Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya. Kemudian penulis juga akanmemberikan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.
Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No.30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7.
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002.
Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi: 1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah
Melalui Kanwil DJP Sumatera Utara I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat.
Adapun visi dari KPP Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara.
Misi dari KPP Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan serta senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan
KPP Pratama Medan Barat menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Untuk mencapai Organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggungjawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi.
KPP Pratama Medan Barat terdiri dari 1 Sub bagian dan 9 Seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.
Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada wajib pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai sejarah wajib pajak yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh AR dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. AR juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Tanggung jawab Account Representative (AR) adalah:
1. Menangani sejumlah wajib pajak tertentu.
2. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan. 3. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
Struktur Organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 5. Seksi Pengawasan dan Informasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan
7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan
C. Uraian Tugas Pokok dan fungsi KPP Pratama Medan Barat
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
Beberapa Tugas dan Fungsi organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah:
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi wajib pajak.
2. Pengurus tata usaha dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas wajib pajak.
3. Pengurus tata usaha dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.
4. Pengurus tata usaha, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.
5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.
6. Pengurusan penerbitan Surat ketetapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat adalah:
1. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa, maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah
Uraian pekerjaan yang ada dalam Sub Bagian Umum ini adalah sebagai berikut:
a. Tata usaha dan kepegawaian b. Koordinator keuangan c. Koordinator rumah tangga
3. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI)
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
Tugas dan Fungsinya:
a. Melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi dan pembuatan monografi pajak.
b. Melakukan penggalian potensi pajak.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan atau hinbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsilisasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.
6. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
Tugas dan Fungsinya:
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran piutang pajak.
b. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan.
c. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya. 7. Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya. Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
D. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Struktur Organisasi yang dipakai oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yaitu sebagai berikut:
BAB III
GAMBARAN DATA SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)
A. Dasar-dasar dalam Perpajakan 1. Pengertian Pajak
Menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani pajak adalah iuran negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. (Pandiangan, 2002:1)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaya pajak adalah iuran wajib berupa uang dan barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Suandy, 2009:9)
Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selanjutnya Rochmat Soemitro mengoreksi definisinya, yaitu dengan menambah suatu pendapat yang intinya adalah pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ”surplusnya” digunakan untuk ”public saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai ”public investment”.(Mardiasmo, 2009:1)
Dari definisi pajak yang telah diutarakan oleh Rochmat Soemitro, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah:
1. Iuran masyarakat kepada negara, dalam arti bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak hanyalah negara dengan alasan apapun swasta atau partikelir tidak boleh memungut pajak.
2. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
3. Tanpa jasa timbal atau kontrasepsi dari negara yang langsung dapat ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal atau kontrasepsi yang diberikan oleh negara kepada rakyat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.
2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Menurut ketentuan undang-undang KUP Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah Nomor 16 tahun 2009 surat ketetapan lebih bayar diterbitkan, apabila:
a. Untuk pajak penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
b. Untuk pajak pertambahan nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai tersebut.
c. Untuk pajak penjualan atas barang mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
Surat ketetapan pajak lebih bayar tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan wajib pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Permohonan Restitusi).
Apabila wajib pajak setelah menerima surat ketetapan pajak lebih bayar dan menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Restitusi), maka wajib pajak mengajukan permohonan tertulis sebagaimana diatur dalam KUP Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah Nomor 16 tahun 2009 ayat Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih bayar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.
Tata cara mengajukan permohonan keberatan atas surat ketetapan pajak lebih bayar.
Hal keberatan diatur dalam pasal 25 undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Adapun syarat-syarat mengajukan keberatan adalah sebagai berikut :
a. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu surat ketetapan pajak lebih bayar.
b. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan menyatakan alasan-alasan secara jelas.
c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan kecuali apabila wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan.
d. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti peneriamaan surat keberatan tersebut bagi kepentingan wajib pajak.
e. Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jendral Pajak wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan pajak.
3. Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
a. Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus diterbitkan surat ketetapan pajak selambat-lambatnya 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, dalam arti surat pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 16 tahun 2009 untuk kegiatan eksport penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak kepada pemungut pajak pertambahan nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak. Permohonan dapat disampaikan dengan cara mengisi kolom dalam surat pemberitahuan ataudengan surat tersendiri.
b. Dengan batas waktu tersebut dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum terhadap permohonan wajib pajak atau pengusaha kena pajak, sehingga bila batas waktu tersebut dilewati dan Direktorat Jendral Pajak tidak memberikan suatu keputusan maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan.
