SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (
E-MONEY
)
TERHADAP
VELOCITY OF MONEY
(PERPUTARAN UANG)
DI INDONESIA
OLEH
TRITOGUNA SILITONGA
080501066
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (
E-MONEY
)
TERHADAP
VELOCITY OF MONEY
(PERPUTARAN UANG)
DI INDONESIA
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabel permintaan uang
elektronik terhadap perputaran uang selama tahun 2007 hingga tahun 2012 dengan
menggunakan data bulanan. Variabel yang diamati antara lain permintaan uang
elektronik, JUB, dan PDB. Dalam menganalisis hubungan di antara
variabel-variabel di atas, metode yang digunakan adalah metode OLS dan Uji Kausalitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji akar-akar unit.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pada bahwa antara permintaan uang
elektronik(volume transaksi e-money) dengan nilai velocity of money di Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume transaksi emoney mempengaruhi nilai velocity of money dalam artian ketika permintaan akan uang elektronik semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap laju perputaran uang
(velocity of money). Untuk variabel jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada
variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan uang elektronik. Untuk variabel velocity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur, hormat dan pujian yang tidak henti-hentinya Penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan
penyertaanNya yang selalu menaungi dan melingkupi Penulis sehingga
penyusunan skripsi ini dapat dikerjakan hingga selesai.
Tujuan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai syarat untuk
meraih gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi yang disusun oleh Penulis
yaitu, “ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Velocity Of
Money (Perputaran Uang) Di Indonesia”.
Dalam berbagai bentuk, Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah
sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh Penulis sendiri. Oleh sebab itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan
skripsi ini pada waktu mendatang.
Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua
yang sangat Penulis sayangi yaitu (Alm) Bapak Jansen Silitonga dan Ibu Rismaida
br Aritonang yang telah membesarkan dan mendidik sehingga Penulis bisa sampai
seperti sekarang ini. Serta kepada kakak (Vera br Silitonga), abang (Bona
Silitonga) dan adik ( Martin Silitonga dan Polentyno Silitonga) atas segala doa
dan dukungannya yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu, memberikan dukungan, memberikan
bimbingan, saran dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan maupun
dalam penyusunan skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan
memberikan saran mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya
skrpsi ini. Kepada Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris
Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran mulai dari
awal pengerjaan sampai dengan selesainya skrpsi ini
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen Pembaca Skripsi yagn telah
meluangkan waktu untuk membrikan saran dan masukan dalam pengerjaan
6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan
banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bai penulis.
7. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan stambuk 2008 yang telah
banyak memberikan dukungan moril kepada penulis untuk penyelesaian
skripsi ini.
Dan kepada semua pihak-pihak lain yang tidak bisa Penulis sebutka satu
persatu namanya yang juga turut mendukung dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Tuhan memberkati.
Medan, Januari 2014
Penulis
Tritoguna Silitonga
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Velocity of Money ………... 7
2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik ……… 11
2.1.3.2 Teori Kaum Keynesian ………... 12
3.7.2 Uji Akar Unit Uji Stasioneritas (Unit Root Test) …… 36
3.7.3 Uji Kaualitas Granger (Granger Causality Test)……. 37
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 38
3.8.1 Multikolinieritas……….. 38
3.8.2 Autokorelasi………. 38
3.9 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ……… 39
3.9.1 Koefisien Determinasi (R-squared)……….. 39
3.9.2 Uji t-statistik ……… 39
3.9.3 Uji F-statistik ……….. 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum………. 42
4.1.1 Sejarah E-Money di Dunia ………. 42
4.1.2 Perkembangan E-money di Indonesia ……… 43
4.1.3 Perkembangan Velocity of Money (Perputaran uang).. 46
4.2 Analisis Data dan Pembahasan………. 47
4.2.1 Regresi Linier PDB, JUB (M1), dan Velocity terhadap Permintaan Uang Elektronik (Volume Transaksi e-money) ………. 47
4.2.2 Interpretasi ………. 48
4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……… 49
4.3.1 Multikolinearitas……….. 49
4.3.2 Autokorelasi (serial correlation)………. 50
4.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness og Fit Test) ……… 51
4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Squared) ………. 51
4.4.2 Uji F-statistik ……….. 52
4.4.3 Uji t-Statistik ……….. 53
4.4 Uji Kausalitas Granger ………. 54
4.4.1 Uji Akar-akar Unit (Unit Roots Test) ………. 54
4.4.2 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test) …... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 59
5.2 Saran ………. 60
DAFTAR PUSTAKA ………... 62
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Daftar Penerbit Uang Elektronik ……… 46
4.2 Hasil Regresi Berganda ……… 48
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ………... 50
4.4 Hasil Estimasi Uji Akar-akar Unit ………. 55
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
4.1 Perkembangan Jumlah dan Nilai Transaksi E-money
di Indonesia ………. 43 4.2 Perkembangan Jumlah Instrument E-money
di Indonesia ………. 45 4.3 Perkembangan PDB, JUB (M1), dan
ABSTRAK
ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (
E-MONEY
)
TERHADAP
VELOCITY OF MONEY
(PERPUTARAN UANG)
DI INDONESIA
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabel permintaan uang
elektronik terhadap perputaran uang selama tahun 2007 hingga tahun 2012 dengan
menggunakan data bulanan. Variabel yang diamati antara lain permintaan uang
elektronik, JUB, dan PDB. Dalam menganalisis hubungan di antara
variabel-variabel di atas, metode yang digunakan adalah metode OLS dan Uji Kausalitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji akar-akar unit.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pada bahwa antara permintaan uang
elektronik(volume transaksi e-money) dengan nilai velocity of money di Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume transaksi emoney mempengaruhi nilai velocity of money dalam artian ketika permintaan akan uang elektronik semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap laju perputaran uang
(velocity of money). Untuk variabel jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada
variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan uang elektronik. Untuk variabel velocity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
Memasuki abad millenium, perkembangan teknologi dan informasi begitu
adalah cepat dan berdampak pada banyak bidang. Otomotif, komunikasi, dan
banyak bidang lainnya tidak terkecuali di perekonomian terkhusus pada sistem
pembayaran.
Sistem pembayaran pertama kali menggunakan sistem barter, yaitu
pertukaran suatu barang/komoditi dengan komoditi lain secara langsung sesuai
dengan kebutuhan yang bersangkutan (Sri Mulyani,1988). Tetapi sistem ini
mempunyai keterbatasan-keterbatasan seperti tidak efisien dan tidak adanya
kesepakatan standar mengenai nilai suatu barang. Dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut dan semakin berkembangnya perekonomian diperlukanlah
suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat tukar tetapi mempunyai nilai tetap
dan dapat diterima masyarakat luas.
