• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Paratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Paratama Medan Petisah"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN PETISAH O

L E H

NAMA : MEISYA KABAN NIM : 112600075

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat karunianya penulis

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Ahir yang merupakan salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul

“Tata Cara Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada

Kantor Pelayanan Pajak Paratama Medan Petisah.

Dalam penulisan Laporan Tugas Ahir ini penulis banyak menerima

bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan

hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang banyak

membantu sehingga terwujudnya penulisan Laporan Tugas Ahir ini, terutama

kepada :

1. Tuhan Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Ahir ini.

2. Kepada orang tua saya Bapak Jansen Kaban dan Ibu Murniati yang

terkasih dan tersayang yang telah membesarkan, mengasuh,

mendidik, mendoakan serta memberikan cinta dan kasih sayang yang

tiada duanya.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan Fakultas AIlmu

(3)

4. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

5. Ibuk Nurlela Ketaren, M.Sp selaku dosen pembimbing saya yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi,

bantuan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan

Tugas Ahir ini.

6. Seluruh staf pegawai jurusan Administrasi Perpajakan yang selalu

membantu penulis dalam administrasi untuk keperluan akademik.

7. Ibu Ros Pandia selaku supervisor lapangan beserta staf karyawan

kantor pelayanan pajak Pratama Medan Petisah.

8. Buat adik-adik saya tercinta, yang selalu menjadi motivasi terbesar

saya untuk selalu melakukan yang terbaik agar kelak bisa menjadi

teladan bagi mereka.

9. Serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu

namanya yang telah banyak membantu dan mendukung penulisan

Laporan Tugas Akhir selama ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan, wawasan, serta

pengalaman penulis dalam penulisan Laporan Tugas Akhir. Untuk itu diharapkan

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Laporan ini. Semoga karya

tulis ini dapat member manfasat bagi penulis dan semua pembaca.

Medan, juli 2014

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN A.LatarBelakangPraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM) ... 1

B.Tujuan danManfaatPraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM) ... 4

C. UraianTeoritis ... 6

D. RuangLingkupPraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM) ... 14

E. MetodePraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM) ... 15

F. MetodePengumpulan Data ... 16

G. SistematisPeenyusunanLaporan (PKLM) ... 18

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A.SejarahSingkat Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah ... 19

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 23

(5)

BAB III RUANG LINGKUP PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Proses Pengembalian Kelebihaan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai ... 28

B. Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai ... 30

C.Masalah-Masalah yang Sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan

Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 33

D.Jumlah Wajib Pajak yang Mengajukan Permohonan Restitusi

Dari Tahun 2012-2014 ... 35

E. Restitusi ... 36

F. PKP Hanya Dapat Mengajukan Permohonan Pengembalian

(Restitusi) pada Setiap Masa Pajak ... 37

G.PKP yang Dapat Mengajukan Permohonan Pengembalian

(Restitusi) pada Setiap Masa Pajak ... 37

H.Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai ... 38

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A.Untuk Mengetahui Tata Cara Pengembalian Restitusi atas Pajak

Pertambahan Nilai Lebih Bayar di KPP Medan Petisah ... 43

B. Untuk Mengetahui Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam

C. Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 49

D. Untuk Mengetahui Kewajiban Perpajakan Sesuai Peraturan

(6)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ... 55

Saran ... 56

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

berusaha mengadakan pembangunan disegala bidang danuntuk mewujudkan

cita-cita tersebut tidaklah muda, maka pemerintah membutuhkan biaya yang cukup

besar untuk pembangunan disegala bidang tersebut. Untuk itu pemerintah

menggali sumber dana dari kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang

dimiliki indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

digunakan untuk membiayai pembangunan.

Untuk mewujudkan pembangunan,dibutuhkan segala potensi yang ada

pada suatu bangsa, berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi

manajeme dan finansial untuk melaksanakannya. Salah satu upaya menggerakan

sumber daya dari pemerintah itu dapat dilihat dari segi finansialnya, yaitu

bagaimana pemerintah dapat mencari sumber-sumber keuangan guna membiayai

pelaksanaan roda pemerintahan.

Sumber-sumber pendapatan keuangan dalam rangka menyelenggarakan

tugas pemerintah untuk pembangunan diantaranya adalah bersal dari sektor non

migas. Sumber pendapatan dari sektor non migas yang menjadi primadona saat ini

adalah berasal dari penerimaan pajak. Karena itu dibidang perpajakan sering

diadakan

1

(8)

pembaharuan sistem perpajakan sehingga kemampuan negara dan masyarakat untuk membiayai

pembangunan dari sumber-sumber dalam negeri semakin meningkat.

Penerimaan pajak dan pengenaan pajak berhubungan erat dengan suatu bangsa, maka

usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak secara drastic tidak dapat dilakukan dalam jangka

pendek, namun merupakan proses perobakan structural yang memerlukan waktu yang relative

panjang. Dalam hal penerimaan pajak yang terus menerus meningkat,penerimaan pajak juga

dapat berkurang, beberapa diantaranya adalah dikarenakan kesalahan hitung fiskus dan wajib

pajak yang dijadikan keberatan dalam hal pembayaran pajak, penyeludupan pajak oleh wajib

pajak, dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau yang sering disebut restitusi.

Pengembalian pajak atau restitusi dapat mengakibatkan pengurangan penerimaan pajak,

karena itu perlu penindaklanjutan prosedur maupun usaha dari Direktorat Jenderal Pajak tentang

penghitungan ataupun pemberian restitusi secara tepat. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak juga

perlu menindak wajib pajak (eksportir) yang “nakal”, misalnya melakukan ekspor fiktif dan

memanipulasi faktur pajak dengan membawanya ke pengadilan. Di samping itu, Direktorat

Jenderal Pajak juga diinstruksikan untuk menindak tegas aparat pajak yang “nakal”, yaitu yang

mencoba menghambat proses permohonan restitusi para wajib pajak (eksportir).

