• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

O L E

H

NAMA : AYUNI NURUL IMAN NIM : 112600048

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang seperti kita rasakan pada saat ini.

Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan”.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara M,Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Bapak Irwansyah Lubis, SE. M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. 5. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi

(3)

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Chairuddin Gani Nasution dan ibunda Ariani Hasibuan serta seluruh keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Muhammad Syukri selaku Supervisor yang telah meluangkan waktunya dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaianLaporan Tugas Akhir ini.

9. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainnya tugas akhir ini.

10.Seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya kepada Kelas A 2011 yakni Desty Indah Permata Sembiring, Siti Chairunnisa Lubis, Sri Haryati Hasibuan, Vani Andira Siregar, Husna Fadillah, Iqrar Arristiawan, Angga Prianta Sembiring, Alfi Kurnia dan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang merupakan teman seperjuangan selama saya menimba ilmu dari awal perkuliahan sampai dengan saat ini hingga selesainya tugas akhir ini.

(4)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Medan, Juli 2014 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

1. Definisi Pajak Secara Umum ... 6

2. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 7

3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

1. Tahapan Persiapan ... 8

2. Studi Literatur ... 8

3. Observasi Lapangan ... 9

4. Pengumpulan Data ... 9

5. Analisis Data dan Evaluasi ... 9

(6)

1. Studi Pustaka (liberary research) ... 10

2. Observasi (Observation) ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM ... 12

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 12

1. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur ... 12

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 17

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Timur ... 19

C. Deskripsi dan Aktivitas KPP Pratama Medan Timur ... 20

1. Sub. Bagian Umum ... 21

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 21

3. Seksi Pelayanan ... 22

4. Seksi Penagihan ... 22

5. Seksi Pemeriksaan ... 23

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 23

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 24

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 25

D. Gambaran Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 25

E. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur ... 28

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI .. 29

A. Pajak Pertambahan Nilai ... 29

B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ... 29

(7)

D. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ... 32

E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai ... 33

F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ... 36

G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai ... 37

H. Dasar Pengenaan Pajak ... 38

I. Faktur Pajak ... 39

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 43

A. Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 43

B. Proses Pemungutan PPN Dan PPnBM ... 45

C. Kendala Dan Masalah Yang Dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 46

D. Upaya Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata di segala bidang yang diperlukan adalah adanya sumber pemerintahan yang menunjang peningkatan sumber penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai pembangunan. Untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui anggaran-anggaran yang telah disusun, maka pemerintah mengupayakan agar sumber pajak dapat terus meningkat dari tahun ketahunnya dengan cara memberikan penjelasan kepada masyarakat.

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar setelah migas. Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak terus meningkat. Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(9)

Official Assesment (UU No. 6 Tahun 1986) diganti menjadi Self Assesment (UU No. 16 Tahun 2009) Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam sistem Self Assesment wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus di bayar.

Namun, masih ada wajib pajak yang lalai dalam melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak. Bagi wajib pajak yang lalai melaksanakan kewajiban perpajakanya akan dikeluarkan penetapan dan ketetapan sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP). Penetapan dan ketetapan pajak ini merupakan dasar penagihan pajak.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa merupakan pajak yang dikenakan atas barang maupun jasa. Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang atau jasa wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan jasa yang terutang pajak.

Dalam memenuhi kewajiban pajak, khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pemerintah memberikan beberapa fasilitas agar kewajiban pajak yang dikenakan tidak membebani kegiatan usaha yang dilakukan oleh wajib pajak dan dapat terus meningkatkan ekspor guna mempercepat pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan diadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan etika pekerjaan, sikap, tugas dan tanggung jawab serta kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

(10)

“Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Patama Medan Belawan.”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis di lapangan yang langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1.1Untuk mengetahui Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

1.2Untuk mengetahui bagaimana kendala ataupun masalah yang dihadapi dalam Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengimplementasikan mekanisme pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh di bangku perkuliahan,

b. Mengetahui lebih dalam tentang Pajak Pertambahan Nilai,

(11)

d. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai,

e. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam hal kepabean,

f. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,

b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat mambangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2.3 Bagi program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan,

b. Membuka interaksi antara mahasiswa, dosen dan instansi pemerintahan di bangku perkuliahan,

c. Rasa ikut serta masyarakat membangun negara,

(12)

e. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas Sumatera Utara

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Defenisi pajak menurut Rochmat Soemitro mengatakan, Pajak adalah iuran rakyat, pada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik, yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008:1).