Selain itu, batas waktu tersebut dimaksudkan pula untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan.
c. Dalam hal Direktorat Jendral Pajak terlambat menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar maka oleh pemerintah diberikan imbalan bunga sebesar 2% perbulan kepada wajib pajak, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat surat ketetapan pajak lebih bayar diterbitkan, bagian dari bulan dihitung satu bulan.
d. Pemberian bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tata cara pembebanannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK 03/2011 .
Wajib pajak berhak atas bunga, mengajukan permohonan ke kapala Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) dimana dia terakhir terdaftar dengan menyebutkan nomor dan tanggal surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP) dan surat perintah membayar kelebihan pajak (SPMKP). Besarnya bunga yang diberikan, dihitung dengan rumus :
2% x Masa bunga x Dasar Bunga
Dengan penjelasan :
a. 2% adalah tingkat bunga sebulan.
b. Masa bunga dihitung sejak lewat satu bulan dari tanggal diterbitkannya SPMKP.
c. Dasar bunga adalah jumlah pajak yang dikembalikan sebagaimana yang tercantum dalam SPMKP.
Prosedur administrasinya sebagai berikut :
a. Surat permohonan wajib pajak dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.
b. Bunga dihitung pada nota perhitungan pemberian bunga rangkap dua dan dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.
c. Dibuatkan bukti pemindahan bukuan.
d. Diterbitkan surat perintah membayar bunga, sepanjamg terdapat bunga yang masih harus dibayarkan dan dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.
e. Dilakukan perekaman dan prosedur yang lain-lain, sama dengan prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
B. Pembuatan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)
Dalam rangka kepentingan intern (pembukuan) dan kepentingan ekstern (wajib pajak) dibuat bukti pemindah bukuan atas setiap penerbitan SKPKPP dan SPMKP dari rubrik pajak yang berkurang sedang dalam rangka perhitungan dengan hutang pajak lain dilakukan pemindah bukuan ke hutang pajak.
Sesudah dibuat pemindahbukuan, kemudian dibuat surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP) dan surat perintah
membayar kelebihan pajak (SPMKP) dalam jangka waktu satu bulan setelah adanya surat ketetapan kelebihan pembayaran pajak.
SKPKPP merupakan keputusan untuk mengeluarkan uang dari kas negara sedangkan SPMKP merupakan surat perintah membayar kelebihan pajak kepada bank Indonesia atau bank operasional satu untuk mengeluarkan uang sesuai yang tertera pada SPMKP tersebut, ketentuan tentang mengenai penerbitan SKPKPP dan SPMKP ditetapkan pada pasal 15 peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang tata cara pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak.
SPMKP dibuat dalam empat rangkap dengan peruntukan sebagai berikut :
a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk kantor pelayanan pemendaharaan negara mitra kerja kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP.
b. Lembar ke-3 untuk wajib pajak yang bersangkutan.
c. Lembar ke-4 untuk kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP.
Adapun lembar ke-2 yang diserahkan kantor pelayanan pembendaharaan negara dikembalikan kepada kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP dengan disertai surat perintah pencairan dana (SP2D) setelah disertai tanggal dan nomor surat perintah pencairan dana (SP2D).
C. Penandatanganan SPMKP
Seluruh berkas yang berhubungan dengan pengembalian pajak diserahkan kepada kasi pelayanan serta dilanjutkan kepada kepala KPP Pratama. Kasi meneliti semua berkas tersebut, setelah dianggap lengkap maka kasi memberikan parafnya pada SPMKP tersebut serta bukti Pbk, kepala KPP
Pratama juga meneliti berkas tersebut, atas berkas yang lengkap dan benar maka SPMKP ditandatangani. Apabila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap suatu pengembalian kelebihan pajak, supaya diusahakan dilakukan dengan cepat sesuai batas waktu yang telah ditentukan.