Pemberian restitusi sangat bepengaruh terhadap penerimaan pajak,untuk itu sebelum

mengeluarkan persetujuan restitusi, pemerintahan perlu melakukan penelitian dan pemeriksaan

lebih seksama untuk menghindari kerugian yang lebih besar, karena tidak sedikit wajib pajak

yang bermasalah, seperti tidak memenuhi persyaratan, menggunakan data fiktif atau mempunyai

(9)

Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang mengatur tentang

restitusi.

Dalam rangka untuk mencegah restitusi yang salah maka diperlukan aparatur pajak yang

relative dan bertanggung jawan dalam melaksanakan penatausahaan yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Masih banyaknya wajib pajak yang belum mengetahui tata cara

mengajukan permohonan restitusi juga menyebabkan terhambatnya kinerja fiskus dalam

melaksanakan pemeriksaan karena masih ada wajib pajak yang belum melengkapi persyatan

didalam mengajukan permohonan restitusi yang belum diperiksa dan ditanggapi adalah

kenyataan yang mengharuskan aparatur pajak dapat lebih meningkatakan pelayanannya.

Sehingga wajib pajak yang memang benar membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak yang

terutang supaya diberikan pelayanan yang lebih baik dan tidak menghalang-halangi atas

permohonan restitusi. Oleh karena itu seharusnya aparatur pajak memberikan pelayanan yang

lebih baik untuk terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban wajib pajak serta untuk

menjamin ketertiban administrasi, karena apabila petugas terlambat dalam mengembalikan

kelebihan pajak tersebut maka atas keterlambatan itu diberikan bunga 2% setiap bulannya.

Bertitik tolak dari uraian maka penulis ingin menyajikan mekanisme pelaksanaan

pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah, khusunya pengembalian atas Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar. Atas dasar inilah

(10)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara spesifik tujuan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM) ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui tatacara pengembalian retitusi atas Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) lebih bayar di Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

1.2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

pengembalian kelebihan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1.3 Untuk mengetahui prosedur kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKLM)

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang tata cara

pengembalian kelebihan PPN (Restitusi PPN)

b. Agar dapat mempraktikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan dalam kegiatan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Khususnya tentang PPN

c. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan

maupun ilmu pengetahuan dan teknologi

(11)

3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

3.1 Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi pemerintah khususnya Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

3.2 Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan

3.3 Dapat memperkenalkan serta mempromosikan sumber daya manusia yang ada di

Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma II Administrasi

Perpajakan

3.4 Mempromosikan image KPP Pratama Medan Petisah kepada Wajib Pajak (WP) yang

terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah

4. Bagi Program Diploma III Perpajakan

4.1 Mempererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan

Pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma II Administrasi Perpajakan.

4.2 masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi menyangkut

penanganan masalah perpajakan Mendapat.

C. URAIAN TEORITIS 1. Defenisi dan Fungsi Pajak

1.1 Defenisi pajak

Pengertian pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH yaitu:

Iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukkan dan digunakan

(12)

Sedangkan pengertian menurut undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negarayang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari berbagai defenisi tentang pajak di atas,dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak

memiliki beberapa aspek dasar :

a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang

b. Sifatnya dapat dipaksakan

c. Tidak ada kontraprestasiyang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak

d. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara baik pemerintah pusat maupun

e. pemrintah daerah

f. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan

pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

2.2 Fungsi Pajak

Adapun fungsi pajak yaitu salah satu pajak yang bersumber dari kas Negara yang

diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran dari kas negara tersebut. Contohnya adalah

penerimaan dan pengeluaran APBN. (Waluyo,2010:6)

a. Fungsi budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

(13)

2. Jebis Pajak

2.1 Menurut golongannya

a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak (WP) dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2.2 Menurut sifatanya

a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya.

Contohnya Pajak Penghasilan.

b. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa

memperlihatkan keadaan wajib pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

2.3 Menurut pemungutnya

a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea

Materai

b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga Negara.

Pajak daerah terdiri atas dua yaitu pajak provinsi (pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten / Kota (Pajak Hotel, Pajak Restoran

dan Pajak Hiburan)

(14)

3.1 Asas Domosili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat

tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.

3.2 Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3.3 Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

4 Sistem Pemungutan Pajak

4.1 Official Assessment System

Adalah suatu system pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak

a. Self Assessment System

Adalah suatu system pemungutan yang member wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak

b. Withholding System

Adalah suatu system pemungutan yang member wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan

(15)

5 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi didalam

negeri (dalam Pabean) baik itu berupa konsumsi barang maupun konsumsi jasa

6 Dasar Hukum pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) pada pasal 9 ayat (4), ayat (4a), ayat (4b), ayat (4c), ayat (4d), dan ayat (4f), pajak

masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang

sama. Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) Undang – Undang.

Berdasarkan hal tersebut, apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada

pajak masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus disetor oleh

pengusaha kenak pajak. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat dikreditkan

lebih besar daripada pajak keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya, hal ini yang mendasari restitusi.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak

atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah

dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan wajib pajak tidak

punya hutang pajak lain. Ketentuan restitusi diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 dan Undang-Undang No.8 Tahun 1983 sebagaimana diubah

terakhir dengan Undang-Undang No.18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah yang mengatu tentang Tatacara Pengembalian Kelebihan PPN

(Restitusi PPN).