Menurut N. J. Feldman, Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi, 2008:2).

2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu :

2.1Fungsi Budgetair, adalah pajak berfungsi salah satu sumber penerimaan Negara untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan Negara.

2.2Fungsi Reglured, adalah sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan (Resmi, 2008:3).

3. Pengertian Wajib Pajak

(13)

4. Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai atas nilai tambah (added value) yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan (Resmi, 2008:1).

5. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai itu ada berapa macam: 5.1.Pajak Tidak Langsung

Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi sampai ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat pengusaaha menggeser beban melalui pengkreditan pajak (Resmi, 2008:1).

5.2. Pajak Konsumsi

Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen. 5.3. PPN Bersifat Netral

Pengenaan PPN didasarkan pada ”destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahan lainnya.

5.4. PPN dipungut di tempat Barang atau Jasa tersebut dikonsumsi 5.5. Pajak Objektif

PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu; keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakai pajak (Resmi, 2008:1).

(14)

5.7. Sistem Faktur

Setiap penyerahan barang kena pajak dan/ jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak (Resmi, 2008:1).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis ingin mengetahui beberapa masalah sebagai berikut :

1. Mekanisme pelaporan pajak pertambahan nilai, 2. Objek pajak pertambahan nilai,

3. Kendala ataupun masalah dalam mekanisme pelaporan pajak pertambahan nilai,

4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi pelaksanaan pelaporan pajak pertambahan nilai.

E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang di gunakan sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, permohonan surat jalan/ surat permohonan dari fakultas, dan lain sebagainya.

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan laporan ini.

(15)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas. Dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah, seperti buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa, mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan di interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis mengumpulkan data dan informasi dengan metode sebagai berikut:

1. Studi pustaka (liberary research)

Pengumpulan data mengenai prosedur permohonan penundaan nilai melalui bahan bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dan undangan.

(16)

Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau secara langsung ke lapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai pajak pertambahan nilai.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis membagi dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhanisi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana praktik kerja lapangan mandiri dilakukan. Dimana dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan oleh penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, struktur organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ATAS PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BELAWAN

(17)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang ada, kemudian akan di evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini adalah kesimpulan dari uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAM MEDAN BELAWAN

A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia

Negara Indonesia yang merupakan bekas jajahan pemerintah Hindia Belanda, undang-undang perpajkan merupajakn warisan dari penjajahan tersebut. Sejarah Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu:

1. Periode Sebelum Kemerdekaan

Periode sebelum kemerdekaan ini diawali sejak Indonesia dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan perpajakan dibuat semata-mata hanya menghimpun dana sebesar-besarnya bagi pemerintah dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya ditanah air Indonesia.

2. Periode Sesudah Kemerdekaan

Periode ini dibagi atas dua tahap, yaitu:

a. Dimulai tanggal 17 Agustus 1945 s.d 31 Desember 1983 b. Dimulai tanggal 01 Januari 1984 s.d sekarang

(19)

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP).Hal ini berlangsung mulai bulan juni 1976 sampai dengan sekarang Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

B. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratam Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Direktorat Jendral Pajak Kantor Pelayanan (KPP) yang berada di lingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jendral Pajak Sumatera Bagian Utara dan berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

KPP Medan Belawan meliputi kecamatan:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Lautan Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal

(20)

Mencapai luas 107,58 KM2 (10,758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di jalan Suka Mulia Nomor 17A 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada dua kantor Inspeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Medan Kisaran

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajaka (KPP), Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17A

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30A

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

(21)

Kemudian dengan SK No. 10/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi Menjadi empat, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan PajakBumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17A 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30A 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan 5. Kantor Pelayanan Pajka Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17A

Medan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30A Medan

(22)

Jendral Pajak dan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, pada tahun 2007-2008 Kantor Pelayanan Pajak diubah Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk seluruh Indonesia.KPP Pratama adalah jenis KPPyang sebagaimana terdapat pada Peraturan Mentri Keuangan No. 123/PMK/2006.Berdasarkan surat-surat tersebut maka KPP Medan Belawan berubah menjadi KPP Pratama Medan Belawan.

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jendral Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jendral Pajak.

