• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Respon terhadap lama waktu perawatan post operasi

Lama waktu perawatan di rumah sakit yang dialami oleh semua partisipan yang post seksio sesarea adalah empat sampai lima hari. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

a. Empat hari

“…Waktu itu empat hari baru bisa pulang dari rumah sakit, di rumah

istirahat lagi…”

(Partisipan 1)

…Empat hari baru bisa pulang ke rumah, nyampe di rumah istirahat

lagi…”

(Partisipan 2)

“…Waktu itu , empat hari baru dikasih pulang ke rumah, di rumah pun

blom bisa ngapa-ngapain masih istirahat…”

(Partisipan 4) b. Lima hari

“…Siap operasi, lima hari kemudian baru bisa pulang ke rumah, itu pun

belum sehat, dirawat lagi di rumah…”

(Partisipan 3)

“…Tunggu agak sehat dulu baru dikasih pulang, ada lima hari lamanya waktu itu di Rumah Sakit,itu pun dilanjut lagi perawatnnya di rumah

karna blom sehat kali…”

(Partisipan 5)

“…lima hari sesudah operasi udah pulang ke rumah, udah sehat

kurasa…”

7. Respon ibu terhadap aktivitas merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit

Semua partisipan dapat melakukan aktivitas dalam merawat bayi, walaupun masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI pada bayi dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas merawat bayi di rumah. Satu orang partisipan yang sudah bisa memandikan bayinya karena kondisi ibu sudah mulai sehat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Blom bisa, kakak saya yang ngurus bayinya jadinya, hampir sebulanlah gak bisa ngapa-ngapain, gak bisa kerja. Bisanya cuma mangku aja..”

(Partisipan 1)

“…Kalau mandiin blom bisalah, yang mandiin masih perawatnya..” (Partisipan 2)

“…Paling cuma bisa mangku si adek aja, nyusui juga la…” (Partisipan 3)

“…Anaknya kan dua, repot nyusuinya, harus jaga-jaga bekas operasinya, harus diatur posisinya pas nyusu…”

(Partisipan 4)

“… Blom bisa, untunglah ada adekku waktu itu, dialah yang ngurus jadinya sampe aku sehat…”

(Partisipan 5)

“…Udah pulang ke rumah, besoknya udah bisa kumandikan anakku itu…”

(Partisipan 6)

8. Respon tentang proses pemulihan setelah melahirkan normal dan operasi

Proses penyembuhan post operasi yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat, bahkan ada

yang infeksi sehingga menggangu dalam menyusui bayinya. Ibu juga masih mengalami nyeri pada bekas operasi dan ibu juga harus menjaga bekas operasi. Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa proses pemulihan yang lebih cepat adalah persalinan normal. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Normal itu cepat sehatnya dibanding operasi. 2 hari siap melahirkan

normal udah sehat, operasi ini lama…”

(Partisipan 1)

“..Lebih cepat aku sehatnya waktu normal, anaknya lahir pagi, sorenya udah sehat kurasa. Operasi ini, aku infeksi, sampe sekarang ini agak dalam dia berlobang, sampe 2 ½ bulan lamanya masih bernanah-nanah. Nyusui anakku pun jadi terganggu, cuma sebelah sini aja bisa disusui, sebelahnya ini gak bisa, terhalang karena infeksinya..”

(Partisipan 2)

“..Jauh lebih cepat normal, 2 hari udah sehat. Kalau operasi hampir sebulanlah gak bisa ngapa-ngapai, gak bisa kerja. ..”

(Partisipan 3)

“…Melahirkan normal itu 2 hari kita udah sehat, udah bisa ngapa-ngapain. Kalau operasi itu sampai berbulan-bulan lamany baru sehat…” (Partisipan 4)

“…Kalau yang normal sakitnya sebentar, waktu ngedan itu aja, udah lahir anaknya gak ada sakit lagi. Kalau yang operasi lama sehatnya…” (Partisipan 5)

9. Respon ibu tentang pengalaman melahirkan yang paling berkesan

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal lima orang diantaranya lebih suka melahirkan dengan cara normal dari pada melahirkan dengan cara seksio sesarea karena dengan melahirkan secara normal proses penyembuhan lebih cepat dan menyusui bayi pun lancar. Dan satu orang memilih lebih suka melahirkan secara secsio sesarea karena sewaktu melahirkan normal mengalami perdarahan sehingga proses pemulihannya lama dan membutuhkan istirahat yang lama. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

a. Terkesan dengan persalinan normal

“..Yaah,, kalau itu lebih suka normal lah, sakitnya gak seberapa

dibanding yang normal itu. Yang normal itu sebentar aja sakitnya pas mau ngedan itu aja, udah lahir anaknya uda gak sakit lagi, uda sehat

kurasa..”

