• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

MEKANISME PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BARAT

Disusun oleh

NAMA : REZA UTOMO GULO NIM : 082600095

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim

Assalamualikum Warohmatullahi Wabarakaatu

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktik lapangan pada KPP Pratama Medan Barat dengan judul “ MEKANISME PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tulisan laporan praktik kerja lapangan ini masih jauh dari sempurna baik dalam susunan kata, kalimat, maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sehat dari para pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang lebih baik.

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III jurusan administrasi perpajakan universitas sumatera utara.dalam penu;isan laporan ini penulis juga banyak mengalami kesulitan dan hambatan, baik dalam pengumpulan data, menganalisa serta menelaah bahan-bahan bacaan dan menjabarkan data.

Namun demikian atas segala bantuan dari bimbingan yang diberikan oleh banyak pihak maka penulis dapat mengetasinya.

(3)

1. ALLAH SWT yang tidak pernah putus memberikan keridhoan dan menunjukkan pintu kemudahan_Nya kepada penulis untuk menyelesaikan laporan ini.

2. Terima kasih untuk kedua orang tua saya alm.Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil.

3. Untuk adik-adik ku tersayang; Dwitarry Sri Deni Gulo, Ayutriani Gulo, Wahyu Satria Gulo, dan si kecil Haga Brilyan Gulo, terima kasih untuk semua kebahagiaan dan dukungannya.

4. Terima kasih kepada Putri ayuninda, istriku tersayang dan tercinta yang telah memberikan dukungan penuh agar terselesaikannya tugas akhir ini. 5. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakukltas Ilmu Sosial

dann Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, Msi selaku ketua program studi diploma III administrasi perpajakan Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih kepada Ibu Farida Hanum selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran-saran untuk penulis menyelesaikan laporan dengan baik.

8. Seluruh staff pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi dan tata usaha.

9. Bapak Drs. Djohotman Saragih, MM, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Pratama Medan Barat.

(4)

11.Terima kasih kepada teman-teman yang selalu membantu saya dalam setiap pengerjaaannya.

12.Terima kasih kepada Rino, Evan, Risky, Daniel atas dukungannya dan saran-sarannya

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini berguna serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca laporan.

Wassalam Medan, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………… 1 B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)…… 3 C. Uraian Teoritis ... 5 D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………… 10 E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……… 10 F. Metode Pengumpulan data ... 12 G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM)………. 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 15 B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat………... 17 C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Barat……... 19 D. Bagan struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat………. 23 BAB III GAMBARAN DATA

(6)

B. Pembuatan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP)………... 31

C. Penandatanganan SPMKP………. 32

D. Penguangan SPMKP………... 33

E. Cara Penghitungan SKPLB………... 34

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis data………. 37

1. Penetapan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar……….….. 37

2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar………... 39

3. Wajib Pajak yang Terdaftar SKPLB……… 41

B. Evaluasi Data……….. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... ... 46

B. Saran... ... 47

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.

Guna memenuhi tuntunan kerja dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti PKLM. Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuiahannya tersebut. Bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.

(8)

yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara umum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan yang berhubungan langsung dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen, khususnya dosen Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya hanya untuk memberikan pengalaman dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas, dalam hal ini untuk mengetahui Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah mengingat bahwa sudah seharusnya dan sepantasnya tamatan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah merupakan tenaga yang terampil, siap pakai, dan tenaga ahli dalam bidang perpajakan. Maka dari itu pelaksanaan kegiatan PKLM oleh mahasiswa dipandang perlu untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh sama masa perkuliahan dan mempelajarinya langsung pada dunia kerja nyata.

(9)

“ MEKANISME PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT .”

B. TUJUAN dan MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

b. Untuk mengetahui Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa

(10)

2) Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3) Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1) Meningkatkan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan.

2) Dapat memperkenalkan serta mempromosikan sumber daya manusia yang ada di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3) Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan

1) Mempererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2) Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan.

(11)

C. URAIAN TEORITIS

1. Definisi dan Fungsi Pajak a. Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu: Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2009:1).

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang; 2. Sifatnya dapat dipaksakan;

3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak;

4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah;

(12)

b. Fungsi Pajak

1) Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Mardiasmo,2009:1).