Uang merupakan alat yang akhirnya menjadi alat tukar mempunyai sejarah
yang panjang. Bentuk uang pada awalnya merupakan suatu barang yang dapat
disukai banyak orang dan jumlahnya pun terbatas. Perkembangan selanjutnya
adalah logam dijadikan sebagai uang dalam bentuk, ukuran dan berat yang
berbeda-beda yang disebut juga sebagai uang logam atau metalic money. Terbatasnya jumlah logam yang dapat digunakan untuk membuat uang, maka
muncullah ide untuk menciptakan uang dari bahan kertas. Terciptanya uang kertas
tidak langsung melenyapkan uang logam, melainkan uang kertas dan uang logam
Sejalan perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu, bentuk uang
semakin bervariasi. Uang kertas dan uang logam yang juga disebut sebagai uang
kartal kemudian dilengkapi dengan uang giral dalam bentuk cek dan giro. Uang
kartal dan uang giral dapat juga disebut sebagai uang tunai, yaitu dapat langsung
digunakan sebagaimana fungsi uang.
Perkembangan teknologi dan informasi sebagaimana dibahas di awal
paragraf juga menciptakan kemajuan di bidang perekonomian terkhususnya
sistem pembayaran. Semakin murahnya komputer serta meluasnya penggunaan
internet didukung kondisi di abad ini yang menuntut keseluruhan sistem agar
dapat bekerja secara efektif dan praktis membuat akhirnya memunculkan suatu
inovasi dalam sistem pembayaran yang disebut dengan pembayaran secara
elektronik. Pembayaran secara elektronik ini menggantikan alat pembayaran cek
untuk membayar tagihan-tagihan baik bersifat mikro maupun ritel. Tidak hanya
itu saja, bahkan akhir-akhir ini muncul suatu inovasi dalam bidang instrument
pembayaran yang diciptakan untuk menggantikan alat pembayaran berupa uang
tunai. Instrument pembayaran ini disebut e-money(electronic money). E-money dipercaya mempunyai kelebihan dibanding uang tunai seperti lebih cepat dan
lebih mudah. Di masa depan uang elektronik (electronic money) akan menjadi fenomenal karena akan mempermudah transaksi, apalagi setelah semua pelaku
bisnis dapat menerima pembayaran secara eleltronik. Tetapi tentu perkembangan
teknologi ini juga akan menjadi ancaman bagi perkembangan pembayaran secara
elektronik, karena semakin maraknya kejahatan berbasis teknologi.
menggunakan kartu debit. Perusahaan besar seperti Visa dan MasterCard juga
telah menerbitkan kartu kredit dan kartu ATM yang juga dapat berfungsi sebagai
kartu debit untuk pembayaran secara non-tunai atau elektrik.
Di Indonesia sendiri, penggunaan uang elektronik(e-money) ini dimulai di
tahun 2007 tetapi masih diatur dalam pengaturan mengenai APMK (Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu). Bank Indonesia mencatat jumlah
transaksi di tahun 2007 ada sekitar 586.046 transaksi dan di tahun 2008 meningkat
sebanyak 2.560.591 transaksi. Kemudian di tahun 2009, Bank Indonesia sebagai
lembaga yang mempunyai otoritas moneter mengeluarkan peraturan Bank
Indonesia dengan no. 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic
money). Peraturan ini menjadikan pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah
dengan pengaturan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
Keluarnya PBI ini secara tidak langsung mengakibatkan melonjaknya jumlah
transaksi uang elektronik mencapai 17 juta transaksi dengan nilai transaksi
mencapai 500 milyar pada tahun 2009. Di tahun-tahun berikutnya jumlah
instrument selalu meningkat dan di akhir tahun 2011, jumlah transaksi sudah
mencapai 41 juta transaksi.
Dari data diatas terlihat bahwa perkembangan uang elektronik ini begitu
cepat dan signifikan. Adanya peningkatan terhadap penggunaan uang elektonik
berarti mengakibatkan adanya peningkatan terhadap pemintaan uang.
Dalam kajian BI mengenai e-money, Siti Hadayati dkk(2006) menilai bahwa penerbitan e-money dinilai sebagai salah satu faktor yang dapat merubah
fungsi permintaan uang dan selanjutnya dapat menurunkan rata-rata jumlah uang
average money holdings ini mengakibatkan meningkatnya velocity of money atau semakin tingginya sirkulasi uang dalam perekonomian.
Percepatan uang (velocity of money) atau sering disebut percepatan saja merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menghitung jumlah uang
beredar (M) yang dikaitkan dengan tingkat harga (P) dan ouput agregat (Y).
Konsep ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Amerika Serikat Irving Fisher
dalam bukunya yang berjudul The Purcasing Power of Money.
Percepatan uang atau sering dilambangkan dengan huruf V dapat diartikan sebagai rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata
uang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian. Sederhananya bahwa percepatan menunjukkan berapa kali uang
berpindah tangan dalam suatu periode tertentu.
Menurut Irving Fisher dalam Miskhin(2008) beralasan bahwa kalau
masyarakat menggunakan kartu debit dan kartu kredit dalam melakukan
transaksinya (termasuk juga menggunakan instrument e-money), maka akan semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian, maka
semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan
oleh pendapatan nominal akibatnya percepatan akan naik. Tetapi berlaku
sebaliknya bahwa apabila pembelian lebih banyak menggunakan uang tunai atau
cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang
dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan
Melihat permasalahan di atas, maka penulis ingin menganalisis lebih jauh
mengenai permintaan uang elektonik dan hubungannya terhadap percepatan
perputaran uang di Indonesia dengan judul : “ Analisis Permintaan Uang
Elektronik (E-money) Terhadap Velocity of Money di Indonesia”
1.6 Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka
ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang
akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulisan skripsi ini.
Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil
keputusan dari akhir penulisan skripsi Adapun permasalahan yang dapat diambil
sebagai dasar kajian dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh JUB, PDB dan velocity of money terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia?
3. Bagaimanakah hubungan permintaan uang elektronik terhadap Velocity of
money (percepatan) di Indonesia? 1.7 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui trend penggunaan uang elektronik (e-money) di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh JUB, PDB dan velocity terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan hubungan permintaan uang elektronik terhadap
1.8 Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi penulis
dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis.
2. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literature bagi masyarakat dan
mahasiswa/I yang ingin melakukan penelitian selanjutnya
3. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i
Departemen Ekonomi Pembangunan.
