• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Judul : Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Nama : Rinci Pardede

NIM : 115102003

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Saat ini kejadian seksio sesarea meningkat. WHO memperkirakan bahwa kejadian seksio sesarea adalah sekitar 10-15% dari semua persalinan disetiap negara. Tingginya angka seksio sesarea diperkirakan karena riwayat seksio, distress janin dan presentase bokong.

Tujuan penelitian : untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Waktu penelitian Februari-April 2012. Jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Sampel yang diambil adalah ibu yang pernah mengalami persalinan normal, ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 dan ibu yang bersedia untuk diwawancarai.

Hasil penelitian : Dari penelitian diperoleh respon yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar dan peningkatan tekanan darah pada ibu. Respon ibu pre operasi adalah merasa takut, pasrah, tenang dan perasaan biasa saja. Mayoritas bayi yang lahir dengan seksio sesarea adalah segera menangis. Respon ibu saat melihat bayi adalah merasa senang, bahagia dan haru. Respon terhadap perawatan dua jam post operasi, ada partisipan belum merasakan sakit dan ada juga yang sudah merasa nyeri pada bekas operasi. Proses mobilisasi yang dilakukan ibu post operasi adalah miring ke kiri dan miring ke kanan. Lama perawatan post operasi di rumah sakit empat sampai lima hari. Aktivitas ibu dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberi ASI, memandikan bayi dan tetap dibantu keluarga. Mayoritas partisipan terkesan dengan persalinan normal karena pemulihan yang lebih cepat dari pada operasi. Mayoritas partisipan memilih melahirkan normal jika hamil kembali.

Kesimpulan : Diharapkan agar petugas kesehatan dapat mendukung ibu menyangkut pilihannya untuk melakukan persalinan normal.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

yang berjudul “Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan

Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011”. Adapun tujuan penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan

arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat karya tulis ilmiah ini

tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Nur Afidarti, SKep, MKep selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini

yang dengan penuh keihklasan dan kesabaran telah memberikan arahan,

bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Direktur Utama RSUD Dr. Pirngadi Medan beserta Staf pegawai yang telah

memberikan izin peneliti untuk mengadakan penelitian di RSUD Dr. Pirngadi

Medan.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan

(5)

5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta

doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga membuat semangat penulis

terus terpacu dalam membuat proposal penelitian. Serta kakak dan adik-adik

tercinta yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

6. Kepada seluruh teman-teman di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang tak dapat disebutkan satu persatu

yang telah memberi banyak bantuan dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan hasil penelitian, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya

penelitian ini sekian dan terimakasih.

Medan, Juni 2012

Penulis

(Rinci Pardede)

(6)

DAFTAR ISI

(7)

E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan ……….. 35

B. Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal ……… 36

1. Alasan ibu melahirkan dengan seksio sesarea setelah persalin normal ... 37

2. Respon pre operasi ... 39

3. Respon tentang keadaan bayi saat lahir ... 41

4. Respon ibu saat melihat bayi ... 42

5. Respon ibu tentang perawatan post operasi di rumah sakit ... 43

6. Respon terhadap lama waktu perawatan post operasi di rumah sakit ... 44

7. Respon ibu terhadap aktivitas dalam merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit ... 45

(8)

9. Respon ibu tentang pengalaman melahirkan yang paling

berkesan ... 46

10. Jenis persalinan yang dipilih ibu jika ibu hamil

kembali ... 48

C. Interprestasi dan Diskusi Hasil ……….... 50

D. Keterbatasan Penelitian ………... 57

E. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan

Kebidanan ………... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 5 : Surat Selesai Meneliti

Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup

     

(10)

Judul : Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Nama : Rinci Pardede

NIM : 115102003

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Saat ini kejadian seksio sesarea meningkat. WHO memperkirakan bahwa kejadian seksio sesarea adalah sekitar 10-15% dari semua persalinan disetiap negara. Tingginya angka seksio sesarea diperkirakan karena riwayat seksio, distress janin dan presentase bokong.

Tujuan penelitian : untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Waktu penelitian Februari-April 2012. Jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Sampel yang diambil adalah ibu yang pernah mengalami persalinan normal, ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 dan ibu yang bersedia untuk diwawancarai.

Hasil penelitian : Dari penelitian diperoleh respon yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar dan peningkatan tekanan darah pada ibu. Respon ibu pre operasi adalah merasa takut, pasrah, tenang dan perasaan biasa saja. Mayoritas bayi yang lahir dengan seksio sesarea adalah segera menangis. Respon ibu saat melihat bayi adalah merasa senang, bahagia dan haru. Respon terhadap perawatan dua jam post operasi, ada partisipan belum merasakan sakit dan ada juga yang sudah merasa nyeri pada bekas operasi. Proses mobilisasi yang dilakukan ibu post operasi adalah miring ke kiri dan miring ke kanan. Lama perawatan post operasi di rumah sakit empat sampai lima hari. Aktivitas ibu dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberi ASI, memandikan bayi dan tetap dibantu keluarga. Mayoritas partisipan terkesan dengan persalinan normal karena pemulihan yang lebih cepat dari pada operasi. Mayoritas partisipan memilih melahirkan normal jika hamil kembali.

Kesimpulan : Diharapkan agar petugas kesehatan dapat mendukung ibu menyangkut pilihannya untuk melakukan persalinan normal.

(11)

A.Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan

normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus

melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak

lebih 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin yang terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (Yeyeh dkk, 2009).

Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

servik dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Namun ada kalanya

persalinan itu terganggu sehingga kehamilan harus diakhiri dengan tindakan operasi

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

Persalinan seksio sesarea didefenisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi di

dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Semula operasi sesar

merupakan tindakan darurat, yaitu dilakukan karena terpaksa yaitu untuk

menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Keadaan darurat yang memerlukan tindakan

operasi sesar ini pada dasarnya jika ada ancaman akan terjadi pada ibu atau bayi dan

jika bayi menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya (Musbikin, 2005).

Seiring dengan perkembangan bidang ilmu kedokteran kebidanan, kini seksio

sesarea menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Masyarakat semakin

mengerti akan hak diri untuk meminta bentuk pertolongan medis teknik yang

(12)

alasannya adalah demi keharmonisan keluarga dalam kehidupan seksual (Manuaba,

2007).

Sebagian besar indikasi seksio sesarea bersifat relatif dan bergantung pada

penilaian penolong persalinan. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir

tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk melakukan seksio

abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma

yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana

tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan

lebih aman bagi ibu dan bayi. Angka seksio sesarea terus meningkat dari insidensi 3

hingga 4 persen hingga 15 tahun yang lalu sampai insidensi 10 hingga 15 persen

sekarang ini (Oxorn, 2010).

