• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

BAB II

GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan. 4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada

Dirjen Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan Keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui

Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (IDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang.

Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak (Karikpa). Seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama. Unit kerja tersebut adalah :

1. KPP Pratama Tebing Tinggi 2. KPP Pratama Kisaran

4. KPP Pratama Rantau Parapat 5. KPP Sibolga

6. KPP Sidempuan 7. KPP Balige 8. KPP Kabanjahe

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota dan kabupaten yaitu Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat b. Siantar Barat c. Siantar Utara d. Siantar Timur e. Siantar Martoba f. Siantar Sitalasari g. Siantar Marimbun

2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean

b. Sidamanik

c. Girsang Sipangan Bolon d. Tanah Jawa

e. Dolok Panribuan f. Jorlang Hataran

g. Panei h. Raya i. Dolok Silau j. Silou Kahean k. Raya Kahean

l. Bolok Batu Nanggar m. Siantar n. Bandar o. Bosar Maligas p. Ujung Padang q. Pematang Bandar r. Tapian Dolok s. Huta Bayu Raja t. Gunung Malela u. Gunung Maligas v. Panombeian Panei w. Hatonduhan

x. Haranggaol Horison y. Jawa Maraja Bah Jambi z. Bandar Huluan

aa. Bandar Masilam bb.Pematang Silima Huta cc. Silimakuta

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut :

a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi dan misinya dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.

Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Gambar 2.1.

Lambang Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna, yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh

seorang Kepala Kantor dibawah naungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Bagian Utara II, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 2. Kepala Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak,

penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 3 (tiga) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Kepala Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terdiri dari 65 (enam puluh lima) orang :

Tabel 1. Penjabaran Pegawai berdasarkan seksi

Seksi Jumlah

Sub Bagian Umum 7

Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12

Seksi Pelayanan 13

Seksi Penagihan 6

Seksi Pemeriksaan 2

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7

Seksi Ekstensifikasi 4

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Gambaran Pajak Secara Umum

Pajak menurut Undang-undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili ( asas tempat tinggal )

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Gambaran Pajak Bumi Dan Bangunan 1. Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Agus dalam Darwin (2009:6) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi dan/atau Bangunan berdasarkan Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak yang terutang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi/tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan sebagai

subjek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak. Oleh sebab itu pajak ini disebut pajak objektif. Sebagai pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak

2. Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan/atau Bangunan, Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. permukaan Bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Rumah Tinggal

b. Taman dan Pagar Mewah c. Kolam Renang

d. Tempat / bangunan olah raga e. Jalan Tol

f. Galangan Kapal dermaga g. Taman Mewah

h. Tempat penampungan/ kilang Minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

j. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b. Perkuburan, peninggalan Purbakala, dan lain-lain yang sejenis.

c. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang ditentukan oleh menteri keuangan.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang :

a) Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau b) Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau c) Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau d) Memperoleh manfaat atas bangunan.

3. Pendaftaran

Pendaftaran dilakukan oleh Subjek Pajak (orang atau badan) dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). SPOP diisi dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jelas, maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak

b. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Lengkap, maksudnya bahwa semua kolom dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), baik yang menyangkut subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak maupun data tanah dan/atau bangunan harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tersebut harus diberi tanggal Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan ditanda tangani oleh wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

d. Tepat waktu, maksudnya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama

tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (Tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak. e. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak

ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau mengirimkannya melalui kantor pos tercatat.

Untuk mendaftarkan Objek Pajaknya, Maka Subjek/Wajib Pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mengisi Surat Permohonan

b. Mengisi Blanko SPOP beserta LSPOP

c. Melampirkan Fotocopy identitas Wajib Pajak, Bukti kepemilikan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP )

SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Bumi dan Bangunan yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang.

a. Hak dan kewajiban Wajib Pajak Dalam mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Hak Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah :

1. Memperoleh formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara gratis pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk.

2. Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian maupun pelaporan kembali. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

3. Memperoleh tanda terima pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

4. Memperbaiki/mengisi ulang Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan melampirkan fotocopy bukti yang sah.

5. Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai DJP dengan surat kuasa khusus bermaterai, sebagai kuasa Wajib Pajak untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebelum batas waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan – alasan yang sah

Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam Pengisian SPOP adalah :

1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

2. Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan jelas, benar dan lengkap.

3. Menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang telah diisi Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 ( tiga puluh )

hari setelah formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) diterima.

4. Melaporkan perubahan data objek pajak/wajib pajak kepada Kantor Pelayanan pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebagai perbaikan/ pembetulan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebelumnya. b. Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek

Pajak (SPOP) adalah :

1. Formulir SPOP/LSPOP dapat diperoleh di tempat-tempat pengambilan yang telah ditentukan antara lain di kantor Pelayanan Pajak Pratama, di kantor Kelurahan, kantor Kecamatan, dan tempat lainnya yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

2. Mengisi formulir SPOP/LSPOP dengan Jelas, benar, lengkap dan tepat waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung.

3. Setiap pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian SPOP.

5. Pendataan

Pendataan objek (tanah dan bangunan) dan subjek pajak (pemilik/ penguasa/ pemanfaat tanah dan atau bangunan) Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan kegiatan awal dari kegiatan pembentukan basis data yang harus dilakukan pemerintah agar dapat mengenakan dan memungut PBB.

Pendataan objek dan subjek pajak Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan objek pajak yang dikuasai/ dimiliki/ dimanfaatkannya. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sendiri oleh Direktorat Jenderal Pajak atau bekerja sama dengan pihak lain/ ketiga yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Pendataan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menuangkan hasilnya dalam formulir SPOP. Berdasarkan ketentuan keputusan Direktorat Jenderal Pajak, untuk melaksanakan pendataan ada 4 (empat) alternatif yang dapat digunakan yaitu:

1. Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP.

Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP/LSPOP pada umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil. Pendataan dengan cara ini mirip seperti pelaksanaan pendaftaran objek dan subjek pajak.

2. Pendataan dengan cara identifikasi objek pajak.

Pendataan dengan cara identifikasi objek pajak ini dilakukan untuk daerah-daerah yang telah memiliki peta garis/peta foto yang dapat

menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan hasil pendataan secara lengkap dalam waktu tiga tahun terakhir.

3. Pendataan dengan cara verifikasi objek pajak.

Pendataan dengan cara verifikasi objek pajak dilakukan untuk daerah-daerah yang telah mempunyai peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Pendataan dengan cara pengukuran objek Pajak

Pendataan dengan cara pengukuran bidang objek pajak merupakan pendataan yang paling sulit dilakukan. Daerah-daerah yang didata pada umumnya hanya memiliki sket peta desa/kelurahan (misalnya dari Biro Pusat Statistik atau dari instansi lain) dan atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Mekanisme Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dokumen terkait