4. Sebagai bahan masukan atau kajian dan bahan perbandingan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Velocity of Money
2.1.1 Pengertian Velocity of Money
Dalam beberapa buku, velocity of money atau sering dilambangkan dengan huruf V, sering diartikan sebagai perputaran uang, ada juga yang mendefinisikan
sebagai percepatan uang, atau ada juga yang mengartikan percepatan perputaran
uang.
Menurut Drs. M. Manullang (1977) dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Teori Ekonomi Moneter”, yang dimaksud dengan V adalah kecepatan
rata-rata tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu, jadi menyatakan berapa
kali tiap-tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu berpindah dari tangan
yang satu ke tangan yang lainnya. Dalam bukunya juga dinyatakan bahwa
perobahan jumlah uang (M) member arah pengaruh yang sama dengan perobahan
cepatnya peredaran uang (V) terhadap nilai uang dan harga barang. Bertambah
cepatnya peredaran uang berarti berkurangnya permintaan terhadap uang,
sebaliknya semakin lambatnya peredaran uang berarti naiknya permintaan
terhadap uang.
Velocity of money (percepatan perputaran uang) adalah rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang digunakan untuk
membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. (Miskhin,
2008).
Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Makroekonomi”, Mankiw
a. Perputaran uang transaksi (transactions velocity of money), yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode
waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam
perekonomian.
b. Perputaran pendapatan uang (income velocity of money), yang menyatakan bahwa berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan
seseorang dalam periode waktu tertentu.
Dalam kamus Bank Indonesia, velocity of money (kecepatan perputaran
uang) didefinisikan sebagai besarnya kecepatan perputaran uang dalam
perekonomian; merupakan cara untuk mengukur pendapatan nasional
dibandingkan dengan perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan
antara uang, pembelian barang, dan jasa; hal tersebut biasanya dinyatakan dalam
bentuk perbandingan antara pendapatan nasional bruto terhadap uang yang tesedia
untuk pembelian (persediaan uang).
2.1.2 Teori Kuantitas Uang
2.1.2.1 Persamaan Kuantitas
Salah satu tujuan seseorang memegang uang adalah untuk membeli jasa atau
barang atau bisa disebut bertransaksi. Dalam bukunya Mankiw(2006) berpendapat
bahwa semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak
uang yang akan dipegang. Jadi, kuantitas uang dalam suatu perekonomian sangat
erat kaitannya dengan jumlah uang yang digunakan dalam bertransaksi.
Hubungan antara uang dan transaksi ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Persamaan disebut juga Persamaan Kuantitas.
Sisi kanan dari persamaan identitas tersebut mencerminkan transaksi yang
terjadi di dalam suatu perekonomian, dimana P adalah harga rata-rata (average
price) dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi di dalam perekonomian selama
periode tertentu.
Sisi kiri dari persamaan di atas mencerminkan jumlah uang yang digunakan
untuk melakukan transaksi yang dilakukan di dalam suatu perekonomian selama
periode tertentu. M adalah kuntitas uang, sedangkan V adalah perputan uang
transaksi (transaction velocity of money) untuk mengukur tingkat dimana uang
bersikulasi dalam perekonomian.
Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas: definisi dari empat variable
membuatnya benar. Persamaan ini berguna karena menunjukan bahwa jika satu
dari variabel-variabel itu berubah, satu atau lebih variable juga harus berubah
untuk menjaga persamaan (Mankiw,2006).
Akan tetapi persamaan diatas mempunyai permasalahan, yaitu bahwa
transaksi sulit untuk diukur. Maka Mankiew berpendapat bahwa untuk
memecahkan permasalahan ini, jumlah transaksi T diganti menjadi menjadi output
total dari perekonomian Y.
Transaksi dan output berkaitan dikarenakan semakin banyak perekonomian
berproduksi maka semakin banyak pula barang/jasa dibeli atau dijual, namun
keduanya tidaklah sama. Maka persamaanya menjadi :
Uang x Perputaran = Harga x Output
Karena Y juga merupakan pendapatan total, maka V dalam persamaan
kuntitas versi ini menjadi perputaran pendapatan uang (income velocity of money).
Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke dalam
pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.
2.1.2.2 Fungsi Permintaan Uang
Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang
menentukan kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang.
Sedangkan keseimbangan uang riil M/P (Real Money Balances) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur (menganalisa) peranan
uang di dalam perekonomian atau untuk mengukur daya beli uang di dalam
perekonomian. Fungsi permintaan uang sederhana adalah
(M/P)d = kY,
Diman k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin ditahan orang untuk setiap pendapatannya.
Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memandang
persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang
menyebabkan keseimbangan uang riil (M/P)d harus sama dengan jumlah
beredarnya M/P ke dalam fungsi permintaan uang. Karena itu,
M/P = kY Lalu persamaan diubah menjadi,
M(1/k) = PY Atau dapat juga ditulis menjadi,
dimana V=1/k. Persamaan ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara
permintaan terhadap uang/fungsi permintaan uang terhadap perputaran
uang(velocity of money). Ketika banyak orang ingin menahan banyak uang dari pendapatannya (k semakin besar), uang tidak sering berpindah tangan (V semakin
kecil). Sebaliknya, ketika orang ingin sedikit menahan/memegang uang dari
pendapatannya (k semakin kecil), maka uang akan sering berpindah tangan (V
semakin besar).
2.1.4 Teori Velocity of Money
Ada perbedaan pendapat mengenai velocity of money antara kaum klasik
dan antara kaum Keynesian, yaitu:
2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik
Kelompok ini diwakilkan oleh Irving Fisher, ekonom yang berasal Amerika.
Irving Fisher membahas keterkaitan antara jumlah uang beredar M dan total
pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian P x
Y, dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output agregat (pendapatan).
Konsep yang memfasilitasi keterkaitan antara M dan P x Y disebut sebagai
percepatan uang atau Velocity of Money. Percepatan uang (velocity of money)
dinyatakan secara lebih jelas sebagai pendapatan nominal (P x Y) dibagi dengan
jumlah uang (M):
�= P x Y M
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, kita mendapatkan
persamaan pertukaran (equation of change), yang menghubungkan pendapatan
nominal(PxY) dengan jumlah uang (M) dan percepatan (V) :
Persamaan pertukaran menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan
jumlah berapa kali uang ini deigunakan dalam satu tahun tertentu harus sama
dengan pendapatan nominal.