Kejadian seksio sesarea lebih dari 85% dilakukan karena riwayat seksio, distosia

persalinan, distres janin dan presentasi bokong. Selain itu operasi seksio sesarea

dilakukan untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktivitas uterus yang abnormal

sehingga operasi mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu dan janin. Keuntungan

persalinan seksio sesarea selain dapat mengurangi trauma pada janin, juga

memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginannya (Liu, 2007).

Insiden kelahiran seksio sesarea meningkat secara dramatis dalam 25 tahun

terakhir. Angka kelahiran seksio sesarea di Amerika Serikat telah meningkat kurang dari

5% sampai 24%. Alasan peningkatan ini yang tercatat adalah peningkatan pemantauan

janin secara elektronik, peningkatan kehamilan pertama kali, peningkatan kehamilan

pada usia lebih tua dan insiden kelahiran seksio sesarea berulang yang tinggi (Bobak,

(13)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan,

jumlah orang yang mengalami persalinan seksio sesarea pada tahun 2011 sebanyak 365

orang.

Komplikasi anastesi memberi sumbangan 10% dari keseluruhan kematian ibu.

Karena itu anastesi tetap merupakan penyebab kelima atau keenam kematian ibu. Angka

kematian ibu pada seksio sesarea adalah 40-80/100.000, lebih besar 25 kali angka

kematian ibu pada persalinan per vaginam. Angka kesakitan dan kematian karena infeksi

80 kali lebih tinggi pada seksio sesarea dibanding persalinan per vaginam (Benson,

2009).

Mortalitas janin pada seksio sesarea angkanya masih dua kali lipat dari angka

mortalitas pada persalinan per vaginam yaitu sekitar 5,5%. Di satu pihak seksio sesarea

telah mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatik. Di

lain pihak sejumlah bayi yang memiliki defek kongenital yang tidak mungkin atau layak

bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup. Angka mortalitas kasar yang belum

dikoreksi di negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10.000 seksio sesarea.

Namun demikian Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai

seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar dari pada persalinan per vaginam. Dicatat

peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali

lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat

menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu (Oxorn, 2010).

Morbiditas ibu meningkat secara drastis pada sesar dibanding dengan persalinan

(14)

kemih dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan

meskipun jarang dapat menyebabkan fasitis nekrotikans. Beberapa peneliti telah

membuktikan adanya kemungkinan untuk menurunkan angka seksio sesarea secara

bermakna di institusi kesehatan tanpa meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal.

Program-program yang ditujukan untuk mengurangi seksio sesarea yang tidak

diperlukan umunya difokuskan pada upaya pendidikan dan pengawasan oleh sesama

kolega, mendorong percobaan persalinan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea

transversal, dan membatasi seksio sesarea atas indikasi distosia persalinan pada wanita

yang memenuhi kriteria yang ditentukan secara ketat (Chapman, 2006).

Tindakan operasi seksio sesarea merupakan salah satu bentuk intervensi medis.

Pembedahan dapat menimbulkan respon stress psikologis yang tinggi. Ibu merasa cemas

tentang pembedahan dan implikasinya, operasi yang ditunggu pelaksanaannya akan

menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan

dengan rasa yeri, kemungkinan cacat dan mungkin kematian (Poter dan Perry, 2006).

Pada ibu yang mengalami kecemasan berat dapat mengakibatkan terhambatnya proses

pembedahan, menghambat bayi untuk mendapatkan asi ekslusif, bonding attactmen dan

memperlambat pemulihan pasca operasi, bahkan pada ibu yang menghadapi

pembedahan dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, nyeri dan ketidak nyamanan

(Ester, 2005). Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini ”bagaimanakah

Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal?”. Beberapa

pertanyaan yang muncul sehubungan dengan keadaan ini ialah mengapa para ibu

(15)

karena alasan medis atau bukan. Dengan alasan yang tepat tindakan sesarea dapat

dilakukan dan mengurangi angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon ibu yang mengalami

seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea

setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga

kesehatan tentang pengalaman seksio sesarea yang dilakukan karena ada indikasi

maupun tanpa indikasi medis melalui respon ibu yang mengalami seksio sesarea

setelah persalinan normal.

2. Bagi pendidikan

Manfaat penelitian ini bagi pendidikan adalah untuk menjadi tambahan

pengetahuan mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah

persalinan normal.

3. Bagi para ibu

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kesehatan kepada

para ibu tentang respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan

normal, sehingga para ibu dapat lebih cerdas dalam menentukan pilihan untuk

(16)

4. Bagi peneliti lanjut

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi

tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang

akan dilakukan.

BAB II

(17)

A. Respon

Respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap sesuatu rangsangan baik

dari dalam maupun dari luar dirinya sendiri. Sedangkan respon psikologis adalah

tanggapan atau reaksi seseorang yang bersifat kejiwaan terhadap sesuatu (Chandra,

2010). Respon psikologis didefenisikan sebagai derajat afek (penilaian) positif atau

negatif terhadap suatu subyek psikologis. Manusia akan selalu menerima rangsangan

atau stimulus baik dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri yang dapat

menyebabkan manusia mengadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya

(Setiawati, 2009).

B. Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tergeneralisasikan atas kecemasan dan

kekhawatiran yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk dan segera terjadi (Tarwoto,

2010). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah:

a. Dukungan Keluarga. Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan

seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh

Kasdu (2002).

b.Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan

seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya

lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita

negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang

lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh (Baso,

(18)

C. Persalinan

1. Defenisi Persalinan

Setelah ibu menjalani proses kehamilan, maka ibu akan mengalami

proses yang kedua yaitu melahirkan. Pada proses persalinan ibu akan

mengeluarkan bayi yang dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan

hidup. Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008).

Pada persalinan ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan

penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Ibu

merasakan mules yang menjalar dari perut sampai ke pinggang. Respon tubuh

tidak akan sama dirasakan pada setiap ibu, karena diakhir kehamilan terjadi

peningkatan hormone oksitosin yang menyebabkan respon aktif his pada rahim

ibu (Sarwono, 2008).

Persalinan adalah proses yang diawali dengan membuka dan menipisnya

serviks, dan janin akan turun kedalam jalan lahir. Bayi akan melalui jalan lahir

lunak dan jalan lahir keras. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006).

2. Jenis persalinan

Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang normal dan alamiah,

yang akan dialami oleh setiap wanita sepanjang siklus kehidupannya. Namun,

dalam beberapa kasus kehamilan yang tadinya berjalan normal dan fisiologis,

bisa berubah menjadi kehamilan yang patologis dan harus mendapatkan

(19)

Demikian juga dengan proses persalinan, pada awalnya kita hanya mengenal

proses persalinan yang normal melalui jalan lahir normal yaitu persalinan

pervaginam, tetapi karena ada masalah yang menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan normal, maka dokter akan menganjurkan persalinan melalui proses

pembedahan di bagian perut ibu (Musbikin, 2005).