2. Jenis Pajak

1) Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2) Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

(13)

Kabupaten / Kota termasuk Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan (Mardiasmo,2009:5).

3) Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya. Contohnya Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenalan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara (Mardiasmo, 2009:7).

4. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System

(14)

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

c. With Holding system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.

5. Pengertian Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetepan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

6. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan, jumlah kredit pajak / pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang dan untuk :

a. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terhutang dihitung dengan cara jumlah pajak keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

(15)

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ialah :

1) Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2) Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan pengajuan judul, pengesahan judul, penentuan dosen pembimbing, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

(16)

terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

a. Data primer : Data yang bersumber dari pihak-pihak yang terkait dengan penulisan tugas akhir.

b. Data sekunder : Data yang bersumber dari referensi dan dokumentasi. 5. Analisa Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Metode Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Metode Observasi (Observation Guide)

(17)

3. Metode Dokumentasi (Optional)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak atau arsip yang dianggap sah sebagai bukti otentik.

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB III GAMBARAN DATA SKPLB

(18)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar serta Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan mengevaluasi data yang telah diterima selama proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya. Kemudian penulis juga akanmemberikan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan. DAFTAR PUSTAKA

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No.30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7.

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002.

(20)

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi: 1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

Melalui Kanwil DJP Sumatera Utara I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat.

Adapun visi dari KPP Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara.

Misi dari KPP Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan serta senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(21)

KPP Pratama Medan Barat menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Untuk mencapai Organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggungjawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi.

KPP Pratama Medan Barat terdiri dari 1 Sub bagian dan 9 Seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.

Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan

kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada wajib pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai sejarah wajib pajak yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh AR dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. AR juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Tanggung jawab Account Representative (AR) adalah:

1. Menangani sejumlah wajib pajak tertentu.

2. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan. 3. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan

(22)

Struktur Organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 5. Seksi Pengawasan dan Informasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan

C. Uraian Tugas Pokok dan fungsi KPP Pratama Medan Barat

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Beberapa Tugas dan Fungsi organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah:

(23)

2. Pengurus tata usaha dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas wajib pajak.

3. Pengurus tata usaha dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

4. Pengurus tata usaha, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Pengurusan penerbitan Surat ketetapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat adalah:

1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa, maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

(24)

Uraian pekerjaan yang ada dalam Sub Bagian Umum ini adalah sebagai berikut:

a. Tata usaha dan kepegawaian b. Koordinator keuangan c. Koordinator rumah tangga

3. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI)

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi dan pembuatan monografi pajak.

b. Melakukan penggalian potensi pajak.

(25)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan atau hinbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsilisasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.

6. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran piutang pajak.

b. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan.

c. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.

7. Pemeriksaan

(26)

8. Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya. Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

D. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(27)

BAB III

GAMBARAN DATA SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)

A. Dasar-dasar dalam Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani pajak adalah iuran negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. (Pandiangan, 2002:1)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaya pajak adalah iuran wajib berupa uang dan barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Suandy, 2009:9)

Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selanjutnya Rochmat Soemitro mengoreksi definisinya, yaitu dengan menambah suatu pendapat yang intinya adalah pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ”surplusnya” digunakan untuk ”public saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai ”public investment”.(Mardiasmo, 2009:1)

(28)

1. Iuran masyarakat kepada negara, dalam arti bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak hanyalah negara dengan alasan apapun swasta atau partikelir tidak boleh memungut pajak.

2. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

3. Tanpa jasa timbal atau kontrasepsi dari negara yang langsung dapat ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal atau kontrasepsi yang diberikan oleh negara kepada rakyat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.

2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Menurut ketentuan undang-undang KUP Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah Nomor 16 tahun 2009 surat ketetapan lebih bayar diterbitkan, apabila:

a. Untuk pajak penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

b. Untuk pajak pertambahan nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai tersebut.

(29)

Surat ketetapan pajak lebih bayar tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan wajib pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Permohonan Restitusi).

Apabila wajib pajak setelah menerima surat ketetapan pajak lebih bayar dan menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Restitusi), maka wajib pajak mengajukan permohonan tertulis sebagaimana diatur dalam KUP Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah Nomor 16 tahun 2009 ayat Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih bayar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

Tata cara mengajukan permohonan keberatan atas surat ketetapan pajak lebih bayar.