Irving Fisher beralasan bahwa percepatan ditentukan oleh intitusi di dalam
perekomian yang memengaruhi cara individu di dalam perekonomian yang
memengaruhi cara individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan
kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan transaksinya, maka penggunaan
uang menjadi berkurang ketika melakukan pembelian, maka semakin sedikit uang
yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan
nominal dan percepatan akan naik.
Sebaliknya, kalau dalam pembelian lebih mudah menggunakan uang tunai
atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi
yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan
turun. Fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan teknologi dari suatu
perekonomian hanya akan memengaruhi percepatan secara lambat sepanjang
waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek.
2.1.3.3Teori Kaum Keynesian
John M. Keynes mengabaikan pandangan kaum klasik mengenai percepatan
adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang dia sebut sebagai
teori preferensi likuiditas. Dalam teori tersebut Keynes merumuskan ada tiga
motif di balik permintaan akan uang ; motif transaksi, motif berjaga-jaga dan
Keynes juga menuliskan persamaan permintaan akan uang yang dikenal
senagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa permintaan akan
saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari i dan Y :
��
� = � (�,�)
Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M,
dapat dilihat bahwa teori Keynes mengenai permintaan akan uang
mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan
pergerakan suku bunga (Mishkin, 2008). Persamaan preferensi likuiditas dapat
juga dituliskan sebagai :
� ��=
1 �(�,�)
Dengan juga mengalikan kedua sisi persamaan dengan Y dan mengganti
Md dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, dan
diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut :
� = ��
� =
� �(�,�)
Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan
menyebabkan percepatan juga akan naik.
Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa
percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang
berfluktuasi secara signifikan. Teori Keynes juga menolak bahwa percepatan
adalah konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku
bunga normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang
2.2 Uang
2.2.1 Pengertian Uang
Beberapa tokoh atau penulis ekonomi pada masa lampau mendefinisikan
uang sebagai alat pembayar atau penukar. Dalam bukunya, Drs. M. Manullang
(1977) menjabarkan definisi uang dari beberapa tokoh, antara lain:
a. Robertson : “Money is something which is widely accepted in payments
for goods”; yang artinya, “Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang.
b. A. C. Pigou : “money are those things that are widely used as a media
for exchange”; yang artinya : “uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar.
c. R. S. Sayers : “money is something that is widely accepted for the
settlements of debts”; yang artinya “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar utang.
d. Rollin G. Thomas : “money is something that is good, services, and
other valuaber assets, and for the payment of debts”; yang artinya : “ uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima
umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk
pembayar hutang.
Dan akhirnya Drs. M. Manullang memberi definisi uang sebagai berikut:
“uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan
sebagai alat pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat
Dari definisi ini, beliau mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah
memenuhi definisi ini sudah dianggap uang, baik itu terbuat dari logam, kertas
atau benda lainnya yang sudah diterima oleh masyarakat sebagai alat penukar,
pengukur nilai dan sebagai alat penimbun kekayaan.
Seiring perkembangan uang yang semakin pesat, definisi uang
mempengaruhi jenis-jenis uang apa saja yang masuk dalam definisi tersebut (Sri
Mulyani, 1988).
Miskhin (2008) mengungkapkan bahwa ekonom mendefinisikan uang
sebagai sesuatu yang sacara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa
atau pembayaran atas utang. Tetapi definisi ini masih sangat sederhana.
Diperlukan definisi yang lebih kompleks dan lebih luas. Sedangkan menurut
Mankiw (2006), uang adalah persediaan asset yang dapat dengan segera
digunakan untuk melakukan transaksi.
2.2.2 Uang Beredar
Menurut Mankiw (2006), pengertian jumlah uang beredar (JUB) secara
sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang
menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas
itu. Dalam perekonomian yang menggunakan uang atas-unjuk, seperti sebagain
perekonomian dewasa ini, pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar:
peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli pencetakan uang.
Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter. Di Indonesia,
kebijakan moneter didelegasikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral di
Para ekonom klasik (tapi tidak semua) condong untuk mengartikan uang
beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya
beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung
mempengaruhi harga-harga barang. Yang termasuk dalam pengertian currency
sebagai uang beredar bahkan tidak semua uang kertas dan uang logam, tetapi
hanya uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat umum (di luar
bank dan kas negara). Alasannya adalah bahwa hanya uang tunai yang dipegang
masyarakat umumlah yang biasanya langsung dibelanjakan barang dan jasa,
sedangkan uang tunai di lemari besi bank maupun di kantor-kantor kas negara
tidak terkait langsung dengan “pasar barang”.
Pengertian uang beredar sebagai uang kartal tersebut sudah semakin
ditinggalkan dengan semakin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian.
Sekarang sudah banyak dari masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di
bank-bank, demi keselamatan atau untuk kemudahan-kemudahan lain, dalam
bentuk rekening koran atau rekening giro. Bagi si pemilik rekening koran/giro
tersebut, sebenarnya tidak ada bedanya antara uang kertas yang ia pegang dan
uang yang ia simpan di bank berupa saldo rekening koran/giro, karena
sewaktu-waktu ia bisa mengambil kembali uang tersebut untuk dibelanjakan barang dan
jasa yang dibutuhkannya hanya dengan menulis cek. Di negara-negara maju
sebagian besar dari pembelian barang dan jasa dibayar dengan cek. Oleh sebab
itu, saldo rekening koran/giro mempunyai status yang sama dengan currency dan haruslah dimasukkan dalam pengertian “uang beredar”. Saldo rekening koran/giro
plus demand deposits) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money, dan untuk ini biasanya digunakan simbol M1.
M1 = currency (uang kartal) + Demand deposit (uang giral)
Seperti halnya dengan definisi uang beredar dalam arti yang paling sempit
yaitu currency, maka uang giral hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo rekening koran milik
bank pada bank lain atau pada bank sentral ataupun saldo rekening koran milik
pemerintah pada bank atau bank sentral tidak dimasukkan dalam definisi demand
deposits.
Di beberapa Negara, cek bagi para pelancong, yang disebut traveller’s
checks, yang dipegang oleh masyarakat dimasukkan ke dalam definisi M1. Di berbagai negara maju, dan mulai kelihatan pula di kota-kota besar di Indonesia,
sekarang sudah dipakai apa yang disebut kartu kredit atau credit cards. Kartu kredit ini secara prinsip seharusnya juga termasuk dalam M1. Dalam praktek
jumlahnya masih kecil dan disamping itu masih sulit untuk memonitor
perkembangan plafond kartu kredit.
Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa
digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran
yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan
tabungan (savings deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial
bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk
menggunakannya. Sekarang, kebanyakan ekonom berpendapat bahwa selain M1,
berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena
perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi
dan keadaan ekonomi pada umumnya.