Saifuddin (2006) jenis persalinan ada dua, yaitu persalinan melalui jalan

lahir (persalinan per vaginam) dan persalinan melalui jalan lain (persalinan

perabdominal).

2.1 Persalinan melalui jalan lahir (persalinan per vaginam)

Menurut Yeyeh, dkk (2009) persalinan berdasarkan proses terjadinya

terbagi menjadi tiga yaitu persalinan spontan, persalinan buatan dan persalinan

anjuran. Persalinan spontan yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri dan melalui jalan lahir. Persalinan buatan adalah persalinan dengan

tenaga dari luar dengann ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan seksio

sesarea.Persalinan anjuran dimana persalinan tidak dimulai dengan sendirinya

tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin

aprostaglandin.

2.2 Persalinan melalui jalan lain (persalinan perabdominal)

Menurut Saifuddin (2006) persalinan melalui jalan lain (persalinan

perabdominal) yang juga disebut dengan seksio sesarea adalah suatu tindakan

untuk melahirkan bayi, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

(20)

dikeluarkan terlebih dahulu ibu dibius, sehingga ibu tidak merasa sakit saat

dokter melakukan pembedahan pada dinding perut ibu.

3.Proses persalinan melalui jalan lahir (persalinan pervaginam)

Pada proses persalinan normal, ibu akan mengalami berbagai tahapan

sebelum janin benar-benar keluar ke dunia. Menurut Yeyeh (2009), partus

(persalinan) dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I seviks membuka sampai terjadi

pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula

kala pengeluaran, oleh karena his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu

janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta

terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta

dan lamanya 1 jam. Pada kala IV ibu akan lebih diawasi dan dipantau, apakah

ada ancaman terjadi perdarahan postpartum atau tidak.

a. Kala I

Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita

tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang

bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai

membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari

pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks

sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten : berlangsung selama 8

jam. Pembukaan berlangsung sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter

3 cm, fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni fase akselerasi, dalam waktu 2

(21)

jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm, fase

deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan

dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase ini dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase

deselerasi terjadi lebih pendek dan lebih cepat.

b. Kala II

Kala II disebut juga kala pengeluaran, pada kala II merupakan tahap

dimana bayi akan dilahirkan sehingga kondisi yang terjadi pada kala II ini his

akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.

Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka

pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan, semakin kuat dan teraturnya his, maka akan

mendorong janin untuk dilahirkan dengan pimpinan persalinan oleh bidan atau

dokter kebidanan. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan

pada multigravida kala II berlangsung rata-rata 0,5 jam.

c. Kala III

Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau plasenta. Setelah bayi lahir,

maka pada perabaan uterus akan terasa keras dengan fundus uteri agak di atas

pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta atau uri, yang ditandai dengan tersemburnya darah

tiba-tiba dan pada saat dilakukan peregangan tali pusat akan bertambah panjang,

(22)

tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasentadisertai dengan pengeluaran

darah.

d. Kala IV

Pada kala ini perlu diamati apakah ada perdarahan postpartum, sehingga

kala IV disebut juga kala pengawasan, ibu akan diobservasi selama 2 jam

memperbaiki keadaan umum ibu dengan pemberian cairan yang cukup,

pemeriksaan vital sign dan pengawasan kontraksi uterus dan ibu juga bisa

memberikan ASI pertamanya bagi bayi (Sarwono, 2008).

D. Persalinan Seksio Sesarea

1. Indikasi persalinan seksio sesarea

Banyak indikasi yang dapat menyebabkan seorang ibu harus melahirkan

secara seksio sesarea. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan

yang lengkap selama kehamilan. Menurut Liu (2007), seksio sesarea dilakukan

untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktifitas uterus yang abnormal,

mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu atau janin. Beberapa indikasi

seksio sesarea sebagai berikut:

a. Menghindari janin dari resiko tertular infeksi herpetik atau HIV

b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Ruptur uteri mengancam

d. Partus tak maju

e. Distosia servik

f. Malpresentase janin

(23)

h. Mengurangi resiko pada ibu (misalnya hipertensi akibat kehamilan,

gangguan jantung tertentu, lesi intrakranial atau keganasan pada

serviks). Selain itu seksio sesarea juga memungkinkan ibu untuk

menjalankan pilihan sesuai keinginannya (Musbikin, 2005).

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seksio sesarea

Agar proses persalinan secara seksio sesarea dapat berjalan dengan baik,

perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan petugas kesehatan. Menurut

Benson (2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam seksio sesarea,

antara lain :

2.1 Seksio elektif

Pertimbangkan dengan cermat tindakan-tindakan elektif yang dapat

dilakukan bersama dengan seksio sesarea. Hal ini meliputi lama operasi,

kebutuhan transfusi dan kemungkinan infeksi. Seksio sesarea ini direncanakan

lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan

cara operasi, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan selama kehamilan minimal

empat kali, sehingga akan dapat diketahui apakah kehamilan ibu nantinya dapat

diakhiri dengan normal tanpa komplikasi atau harus melalui persalinan seksio,

keuntungannya seksio elektif adalah waktu pembedahan dapat ditentukan dan

direncanakan oleh dokter yang akan menolongnya dan dapat dilakukan persiapan

yang lebih baik. Kerugiannya ialah oleh karena persalinan belum mulai, segmen

bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan,

dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum

(24)

2.2 Anestesia

Menurut Mundy (2005), sebelum dilakukan proses operasi ibu terlebih

dahulu dibius.

a. Bius Total (Bius Umum)

Bius total membuat ibu akan tertidur dan tidak akan mengetahui

apapun yang terjadi. Bius total biasanya digunakan dalam kondisi

darurat. Bius ini juga dilakukan pada saat dokter harus memasukkan

tangannya untuk memutar posisi bayi ditahap kedua persalinan, pada

persalinan sungsang, untuk mengambil sisa plasenta dalam rahim, atau

untuk memperbaiki vagina yang robek pada saat persalinan. Anastesi ini

diberikan lewat suntikan penthotal intravena dan dilanjutkan dengan

campuran nitro oksida dan oksigen.

Anestesia atau pembiusan total mempunyai pengaruh depresif

pada pusat pernafasan janin, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam

keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Selain itu ada

pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang timbul

perdarahan postpartum karena atonia uteri. Akan tetapi, bahaya terbesar

pada pemberian anestesia umum pada lambung penderita tidak kosong.