(16)

Yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai antara lain :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) didalam daerah pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha Kena Pajak (PKP)

b. Impor BKP

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) didalam daerah pabean yang dilakaukan oleh PKP

d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean

e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean

f. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak

8 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 Restitusi

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluran dalam

suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali (restitusi) sebagimana

dimaksud Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Restitusi atau

pengembalian kelebihan kelebihan pajak adalah hak bagi Wajib Pajak manakala berdasarkan

hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan

adanya kelebihan pembayaran pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang

diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan

Masa adalah wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status

pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak.

Dalam rangka pengembalian kelebihan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah

(17)

memenuhi kriteria tertentu yang dilaksanakan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sehingga

dalam rangka pengembalian kelebihan pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat dibedakan menjadi :

a. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c)

Undang – Undang PPN

b. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 C Undang

– Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

c. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17D Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada nomor 1, 2 dan 3 pemerintah memberikan fasiltas

pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa melalui proses pemeriksaan, cukup melalui

proses penelitian. Setelah proses penelitian selesai Direktorat Jenderal Pajak akan mengeluarkan

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yaitu surat keputusan yang

menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak untuk Wajib Pajak Tertentu.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010, proses

pengembalian kelebihan pajak harus selesai dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan

diterima lengkap.

Kepada Pengusaha Kena Pajak selain termasuk dalam tiga kriteria pertama,

pengembalian kelebihan pajak diberikan setelah melalui proses pemeriksaan. Setelah proses

pemeriksaan selesai Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar. Proses pemeriksaan harus sudah selesai dalam jangka waktu paling lambat 12 bulan sejak

(18)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Proses pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Tatacara perhitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

(PPN)

3. Masalah-masalah dalam proses pelaksanaan pengembalian kelebihan

pembayaran (restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

4. Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi dari Tahun 2012 sampai

Tahun 2014.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Tahapan persiapan

Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari pengajuan judul

kepada Ketua Program Studi, penentuan judul oleh Ketua Program Studi, pembuatan

proposal, pelaksanaan seminar proposal, perbaikan proposal, persetujuan terhadap proposal,

penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan

pembuatan surat izin PKLM ke instansi yang dituju.

(19)

Yaitu kegiatan studi mencari data informasi dengan membaca landasan teori. Buku –

buku literatur, peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan, majalah, surat kabar,

catatan – catatan maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan Laporan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara lansung terhadap masalah yang

di bahas dan meninjau secara lansung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk

mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yaitu :

4.1 Data primer yaitu data – data yang diperoleh dari pihak – pihak yang terkait dengan

cara melakukan wawancara dengan pegawai yang dianggap mampu memberikan data

dan informasi sesuai dengan penulisan laporan tugas akhir

4.2 Data sekunder yaitu data – data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung

laporan PKLM.

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan. Penulis akan menganalisa dan

mengevaluasi data, dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan

sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

(20)

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai

yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Tatacara Pengembalian

Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Petisah.

2. Metode Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara lansung maupun tidak

lansung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan

bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi

petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada

instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia, memiliki rahasia dan

memiliki resiko yang tinggi.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya dengan

mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Peraturan Pemerintah yang

berlaku, Undang – Undang Perpajakan, data mengenai kepegawaian dan dokumen – dokumen

resmi lainnya mengenai Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan praktik kerja lapangan

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini.

Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,

Uraian Teoritiss, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode

Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat

lokasi yang akan diuraikan penulis adalah KPP Medan Petisah, Struktur

Organisasi, Tugas dan Fungsi Pegawai di Instansi tersebut serta gambaran

lain jika dibutuhkan.

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis mencoba menjabarkan mengenai apa itu Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), system pemungutan pajak, jenis pajak, serta

pengertian dari restitusi dan hal – hal lain yang menyangkut proses

pengembalian pajak yang lebih bayar.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang diperoleh, kemudian

mengadakan evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab

perumusan masalah yang diajukan

(22)

Dalam bab ini akan disimpulkan beberapa pernyataan mengenai hal – hal

yang telah dikemukakan dan saran – saran yang mungkin dapat diambil

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi Pajak Medan

dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17A.

2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro No. 30 A.

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi

Pajak. Pada saat itu hanya ada dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Inspeksi

Medan Pajak Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Pada tanggal 1 April 1979

Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak

(KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia

No. 17 A.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro

No. 30 A.

Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

443/KMK01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja kantor

wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak,

(24)

Potensi Perpajakan. Namun seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di melalui sistem

modernisasi, sehingga terbagi menjadi :

1. KPP Madya Medan

2. KPP Pratama Medan Barat

3. KPP Pratama Medan Petisah

4. KPP Pratam Binjai

5. KPP Pratama Medan Bel a wan

6. KPP Pratama Medan Kota

7. KPP Pratama Medan Timur

8. KPP Pratama Medan Polonia

9. KPP Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei

2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah beralamat di Jalan Asrama Nomor

7-A Medan dengan membawahi tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan

Kecamatan Medan Sunggal.

Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan

Petisah meliputi antara lain:

1. Kelurahan Petisah Tengah

2. Kelurahan Sei Putih Tengah

(25)

5. Kelurahan Sekip

6. Kelurahan Cinta Damai

7. Kelurahan Simpang Tanjung

8. Kelurahan Sei Sikambing

9. Kelurahan Tanjung Rejo

10. Kelurahan Tanjung Gusta

11. Kelurahan Helvetia Tengah

12. Kelurahan Helvetia Timur

13. Kelurahan Babura Sunggal

14. Kelurahan Lalang

15. Kelurahan Sunggal

16. Kelurahan Dwikora

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah

menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, yang mampu menunjang

kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan

dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Petisah juga memiliki misi yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang

menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan

dibanggakan masyarakat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah mempunyai tugas

melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak

Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea

(26)

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan PajakPratama Medan

Petisah adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta

penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pelaksanaan intensifikai.