(Partisipan 1)

“..Suka normal lah,, sakitnya sebentar aja, cepat lagi sehatnya. Kalau yang operasi berbulan-bulan lamanya baru sehat, nyusui anak pun

terganggu…

(Partisipan 2)

“..Lebih berkesan normal lah,, gak repot aku dibuatnya. Repot nyusui

bayi, repot lagi perawatan lukanya..”

(Partisipan 3)

“..Lebih suka normal lah, 2 hari aja aku uda sehat, udah bisa ngapa-ngapain. Kalau yang operasi ini udah berbulan-bulan sampai sekarang masih terasa sakitnya, macam berdenyut-denyut gitu!!…”

(Partisipan 4)

“..Ya pasti normal lah, lebih berkesan, melahirkan dengan tenaga sendiri, sakitnya pas ngedan itu aja, udah lahir anknya gak ada sakit

lagi. Kalau operasi sakitnya lama kali..”

(Partisipan 5) b. Terkesan dengan operasi

“Maulah,, lebih berkesan operasi kurasa. Udah pulang kerumah, udah sehat kurasa, udah bisa aku nyuci sama masak. Waktu normal aku lama

sehatnya karena perdarahan itu harus istirahat yang banyak lah,,,” (Partisipan 6)

10. Jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali

Untuk jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali, ada partisipan memilih untuk melahirkan normal, memilih operasi melahirkan, mengikuti saran dokter dan dua orang partisipan yang mengalami seksio sesarea diikuti dengan KB tutup. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

a. Memilih normal

“…Yaa pilih normal lah, gak repot aku dibuatnya…” (Partisipan 3)

b. Memilih operasi

“…Operasi ajalah, lebih enak rasaku!!!...”

(Partisipan 6) c. Mengikuti saran dokter

“…Maunya normal sih,, tapi gimana ya,, kalau dokternya bilang harus

operasi mau gimana lagi!!!...”

(Partisipan 1)

“…Pengennya normal, tapi kalau dokternya bilang gak bisa normal harus operasi seperti yang sekarang, yaa harus operasi!…” (Partisipan 4)

d. KB tutup

“…Aku udah tutup, udah sekalian pas operasi itu!!...” (Partisipan 2)

“…Sekalian KB aku waktu itu. Dokternya bilang: Kalau seandainya hamil lagi, bisa jadi ini yang buat aku meninggal, yaudahlah sekalian

tutup aja!...”

(Partisipan 5)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa respon yang disampaikan ibu sebagai alasan dilakukannya seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan dengan kembar janin dan peningkatan tekanan darah pada ibu .

Respon psikologis yang ibu alami pre operasi ada yang merasa takut, pasrah dan ada juga yang merasa tenang dan biasa saja. Keadaan bayi saat lahir adalah lima dari

enam partisipan mengatakan keadaan bayi saat lahir segera menangis, perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir berbeda-beda ada yang merasa bahagia, senang dan haru.

Respon tentang perawatan post operasi di rumah sakit antara lain kondisi ibu post operasi selama 2 jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi adalah miring kiri dan kanan, aktivitas dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas merawat bayi. Lama waktu perawatan yang dialami partisipan di rumah sakit post secsio sesarae adalah empat sampai lima hari.

Proses pemulihan post operasi yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat, bahkan ada yang infeksi sehingga menggangu dalam menyusui bayinya. Ibu juga menyampaikan respon reflex nyeri pada bekas operasi dan ibu juga harus menjaga bekas operasi. Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa proses pemulihan yang lebih cepat adalah persalinan normal.

Dari semua partisipan yang melahirkan secara secsio sesarea setelah persalinan normal lima orang diantaranya lebih suka melahirkan dengan cara normal dari pada melahirkan dengan cara secsio sesarea karena dengan melahirkan secara normal proses penyembuhan lebih cepat dan menyusui bayi pun lancar. Dan satu orang lagi mengatakan lebih suka dengan operasi melahirkan karena merasa trauma mengalami perdarahan sewaktu melahirkan normal.

Untuk jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali, ada partisipan memilih untuk melahirkan normal, memilih operasi melahirkan dan mengikuti saran dokter.

C. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara akan diuraikan pembahasan dengan beberapa literatur yang ada, yakni hal-hal yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal, respon ibu pre operasi, keadaan bayi saat lahir, respon saat melihat bayi, respon tentang perawatan post operasi di rumah sakit, respon terhadap lama waktu perawatan post operasi yang diperlukan di rumah sakit, respon terhadap aktivitas merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit, respon tentang proses pemulihan setelah melahirkan normal dan melahirkan seksio sesarea, respon tentang pengalaman melahirkan yang paling berkesan dan jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali.

1. Respon ibu yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal

Ada beberapa respon yang disampaikan oleh partisipan berkaitan dengan alasan mengapa ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal, yakni rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin dan disertai dengan ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar, peningkatan tekanan darah pada ibu .