Pada wanita yang tidak sadar karena anestesia ada kemungkinan isi

lambung masuk kedalam jalan pernapasan, dan ini merupakan hal yang

berbahaya. Anestesia spinal aman untuk janin, akan tetapi selalu ada

kemungkinan tekanan darah penderita turun dengan akibat yang buruk

(25)

b. Bius Lokal

Bius lokal merupakan alternatif yang paling aman. Anastesi ini

dilakukan jika fasilitas anastesi lain tidak mungkin dilaksanakan.

Misalnya, pada keadaan gawat ibu hamil karena edema paru, gagal ginjal,

jantung, atau gawat janin. Anastesi ini tidak dianjurkan dilakukan pada

ibu hamil yang menderita eklampsia, preeklampsia berat, obesitas, atau

alergi terhadap lignokain (obat bius lokal). Pembiusan dilakukan dengan

cara penyuntikan dibagian perut ibu yang akan dibedah (Mundy, 2004).

2.3 Transfusi darah

Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari pada

persalinan pervaginam. Perdarahan tersebut akibat insisi pada uterus, ketika

pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri postpartum. Oleh

sebab itu pada setiap akan dilakukan tindakan seksio sesarea perlu diadakan

persediaan darah dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan golongan darah pasien.

Transfusi diperlukan apabila Hb di bawah 8 g%.

2.4 Pemberian antibiotika

Pemberian antibiotik sudah umum dilakukan dokter. Apabila ada tanda

infeksi atau pasien mengalami demam, antibiotik diberikan sampai demam

menghilang selama 48 jam. Antibiotika profilaksis pada semua seksio sesarea

dapat menurunkan angka kesakitan karena infeksi.

(26)

Menurut Cunningham (2005) berdasarkan jenis insisi pada perut dan

rahim, maka seksio sesarea dibagi 2 yaitu insisi abdominal dan insisi uterus.

3.1 Insisi Horizontal (SC Profunda)

Insisi ini adalah sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir

selangkangan (simpisis) diatas batas rambut kemaluan. Keuntungan insisi

ini lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik,

tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran insisi uterus ke rongga peritoneum, tidak menyebabkan

perlekatan usus pada garis insisi, risiko perdarahan dan infeksi yang

sedikit. Memiliki kemungkinan besar untuk dapat menjalani proses

persalinan normal pada kehamilan berikutnya (karena terletak pada lokasi

yang sangat kecil kemungkinannya mengalami rupture uteri ).

3.2 Insisi Vertikal (SC Corvora)

Sayatan dibuat secara vertikal (median) tegak lurus mulai dari

bawah pusar sampai tulang kemaluan skitar 12 cm. Pembedahan ini

dilakukan lapis demi lapis, mulai dari kulit perut sampai rahim. Risiko

dari insisi ini 4 kali lebih besar terkena rupture uteri pada kehamilan

selanjutnya, otot-otot rahim lebih tebal dan lebih banyak pembuluh

darahnya shingga sayatan ini lebih banyak mengeluarkan darah, infeksi

mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonialisasi yang baik dan harus menjalani seksio sesarea berulang

pada kehamilan berikutnya (Mundy, 2004).

(27)

Menurut Liu (2007), perawatan praoperasi yang harus dikerjakan sebelum

tindakan bedah dimulai terdiri atas : pastikan alasan untuk pembedahan adalah

valid dan tepat. Dokter, bidan atau perawat yang bersangkutan harus

mengemukakan alasan ini dan mendiskusikannya secara jelas dengan ibu dan

pasangannya. Riwayat obstetri dan riwayat medis harus ditinjau ulang.

Diskusikan jenis anestesia dengan dokter anesthesia dan ibu, beritahu dokter

pediatri pada saat yang tepat, pemeriksaan laboratorium darah, tersedianya 2

unit darah untuk keadaan darurat, berikan antasida, dapatkan persetujuan

tertulis, berikan antibiotika profilaksis. Ibu dianjurkan untuk puasa, perawat

akan melakukan persiapan pada ibu, seperti pemasangan kateter, pemasangan

infus, pemeriksaan vital sign yang lengkap. Kesemua hal tersebut sangat

penting diperhatikan, agar proses operasi dapat berjalan dengan baik.

5. Perawatan pascaoperasi

Menurut Kasdu (2003) ibu yang mengalami komplikasi obstetri atau

medis memerlukan observasi ketat setelah seksio sesarea, perawatan umum

untuk semua ibu meliputi : kaji tanda-tanda vital baik tekanan darah,

pernapasan, frekuensi jantung maupun suhu tubuh, dengan interval teratur (15

menit), pastikan kondisinya stabil. Lihat tinggi fundus pastikan rahim

berkontraksi dengan baik, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia,

pertahankan keseimbangan cairan, pastikan analgesia yang adekuat, tangani

kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk seksio sesarea, misalnya

(28)

Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan sesuai dengan keadaan

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien tentang hal-hal yang

berhubungan dengan perawatan luka seksio dan lainnya, jadwalkan untuk

melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna memastikan

penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan pemakain alat

kontrasepsi, dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi

medisnya.

6. Risiko operasi seksio sesarea

Operasi seksio sesarea sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis,

bukan karena keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit, hal ini

karena risiko operasi sesarea lebih besar dari pada persalinan alami. Menurut

Benson, 2009) dalam kondisi ibu dan bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan,

bedah sesarea memiliki risiko. Indikasi untuk melakukan operasi dengan

berbagai penyebabnya mengakibatkan angka kesakitan ibu 15%, dan sekitar

90%nya disebabkan infeksi. Risiko pada janin yaitu lahir prematur jika usia

gestasi tidak dikaji dengan akurat dan risiko cedera janin dapat terjadi selama

pembedahan.. Pada 774 persalinan berikutnya, terjadi 1,03% rupture uteri

(rahim yang robek). Risiko ini bisa menimpa ibu maupun bayinya.

Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan risiko lima kali lebih

besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. Faktor risiko paling

banyak dari operasi sesarea adalah akibat dari tindakan anestesi, jumlah darah

yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit,

(29)

pembuluh balik), embolisme (penyumbatan pembuluh darah), paru-paru, dan

pemulihan bentuk serta letak rahim menjadi tidak sempurna.

Berikut ini adalah risiko-risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang

melahirkan dengan operasi seksio sesarea yang dapat mengakibatkan cedera

pada ibu maupun bayi, dan risiko ini bersifat individual, yaitu tidak terjadi

pada semua orang.

a. Alergi

Biasanya risiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat

tertentu, seperti antibiotik, oleh sebab itu perlu dilakukan skin tes.

Pada awalnya, yaitu pada saat pembedahan, segalanya bisa berjalan

lancar sehingga bayi pun lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam

kemudian, ketika dokter sudah pulang, obat yang diberikan baru

bereaksi sehingga jalan pernapasan pasien dapat tertutup. Perlu

diketahui, penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi

sesarea lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami.