12. Pembetulan ketetapan pajak.

13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/ atau Bangunan

(27)

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis

mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab

masingmasing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga

untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara

operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal

Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi yang

masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di

Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

(28)

C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama

No. 17 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan urusan tata usaha

b. Melakukan uruasan kepegawaian

c. Melakukan urusan keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian

informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan

c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B

e. Merekam PPh Pasal 21

f. Merekam PPh Pasal 23/26

(29)

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer

k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,

m. Penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib

Pajak dan surat-surat lainnya

d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak

dan surat lainnya

e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan

pencabutan identitas Wajib Pajak

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak

h. Melakukan Kerjasama Perpajakan

4. Seksi Penagihan

(30)

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak

b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak

c. Penagihan aktif

d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak

e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan

5. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsi:

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan

b. Pendataan objek dan subjek paja

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam

menunjang ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

(31)

b. Membimbing /menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis

perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak

d. Menganalisis kinerja wajib pajak

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan

perundang-undangan perpajakan

f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi

dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan

g. Melakukan evaluasi hasil banding

h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan

(32)

BAB III

RUANG LINGKUP PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Proses Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pertambahan Nilai (PPN)

1. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi)

pajak pertambahan nilai ke tempat pelayanan terpadu (TPT) melalui SPT PPN LB (untuk

selain wajib pajak criteria tertentu) yaitu dengan menggunakan e-SPT

2. Petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus

Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD akan

digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Pada saat itu juga e-SPT

langsung dikirim ke seksi pemeriksaan.

3. Apabila SPT sudah diterima di seksi pemeriksaan, maka segera diajukan permohonan

persetujuan pemeriksaan ke Kanwil DJP DUMUT I Medan dengan membuat daftar

nominatif agar PKP yang mengajukan restitusi dapat diperiksa

4. Dalam proses menunggu persetujuan persetujuan pemeriksaan dari Kanwil , maka seksi

pemeriksaan meminta data-data ke seksi-seksi berikut:

4.1 Seksi PDI, terkait dengan alat keterangan (alket)

4.2 Seksi pengawasan dan konsultasi, terkait profil PKP yang mengajukan permohonan

restitusi

(33)

4.4 Seksi pelayanan, terkait berkas atau dokumen PKP yang mengajukan permohonan

restitusi

4.5 Setelah mendapat persetujuan dari kanwil, maka kepala kantor pelayanan pajak

pratama medan petisah mendisposisikannya ke kepala seksi pemeriksaan

4.6 Kepala seksi pemeriksaan membuat nota dinas penunjukan supervisor pemeriksa

4.7 Fungsional pemeriksa (supervisor) membuat Audit Plan dan diserahkan kepada kepala

kantor untuk diminta persetujuan

4.8 Kepala kantor menerbitkan serut perintah pemeriksa (SP2) atas PKP yang mengajuakn

restitusi

Berdasarkan hasil pemeriksaan restitusi oleh fungsional pemeriksa, maka ada

produk hukum yang diterbitkan seperti surat ketepan pajak lebih bayar (SKPLB), Surat

Ketepan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

5. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan restitusi produk hukumnya adalah SKPLB, maka

KPP Pratama Medan Petisah akan menerbitkan Surat Perintah membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP)

6. Pihak kantor pelayanan pajak Medan Petisah segera mengirimkan SPMKP ke kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

7. Setelah mengecek kebenaran dokumen Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

segera menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana restitusi yang langsung diberikan

(34)

B. Tata Cara perhitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak pertambahan Nilai (PPN)

Jumlah Terbayar-Jumlah Terhutang=Bila masih plus, maka terjadi lebih bayar.

Misalnya : total PPN dipungut atas penjualan barang (dalam negeri) Pt. ABC dalam masa bulan

desembaer adalah sebesar Rp 10.000.000; sementara disisi lainnya PT. ABC memiliki kredit

pajak yang berupa fadktur pajak masukan atas pembelian bahan baku sebesar Rp 15.000.000

maka : Rp 15.000.000 – 10.000.000 = Rp 5.000.000

Berarti ada kelebihan sebesar Rp 5.000.000.Nah inilah jumlah yang bias direstitusikan.

Tentunya setelah kewajiban-kewajiban pajak lain juga dihitung. Proses Penyelesaian

Permohonan restitusi PKP berbeda dari PKP tertentu, untuk pkp tertentu, penyelesaian restitusi

hanya meneliti seperti lebih bayarnya saja. Kelebihan pembayaran pajak akan dilakukan pihak

otoritas dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap dengan

menerbitkan skp pendahuluan kelebihan pajak (SKPPKP). Sementara untuk PKP, setelah

dilakukan pemeriksaan dengan permohonan restitusi, Dirjen Pajak harus menerbitkan surat

ketetapan pajak paling lama 12 bulan sejak permohonan diterima. Meski demikian, mengecek

pada ketentuan peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-16 (PJ) 209 , pemeriksaan bias kurang dari 12

bulan, tergantung dari kategori tingkat risiko pkp yang bersangkutan.

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan dirjen pajak tidak menerbitkan SKP

(untuk pkp) atau SKPPKP (untuk PKP tertentu), maka permohonan pengembalian dianggap

dikabulkan.SKLB atau SKPPKP ini harus diterbitkan paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu

tersebut berakhir.

(35)

pajak ini bias berbagai macam jenisnya, bias berupa surat tagihan pajak (STP) dan surat

keputusan pembetulan yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

Bisa juga berupa SKPKB, SKPBT, dan surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah

pajak yang harus dibayar, untuk masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak.