Pada tahun2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Spesific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-Based).DJP membutuhkan pedoman/ misi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya.

Visi baru Direktorat Jendral Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

VISI

“Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak Negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”

(23)

mewujudkan agar Direktorat Jendral Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

MISI

“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan merupakan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan Negara demi

kemakmuran rakyat”

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan.Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahu posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota.Tujuannya adalah untuk mencapai kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 29/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak pada lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:

(24)

2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan medan Deli

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi/sub.Bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh seorang kepala kantor, sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.

Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok funsional tersebut sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemerikasaan dan Kepatuhan internal 5. Seksi Penagihan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Funsional

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(25)

Direktorat Jendral Pajak pada paragraf 2 (dua)npasal 58 sampai dengan 61. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sector pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11.Pelaksanaan intensifikasi 12.Pembetulan ketetapan pajak 13.Pelaksanaan administrasi kantor

Dalam melaksanakan fungsiya kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:

(26)

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Kripka. Maka, kepala KPP Pratama mempuyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin 4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai

5. Memeberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan 2. Penyajian informasi perpajakan

(27)

7. Pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja d. Seksi Pelayanan

1. Menetapkan penerbitan produk hokum perpajakan 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya 4. Memberikan penyuluhan perpajakan

5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak

6. Memungut fiskal luar negri di pelabuhan Belawan e. Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak

2. Melakukan penerbitan Surat tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan

3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya

Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.

Adapun tugas JSP adalah:

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS) 2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

(28)

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Ketentuan yang mengatur pemeriksaan pajak adalah:

1. Tatacara Pemeriksaan Pajak terdapat pada pasal 31 UU KUP, KMK No, 545/KMK.04/2000, PMK No. 123/PMK.03/2006

2. Tatacara Penyegelan terdapat pada pasal 30 UU KUP, Keputusan DJP No. 343/PJ/2002 3. Tatacara Pemeriksaan Sederhana Kantor dan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No.

741/PJ/2001

4. Tatacara Pemeriksaan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No. 722/PJ/2001, PER-123/PJ/2006

5. Tatacara Pemeriksaan Bukti Permulaan terdapat pada Keputusan DJP No. 02/PJ.7/1990, KEP-272/PJ/2002

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

(29)

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar 2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan 3. Penyusuan profil wajib pajak

4. Menganalisis kinerja wajib pajak

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalm rangka melakukan ekstensifikasi dan melakukan evaluasi hasil hasil keputusan banding

6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor

7. Melakukan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Pemungutan Pajak Penghasila Pasal 22 Impor

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili/tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I) a. Kelurahan Kampung Besar

b. Kelurahan Martubung c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

(30)

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun

d. Kelurahan Tanak 600 e. Kelurahan Paya Pasir

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (Waskon III) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir c. Kelurahan Mabar

d. Kelurahan Kota Bangun e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Hilir

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (Waskon IV) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I

e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli i. Kelompok Jabatan Fungsional

(31)

F. Gambar Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN BELAWAN

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN

INFORMASI

SUB-BAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI I

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI RIKI SEKSI PELAYANAN

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI II

SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI III

SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI IV

(32)

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, 2014 G. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode Desember 2012 berjumlah sebanyak 60.710 Wajib Pajak, yang terdiri dari:Tabel 1

Jumlah 60.710

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, 2014

Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah:

Tabel 2

No Jenis Wajib Pajak Jumlah (% tercapai) Penerimaan YTD

1 PPh Non Migas 87,67% 175.148.016.879

2 PPn dan PPnBM 196,53% 140.694.009.319

3 PBB -1.549.705.800,00% 15.497.059

4 Pajak Lainnya 767,74% 102.108.875

No Jenis Wajib Pajak Jumlah

1 Orang Pribadi 57.452

2 Badan 3.087

3 Bendaharawan 171

KANTOR PELAYANAN,

PENYULUHAN DAN

KONSULTASI PERPAJAKAN

PETUGAS TATA

(33)

5 PPh Migas 38.676.448

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4 orang.

Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 3

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 8

2 Pengelolaan Data dan Informasi (PDI) 9

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 3

5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

6 Ekstensifikasi Perpajakan 4

7 Pengawasan dan Konsultasi I 6

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6

11 Fungsional 10

(34)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai atas nilai tambah (added value) yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan (Resmi, 2008:1).