Jenis obat-obatan ini beragam, mulai dari antibiotik, obat untuk

pembiusan, penghilang rasa sakit, serta beberapa cairan infus. Oleh

karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien

apakah mempunyai alergi tertentu (Kasdu, 2003).

b. Perdarahan

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan

darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh

(30)

pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah

pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul pada

waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uteri ikut terbuka atau

karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat

menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat

diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi atau pengangkatan rahim,

terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut (Oxorn, 2010).

c. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan

dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau

kandung kemih. Penyembuhan luka bekas bedah sesarea yang tidak

sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung

kemih (Benson, 2009).

d. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang sudah pernah mengalami pembedahan akan

memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan dan

persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat

sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun jika opersai

dilakukan secara sempurna risiko ini sangat kecil terjadi. Sekitar

1-3% angka kejadian akibat operasi menyebabkan rupture uteri.

Biasanya, kondisi ini terjadi apabila menggunakan sayatan klasik atau

(31)

e. Demam

Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan

penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.

Komplikasi ringan yang sering terjadi adalah kenaikan suhu tubuh

selama beberapa hari dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat,

seperti peritonitis (radang selaput perut), sepsis (reaksi umum disertai

demam karena kegiatan bakteri), atau disebut juga terjadi infeksi

puerperal. Infeksi pascaoperasi terjadi apabila sebelum pembedahan

sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor

yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya,

persalinannya berlangsung lama, khususnya setelah ketuban pecah,

telah diupayakan tindakan vaginal sebelumnya (Sarwono, 2008).

7. Menghindarkan bedah sesarea yang tidak perlu

Beberapa peneliti telah membuktikan adanya kemungkinan utuk

menurunkan angka seksio sesarea secara bermakna di institusi kesehatan

tanpa meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal. Program-program

yang ditujukan untuk mengurangi seksio sesarea yang tidak diperlukan

umumnya difokuskan pada upaya pendidikan dan pengawasan sesama

kolega. Mendorong percobaan persalinan pada wanita dengan riwayat seksio

sesarea transversal dan membatasi seksio sesarea atas indikasi distosia

persalinan pada wanita yang memenuhi kriteria yang ditentukan secara ketat

(32)

8. Partisipasi pasien untuk pengendalian angka bedah seksio sesarea

8.1.Sebelum persalinan

Para ibu harus dianjurkan untuk banyak membaca dan

mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan kehamilan dan

persalinan, kalau perlu ikut mendengarkan penjelasan yang disampaikan

oleh bidan, dokter, ataupun Rumah Sakit. Selain itu disarankan pula

(bila memungkinkan) untuk melihat fasilitas empatnya bersalin kelak,

lalu bertanya kepada lebih dari satu orang tenaga kesehatan yang

mengetahui mengenai persalinan. Jika direncanakan untuk bedah

sesarea, mintalah dokter untuk menjelaskan dan membuktikan indikasi

medisnya.

8.2.Dalam persalinan

Diusahakan untuk dapat tinggal selama mungkin dirumah, sampai

dirasakan bahwa kontraksi rahim sudah sedemikian sering dan kuat

sehingga tidak memungkinkan untuk berjalan-jalan atau melakukan

aktivitas. Kedatangan yang terlalu dini ke tempat bersalin seringkali

justru menimbulkan stres. Para ibu akan mengalami nyeri atau rasa sakit,

tetapi sebaiknya tidak meminta untuk dibius (regional maupun umum).

Dalam kaitan ini, dukungan dari suami menjadi salah satu faktor

penting. Dukungan tersebut harus diarahkan kepada dorongan agar sang

istri yang sedang bersalin itu berusaha sekuat tenaga untuk menghindari

(33)

kelahiran yang alamiah adalah yang terbaik, sedangkan bedah sesarea

sebenarnya merupakan alternatif (Dewi dkk, 2007).

E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan partisipan, dan melakukan studi pada situasi

yang alami (Bungin, 2007).

Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah dan bersifat

penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pengalaman, perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987 dalam Moleong, 2006) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

(34)

hasilnya dapat digunakan untuk dapat menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan

untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian, dalam penelitian

kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan

pemanfaatan dokumen.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi

(Sugiono, 2009).

Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu : dilakukan pada kondisi yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti

adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.

Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. Penelitian kualitatif lebih

menekankan makna (data dibalik yang teramati).

F. Respon Ibu Terhadap Seksio Sesarea

(35)

sebelumnya. Seperti yang dialami oleh seorang ibu yang akan melahirkan anak

pertamanya, berikut ini kisahnya:

“Bedah cesar datang begitu mengejutkan. Maksud saya, walaupun persalinan

saya perlu waktu yang panjang untuk dimulai, saya terus berusaha ketika persalinan

saya mulai terasa sulit. Lalu, ketika tiba saatnya mendorong, saya merasa senang

karena saya piker saya akan segera bertemu Tommy kecil. Yah,saya mendorong dan

mendorong untuk sekian lama, saya tidak tahu berapa lama. Perawat terus memeriksa

saya sementara saya mengejan-memasukkan jarinya kedalam tubuh saya untuk

merasakan kepala bayi. Tak lama kemudian, dokter melakukan hal yang sama. Ia

berkata bayi saya terjepit dan tidak turun. Ia sangat baik ketika berkata, “Anda telah

bekerja dengan sangat keras dan melakukannya dengan sangat baik. Tetapi kami

harus melakukan sesuatu tindakan yang lain, demi keselamatan bayi anda, kami

sebaiknya akan melakukan bedah cesar.” Saya sulit mempercayainya!, bagaimana

bisa?saya sudah begitu dekat dengan bayi, kenapa malah tidak bisa keluar? Saya

menangis, namun saya tahu mereka benar, jadi saya berkata, “Baiklah, setidaknya

persalinan akan segera berakhir.”

Dari kisah pengalaman ibu tersebut, dapat dinilai bahwa persalinan yang awalnya

fisiologis dapat berubah menjadi persalinan yang patologis dan membutuhkan

penanganan segera yaitu dengan cara seksio sesarea ( Keppler, 2009). Hal ini bisa

menjadi pengalaman yang sangat traumatik. Wanita yang menjalani operasi seksio

sesarea dengan tiba-tiba biasanya menghadapi pembedahan dengan letih dan tidak

(36)

merasa takut terhadap kondisi ibu dan bayinya, tingkat kecemasan ibu dan keluarga

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi, yaitu penelitian

yang digunakan untuk mengidentifikasi respon ibu yang mengalami seksio sesarea

setelah persalinan normal.