M2 = M1 + Time Deposit + Savings Deposits
Masyarakat menempatkan uangnya dalam time deposits atau saving
deposits karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang beredar dalam arti luas atau broad money.
Sebenarnya ada beberapa variasi mengenai definisi M2 ini. Di beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, hanya time deposits yang kecil saja yang
dimasukkan dalam M2, sedang yang besar tidak (time deposits yang kecil adalah
yang besarnya kurang dari $100.000). Definisi M2 yang berlaku umum untuk
semua negara tidak ada, karena hal-hal khas masing-masing negara perlu
dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 biasanya mencakup semua tipe deposits dan
saving deposit Rupiah pada bank-bank (tidak tergantung besar kecilnya simpanan), tetapi tidak mencakup time deposits dan saving deposits mata uang asing (Dolar).
Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yang mencakup
semua tipe deposits dan saving deposits, besar-kecil, Rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non-bank. Seluruh time deposits dan
saving deposits ini disebut uang kuasi atau quasi money. M3 = M1 + quasi money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh
memang sedikit sekali perbedaan antara time deposits dan saving deposits dalam Rupiah dan dalam dolar.
2.2.3 Fungsi Uang
Ada 4 fungsi uang pada umumnya :
a) Uang sebagai alat tukar
Fungsi uang sebagai alat tukar memudahkan masyarakat untuk
melaksanakan transaksi. Fungsi ini menghilangkan perlunya ada kesamaan
keinginan dalam transaksi barter. Unsur kepercayaan sangatlah penting
karena melandasi pemilihan “barang” apa yang bisa digunakan sebagai
uang.
b) Uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli
Fungsi ini terkait usaha manusia dalam mengumpulkan kekayaan.
Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan.
Syarat utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya
beli atau nilai. Karena pada saat inflasi tinggi, nilai merosot cepat, maka
orang pun enggan memegang uang.
c) Uang sebagai standar/satuan nilai
Fungsi ini ,memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang.
Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menghafal sampai ribuan
nilai tukar yang dilakukan pada masa perekonomian barter. Fungsi ini
tidak dapat dipisahkan dari fungsi sebagai alat tukar, tetapi hanya dapat
d) Uang sebagai standar pembayaran di masa mendatang
Fungsi ini terkait dengan pinjam-meminjam atau transaksi kredit. Dalam
hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran
masa depan.
2.2.4 Jenis-jenis Uang
Jenis-jenis uang dibagi dalam berdasarkan nilai, bahan, kawasan, dan
lembaga penerbit.
2.2.4.1 Jenis uang berdasarkan Nilai
a. Uang bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai
intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya, misalnya uang logam.
b. Uang Tidak Bernilai Penuh (representative full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nominalnya, seperti uang
kertas. Uang jenis ini sering disebut uang bertanda atau token money. 2.2.4.2 Jenis Uang Berdasarkan Bahan
a. Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari
logam, misalnya aluminium, emas, perak, perunggu, dan bahan lainnya.
b. Uang Kertas, merupakan uang yang terbuat dari kertas, plastik, atau bahan
lainnya. Uang jenis ini biasanya bernominal tinggi, dan berkualitas tinggi
sehingga tidak mudah robek dan luntur.
2.2.4.3 Jenis Uang Berdasarkan Kawasan
a. Uang Lokal, berlaku di suatu Negara tertentu, seperti Rupiah di Indonesia
atau Ringgit di Malaysia.
c. Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antarnegara dan
menjadi standard pembayaran internasional, seperti US dollar.
2.2.4.4 Jenis Uang Berdasarkan Lembaga Penerbit
a. Uang Kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral, baik
uang logam maupun uang kertas.
b. Uang Giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Umum, seperti
cek, bilyet giro, traveler’s check, atau credit card.
2.2.5 Motif Memegang Uang
Menurut Keynes, ada 3 motif mengapa orang memegang uang, antara lain:
a. Motif Transaksi, yaitu kebutuhan uang untuk meningkatkan transaksi dan
memenuhi kebutuhan hidup artinya semakin tinggi tingkat transaksi maka
semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan uang.
b. Motif Berjaga-jaga, yaitu mengantisipasi keadaan masa depan yang penuh
ketidakpastian (uncertainty), maka perlu mempersiapkan dengan sejumlah uang
untuk berjaga-jaga seandainya menghadapi masalah seperti sakit, meninggal,
kecelakaan, bencana alam dan sebagainya.
c. Motif Spekulasi, yaitu mengambil pilihan bentuk kekayaan yang memberikan
keuntungan baik secara finansial maupun sosial.
2.2.6 Evolusi Sistem Pembayaran
Fungsi dan bentuk uang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini
dapat kita lihat melalui evolusi sistem pembayaran (payments system). Dalam bukunya, Miskhin berpendapat bahwa evolusi sistem pembayaran yang dimaksud
ialah cara bagaimana transaksi dilakukan dalam perekonomian. Sistem
Pada awalnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran utama kemudian
asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk sistem pembayaran
dan dianggap sebagai uang. Miskhin juga berpendapat bahwa sistem pembayaran
berujung pada memiliki makna penting terhadap bagaimana uang akan
didefinisikan di masa mendatang.
Diawali dari uang komoditas (commodity money), dimana uang terbuat dari logam berharga atau komoditas berharga lainnya; misal, emas atau perak. Dari
zaman dahulu uang komoditas dijadikan sebagai alat pembayaran utama di
kalangan masyarakat kecuali masyarakat yang primitif. Tentu terdapat kelemahan
atau permasalahan yang muncul dari uang komoditas ini. Selain berat, uang
komoditi juga sulit untuk dibawa dalam jumlah besar. Terlebih kalau terjadi
transaksi yang mempunyai nilai besar.
Kemudian muncullah uang berbentuk kertas yang dinamakan uang fiat (fiat
money). Uang fiat berarti uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah tetapi tidak dapat dikonversikan ke dalam bentuk koin
atau logam berharga. Kelebihan dari uang koin adalah bentuknya yang lebig
ringan. Tetapi uang kertas dapat diterima sebagai alat pembayaran jika ada
kredibilitas dari otoritas yang menerbitkan uang kertas tersebut. Sama seperti uang
koin, kelemahan dari uang kertas adalah mudah dicuri dan cukup mahal untuk
dibawa dalam jumlah besar.