B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa Pajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009.

C. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek pajak

Dalam buku “Perpajakan Indonesia” (Waluyo,2006:57-68) secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.

(35)

2. Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas

1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak.

b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Brang kena Pajak Tidak Berwujud.

c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya. 2. Impor Barang Kena Pajak.

a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

Dengan syarat - syarat sebagai berikut:

a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak. b. Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean.

c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.

(36)

5. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam daerah pabean jasa yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun didalam daerah pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak.

8. Pengusaha melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena pajak tidak berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. 9. Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam pengertian

ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean oleh pengusaha kena pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan diluar daerah pabean.

10. Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

11. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk di perjual belikan oleh pengusaha kena pajak.

D. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(37)

wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah yang terutang.

Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan/atau ekspor jasa kena pajak wajibkan :

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak; b. Memungut pajak yang terutang;

c. Menyetorkan pajak petambahan nilai yang masi harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak pemasukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang;

d. Melaporkan perhitungan pajak.

Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasanya di tetapkan oleh mentri keuangan.

Pengusaha kecil diperkenankan untuk memelih dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi pengusaha kena pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.

E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Pemungutan PPN atau PPnBM menganut prinsip aktual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak meskipun pembayaranya belum diterima.

(38)

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP).

a. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung pada pembeli.

b. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung kepada penerima barang (untuk pemberian cuma-cuma, pemakain sendiri, penyerahan pusat ke cabang). c. Saat barang kena pajak diserahkan kepada juru kirim atau jasa angkutan.

d. a. Saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang / penghasilan.

b. Saat diterbitkan faktor penjualan. 2. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).

a. Saat harga atas penyerahan jasa pajak diakui sebagai piutang / penghasilan. b. Saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak.

c. Saat kontrak / perjanjian di tanda tangani.

d. Saat mulai tersedianya fasilitas / kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya dalam pemberian cuma - cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

3. Impor Barang Kena Pajak,

Saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan kedalam Daerah Pabean.

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean.

Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa - peristiwa sebagai berikut : a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya

b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya

(39)

d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang memanfaatkan

e. Ditandatanganinya kontrak / perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak

5. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari daerah Pabean

6. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak

Saat pergantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.

7. Saat Lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

a. Atas barang kena pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang masih tersisa pada pembubaran perusahaan saat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu sebagai berikut :

1. Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris;

2. Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) Perusahaan;

3. Saat tanggal penetapan pengadilan perseroan dibubarkan;

(40)

b. Atas kegiatan membangun sendiri saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan.

c. Atas penyerahan kepada pemungut PPN :

1. Saat terutangnya PPN adalah pada saat disampaikan tagihan.

2. Kontraktor Migas dan Panas Bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama dengan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak.

8. Saat pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak.

Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :

a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak.

b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 menganut kredit pajak (credit method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

(41)

Mekenisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.

b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

c. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah pajak masukan, selisihnya harus disetor ke kas negara.

d. Apabila dalam satu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari pada pajak masukan, selisihnya dapat di restusi (diminta kembali) atau kompensasi ke masa pajak berikutnya.

e. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberi Tahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).

G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai adalah

1. Pengusaha kena pajak yang melakukan:

(42)

2. Berutang pajak ditempat tinggal atau berdudukan dan /atau tempat kegiatan usaha yang dilakukan atau tempat lain yang di tetapkan dengan peraturan Dirjen Pajak. 3. Dalam hal IMPOR, terutang pajak di barang kena pajak dimasukan dan di pungut

oleh Dirjen Bea dan Cukai.

4. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena pajak tidak berwujud dan/atau Jasa kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

H. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak (DPP).adapun yang menjadi DPP adalah:

1. Pemakaian sendiri Barang kena Pajak dan/atau Jasa kena Pajak adalah harga jual atau Penggantian setelah dikurangi Laba Kotor (HPP);

2. Pemberian cuma-cuma Barang kena Pajak adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP);

3. Penyerahan media suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; 4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film; 5. Penyerahan harga jual produk tembakau adalah perkiraan harga jual eceran;

6. Barang kena pajak adalah berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan,yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;

(43)

8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;

9. Penyerahan Barang Kena Pajak dari juru lelang adalah harga lelang;

10.Penyerahan jasa pengriman adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

11.Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya di tagih.

I. Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.

1. Pengusaha kena pajak membuat faktur pajak untuk setiap:

a. Penyerahan barang kena pajak di daerah pabean ekspor BKP berwujud; b. Penyerahan jasa kena pajak di daerah pabean;

c. Ekspor BKP tidak berwujud dan/atau; d. Ekspor JKP.

2. Faktur pajak yang dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada: a. Saat penyerahan BKP atau penyerahan JKP;

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum Jasa Kena Pajak;

c. Saat penerimaan pembayaran minimal dalam hal penyerahan sebagaian tahap pekerjaan;

(44)

3. Pengusaha kena Pajak dapat membuat 1 (satu) faktur pajak meliputi seluruh penyerahan kepada pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak yang sama selama 1 (Satu) bulan kalender.

4. Faktur pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan.

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau keterangan Jasa kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. Nama, alamat, dan nomor pokok wajib pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa kena Pajak;

b. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga; c. Pajak Pertambahan Nilai yang dipunggut;

d. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak; e. Nama dan tanda tangan yang berhak menerima faktur pajak; f. Pajak atas penjualan barang mewah yang dipungut;

g. Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukanya dipersamakan dengan faktur pajak.

Ketentuan lebih lanjut tentang pembuatan faktur pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian faktur pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Faktur pajak juga harus memenuhi persyaratan formal dan material.

(45)

Faktur Pajak. Faktur pajak yang tidak di isi secara lengkap dan benar dan/atau tidak di tandatangani, merupakan Faktur Pajak terbilang cacat.

Apabila dalam suatu masa pajak, pengusaha kena pajak selain melakukan penyerahan pajak terutang, pengusaha kena pajak juga melakukan penyerahan pajak yang tidak terutang, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuany. Maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.

Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambil ahlian usaha, pajak masukan atas barang kena pajak yang di alihkan dan belum dikreditkan oleh pengusaha kena pajak yang menerima pengalihan, sepanjang faktur faktur pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau kapitalisasi.

(46)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang atau jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau badan. PPN tergolong sebagai pajak yang objektif, karena penekanaanya mula-mula kepada obyeknya terlebih dahulu, baru kemudian kepada subyeknya, siapapun subyeknya (masyarakat yang mampu maupun masyarakat yang kurang mampu), akan dikenakan PPN, selama mengkonsumsi Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) di daerah Pabean.

(47)

Dalam prosedur pelaporan Pajak Pertambahan Nilai terlebih dahulu diketahui siapa yang wajib membayar/menyetor dan melaporkan PPN/PPnBM, apa saja yang wajib disetor oleh PKP dan pemungut PPN dan PPnBM dimana tempat pembayaran pajak, kapan saat pembayaran PPN/PPnBM, kapan saat pelaporan PPN/PPnBM dan apa saja sarana yang digunakan untuk pembayaran/penyetoran pajaknya.

Untuk membayar PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di kantor pelayanan pajak dan kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan di seluruh Indonesia. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

(48)

Pengusaha wajib pajak, wajib menyerahkan faktur pajak setiap penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, setiap penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, serta saat pengusaha kena pajak menyampaikan kepada bendahara pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

B. Proses Pemungutan PPN Dan PPnBM

PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dilakukan secara tidak langsung kepada penanggung pajak melainkan kepada sumbernya, atau melalui pihak ketiga yaitu melalui BKP atau JKP. Pajak Pertambahan Nilai terletak pada mekanisme pemungutannya yang dikenakan pada nilai tambah dari Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) dan tidak di perhitungkan di akhir tahun. Diharapkan dengan sifat yang seperti ini akan mengurangi hasrat para wajib pajak untuk menyelundupkan Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi kewajibanya.

(49)

Pemungut PPN dan PPnBM setiap bulanya wajib melakukan penyetoran PPN dan PPnBM dan melaporkan kepada wajib pajak dengan menyampaikan SPT masa PPN, dengan melampirkan lembar ke-3 SSP.