Menurut (Creswell, 1998) penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau

mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran

yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,

sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Menurut Moleong (2006) penelitian fenomenologi diartikan sebagai : 1) Pengalaman

subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari

perspektif pokok dari seseorang. Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan

oleh peneliti fenomenologis, yaitu: fenomenologis cenderung mempertentangkannya

dengan naturalisme yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme. Secara pasti,

fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan

kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang

(38)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan dengan seksio

sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun

2011.

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purpossive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan tenaga

yang akan digunakan peneliti sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

(Sugiyono, 2011). Dengan metode ini partisipan yang memiliki kriteria yang

sesuai selama pengambilan data akan dilibatkan sebagai subjek penelitian.

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 6 orang. Adapun sampel

yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Ibu yang pernah mengalami persalinan normal .

b. Ibu yang pernah mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD

Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

(39)

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan mengambil

data dan sampel, yang mana di rumah sakit tersebut dilakukan persalinan pada ibu

secara seksio sesarea yang sebelumnya ibu telah mengalami persalinan normal dan

memiliki catatan rekam medik.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.

E. Etika Penelitian

Peneliti lapangan adalah mereka yang banyak berjumpa dengan masyarakat.

Dalam proses penelitian peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti berinteraksi

langsung dengan masyarakat. Menurut Nurchasanah (2007) agar proses penelitian dapat

berjalan dengan baik, maka peneliti harus berpegang teguh dengan etika penelitian yang

ditegakkan dengan cara sebagai berikut : setelah peneliti mengajukan surat permohonan

izin kepada pihak rumah sakit barulah peneliti mengajukan surat persetujuan penelitian

yang dibagikan pada setiap partisipan dengan tetap menghormati hak setiap partisipan

kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada semua partisipan bahwa maksud dan

tujuan penelitian kepada setiap partisipan adalah untuk memperoleh informasi tentang

bagaimana respon ibu yang mengalami persalinan seksio sesarea setelah persalinan

normal .

Peneliti telah menjelaskan kepada setiap partisipan bahwa tidak akan ada efek

(40)

dan setelah selesai proses penelitian, semua data yang diberikan oleh partisipan dijaga

kerahasiaan identitasnya dengan cara tidak menuliskan nama maupun alamat partisipan.

Semua informasi yang diberikan akan diberi kode atau penomoran dan data tersebut

hanya digunakan dengan semestinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

menghargai setiap jawaban yang diberikan oleh partisipan dengan cara tidak memotong

pembicaraan dan tidak menyalahkan pendapat dari partisipan yang tidak sesuai.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan peneliti sendiri merupakan alat

atau pengumpul data utama, yang berjumpa langsung dengan masyarakat yang menjadi

sampel penelitian. Agar peneliti dapat menjalankan perannya sebagai instrumen

penelitian, peneliti bersikap menjaga hubungan baik dengan setiap partisipan,

menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi pada saat pengumpulan data. Peneliti

menemukan kondisi partisipan yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai, maka

peneliti tidak melanjutkan wawancara dan menggantinya dengan waktu yang lain sesuai

dengan kesepakatan bersama (Nurchasanah, 2007).

Peneliti mampu memperoleh informasi yang sangat luas dari setiap partisipan

dengan melakukan wawancara mendalam dengan cara bertatap muka langsung dengan

setiap partisipan dan dilakukan dengan berulang-ulang. Dengan menggunakan

kuesioner yang berisi data demografi, peneliti mengetahui identitas secara umum setiap

partisipan yang meliputi, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat

(41)

pertanyaan yang diajukan mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah

persalinan normal.

G. Pengumpulan Data

1. Setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan USU Medan dan izin dari Direktur RSUD Dr. Pirngadi

Medan, peneliti mengambil data melalui rekam medik untuk memperoleh data

calon partisipan.

2. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan wawancara awal sebagai pilot study

dimana hasil wawancara tersebut diperiksa oleh pembimbing untuk melihat

proses wawancara yang dimulai dengan probing sampai menganalisis data

sudah benar serta melanjutkan penelitian selanjutnya.

3. Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan pendekatan kepada calon

partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.

4. Untuk setiap partisipan yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Medan,

peneliti melakukan prolonged engangement kepada partisipan sebanyak 2

kali, ada yang dekat kunjungan dilakukan lebih dari 2 kali (setiap kunjungan

lamanya 30-45 menit) kunjungan ke rumah sakit tempat ibu dirawat dan

kunjungan ke rumah masing-masing partisipan, setelah kunjungan awal

tersebut peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, kemudian peneliti

membuat janji dengan partisipan mengenai waktu wawancara, maka

(42)

5. Peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan

panduan wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu

dipahami oleh partisipan. Partisipan diberi waktu untuk memahami

pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada

waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya

secara jelas.

6. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan

menggunakan alat perekam suara.

7. Setelah selesai wawancara yang pertama kemudian wawancara dilakukan

kembali, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan data yang dikumpul pada setiap

partisipan lamanya 30-45 menit, peneliti langsung membuat transkrip hasil

wawancara, tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian

melakukan analisis data.

8. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

9. Setelah diperoleh saturasi data, maka peneliti melakukan member check .

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis menurut

Giorgi (1985). Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti adalah :

mulai mengelompokkan semua data hasil dari wawancara mengenai respon ibu yang

mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal dan dibuat dalam sebuah transkrip

(43)

untuk memilih pernyataan-pernyataan penting yang diungkapkan oleh setiap partisipan

dengan menggunakan pengkodean, mengelompokkan pernyataan-pernyataan penting

yang sejenis sehingga diperoleh beberapa kelompok yang memiliki pernyataan sejenis,

membaca kembali pernyataan-pernyataan sejenis setiap kelompok sehingga dapat

ditentukan kesimpulan yang menjadi tema dari kelompok pernyataan-pernyataan itu.

Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap-tiap kelompok, baru kemudian ditulis dan

disajikan dalam bentuk narasi.

- Tingkat Keabsahan Data

Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan data hasil penelitian

kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Lincoln dan Guba

(1985) dalam Danim (2003) tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai

jika peneliti berpegang pada empat prinsip yaitu : credibility, dependability,

confirmability dan transferability.

Tingkat kepercayaan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini hanya

menggunakan tiga prinsip yaitu :

1. Kredibilitas

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian adalah : peneliti

melakukan wawancara dan prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih

mendalam kepada partisipan sehingga partisipan dan peneliti saling mengenal

dan mempercayai. Pendekatan dilakukan sebanyak 2 kali (setiap kunjungan

(44)

sehingga dilakukan lebih dari 2 kali kunjungan ke rumah masing-masing

partisipan. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan dapat menjalin

hubungan yang baik, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

Kemudian dilakukan member check yaitu mengevaluasi kembali hasil dari

seluruh wawancara yang telah dilakukan, dengan cara menanyakan kembali

kepada partisipan apakah sudah sesuai hasil penelitian yang dilakukan peneliti

dengan yang dialami oleh partisipan.