Alasan rasa sakit yang hilang timbul merupakan salah satu penyebab ibu melahirkan secara seksio sesarea, salah satu tanda-tanda ibu akan melahirkan adalah adanya kontraksi pada rahim ibu yang akan membuka servik dan mendorong janin untuk

segera lahir, jika kontraksi lemah atau tidak ada maka akan terjadi kegagalan proses persalinan normal, sebagaimana menurut Cendika dan Indarwati (2010) bahwa salah satu sebab seksio sesarea pada proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystocia). Biasanya, sebelum diambil tindakan operasi, dokter akan memberikan induksi untuk membantu kontraksi. Namun, jika belum berhasil juga, untuk menyelematkan bayi dari stress dan komplikasi lain, maka akan dilakukan seksio sesarea.

Sebab lain yang menjadi alasan ibu melahirkan seksio sesarea adalah karena ketuban pecah sebelum waktunya atau disebut juga ketuban pecah dini (KPD) yaitu keluarnya cairan ketuban sebelum ibu memasuki fase persalinan. Menurut Sarwono (2008), ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Sarwono, 2008), untuk menghindari terjadinya bahaya pada ibu dan janin, maka persalinan harus segera dilakukan, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan dan bila gagal dilakukan bedah caesar.

Kelainan letak janin atau malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim. Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saaat masuk pintu atas pangul) dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Apabila janin dalam keadaan malpresentase atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan yang lama bahkan macet sehingga memerlukan tindakan seksio sesarea (Sarwono, 2008).

Gameli atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan kedua posisi janin. Bila ada kelinan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan tindakan secsio sesarea (Kasdu, 2003).

Peningkatan tekanan darah atau hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic >140/90 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Sarwono, 2008). Untuk mengurangi resiko pada ibu dengan hipertensi saat bersalin dilakukan tindakan secsio sesarea (Liu, 2007).

2. Respon ibu pre operasi

Respon psikologis telah dikemukakan oleh partisipan, bahwa sebelum ibu menjalani proses operasi ibu mengatakan adanya rasa takut, pasrah dan bahkan ada juga yang merasa tenang dan biasa saja. Seperti apa yang dikemukakan Nolan (2010) selama masa persalinan berlangsung, ada kemungkinan seseorang menjadi tidak terkontrol.

bagi sebagian besar wanita. Namun, bagi wanita yang sudah mempersiapkan diri secara matang sebelum ia menjalani proses persalinan maka biasanya wanita tersebut akan merasa lebih tenang (Kaufman, 2006).

3. Respon terhadap keadaan bayi saat lahir

Dari hasil penelitian diperoleh keadaan bayi saat lahir adalah lima dari enam partisipan mengatakan kondisi bayinya saat lahir segera menangis, itulah reaksi yang menandakan responnya terhadap perbedaan dunia dalam rahim dan luar rahim. Selain itu, tangisan bayi bisa dijadikan petunjuk bahwa paru-parunya sudah mampu bekerja dengan baik (Kasdu, 2003).

4. Respon ibu saat melihat bayinya telah lahir meliputi perasaan bahagia, senang dan haru. Setiap ibu pasti menunggu kelahiran bayi mereka dengan selamat, anugerah yang terbesar bagi seorang wanita ketika mampu melahirkan seorang bayi yang akan menjadi penerus garis keturunan. Ibu lebih bahagia dengan bayi yang berwarna merah muda dan bernapas sendiri dibanding bayi yang kebiruan, tidak sadar dan memerlukan intervensi segera (Kaufman, 2006).

5. Respon terhadap perawatan post operasi di rumah sakit

Dari hasil penelitian diperoleh ada beberapa respon yang disampaikan ibu mengenai perawatan post operasi di rumah sakit antara lain kondisi ibu post operasi selama dua jam berbeda-beda, ada yang belum bisa bergerak, ada yang sudah merasakan reflex nyeri pada bagian operasi. Mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi yakni mereng kanan-kiri. Pada dua jam pertama post operasi ibu juga belum bisa bergerak, dan

pada beberapa kasus ada yang mengalami mual dan muntah, untuk mencegah agar ibu tidak mengalami mual muntah sebaiknya sebelum operasi ibu diberikan antasida yang dapat menaikkan pH isi lambung untuk mengurangi aspirasi selama induksi anastesi (Rayburn, 2001).

Pada awal post operasi biasanya ibu akan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat proses pemulihan ibu pos operasi, sebagaimana menurut teori mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan (Mundy, 2004).

Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses pengeluaran lochea dan membantu proses penyembuhan luka (Kaufman, 2006).

6. Respon terhadap lama waktu perawatan post operasi di rumah sakit

Lama perawatan yang diperlukan ibu dirumah sakit setelah persalinan secara seksio sesarea adalah empat sampai lima hari. Rata-rata wanita yang menjalani seksio elektif tanpa komplikasi bisa tinggal di rumah sakit 3 hari atau bahkan dibutuhkan waktu yang lebih lama dan akan selalu ada kemungkinan infeksi (Mundy, 2004).

Dokumen terkait