Maka untuk mengatasi permasalahan dari kelemahan-kelemahan alat
pembayaran sebelumnya, muncullah cek, yaitu suatu tahapan baru dalam evolusi
Pengertian cek sendiri adalah suatu instruksi dari pihak pertama ke Bank
pihak pertama untuk mengirimkan uang dari rekening pihak pertama ke rekening
pihak kedua ketika pihak kedua tersebut menyetorkan cek yang diterimanya. Cek
menutupi kelemahan uang logam dan uang kertas, yaitu mahalnya jika dibawa
dalam jumlah besar. Bentuk cek hanya sehelai kertas yang dapat memungkinkan
terjadinya transaksi dalam jumlah besar tanpa harus membawa sejumlah besar
mata uang. Penemuan cek adalah suatu inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi
sistem pembayaran. Keuntungan lain dari cek adalah dapat mengurangi kerugian
seandainya cek tersebut dicuri, dan karena cek memberikan bukti pembelian
dengan nyaman.
Tetapi terdapat juga permasalahan/kelemahan dari cek. Pertama,
dibutuhkannya waktu untuk memberikan cek dari pihak pertama ke pihak kedua
jika mereka berada di tempat yang berbeda, terlebih dengan kondisi membutuhkan
pembayaran dengan cepat. Kedua, tingginya biaya administrasi dalam proses
pencairan cek.
Tahapan evolusi sistem pembayaran berikutnya adalah pada zaman
teknologi yang sudah mulai maju dan berkembang, yaitu pada saat ini. Meluasnya
penggunaan internet dan juga semakin murahnya computer memunculkan
pembayaran secara elektronik. Apalagi biayanya tidaklah terlalu mahal dan sangat
efisien. Beberapa bentuk dari pembayaran secara elektronik adalah E-Banking dan
E-money. E-banking memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Tidak perlu ngantri di kantor cabang, tidak perlu biaya prangko untuk mengirim cek. Nasabah
selesai. Terlebih sekarang muncul yang disebut dengan SmartPhone, jadi bisa
melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja.
Bentuk kedua dari pembayaran secara elektronik ialah e-money (uang elektronik). Uang elektronik akan menggantikan posisi dari uang tunai dari sistim
pembayaran. Bentuk dari e-money adalah kartu yang terdapat chips di dalamnya. Uang elektronik memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus membawa
uang tunai dalam jumlah besar. Hanya tinggal membawa kartu, menggesek maka
transaksi selesai. Tidak perlu ada kembalian, karena jumlah pembelian langsung
dipotong dari saldo yang ada di kartu. Tetapi terdapat kelemahan dari alat
pembayaran e-money yang berakibat uang tunai masih dipakai di masyarakat, yaitu pertimbangan pribadi masyarakat akan keamanan, baik keamanan dari uang
yang didalamnya maupun data atau informasi dari nasabah. Karena sekarang ini
sudah banyak kejahatan berbasis teknologi yang disebut cyber crime.
2.3 Electronik Money
2.3.1 Pengertian Elektronik Money
Menurut pengertian yang dikeluarkan Bank for International Settlement
(BIS) dalam suatu Kajian E-money oleh Siti Hidayati dkk(2006),
“stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value
available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s
possession”
(produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh
pemegang kepada penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan
d. nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
2.3.2 Ketentuan lain E-money
Beberapa ketentuan-ketentuan lain dari e-money yang terdapat di Peraturan Bank Indonesia (PBI) NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG
ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
a. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik
pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi
pembayaran dan/atau transfer dana.
b. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab
atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang
berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang
Elektronik yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu
perjanjian tertulis.
c. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang
d. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja sama dengan pedagang, yang dapat memproses data Uang Elektronik yang
diterbitkan oleh pihak lain.
e. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.
f. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.
g. Pengisian Ulang adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang
Elektronik.
h. Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit
atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang yang
masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang.
i. Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik
yang dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang.
j. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing
Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.
k. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain
Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir
atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau
2.3.3 Kelebihan dan kelemahan E-money
Beberapa kelebihan dari Uang Elektronik(e-money)
a. Cepat dan nyaman. Dibandingkan dengan uang tunai, tentu e-money lebih cepat dan lebih nyaman khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil.
Nasabah tidak perlu lagi membawa uang pas dan menyimpan kembalian.
b. Proses transaksi lebih singkat daripada menggunakan kartu kredit ataupun kartu debit karena prosesnya tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda
tangan maupun PIN. Juga menghemat biaya komunikasi karena proses
off-line.
c. Pengisian ulang electronic value ke dalam kartu e-money dapat dilakukan dalam berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.
Sedangkan kelemahan/resiko dari e-money antara lain :
a. Keamanan. Berkembangnya teknologi, juga dimanfaatkan oleh para penjahat teknologi (cyber crime). Uang yang terdapat dalam kartu e-money
dapat hilang karena dicuri. Hilangnya uang elektronik tidak menjadi
tanggung jawab penerbit.
b. Resiko kebingungan. Belum semua nasabah/pengguna memahami dengan jelas pnggunaan uang elektronik dikarenakan rumitnya peraturan yang
mengaturnya.
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menggunakan variabel e-money ataupun velocity
of money telah banyak dilakukan antara lain :
1. Tammy dan Michael Parker (2008) mengadakan penelitian tentang
money. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dampak terhadap velocity atas kemajuan teknologi perbankan yang terjadi di Finlandia. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa terjadi penurunan terhadap kecepatan
perputaran uang (velocity of money) atas kemajuan teknologi perbankan. Ini
diakibatkan masyarakat masih nyaman dan merasa lebih efisien untuk
memegang uang tunai ataupun giro.
2. Abednego Priyatama dan Apriansah (2010) mengadakan penelitian tentang
hubungan korelasi antara e-money dengan velocity of money. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antaratingkat penggunaan uang
elektronik, jumlah uang beredar dan bagaimana pengaruh terhadap
perputaran uang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio
penggunaan uang tunai masih lebih tinggi dari uang elektonik. Dan terjadi
peningkatan terhadap kecepatan perputaran uang akibat peningkatan
penggunaan uang elektronik.