2. Dependability

Dependability direncanakan oleh peneliti yaitu dengan membuat catatan

lengkap yang berisi keseluruhan aktivitas peneliti selama proses penelitian,

mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke lapangan, proses

wawancara, proses analisis data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses

membuat kesimpulan dari data yang diperoleh. Semua proses tersebut harus

dapat ditunjukkan peneliti sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki

keandalan atau reliabilitas.

3. Konfirmabilitas

Agar hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan

lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk itu penelitian ini

selalu dibicarakan kepada orang yang berkompeten yaitu dosen pembimbing

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang

pengalaman ibu yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal.

Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang. Semua partisipan

melahirkan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan alat perekam

suara.

A. Karakteristik Partisipan

Enam partisipan yang menjadi sampel penelitian ini adalah partisipan yang

memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Dari kuesioner data demografi

diperoleh bahwa lima partisipan berusia reproduktif, yaitu 19-35 tahun dan seorang

partisipan dengan resiko tinggi berusia 35 tahun keatas. Semua partisipan mengalami

secsio sesarea pada bulan Oktober-Desember 2011.

Partisipan pertama berusia 28 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir

diploma tiga dan pekerjaanya sebagai PNS. Mengalami persalinan normal pada tahun

2010. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan rasa sakit yang hilang timbul

disertai air ketuban yang sudah berkurang.

Partisipan kedua berusia 34 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir

(46)

tahun 2002. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan kelainan letak pada

janin.

Partisipan ketiga berusia 31 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir

SMA dan pekerjaannya sebagai wiraswasta. Mengalami persalinan normal pada tahun

2011. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan janin kembar dengan posisi

letak sungsang pada salah satu janin.

Partisipan keempat berusia 31 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir

SMA dan pakerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal pada

tahun 2007. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan janin kembar dengan

posisi melintang pada salah satu janin.

Partisipan kelima berusia 40 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir

SMA dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal pada

tahun 2010. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan peningkatan tekanan

darah pada ibu.

Partisipan keenam berusia 33 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir

Diploma satu dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal

pada tahun 2009. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan kelainan letak pada

janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya.

B. Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal

Dari hasil wawancara dengan enam partisipan telah ditemukan respon

(47)

alasan dilakukannya operasi seksio sesarea setelah persalinan normal, respon pre

operasi, respon terhadap keadaan bayi saat lahir, respon saat melihat bayi, respon

tentang perawatan post operasi di rumah sakit, respon terhadap lama waktu perawatan

post operasi di rumah sakit, respon terhadap aktivitas dalam merawat bayi setelah pulang

dari rumah sakit, respon terhadap proses pemulihan setelah melahirkan normal dan

seksio sesarea, respon terhadap proses melahirkan yang paling berkesan yang telah

dialami ibu dan jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali.

1. Alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan pilihan

dalam melahirkan anaknya secara seksio sesarea setelah persalinan normal, yakni rasa

sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin, ketuban pecah sebelum waktunya,

kehamilan kembar, peningkatan tekanan darah pada ibu .

a. Rasa sakit yang hilang timbul

Satu dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan anak

secara seksio sesarea karena rasa sakit yang hilang timbul, yaitu kurangnya kontraksi

pada rahim ibu, yang bisa disebabkan karena kurangnya produksi hormon oksitosin yang

berfungsi untuk merangsang kontraksi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan

berikut :

“ ..Sakitnya sebentar-sebentar aja, lima menit sekali, gitu-gitu aja,

hilang-hilang!…”

(48)

b. Kelainan letak pada janin dan ketuban pecah sebelum waktunya

Dua dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan secara

seksio sesarea setelah persalinan normal karena kelainan letak janin. Dan satu orang

diantaranya menyatakan bahwa kelainan letak pada janin disertai dengan ketubannya

pecah sebelum waktunya, sehingga cairan yang ada dalam rahim berkurang. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Bidannya bilang: anaknya sungsang, tapi agak mereng, pinggulnya

yang dijalan lahirnya itu!…”

(Partisipan 2)

“..Pas diperiksa dokternya wajahnya ini yang ada di jalan lahir, jadi susahlah keluarnya.Trus kata dokternya , ini udah kering air ketubannya, katanya gitu. Makanya itu harus operasi..!”

(Partisipan 6)

c. Dua dari enam orang partisipan menyatakan bahwa secsio sesarea

dilakukan karena janin kembar, dengan kelainan letak pada salah satu janin. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan berikut:

“..Karena aku takut melahirkan normal, anakku kembar kan, posisinya pun satu sungsang pantatnya dibawah, trus satu lagi posisinya normal kepala yang di bawah. Makanya operasi ajalah!..”

(Partisipan 3)

“..Dokter bilang: anakku kembar di dalam. Posisinya satu kepalanya di bawah, yang satunya lagi melintang jadi tertutuplah jalan lahirnya itu,

ya,, harus dioperasilah!..”

(49)

d. Satu dari enam partisipan menyatakan bahwa seksio sesarea dilakukan

karena partisipan yang mengalami peningkatan tekanan darah. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan berikut:

“..Kata bidannya tensiku tinggi, sebelum dioperasi tensinya sampe 270

waktu itu!..”

(Partisipan 5)

2. Respon pre operasi

Sebelum proses persalinan secara seksio sesarea berlangsung, semua partisipan

mengalami respon psikologis yakni perasaan takut, pasrah, tenang dan biasa saja.

a. Perasaan takut

Dua dari enam partisipan merasa takut sewaktu melahirkan secara seksio sesarea

setelah persalinan normal. Ketakutan yang dirasakan ibu bisa berasal dari ketakutan

akan kondisi anaknya yang akan dilahirkan, takut kalau terjadi sesuatu yang tidak di

inginkan. Bisa juga rasa takut itu muncul karena yang ada dalam benak ibu jika

dilakukan operasi maka perutnya akan dibelah sehingga takut akan rasa sakit dan

ketakutan lainnya yang dapat membuat ibu stres sebelum menjalani proses operasi

terutama bagi ibu yang belum punya pengalaman tentang proses persalinan secara seksio

sesarea. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…takutlah,, cemas, gimanalah antara hidup dan mati yang operasi ini, takut terjadi sesuatu yang gak diinginkan,..”

(Partisipan 4)

“..sedikit takut sih,, selamat gak aku nanti pas operasi, kan dibelah

gitu…”

(50)

b. Pasrah

Satu dari enam partisipan merasa pasrah sebelum seksio sesarea, tidak merasa

takut dan cemas. Ibu merasa siap dengan segala resiko yang akan terjadi, walaupun

kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan yang ibu harapkan. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan partisipan berikut :

“ ..Pas mau dioperasi pasrah lah,,terserah Allah mau kasih apa yang penting aku sama bayiku selamat. Kalau apa yang terjadi terjadilah,

cemas dan takut itu tidak ada..”