Bisa berdasarkan hasil penghitungan kelebihan pembayaran pajak ternyata masih

terdapat kelebihan pembayaran pajak, maka PKP dapat mengajukan permohonan untuk

memperhitungkan kelebihan pembayaran pajak tersebut dengan pajak yang akan terutang /

dengan utang pajak atas nama WP/PKP lain.

Adanya sisa kelebihan pembayaran pajak hasil dari pengurangan kelebihan pembayaran

pajak dari utang pajak akan dikembalikan dalam jangka waktu 1 bulan sejak SKPLB ,sejak

SKPKP di terbitkan. Proses ini di tandai dengan diterbitkannya surat keputusan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP) oleh KPP.

SKPKPP ini diterbitkan untuk per jenis pajak dan permasa pajak / tahun pajak.

Atas dasar SKPKPP tersebut, kepala KPP atas nama menkeu menerbitkan SPMKP ( Surat

Perintah Membayar Kelebihan Pajak) untuk per jenis pajak dan per masa pajak/ tahun

pajak/SPMKP dibuat dalam rangkap 4 dengan diperuntukan lembar

ke : 1. Untuk KPPN

2

3.WP

4. KPP yang menerbitkan SPMKP

Jangka waktu menerbitkan SMPKP berserta SKPKPP harus disampaikan paling lambat

2 hari kerja sebelum jangka waktu 1 bulan terlampaui. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan

(36)

(SP2D) paling lama 2 hari kerja. Sejak SPMKP diterima. Dalam hal ini, kepada KPPN

mengembalikan lembar ke-2 SPMKP disertai dengan lembar ke-2 SP2D kepada penerbit

SPMKP setelah dibubuhi, cap tanggal dan nomor penerbitan SP2D.

SPMKP tersebut kemudian akan dibebankan pada mutu anggaran pengembalian

pendapatan pajak tahun anggaran berjalan yaitu pada mata anggaran yang sama dengan mutu

anggaran penerima semula.

Terbitnya SP2D merupakan sinyal bahwa kelebihan pembayaran pajak akan segera

diterima oleh PKP dan PKP tertentu.

C. Masalah-masalah Yang sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Dalam pelaksanaan restitusi PPN, petugas sering mengalami berbagai masalah.

Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pelaksanaan restitusi PPN adalah :

1. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila

dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi tersebut sering terlambat.

2. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila

dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi tersebut tidak dijawab sehingga

tidak ada kepastian kebenaran Pajak Masukan.

3. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila

dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi dijawab “tidak ada”, sementara

Faktur Pajak Masukan dikreditkan dan dilaporkan ke SPT Masa restitusi dan arus kas, arus

(37)

Kelebihan pembayaran PPN timbul karena Pajak Masukan yang lebih besar dari pada

Pajak Keluaran, yang paling umum adalah Pajak Masukan untuk barang yang akan diekspor

karena Pajak Keluarannya dikenakan tariff 0%. Untuk memastikan apakah Pajak Masukan yang

diklaim oleh pihak pembeli memang dapat dikreditkan atau tidak, biasanya petugas pajak

melakukan prosedur pemeriksaan yang biasa disebut klarifikasi atau lebih dikenal dengan istilah

konfirmasi untuk meyakinkan apakah Pajak Masukan yang diklaim tersebut oleh si penjual

sudah dilaporkan dalam SPTnya sebagai Pajak Keluaran. Jawaban Permintaan Konfirmasi diisi

sebagai berikut :

3.1 Ada dan sesuai (Faktur Pajak belum direkam)

3.2 Ada dan sesuai (Faktur Pajak terlambat dilaporkan PKP)

3.3 Ada tetapi tidak sama tanggal dan atau kode nomor seri Faktur Pajak

3.4 Tidak ada (Faktur Pajak tidak sah karena Wajib Pajak belum dikukuhkan sebagai

PKP)

3.5 Tidak ada (Faktur Pajak tidak sah karena PKP tidak pernah melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak)

4. Petugas Fungsional Pemeriksaan sedikit, dan ada pula yang dimutasi pada saat proses

pemeriksaan, menyebabkan jumlah petugasnya semakin berkurang sehingga beban kerja

tinggi dan menjadi tidak maksimal.

5. Pembukuan Wajib Pajak (seperti arus kas, arus barang, dan arus dokumen) tidak

(38)

6. PKP restitusi sering tidak memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh Fungsional

Pemeriksa, terutama data omzet/peredaran usaha WP yang sebenarnya pada proses

pemeriksaan.

D. Jumlah Wajib Pajak yang Mengajukan Permohonan Restitusi dari Tahun 2012 Sampai Tahun 2014.

BULAN TAHUN

2012

TAHUN

2013

TAHUN

2014

JANUARI 3 3 5

FEBRUARI 6 0 1

MARET 10 5 7

APRIL 10 3 16

MEI 6 1 14

JUNI 5 3 5

JULI 6 9

AGUSTUS 2 0

SEPTEMBE R

5 4

(39)

R

DESEMBER 4 3

TOTAL

Dari data table diatas, terdapat peningkatan penerbitan SPMKP mulai masa april

disebabkan peraturan terbaru PMK-198 tahun 2014 tentang pengolahan SPTLB di bawah 100

juta

E. RESTITUSI

1. Dasar Hukum Restitusi

1.1 perpajakan pasal 1 ayat (1)

1.2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga

atas undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Penjualan atas Barang Mewah pasal 9 ayat (4)

1.3 Peraturan menteri keuangan nomor 72/PMK 03/2010 tanggal 31 maret 2010 tentang

Tata Cara Pengembalian kelebihan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan

Barang Mewah

2. Pengertian Restitusi

Restitusi pajak adalah hak wajib pajak untuk memperoleh kembali pajak yang telah

dibayar setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya yang belum dilunasi, kelebihan

pembayaran tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan

(40)

memperoleh kembali kelebihan pembayaran tersebut,wajib pajak harus mengajukan

permohonan tertulis kepada Dirjen Pajak atau pejabat yang ditunjuknya.

