selisih 1.267.
Jumlah pembayaran tahun 2006 sebesar Rp.433.170.304 dengan jumlah SSP 1.153.
sedangkan jumlah pembayaran tahun 2007 sebesar Rp.37.013.058 dengan jumlah
SSP 283.
Dari data tersebut terlihat jelas terjadinya penurunan, baik pada STP, Jumlah STP,
jumlah pembayaran dan jumlah SSP.
4.2.2. Penerbitan SKP Tahun 2006-2007
Tahun Pajak : 2006
NO Kode Pajak Jenis Pajak Jenis
2 203 PPh Pasal 23 SKPKB 383.785.591 45 210.739.244 43
> JUMLAH 6.781.472.518 253 662.096.602 192
Tahun Pajak : 2007
NO Kode Pajak Jenis Pajak Jenis
Kttp
< -> JUMLAH 451.106.059 4720.226.768 22
Dilihat dari penerbitan SKP juga terjadi penurunan dari tahun 2006-2007.
253. dan penerbitan SKP tahun 2007 tercatat sebesar Rp.451.106.069 dengan jumlah
SKP 47.
Penurunan angka tersebut adalah sebesar Rp.6.330.366.459
Jumlah pembayaran tahun 2006-2007 juga terjadi penurunan sebesar Rp.641.869.834
48
4.2.3. Pencairan Tunggakan Tahun 2006-2007
PERKEMBANGAN TUNGGAKAN TAHUN 2006
49
PERKEMBANGAN TUNGGAKAN TAHUN 2007
Dari data yang tercatat pada KPP Medan Polonia selama tahun 2006
(selama 2 semester. Januari-Desember) :
tunggakan Awal : Rp. 348.409.358.000.-
Tunggakan Akhir : Rp. 213.317.319.000,-
Pada tahun 2006 terjadi penurunan tunggakan dikarenakan adanya pencairan
tunggakan sebesar Rp.11.307.619.000,- , pemindahbukuan Rp.3.154.885.000,- ,
Keb/Band Rp.185.742.140.000, sementara penambahan Tunggakan hanya sebesar
Rp.64.994.047.000,-. Oleh karena itu pada akhir tahun 2006 terjadi penurunan
tunggakan. Sehingga tunggakan akhirnya menjadi sebesar Rp.213.317.319.000,-
Dari penurunan tersebut maka akan menambah pendapatan negara. Dan juga dapat
dibuat pernyataan bahwa kesadaran masyarakat dalam membayar pajak semakin
meningkat. Hal ini perlu ditingkatkan lagi terhadap masyarakat, agar tidak terjadi
tunggakan pajak yang mengakibatkan kerugian negara.
Tetapi pada tahun 2007 jumlah tunggakan bertambah, yaitu dengan rincian sbb:
Dari data yang tercatat pada KPP Medan Polonia Selama tahun 2007
(Selama 2 semester. Januari-Desember) :
Tunggakan Awal :Rp. 213.317.319.000,-
Tunggakan Akhir : Rp. 253.840.777.000,-
Dari peningkatan tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa kesadaran masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia,Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Kekentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang No.19 Tahun 2000, Dasar Hukum Penagihan Pajak.
Undang-Undang Perpajakan , Cetakan-1, Ghalia Indonesia, Bandung, 1984.
Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
H. Mulio Hadi SH, Dasar-dasar Penagihan Pajak Negara, PT Grafindo Persada, 1995
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi ke-4, Andi Offset, Yokyakarta, 1997
Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco,
Bandung, 1992