(Partisipan 1)

c. Perasaan tenang

Satu dari enam partisipan merasa tenang sebelum menjalani proses persalinan

secara seksio sesarea, ibu merasa lebih tenang disebabkan karena ibu sudah

mempersiapkan diri sebelumnya dan sudah mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…Aku gak ada ngerasa takut, karena semenjak aku tau anakku kembar di dalam aku sudah berprinsip harus operasi aku takut melahirkan

normal, jadi tenang aja rasaku…”

(Partisipan 3)

d. Perasaan biasa saja

Tiga dari enam partisipan merasa biasa saja sebelum menjalani proses persalinan

secara seksio sesarea, ibu akan merasa lebih santai karena sudah mempersiapkan diri

secara matang sebelum ia menjalani proses persalinan. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan partisipan berikut:

(51)

“..Gak ada apa-apa,,, aku gak pernah takut untuk melahirkan jadi biasa aja, yang kupikirkan gimanalah anakku ini biar cepat keluar,,,” (Partisipan 2)

“…Aku sih biasa aja, karena udah sering dengar-dengar tentang operasi melahirkan ini! Sehat-sehat kok semua yang udah pernah operasi itu.

Jadi biasa aja..”

(Partisipan 6)

3. Respon tentang keadaan bayi saat lahir

a. Lima dari enam partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea keadaan

bayi saat lahir adalah segera menangis, karena kelima dari partisipan tersebut proses

operasi yang dialaminya menggunakan anastesi lokal. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan berikut:

“…anaknya sehat,, waktu operasi kan saya sadar.Udah anaknya

dibersihkan barulah anaknya menangis…”

(partisipan 1)

“…Sadar kali pun, selama operasi ngomong terus. Aku dengar waktu itu suaranya nangis,…”

(Partisipan 2)

“…Sehat, sampai sekarang sehat. Waktu operasi itu aku dengar suara

tangisannya...”

(Partisipan 3)

“…Sadar, aku liat pun anakku udah lahir , langsung nangis anakku

waktu itu. .

(Partisipan 5)

“..Sehat juga, sehat-sehat sampai sekarang!!!. Disitu diangkat,

dibersihkan, langsung nangis anakku…”

(Partisipan 6)

b. Satu dari enam partisipan menggunakan anastesi umum. Sehingga ibu tidak

mengetahui keadaan bayi saat lahir segera menangis atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari

(52)

“…Gak ada ditanya, soalnya aku gak sadar waktu dioperasi, dibius total. (Partisipan 4)

4. Respon ibu saat melihat bayi

Perasaan keenam partisipan saat mendengar bayinya telah lahir partisipan

merasa senang, bahagia dan haru pada saat mendengar bahwa bayi mereka yang telah

ditunggu selama sembilan bulan telah lahir dengan selamat. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan partisipan berikut:

“…Saya tanya dokternya: sehat dok?, sehat bu, kata dokternya…senang

kali rasanya waktu itu..”

(Partisipan 1)

“…Soalnya anak yang kami tunggu-tunggu kan laki-laki, lahirlah

anaknya laki-laki, senang kalilah rasaku…”

(Partisipan 2)

“…Udah dibilang susternya anakku sehat, senang kali rasaku…” (Partisipan 3)

...Tapi waktu anakku sama aku,anaknya laki-laki, yang kami harapkan kan anak laki-laki. Bahagia kalilah rasanya, sehat lagi anaknya…” (Partisipan 4)

“…Terharu kali rasaku waktu itu, ternyata kami berdua selamat…” (Partisipan 5)

“…Gitu lihat anakku, macam merasa terharu gitu!!..” (Partisipan 6)

5. Respon ibu tentang perawatan post operasi di rumah sakit

Ada beberapa respon yang disampaikan partisipan dari yang dialaminya setelah

menjalani proses operasi seksio sesarea selama ibu dirawat di rumah sakit, yakni kondisi

(53)

a. Kondisi ibu post operasi selama 2 jam

Dua dari enam partisipan mengalami beberapa kondisi setelah selesai

operasi sampai dua jam seperti belum bisa bergerak, ada yang sudah merasakan respon

reflex nyeri atau denyut pada bagian bekas operasi, ada juga yang belum merasakan

apa-apa karena respon tubuh terhadap obat bius berbeda-beda. Hal ini dapa-apat dilihat dari

pernyataan partisipan berikut:

“..gak ada terasa sakit, sampai di ruang perawatan pun, tapiudah mulai terasa dingin kurasa waktu itu, kan dah agak hilang biusnya…”

(Partisipan 3)

“…Siap operasi terasa sakit kalilah bekas operasinya itu. Gak bisa bergerak waktu itu, macam berdenyut-denyut gitu…”

(Partisipan 5)

b. Respon ibu tentang mobilisasi dini yang dilakukan ibu post operasi

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea melakukan

mobilisasi dini post operasi, selama dirawat di rumah sakit ibu dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini agar proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik.

Proses mobilisasi yang dapat ibu lakukan setelah operasi antara lain, miring ke kiri dan

ke kanan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…Siap operasi besoknya dah bisalah miring kiri-miring kanan, itu pun payah merengnya gitu!!!!! Blom bisa turun dari tempat tidur, hari ketiga

baru bisa…”

(Partisipan 1)

“…Bayangkanlah hari pertama cuma bisa miring kanan, miring kiri,

gitu-gitu aja, sakit kalau banyak bergerak….”

(Partisipan 5)

“…Hari pertama setelah operasi itu, aku sudah disuruh mereng-mereng, biar gak kaku biar elastis kata dokter lukanya,!

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini, Kamis tanggal tiga puluh bulan Agustus tahun dua ribu dua belas , Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan Assessment Center Kementerian

- Tenaga Terampil Sipil D3/STM Bangunan SKT Tukang Pekerjaan Tanah tidak melampirkan Ijazah, SKA/SKT dan KTP. - Tenaga Terampil Arsitek D3/STM Bangunan SKT Tukang

[r]

Jumlah calon penyedia barang/jasa yang telah mendaftar untuk mengikuti lelang Perbaikan Jaringan Listrik, Fire Alarm, Smoke Detektor Dan Sprinkle Air Di

Dari 1 (satu) calon penyedia yang lulus evaluasi administrasi kemudian dilakukan evaluasi teknis sebagaimana dimaksud dalam dokumen pengadaan, disimpulkan bahwa 1

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian tahunan atas penurunan nilai aset tertentu (yaitu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas,

Ketapang Tahun Anggaran 2017 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut :. : #Seratus Sembilan Puluh Enam Juta Rupiah# PEMERINTAH