F. PKP HANYA DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA AKHIR TAHUN BUKU

1. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar

daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke

Masa Pajak berikutnya.

2. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan Pajak (restitusi) pada

akhir tahun buku. Bagi PKP Orang Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban

menyelenggarakan pembukuan, pengertian tahun buku adalah tahun kalender.

G. PKP YANG DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA SETIAP MASA PAJAK

1. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;

2. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepadaPemungut PPN

3. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak

dipungut;

4. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud;

5. PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau

PKP dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a)

(41)

belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak

Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.

H. Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

Dalam rangka pengembalian kelebihan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah

memberikan fasilitas pembayaran pendahuluan kelebihan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang

memenuhi kriteria tertentu yang dilaksanakan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sehingga

dalam rangka pengembalian kelebihan pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat dibedakan menjadi :

1. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c)

Undang-Undang PPN.

Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c)

Undang-Undang PPN adalah Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat ( 4b) dari huruf a sampai dengan huruf e Undang-Undang PPN sebagai berikut :

1.1 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

1.2 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;

1.3 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;

1.4 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

1.5 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah yang dapat

diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak diatur dengan Peraturan Menteri

(42)

Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Yang dimaksud Pengusaha Kena

Pajak Berisiko Rendah adalah :

1. Perusahaan Terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari

keseluruhan saham disetornya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

2. perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh Pemerintah

Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, atau

3. Produsen selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b,

yang memenuhi persyaratan tertentu, yang tidak pernah dilakukan pemeriksaan

bukti permulaan dan/atau penyidikan dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat)

bulan terakhir.

Yang dimaksud dengan persyaratan tertentu pada angka 3 adalah:

1. tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan

Nilai selama 12 (dua belas) bulan terakhir;

2. nilai Barang Kena Pajak yang dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75%

(tujuh puluh lima persen) adalah produksi sendiri ; dan

3. Laporan Keuangan untuk 2 (dua) tahun pajak sebelumnya diaudit oleh Akuntan

Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan

Pengecualian.

Untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah, Wajib Pajak harus mengajukan

permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat 15 hari kerja sebelum masa Pengusaha

(43)

Status Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah berlaku untuk 24 masa pajak.Status sebagai

Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah tidak berlaku apabila kepada Wajib Pajak dilakukan

Pemeriksaan Bukti Permulaan atau dilakukan pemeriksaan menunjukan bahwa Wajib Pajak

tidak memenuhi syarat penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah.

2. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 C

Undang-Undang KUP;

PASAL 17C

WP KRITERIA TERTENTU

SKPPKP

Tepat waktu dalam menyampaikan SPT

Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan tsb telah memperoleh izin untuk mengangsur/menunda

LK diaudit dengan pendapat WTP selama 3 tahun berturut-turut

(44)

DAPAT

3. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17D Undang-Undang KUP; dan

PASAL 17D

WP PERSYARATAN TERTENTU

SKPPKP

WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

(45)
(46)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Untuk Mengetahui Tata Cara Pengembalian Restitusi atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Lebih Bayar di Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

Pada tanggal 27 Desember 2013 Pemerintahan Republik Indonesia menetapkan

Peraturan Menteri keuangan No 198/PMK.03/2013 tentang Wajib Pajak Yang Diberikan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Berdasarkan Persyaratan Tertentu

yang berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Peraturan ini merupakan perubahan dari Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

1. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan

Tertentu

Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak yang Memenuhi

Persyaratan Tertentu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 17D UU KUP , tata caranya diatur

lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007 sebagaimana yang

terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.03/2013.

1.1 Wajib pajak yang tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas yang menyampaikan

SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi

1.2 Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha untuk pekerjaan bebas yang

menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan

(47)

1.4 Pengusaha kenak Pajak yang menyampaikan surat pemberitahuan masa PPN lebih

bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak 100.000.000

Selain memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana diuraikan di atas,

Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak harus di dasarkan pada analisis resiko

yang pedomannya di tetapkan oleh direktorat Jenderal Pajak. Analisis resiko yang dilakukan ini

harus dipertimbangkan prilaku dan kepatuhan Wajib Pajak berupa:

a. Kepatuhan penyampaian surat pemberitahuan

b. Kepatuhan dalam melunasi utang pajak

c. Kebenaran surat pemberitahuan untuk masa pajak, bagian tahun pajak, dan

tahun pajak sebelum-sebelumnya

2. Pengajuan Permohonan Pengembalian

Permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak sesuai ketentuan

pasal 17D UU KUP ini dilakukan oleh Wajib Pajak dengan cara menyampaikan permohonan

secara tertulis dengan menggunakan e-SPT

Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang menyampaikan:

2.1 Surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar tanpa ada permohonan

konpensasi dan tanpa ada permohonan restitusi

2.2 Surat pemberitahuan pembetulan yang menyatakan lebih bayar dengan

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap mengajukan

permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

Dalam hal wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu (sebagai mana dimaksud dalam

(48)

atas) yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dengan

ketentuan biasa sesuai ketentuan pasal 17D UU KUP (diproses melalui pemeriksaan pajak),

maka permohonan ini akan diproses dengan mekanisme pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu, dengan terlebih dahulu

pihak kantor pelayanan pajak akan memberitahukan kepada wajib pajak yang bersangkutan

3. Proses Pengembalian Pendahuluan yang Dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak

Proses pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak kepada wajib pajak yang

memenuhi persyaratan tertentu tidak dilakukan melalui pemeriksaan pajak melainkan dilakukan

melalui penelitian atas:

3.1 kelengkapan surat pemberitahuan dalam lampiran

3.2 kebenaran penulisan dan perhitungan pajak

3.3 kebenaran kredit pajak atau pajak masukan berdasarkan system aplikasi

Direktorat Jederal Pajak

3.4 kebenaran pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak

proses penelitian ini akan dilakukan oleh Account Representative atau oleh staff

pelaksana yang dituntut

4. Jangka Waktu Proses Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak

Berdasarkan hasil penelitian, kepala kantor pelayanan pajak atas nama Direktoran Jenderal

Pajak menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak (SKPPKP)

paling lama:

(49)

4.2 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, untuk permohonan

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak penghasilian badan

4.3 1 bulan kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, untuk permohonan

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran PPN.