D. Penguangan SPMKP
a. Penguangan SPMKP dilaksanakan oleh bank pembayar dengan cara mentransfer/memindahbukukan jumlah pembayaran pengembalian kelebihan pembayaran pajak ke rekening wajib pajak pada bank yang tertera dalam SPMKP, sedang wajib pajak yang bersangkutan tidak perlu datang/tidak perlu memberikan tanda tangan penerimaan.
b. Apabila pada SPMKP tidak tertera bank dan rekening nomor pokok wajib pajak bersangkutan, maka pembayaran dilakukan setelah wajib pajak menandatangani lembar ke-1,kw-2, dan lembar ke-3 SPMKP.
c. Setelah SPMKP diuangkan, maka SPMKP lembar ke-2 akan diterima kembali oleh KPP pratama dari bank pembayaran.
d.SPMKP tersebut dicocokkan dengan bukti restitusi, catat tanggal penguangan pada kolom keterangan.
e. Setelah diketahui bahwa lembar ke-2 SPMKP benar kemudian diteruskan ke seksi pelayanan untuk diedit, selanjutnya direkam pada seksi pengolahan data dan informasi/pengolahan data dan tata usaha perpajakan. Dan demikian juga untuk SKPKPP dan SPMKP yang diterbitkan.
f. SPMKP yang telah direkam, disimpan seksi pelayanan, berurutan nomor SPMKP nya.
E. Cara penghitungan SKPLB
Cara perhitungan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran akibat keputusan keberatan atau putusan banding. Dalam hal jumlah pembayaran lebih besar dari pada jumlah yang masih dibayar menurut keputusan keberatan atau putusan banding.
SKPKB tahun pajak 2005 diterbitkan pada tanggal 10 Maret 2007 dengan data sebagai berikut :
Pokok pajak terutang Rp 150.000.000
Kredit pajak Rp 75.000.000
Pajak kurang bayar Rp 75.000.000 Sanksi pasal 13 ayat 2 Rp 19.500.000 Pajak yang masih harus dibayar Rp 94.500.000
Atas SKPKB tersebut wajib pajak mengajukan keberatan
a. Pada tanggal 30 Maret 2007 wajib pajak membayar kekurangan bayar tersebut sebesar Rp 94.500.000 (lunas) pada tanggal 12 September 2007 diterbitkan surat keputusan keberatan oleh Direktur Jendral Pajak dengan rincian sebagai berikut :
Pokok pajak terutang Rp 100.000.000
Kredit pajak Rp 75.000.000
Pajak kurang bayar Rp 25.000.000 Sanksi pasal 13 ayat 2 Rp 6.500.000 Pajak yang masih harus dibayar Rp 31.500.000
b. Berdasarkan keputusan keberatan tersebut diterbitkan SPMKP pada tanggal 20 September 2007 dengan jumlah kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 63.000.000 (Rp 94.500.000- Rp 31.500.000).
c. Berdasarkan data diatas maka penghitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :
Dasar penghitungan imbalan Rp 63.000.000 Jumlah bulan adalah 7 bulan (10 Maret 2007 s/d 20 September 2007) d. Besarnya imbalan bunga yang diberikan kepada wajib pajak adalah 7 x 2%
x Rp 63.000.000 = Rp 8.820.000
Sama dengan contoh diatas, teapi keputusan keberatannya menyatakan lebih bayar :
Pokok pajak terutang Rp 65.000.000
Kredit pajak Rp 75.000.000
Pajak lebih bayar Rp 10.000.000
a. Berdasarkan keputusan keberatan tersebut, diterbitkan SPMKP pada tanggal 20 September 2007 dengan jumlah kelebihan pembayaran sebesar Rp 104.500.000 ( Rp 94.500.000 + 10.000.000).
b. Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :
Dasar perhitungan sebesar Rp 94.500.000, terhitung sejak tanggal 10 Maret 2007 s/d 20 September 2007 adalah 7 bulan
Dasar perhitungan sebesar Rp 10.000.000 terhitung sejak 8 April 2007 sampai dengan 20 September 2007 adalah 6 bulan.
c. Imbalan bunga yang diberikann kepada wajib pajak adalah : 7 x Rp 94.500.000 = Rp 13.200.000
6 x Rp 10.000.000 = Rp 1.200.000 Jumlah = Rp 14.400.000
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. ANALISIS DATA
1. Penetapan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) diatur dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.