C. Kendala Dan Masalah Yang Dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan dalam memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) wajib pajak, yaitu banyak wajib pajak yang tidak mengetahui dan/atau kurangnya kepedulian wajib pajak dalam melaporkan pajak terutang PPN nya. Selain itu kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan adalah dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikarenakan wajib pajak sudah meninggal dunia dan tidak di beritahukan oleh pihak keluarga,wajib pajak yang masih aktif tapi tidak melaporkan pajak, wajib pajak yang tidak sesuai syarat menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), badan usaha atau pun perusahaan yang telah di tutup atau bangkrut tetapi tidak memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

D. Upaya Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(50)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan objektif dan subjektif Pengusaha Kena Pajak (PKP) perlu menetapkan peraturan Direktorat Jendral Pajak (DJP) tentang regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Yang di maksud dengan:

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah suatu program yang bertujuan meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan dan menguji pemenuhan objektif dan subjektif pengusaha kena pajak.

Setelah melakukan regristasi ulang dilakukan verifikasi, yaitu serangkaian kegiatan penguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan wajib pajak, atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh dari Direktur Jendral Pajak (DJP), dalam menerbitkan surat ketetapan pajak menerbitkan/menghapus nomor pokok wajib pajak dan atau mengukuhkan pengusaha kena pajak (PKP).

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terdaftar. Jangka waktu melakukan regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak di mulai sejak Februari sampai dengan 31 Agustus. Regristasi dilakukan kepada selurah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar.

Apabila berdasarkan laporan verifikasi diketahui Pengusaha Kena Pajak (PKP) termasuk dalam kriteria tertentu maka kepada Pengusaha Kena Pajak tersebut diterbitkan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Laporan verifikasi, Kertas Kerja, dan Dokumen pendukung verifikasi disatukan dan disimpan dalam berkas induk Wajib Pajak.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab yang ada maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas konsumsi barang atau jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat di pengaruhi dengan perkembangan transaksi bisnis secara pola konsumsi masyarakat yang menjadi objek pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi sangat baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional terus menciptakan jenis serta pola baru transaksi bisnis yang baru.

(52)

4. Dalam menghadapi kendala yang terjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan meningkatkan pelayanan, penertiban, administrasi, pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif pengusaha kena pajak, perlu menetapkan peraturan Direktur Jendral Pajak tentang Regristasi Ulang Pengusaha Kena Pajak.

B.Saran

Penulis selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara ingin menyampaikan beberapa saran kepada Bapak/Ibu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang tidak lebih banyak bertujuan agar kita semua dapat meningkatkan pelayanan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya para Wajib Pajak yang telah sadar akan kewajibannya. Adapun saran tersebut adalah:

1. Pentingnya peningkatan pendekatan lebih kepada wajib pajak di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang belum sadar akan kewajibanya sebagai warga negara yang telah berpenghasilan diatas PTKP dalam membayar pajak

2. Diharapkan kepada pihak kepegawaian perpajakan untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak dalam hal melaksanakan kewajibanya agar masyarakat lebih peduli untuk membayar pajak

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bohari. 1984. Pengantar Perpajakan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Judisenno, Rimsky K.1996. Perpajakan. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Mardiasmo. 2006. Perpajakan Edisi revisi. CV Andi Offset: Yogyakarta. Resmi, Siti. 2008. Perpajakan teori dan kasus. PT Salemba Empat: Jakarta. S.R Soermarso. 2007. Perpajakan. Salemba Empat:Jakarta.

Sukardji, Untung. 2010. Pokok-pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.

Suandy, Erli. 2011. Hukum Pajak. Edisi ke-5. PT Salemba Empat: Yogyakarta. Tansuari, Billy Ivan. 2010. Pokok-Pokok Ketentuan Umum Perpajakan. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dapat dipertegas bahwa pemerintah telah menjalankan perannya sesuai dengan kapasitasnya sebagai regulator untuk melakukan intervensi dalam pasar dan dunia

Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu.Dalam penelitian ini akan dilakukan rancang bangun

Esch forced to dealing with traditional gender roles in her daily life by

Pada masa perang angka kematian dipulau jawa diperkirakan lebih tinggi dari pulau-pulau lainya karena masalah kurang pangan dan kondisi kesehatan yang kurang baik

[r]

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan GNP-PWB/PBA dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi terhadap lembaga yang lebih rendah (TKN - TKP - TKK - TKC - TKD) sampai pada

tidak lupa untuk kedua adik saya Army Yamasita dan Satria Pahala Panggabean atas doa mereka saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Aku

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan sebagai calon reviewer penelitian Universitas Andalas Tahun 2017. Diketahui oleh