Hal keberatan diatur dalam pasal 25 undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Adapun syarat-syarat mengajukan keberatan adalah sebagai berikut :

a. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu surat ketetapan pajak lebih bayar.

b. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan menyatakan alasan-alasan secara jelas.

(30)

menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan.

d. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti peneriamaan surat keberatan tersebut bagi kepentingan wajib pajak.

e. Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jendral Pajak wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan pajak.

3. Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

a. Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus diterbitkan surat ketetapan pajak selambat-lambatnya 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, dalam arti surat pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 16 tahun 2009 untuk kegiatan eksport penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak kepada pemungut pajak pertambahan nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak. Permohonan dapat disampaikan dengan cara mengisi kolom dalam surat pemberitahuan ataudengan surat tersendiri.

(31)

Selain itu, batas waktu tersebut dimaksudkan pula untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan.

c. Dalam hal Direktorat Jendral Pajak terlambat menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar maka oleh pemerintah diberikan imbalan bunga sebesar 2% perbulan kepada wajib pajak, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat surat ketetapan pajak lebih bayar diterbitkan, bagian dari bulan dihitung satu bulan.

d. Pemberian bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tata cara pembebanannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK 03/2011 .

Wajib pajak berhak atas bunga, mengajukan permohonan ke kapala Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) dimana dia terakhir terdaftar dengan menyebutkan nomor dan tanggal surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP) dan surat perintah membayar kelebihan pajak (SPMKP). Besarnya bunga yang diberikan, dihitung dengan rumus :

2% x Masa bunga x Dasar Bunga

Dengan penjelasan :

a. 2% adalah tingkat bunga sebulan.

(32)

c. Dasar bunga adalah jumlah pajak yang dikembalikan sebagaimana yang tercantum dalam SPMKP.

Prosedur administrasinya sebagai berikut :

a. Surat permohonan wajib pajak dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.

b. Bunga dihitung pada nota perhitungan pemberian bunga rangkap dua dan dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.

c. Dibuatkan bukti pemindahan bukuan.

d. Diterbitkan surat perintah membayar bunga, sepanjamg terdapat bunga yang masih harus dibayarkan dan dicatat pada buku pemberian dan pembayaran bunga.

e. Dilakukan perekaman dan prosedur yang lain-lain, sama dengan prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

B. Pembuatan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

Dalam rangka kepentingan intern (pembukuan) dan kepentingan ekstern (wajib pajak) dibuat bukti pemindah bukuan atas setiap penerbitan SKPKPP dan SPMKP dari rubrik pajak yang berkurang sedang dalam rangka perhitungan dengan hutang pajak lain dilakukan pemindah bukuan ke hutang pajak.

(33)

membayar kelebihan pajak (SPMKP) dalam jangka waktu satu bulan setelah adanya surat ketetapan kelebihan pembayaran pajak.

SKPKPP merupakan keputusan untuk mengeluarkan uang dari kas negara sedangkan SPMKP merupakan surat perintah membayar kelebihan pajak kepada bank Indonesia atau bank operasional satu untuk mengeluarkan uang sesuai yang tertera pada SPMKP tersebut, ketentuan tentang mengenai penerbitan SKPKPP dan SPMKP ditetapkan pada pasal 15 peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang tata cara pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak.

SPMKP dibuat dalam empat rangkap dengan peruntukan sebagai berikut :

a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk kantor pelayanan pemendaharaan negara mitra kerja kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP.

b. Lembar ke-3 untuk wajib pajak yang bersangkutan.

c. Lembar ke-4 untuk kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP.

Adapun lembar ke-2 yang diserahkan kantor pelayanan pembendaharaan negara dikembalikan kepada kantor pelayanan pajak pratama yang menerbitkan SPMKP dengan disertai surat perintah pencairan dana (SP2D) setelah disertai tanggal dan nomor surat perintah pencairan dana (SP2D).

C. Penandatanganan SPMKP

(34)

Pratama juga meneliti berkas tersebut, atas berkas yang lengkap dan benar maka SPMKP ditandatangani. Apabila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap suatu pengembalian kelebihan pajak, supaya diusahakan dilakukan dengan cepat sesuai batas waktu yang telah ditentukan.