3. Claudio Sardoni dan Alessandro Verde (2002) dengan judul penelitiannya
THE ‘IT REVOLUTION’ AND THE MONETARY SYSTEM: ELECTRONIC MONEY AND ITS EFFECTS ( Revolusi Teknologi Informasi dan Sistem Moneter: Uang Elektronik dan dampaknya). Penelitian ini berfokus kepada
peran dan pengaruh uang elektronik terhadap sistem kebijakan moneter.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dampak uang elektronik sebagai
bagian dari revolusi teknologi informasi menjadi ancaman serius bagi Bank
Sentral dan kebijakan moneter, maka dari itu diperlukan semacam
4. Dr. Zeinab Mohamed El-Gawady melakukan penelitian tentang E-money
dan hubungannya dengan kebijakan palitik di Mesir dengan judul penelitian
“RELATIONSHIP BETWEEN E-MONEY AND MONETARY POLICY
IN EGYPT”. Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana meluasnya
penggunaan uang digital dapat mempengaruhi bank sentral di berbagai
bidang seperti kebijakan moneter, pengawasan perbankan dari sistem
pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan. Kesimpulan penelitian ini
adalah bahwa penyebaran E-money yang bergantung pada pertumbuhan dan
peningkatan kemajuan teknologi akan berdampak langsung terhadap control
kebijakan moneter bank sentral kecuali bank sentral memasukkan e-money
kedalam agregat moneter dan mengatur pertumbuhan dan penggunaanya.
2.8 Kerangka Konseptual
Secara teoritis, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
penelitian ini adalah :
1. Peningkatan PDB menandakan meningkatnya pendapatan di
masyarakat. Dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat
mengakibatkan meningkatnya pendapatan perseorangan.
2. Meningkatnya pendapatan masyarakat memancing keingintahuan
masyarakat untuk memahami produk keuangan, misalnya: kartu kredit,
Visa, e-money, dll.
3. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengambil kebijakan moneter,
merespon kebutuhan masyarakat akan produk keuangan yang up to date
dengan melihat bermunculannya produk keuangan yang baru di
disebut e-money (electronic money) atau dapat didefinisikan sebagai uang eektronik.
4. Uang elektronik dapat digunakan untuk bertransaksi dimana para pelaku
transaksi tidak harus membawa uang tunai. Hanya menggunakan kartu
yang diberi chip dan bisa langsung digunakan. Semakain banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan ini tentu berakibat
pada menurunnya peredaran uang tunai(uang kartal) di masyarakat.
5. Penurunan uang kartal (uang tunai) dan meningkatnya pendapatan
masyarakat yang dilihat lewat peningkatan PDB akan menyebabkan
velositas atau kecepatan perputaran uang semakin tinggi. Karena nilai
velositas didapat dari membagikan nilai PDB dengan jumlah uang
Peningkatan pendapatan masyarakat
Pemahaman masyarakat akan produk keuangan
Pengadaan produk keuangan
E-money
Berkurangnya jumlah uang beredar (M1)
Meningkatnya Velocity of money
Adapun gambarannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah
yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Bahwa trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia dari
tahun 2007-2012 meningkat.
2. JUB (M1) mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang
elektronik di Indonesia
3. PDB mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik
di Indonesia.
4. Velocity of money mempunyai pengaruh positif terhadap uang elektronik di Indonesia.
5. Terdapat hubungan dua (2) arah antara permintaan e-money terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang menganalisis dampak penerbitan uang elektronik
(electronic money) terhadap percepatan perputaran uang (velocity of money) di Indonesia adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi
pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status terakhir dari subyek penelitian. Sementara penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan
dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena lain.
3.2 Batasan Operasional
Penelitian ini menganalisis dampak dari penerbitan e-money terhadap
velocity of money atau perputaran uang yang terjadi di Indonesia. Adapun variabel dependennya adalah velocity of money (perputaran uang), dan variabel
independennya adalah e-money (uang elektronik)
3.4Definisi Operasional
1. Velocity of money atau yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang
bersikulasi dalam perekonomian. Dalam penelitian ini, velocity of money
dihitung dengan membagikan PDB dengan jumlah uang beredar (M1).
2. E-money merupakan produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah Volume transaksi
e-money.
3. PDB merupakan total nominal dari jumlah yang dikeluarkan untuk
membeli barang dan jasa dalam tahun itu, dalam penelitian ini
menggunakan PDB nominal. Penentuan PDB bulanan dilakukan dengan
menggunakan metode interpolasi atas PDB triwulanan. Hal ini dilakukan
untuk mengakomodasi ketidaksediaan data PDB bulanan yang
dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Dalam melakukan
interpolasi data, penulis menggunakan program Eviews 5.1 dengan
menggunakan metode quadratic match average.
4. Jumlah uang beredar adalah jumlah uang giral dan uang kartal Rupiah
yang beredar, yaitu M1.
3.4 Skala Pengukuran Variabel
1. Velocity of money diukur dengan proksi �����1.
2. E-money diukur dengan Volume Transaksi uang elektronik
3. Jumlah Uang Beredar diukur dengan formula pengukuran Rupiah.
4. PDB (Produk Domestik Bruto) diukur dengan formula pengukuran
Rupiah.
3.5 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk runtut
3.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia berupa
tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan–laporan penelitian ilmiah
lainnya.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan program E-views
dalam pengolahan datanya dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data
yang diperoleh ke dalam softwere Microsoft Excel untuk memperoleh
penginputan data pada proses selanjutnya pada program E-Views. Penelitian ini
menggunakan dua metode yakni metode analisis Regresi Linier Berganda dan
Granger Causality Test. Analisis Regresi Linier Berganda dilakukan untuk
melihat hubungan antara variabel terikat (volume transaksi e-money) dengan variabel bebas (PDB, JUB(M1), velocity of money). Sedangkan analisis Granger
Causality test untuk melihat hubungan timbal balik (causality) antara volume
transaksi e-money terhadap velocity of money. Dalam kaitannya dengan metode Granger Causality test, maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu time
series dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakanya
metode tersebut.
3.7.1 Regresi Linier Berganda
Metode analisis linier berganda digunakan dimana terdapat dua atau lebih
variabel bebas ( X1, X2 dan X3) dengan variabel terikat (Y).
Model persamaan yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah :
Dimana :
Y : permintaan uang elektronik (volume transaksi e-money) � : konstanta
X1 : PDB
X2 : JUB (M1)
X3 : velocity of money �1 : koefisien regresi X1
�2 : koefisien regresi X2
�3 : koefisien regresi X3
µ : error term
3.7.2 Uji Akar Unit Uji Stasioneritas (Unit Root Test)
Uji akar unit dari dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk
melihat stasioneritas data time series yang diteliti dengan menggunakan Eviews versi 5.1. Adapun dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan
sebagai berikut :
DYt = a0 + Yt-1 + iDYt-1+1 + t (1)
Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah :
DYt = at + Yt-1 + t (2)
Dimana :
D = perbedaan atau differensi
Y = variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu
β = operasi kelambanan waktu
yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis statistik dari
Mackinnon maka data tersebut stasioner dan sebaliknya maka data tidak stasioner.