Apabila setelah lewat jangka waktu penerbitan SKPPKP diatas, keputusan masih

belum diterbitkan maka permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak dianggap di kabulkan.

SKPPKP tidak diterbitkan dalam hal berdasarkan hasil penelitian menunjukan:

a. Tidak dapat kelebihan pembayaran pajak

b. Surat pemberitahuan beserta lampirannya tidak lengkap

c. Penulisan dan penghitungan pajak tidak benar

d. Kredit pajak atau pajak masukan berdasarkan system aplikasi Direktorat

Jenderal Pajak tidak benar

e. Pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak tidak benar

f. Wajib pajak dilakukan berdasarkan bukti permulaan atau penyidikan tindak

pidana dibidang perpajakan

Sebagai gantinya, kepala kantor pelayanan pajak atas nama direktorat Jenderal Pajak

memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak dan SPT yang menyatakan lebih bayar

ditindaklanjuti sesuai ketentuan pasal 17 ayat (1) UU KUP yaitu melalui proses pemeriksaan

sebagai berikut :

a. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan restitusi ke direktorat jenderal

(50)

b. Direktorat jenderal pajak setelah melakukan pemeriksaan,menerbitkan surat

ketetapan pajak lebih nayar (SKPLB)

c. Untuk PPN, jika jumlah kredit pajakl lebih besar dari jumlah pajak yang

terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak

terutang. Apbila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh pemungut PPN,

maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah

dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut PPN tersebut.

d. SKPLB diterbitkan oleh direktorat jenderal pajak paling lambat 12 bulan

sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan

tertentu ditetapkan lain dengan keputusaan Direktorat Jenderal Pajak.

e. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restituasi, Direktorat

jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap

dikabulkan, dan SKPLB dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka

waktu berakhir.

B. Untuk Mengetahui Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Hambatan-Hambatan yang sering terjadi antara lain :

(51)

3. Tidak dipungkiri adanya kerja sama antara wajin pajak dengan pihak fiskus dalam melakukan

kecurangan restitusi

4. Kurangnya kerja sama dengan pihak luar selain DJP

5. Data yang kurang akurat

6. Terbatasnya suber daya manusia

7. rendahnya kesadaran wajib pajak

B. Untuk Mengetahui Kewajiban Perpajakan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan

Perauran perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang ketentuan umum dan

tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Bomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 ini dilandasi falsafah

pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuang yang

menjunjung tinggi hak warga Negara dan menetapkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban

kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan Negara dan

pembangunan nasional. Undang-undang ini membuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan

yang pada prinsipnya berlaku bagi undang-undang pajak materil, kecuali dalam undang-undang

pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara

perpajakannya.

Kewajiban wajib pajak adalah:

1. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Sesuai system self assessment maka wajib pajak mempunyai kewajiban untuk

(52)

wajin pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Disamping itu melalui KPP

atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-registration (e-reg), yaitu suatu

cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik on-line (internet)

Bagi wajib pajak yang telah emilikia NPWP, wajib dikukuhkan sebagai PKP oleh KPP

atau KP2KP apabila telah memenuhi persyaratan tertentu. Syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP

adalah pengusaha orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang atau jasa kena

pajak dengan jumlah peredaran bruto (omzet) melibihi Rp. 4.800.000.000 setahun. Wajib pajak

yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, dapat juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP. Bagi pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk memengut

PPN dari setiap pembeli/pemakai jasanya dengan menerbitkan faktur pajak. PPN yang sudah

dipungut, kemudian dilaporkan dalam laporan bulanan (SPT Masa) dan apabila ternyata ada PPN

yang harus disetor ke bank/kantor pos, maka harus disetor terlebih dahulu sebelum dilaporkan ke

KPP tempat wajib pajak tersebut terdaftar. KPP atau KP2KP akan melakukan penelitian

mengenai keberadaan dan kegiatan usaha di tempat usaha wajib pajak yang telah dikukuhkan

sebagai pkp tersebut.

2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak

Wajib pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

harus sesuai dengan system assessment system, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan,

pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.

3. Kewajiban dalam hal Diperiksa

Untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memnuhi kewajiban perpajakannya,

(53)

pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap wajib pajak yang

bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Kewajiban wajib pajak yang dieriksa adalah:

1. Memnuhi panggilan untuk dating menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu

yang ditentukan khususnya untuk jenis pemeriksaan kantor

2. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasarnya, dan dokumen lain yang termasuk data yang dikelola secara elektronik,

yang berhubugan dengan penghasilan yang diperolah, kegiatan usaha, pekerjaan

bebas wajib pajak, objek yang terutang pajak. Khusus untuk pemeriksaan lapangan,

wajib pajak wajin memberikan kesempatan untuk mengakses atau mengunduh data

yang dikelola secara elektronik

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang

perlu dan member bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan

4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil

Pemeriksaan

5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik

khususbya untuk jebis pemeriksaan kantor

6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan

4. Kewajiban Memberi Data

Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data

dan informasi yasng berkaitan dengan perpajakankepada Direktorat Jenderal Pajak yang

ketentuannya diatur pada pasal 35 A UU Nomr 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata

(54)

Dalam rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan sebagai

konsekuaensi penerapan system self assessment, data dan informasi yang berkaitan dengan

perpajakan yang bersumber dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain sangat

diperlukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Data dan informasi dimaksud adalah data dan

informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran

usaha, penghasilan atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah

debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, laporan keangan atau laporan

kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain diluar Direktorat jederal pajak

Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban memberikan data dan

informasi yang berkaitan dengan perpajakan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

tahun atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 sedangkan untuk setiap orang yang dengan

sengaja menyebabkan tidak terpanuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain (kewajiban

memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan) dipidana denan pidana

kurungan

Tidak semua permohonan pengembalian kelabihan pembayaran pajak akan diproses

oleh pejabat pada direktorat jenderal pajak melalui proses pemeriksaan pajak. Dalam

Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 UU KUP memungkinkan bahwa pengembian kelebihan

pembayaran pajak dapat diberikan tanpa harus melalui proses pemeriksaan pajak. Proses ini

disebut dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

Berdasarkan ketentuan UU KUP,pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran

(55)

1. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu

sebagaimana yang diatur dalam pasal 17C UU KUP

2. Pengembalian pendahuluan pembayaran pajak bagi wajib pajak yang memenuhi

(56)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan bab-bab sebelumnya dapat dibuat beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Mekanisme permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan

Nilai melalui beberapa tahap dimulai dari pengajuan permohonan oleh Wajib Pajak,

penerimaan surat permohonan di seksi bukti-bukti atau

dokumen-dokumen,perekaman surat permohonan di seksi PDI, pengajuan permohonan

persetujuan pemeriksaan ke Kanwil DJP SUMUT I Medan, permintaan data-data ke

seksi-seksi terkait, pemeriksaan oleh fungsional pemeriksa (supervisor), sampai

kepada penerbitan surat ketetapan pajak.

2. Masalah yang sering terjadi SPT masa PPN yang diajukan restitusi atas faktur pajak

masukan atau pembelian bila dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi

tersebut sering terlambat,tidak dijawab sehingga tidak ada kepastian kebenaran pajak

masukan,dijawab tidak ada sementara faktur pajak masukan dikreditkan dan

dilaporkan ke SPT masa restitusi,petugas fungsional pemeriksa sedikit dan ada pula

yang di mutasi,pembukuan wajib pajak tidak memenuhi pengujian pemeriksaan, PKP

restitusi sering tidak memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh fungsional

pemeriksa, terutama data omzet/peredaran usaha WP yang sebenarnya pada proses

(57)

3. Dari data wajib pajak yang mengajukan restitusi pada masa april 2014 mengalami

peningkatan disebabkan peraturan terbaru PMK-198 Tahun 2014 tentang pengolahan

SPTLB dibawah 100 juta.

B. Saran

Melalui kesempatan ini penulis mencoba memberikan beberapa saran yang dapat

menjadi bahan masukan bagi pembaca sebagai berikut :

1. Dalam hal mekanisme permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN,

sebaiknya seksi-seksi yang terkait lebih saling berkoordinasi dengan baik karena

proses permohonan pengembalian ini melibatkan beberapa saksi. Dan supaya

memperhatikan batas waktu penyelesaian permohonan restitusi.

2. Dalam hal masalah-masalah yang sering terjadi penyederhanaan system perlu

dilakukan untuk meningkatkan penelitian sehingga dapat dilakukan semaksimal

mungkin

3. Dalam proses pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran PPN pada kantor

pelayanan pajak pratama medan petisah lebih banyak melakukan sosialisi mengenai

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Pengantar Perpajakan, Yogyakarta

Waluyo.2010. Pengantar Perpajakan, Edisi ke-6 Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Peraturan menteri Keuangan nomor 72/PMK. 03/2010

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 122/PJ/2006

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 Tahun 2014

Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983, ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Dahusna,wordpress.com/2010/04/20/restitusi pajak pertambahan nilai

Referensi

Dokumen terkait

iii Much higher melting rates are needed for slabs and thin slabs than for billets and blooms iv Break temperatures should be adjusted to the type of steel grade being cast and it

It is suggested that standards for cycleway and footpath design and construction should be explored to the lower side of the typical lower practical limits for very low traffic volume

15-min inter-exposure interval IEI , investigated the reintroduced juvenile significantly less in the second encounter. It is suggested that this was because the adult rats

<sas:AlertMessageStructure ... This becomes necessary as messages that are forwarded by the SAS may use a different alert message structure. We will explain this using an

As the biggest contributor, Gatsby continues to invent new and renewal products, such as Gatsby Hairstyling Mist, New Gatsby Styling Wax and Gatsby Styling Pomade.. While

In a more quantitative way, from the 2011 image of the area of flight, it was possible to geo-reference the UAV image using ENVI and estimate the central pixel latitude and

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan sebagai calon reviewer penelitian Universitas Andalas Tahun 2017. Diketahui oleh

Ira Valentina Meliala: Perencanaan dan Pengawasan Piutang Usaha Pada PT.Perkasa Mostindo Utama Medan, 2006... Ira Valentina Meliala: Perencanaan dan Pengawasan Piutang Usaha

Arlinda Roza : Efek Samping Terapi Radiasi Di Daerah Kepala Dan Leher Terhadap Jaringan Sekitarnya, 2002... Arlinda Roza : Efek Samping Terapi Radiasi Di Daerah Kepala Dan

Sehingga berdasarkan hasil yang didapat, di tempat penelitian dilakukan, khususnya di Dusun Marubun Pane, masalah harga kayu pinus yang relatif rendah tidak terlalu dipersoalkan,