D. Penguangan SPMKP

a. Penguangan SPMKP dilaksanakan oleh bank pembayar dengan cara mentransfer/memindahbukukan jumlah pembayaran pengembalian kelebihan pembayaran pajak ke rekening wajib pajak pada bank yang tertera dalam SPMKP, sedang wajib pajak yang bersangkutan tidak perlu datang/tidak perlu memberikan tanda tangan penerimaan.

b. Apabila pada SPMKP tidak tertera bank dan rekening nomor pokok wajib pajak bersangkutan, maka pembayaran dilakukan setelah wajib pajak menandatangani lembar ke-1,kw-2, dan lembar ke-3 SPMKP.

c. Setelah SPMKP diuangkan, maka SPMKP lembar ke-2 akan diterima kembali oleh KPP pratama dari bank pembayaran.

d.SPMKP tersebut dicocokkan dengan bukti restitusi, catat tanggal penguangan pada kolom keterangan.

e. Setelah diketahui bahwa lembar ke-2 SPMKP benar kemudian diteruskan ke seksi pelayanan untuk diedit, selanjutnya direkam pada seksi pengolahan data dan informasi/pengolahan data dan tata usaha perpajakan. Dan demikian juga untuk SKPKPP dan SPMKP yang diterbitkan.

(35)

E. Cara penghitungan SKPLB

Cara perhitungan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran akibat keputusan keberatan atau putusan banding. Dalam hal jumlah pembayaran lebih besar dari pada jumlah yang masih dibayar menurut keputusan keberatan atau putusan banding.

SKPKB tahun pajak 2005 diterbitkan pada tanggal 10 Maret 2007 dengan data sebagai berikut :

Pokok pajak terutang Rp 150.000.000

Kredit pajak Rp 75.000.000

Pajak kurang bayar Rp 75.000.000 Sanksi pasal 13 ayat 2 Rp 19.500.000 Pajak yang masih harus dibayar Rp 94.500.000

Atas SKPKB tersebut wajib pajak mengajukan keberatan

a. Pada tanggal 30 Maret 2007 wajib pajak membayar kekurangan bayar tersebut sebesar Rp 94.500.000 (lunas) pada tanggal 12 September 2007 diterbitkan surat keputusan keberatan oleh Direktur Jendral Pajak dengan rincian sebagai berikut :

Pokok pajak terutang Rp 100.000.000

Kredit pajak Rp 75.000.000

(36)

b. Berdasarkan keputusan keberatan tersebut diterbitkan SPMKP pada tanggal 20 September 2007 dengan jumlah kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 63.000.000 (Rp 94.500.000- Rp 31.500.000).

c. Berdasarkan data diatas maka penghitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :

Dasar penghitungan imbalan Rp 63.000.000 Jumlah bulan adalah 7 bulan (10 Maret 2007 s/d 20 September 2007) d. Besarnya imbalan bunga yang diberikan kepada wajib pajak adalah 7 x 2%

x Rp 63.000.000 = Rp 8.820.000

Sama dengan contoh diatas, teapi keputusan keberatannya menyatakan lebih bayar :

Pokok pajak terutang Rp 65.000.000

Kredit pajak Rp 75.000.000

Pajak lebih bayar Rp 10.000.000

a. Berdasarkan keputusan keberatan tersebut, diterbitkan SPMKP pada tanggal 20 September 2007 dengan jumlah kelebihan pembayaran sebesar Rp 104.500.000 ( Rp 94.500.000 + 10.000.000).

b. Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :

Dasar perhitungan sebesar Rp 94.500.000, terhitung sejak tanggal 10 Maret 2007 s/d 20 September 2007 adalah 7 bulan

(37)

c. Imbalan bunga yang diberikann kepada wajib pajak adalah : 7 x Rp 94.500.000 = Rp 13.200.000

(38)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. ANALISIS DATA

1. Penetapan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) diatur dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

Surat ketetapan pajak lebih bayar diterbitkan karena beberapa sebab, yaitu :

1. Terbit karena keputusan keberatan banding atau putusan banding.

2. Diterbitkan karena keputusan pengurangan atau sanksi, sebagai akibat diterbitkan keputusan keberatan atau putusan banding yang menerima sebagian atau seluruh permohonan wajib pajak.

3. Diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak, Direktorat Jendral Pajak (melalui KPP) harus memberikan keputusan dalam jangka waktu dua belas bulan jika tidak, permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan.

(39)

5. Apabila wajib pajak menerima SKPLB dan menghendaki restitusi maka wajib pajak mengajukan permohonan tertulis.

6. SKPLB masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih bayar jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

7. Terhada permohonan pengembalian kelebihan pembayaran, SKPLB diterbitkan dalam waktu dua belas bulan sejak permohonan diterima.

8. Jika dalam waktu dua belas bulan sejak permohonan diterima dan Direktorat Jendral Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan dianggap diterima.

9. SPMKP harus diterbitkan dalam waktu satu bulan.

10.Dalam hal Direktorat Jendral Pajak terlambat menerbitkan SKPLB, maka oleh pemerintah diberikan imbalan kepada wajib pajak 2% perbulan.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak restitusi terjadi apabila jumlah pajak yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang seharusnya. Adapun pengajuan restitusi adalah sebagai berikut :

1. Mengisi kolom permohonan pada SPT 2. Membuat surat permohonan kepada KPP

Wajib pajak akan mendapat imbalan bunga 2% perbulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu penerbitan SKPLB sampai diterbitkannya SKPLB.

2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

(40)

jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Direktur Jendral Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan surat ketetapan pajak nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang, dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

Setelah dilakukannya pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 c KUP Nomor 16 tahun 2009 harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat dua belas bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Direktur Jendral Pajak.

Apabila setelah lewat jangka waktunya, Direktur Jndral Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan surat ketetapan pajak lebih bayar harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. Dan apabila surat ketetapan pajak lebih bayar terlambat diterbitkan dari waktu yang telah ditetapkan, maka kepada wajibpajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat diterbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.

(41)

Direktur Jendral Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak dan menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Direktur Jendral Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. Adapun yang dimaksud dengan kriteria tertentu antara lain :

1. Kepatuhan wajib pajak yang meliputi penyampaian surat pemberitahuan, tidak mempunyai tunggakan pajak.

2. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.

3. Perhitungan jumlah peredaran usaha dan pajaknnya mudah diketahui karena berkaitan dengan peraturan pemerintah lainnya, seperti peredaran usaha dan pajak pertambahan nilai atas prosedur rokok diketahui dari pelaksanaan cukai.

3. Wajib Pajak yang Terdaftar SKPLB

TAHUN JUMLAH

Sumber kpp pratama medan barat

(42)

pada tahun 2009, ternyata semuanya dapat diterbitkan SKPLB tepat waktu sehingga tidak ada imbalan bunga yang harus diberikan kepada wajib pajak.

Demikian juga pada tahun 2010, meskipun jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak meningkat tajam yaitu 39 wajib pajak. Semuanya masih dapat diterbitkan SKPLB tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa semua petugas yang menangani proses penyelesaian permohonan kelebihan pembayaran pajak telah sesuai dengan prosedur dan batas waktu yang telah ditentukan.

B. EVALUASI DATA

Berdasarkan data-data diatas, kita dapat mengevaluasi bagaimana prosedur permohon pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah sebagai berikut :

1. Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal Pajak.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

o Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang;

(43)

o Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

3. Surat ketetapan pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

4.

Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur

Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.

Pengembalian Pendahuluan SKPLB :

1. WP dengan kriteria tertentu dapat mengajukan restitusi dan Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. 2. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan

yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu.

3. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu adalah WP yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan syarat:

1. SPT disampaikan tepat waktu dalam 2 (dua) tahun terakhir.

2. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. Untuk SPT Masa yang terlambat tersebut harus telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya;

3. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah

(44)

termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.

4. Tidak pernah dijatuhi hukuman tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

5. Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau BPKP dengan:

 pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau pendapat Wajar Dengan

Pengecualian, sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal;

 laporan audit disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan

menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.

4. Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit akuntan publik, juga dapat mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai wajib Pajak kriteria tertentu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir dengan syarat memenuhi kriteria pada angka 3 huruf a, b, dan c, d (diatas) ditambah dengan syarat :

1. Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

2. Apabila dalam 2 (dua) tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh persen).

3. Kepala Kantor Wilayah DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menetapkan

Wajib Pajak yang memenuhi kiteria tertentu setiap bulan Januari dan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

(45)

6. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak diterbitkan paling lambat 3 (tiga) bulan untuk PPh dan 1 (satu) bulan untuk PPN, sejak permohonan diterima lengkap.

7. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan dan menerbitkan surat

ketetapan pajak berupa SKPKB atau SKPLB atau SKPN dalam jangka waktu 10 tahun, terhadap WP yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab yang terdahulu dapatlah ditarik kesimpulan antara lain :

1. Wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian pembayaran pajak meningkat dari tahun 2009 sampai dengan 2010. Tetapi semuanya wajib dapat diselesaikan tepat waktu hal ini membuktikan bahwa petugas telah bekerja sesuai dengan prosedur.

2. Mekanisme permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui tingkat proses yang cukup banyak dari pelaporan, pemeriksaan, penguangan dan sampai proses administrasi. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan.

3. Dilihat dari permohonan SKPLB ternyata masih banyak wajib pajak yang sudah memohon restitusi namun belum dapat diproses dan diterima permohonannya.

(47)

B. Saran

Ada beberapa saran dari penulis untuk meningkatkan kinerja dalam surat ketetapan pajak lebih bayar, yaitu :

1. Meningkatkan disiplin kerja agar target yang ditetapkan dapat tercapai sehingga dapat mengurangi penunggakan permohonan SKPLB.

2. Melakukan penyuluhan pajak atas hak-hak wajib pajak melalui seminar-seminar, tatap muka dan media masa.

3. Metode penyuluhan hendaknya bervariasi, jangan terfokus paa satu variasi tetapi perlu metode yang dapat mengikut sertakan wajib pajak dalam memilih hak-hak apa saja yang patut diperoleh wajib pajak dalam perpajakan.

4. Dilakukan pemantauan terhadap tunggakan permohonan SKPLB wajib pajak.

5. Bagi wajib pajak yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya, dan terlambat dalam menyampaikan SPT serta melanggar Undang-Undang perpajakan, sebaiknya ditindak secara tegas dengan memberi sanksi yang lebih ketat.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009.

Perpajakan Edisi Revisi 2009,

Andi,Yogyakarta.

Suandy, erly, 2009,

Hukum Pajak

, Salemba Empat, Jakarta.

Sukardji untung, 2000.

Pajak Pertambahan Nilai

, Rajawali Pers, Jakarta.

Resmi, Siti, 2007,

Perpajakan Teori dan Kasus

, Salemba Empat, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2002,

Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Pandiangan, Liberty, 2002,

Pemahaman Praktis Undang-Undang

Perpajakan Indonesia

, Erlangga, Jakarta.

undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan

Referensi

Dokumen terkait

18 Pemkab Bandung Barat Jawa Barat 19 Pemkab Ciamis Jawa Barat 20 Pemkab Cianjur Jawa Barat 21 Pemkab Garut Jawa Barat 22 Pemkab Indramayu Jawa Barat 23

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017 memberikan penjelasan bahwa “...kecuali telah diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau

1) Keterampilan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum digunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif termasuk dalam

Kekuatan UPI dalam mewujudkan kepedulian tersebut, sesuai Renstra UPI 2006-2010, adalah: (1) jumlah dosen 1.114 orang (992 orang berkualifikasi S2 dan/atau S3, dan 60 orang di

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pola kemunduran mutu ikan gurami ( Osphronemus gouramy ) pada penyimpanan suhu chilling secara subyektif dan

PT Talang Gugun Sari Nusantara Surat Dukungan Pengadaan Obat-obatan tidak lengkap. CAPITA MEDICA FARMA Surat Dukungan Pengadaan Obat-obatan

Apabila terjadi hasil skor yang sama antara 2 atau lebih peserta, maka akan dilakukan pengulangan lomba untuk peserta yang memiliki skor yang sama tadi6. Juri

Pada website aplikasi e-learning Antar Muka ( Interface ) menu utama dan tampilan sub menu yang memudahkan user untuk meng-ekplorasi website dan konten pembelajaran (Kursus [In] /