3.7.3 Uji Kaualitas Granger (Granger Causality Test)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara volume
transaksi e-money dan velocity of money, sehingga dapat diketahui kedua variabel
tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki
hubungan searah atau sama sekali tidak saling mempengaruhi. Berikut ini metode
Granger Causality Test seperti berikut ini:
Emoneyt = ∑��=��iEmoneyt-i + ∑��=��jVelocityt-j + µt (5)
Velocityt = ∑��=��iVelocityt-i + ∑��=��jEmoneyt-j + vt (6)
Dimana :
Emoney = volume transaksi e-money
velocity = nilai percepatan perputaran uang
µ, v = error of term
Dimana µt dan vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung
korelasi parsial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi linear diatas akan
menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari
persamaan adalah sebagai berikut :
1. Jika ∑��=1 bj ≠ 0 dan ∑��=1 dj = 0
Maka terdapat kausalitas satu arah Emoney ke Velocity
2. Jika ∑��=1 bj = 0 dan ∑��=1 dj ≠ 0
Maka terdapat kausalitas satu arah dari Velocity ke Emoney
3. Jika ∑��=1 bj = 0 dan ∑��=1 dj = 0
4. Jika ∑��=1 bj ≠ 0 dan ∑��=1 dj ≠ 0
Maka terdapat kausalitas dua arah antara Emoney dan Velocity.
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi dalam model regresi linier
yang dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan
kesimpuan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu diperlukan uji
penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari :
3.8.1 Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang kuat (kombinasi) diantara independen variabel. Cara mendeteksi
masalah multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Korelasi antar variabel.
b. Menggunakan korelasi parsial.
3.8.2 Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda
berkorealasi atau dapat juga dikatakan adanya hubungan atau korelasi antara
residual yang sekarang dengan masa lalu.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
autokorelasi, seperti
a. uji Durbin Watson (uji – DW), dan
3.9 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
3.9.1 Koefisien Determinasi (R-squared)
Koefisien determinasi (R-squared) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independent secara bersama mampu member penjelasan
terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R-squared) yaitu angka yang
menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari
variabel-variabel independen yang menerangkan variabel-variabel dependen atau angka yang
menunjukkan seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh
variabel-variabel independennya.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1),
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena
semakin dekat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependennya.
3.9.2 Uji t-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen,
dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan. Adapun hipotesis dalam
uji ini adalah sebagai berikut :
�0 ∶ �� = 0
�1 ∶ �� ≠ 0
Dimana �� adalah koefisien variabel independen ke-i adalah parameter
hipotesis, biasanya β dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi
berarti bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel independen.
Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
�ℎ����� =
(�1− �) (���)
dimana:
�� : koefisien variabel independen ke-i
� : nilai hipotesis nol
��� : simapanan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria pengambilan keputusan :
�0 ∶ � = 0 H0 diterima (thitung < ttabel), artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
�1 ∶ � ≠0 H1 diterima (thitung > ttabel), artinya variabel independen
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
3.9.3 Uji F-statistik
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel
dependen.
Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
�0:�1 = �2 = �3 =�4 = �5 =……….�� = 0 (tidak ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel.
Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
�ℎ����� = �
2/(� −1)
(1− �2)/(� − �)
dimana:
R2 : koefisien determinasi
k : jumlah variabel independen
n : jumlah sample
Kriteria pengambilan keputusan :
�0: �1 = �2 =…�� = 0 H0 diterima (Fhitung<Ftabel), artinya variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
�1:�1 ≠ �2 ≠…��≠ 0 H1 diterima (Fhitung>Ftabel), artinya variabel
independen secara parsial berpengaruh secara
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sejarah E-Money di Dunia
Tahun 1914 merupakan tahun kelahiran kartu kredit konsumen pertama
yang dikeluarkan oleh Western Union. Juga pada tahun 1918 ketika Bank Sentral
Amerika Serikat pertama kali pindah rekening melalui telegraf.
Pada tahun 1950, Diners Club mengeluarkan kartu kredit pertama yang dapat diterima oleh banyak pedagang yang berbeda. Itulah uang plastik pertama kali
digunakan pada tahun 1950 oleh Diners Club yang kemudian Amerika Express meluncurkan kartu pembayaran mereka di Amerika Serikat. Setelah itu, kurang
lebih 100 bank mulai mengeluarkan kartu pembayarannya. Sedangkan kartu kredit
pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1966.
Meluasnya penggunaan mata uang elektronik tidak akan bisa terjadi kalau
bukan karena Automated Clearinghouse (ACH) yang didirikan oleh Federal
Reserve AS pada tahun 1972 yang menyediakan AS Treasury dan untuk memeriksa pengolahan bank komersial dengan sebuah alternatif elektronik.
Sistem serupa muncul di Eropa sekitar waktu yang sama, sehingga mata uang
elektronik telah banyak digunakan di seluruh dunia pada tingkat kelembagaan
untuk lebih dari dua dekade.
Pada saat ini Sistem Pembayaran di hampir semua mata uang deposito di
perbankan dunia ditangani secara elektronik melalui serangkaian jaringan
4.1.2 Perkembangan E-money di Indonesia
Indonesia melalui Bank Indonesia mulai mengkaji penggunaan uang
elektronik pada tahun 2000. Kemudian dilanjutkan pengkajian lanjutan pada tahun
2006 yang membahas mengenai operasionalitas uang elektronik yang dilihat dari
berbagai aspek, baik teknis maupun non-teknis.
Ketertarikan para pelaku pasar dan beberapa institusi untuk
mengembangkan sistim pembayaran ini direspon Bank Indonesia sebagai
penyenggara alat pembayaran di Indonesia dengan mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.7/52/PBI tahun 2005 tentang Penyelengaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu yang didalamnya juga mengatur
mengenai keberadaan e-money tersebut. Melihat perkembangannya, maka Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. : 11/ 12 /PBI/2009
Tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Peraturan ini dikeluarkan dikarenakan terdapat perbedaan antara e-money dan alat pembayaran lainnya yang
menggunakan kartu.
Tahun 2007, Bank Indonesia mulai mendata penggunaan uang elektronik (
e-money) baik itu jumlah transaksinya maupun nominal dari transaksi tersebut. Dimulai pada bulan April tahun 2007, jumlah transaksi uang elektronik mencapai
16 ribu lebih transaksi dengan nilai transaksi mencapai 210,37 juta rupiah.
Sedangkan pada tahun 2007 total transaksi uang elektronik mencapai 586 ribu
transaksi dengan nilai 5,267 milliar rupiah. Grafik 4.1 menunjukkan