• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

INDAH AFRIANI NST 080100373

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

INDAH AFRIANI NST 080100373

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian: PREVALENSI PERSALINAN SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

Nama : INDAH AFRIANI NST NIM : 080100373

Pembimbing Penguji I

(dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG-K) (dr. Nelva Karmila Yusuf,Sp.KK(K)) NIP: 140139768 NIP: 1967 0915 1997 02 2001

Penguji II

(dr. Tina Christina L. Tobing,Sp.A(K)) NIP: 1961 0910 1987 12 2001

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu di dunia. Di Asia perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu. Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri dari perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Salah satu penyebab perdarahan antepartum yaitu plasenta previa yang merupakan perdarahan yang terjadi di atas usia 28 minggu kehamilan. Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang dipilih untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin pada penderita plasenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.

Peneltian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sample yang didapatkan melalui metode total sampling dimana semua penderita plasenta previa yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010 dijadikan sebagai subjek penelitian. Data-data yang didapat berasal dari data yang ada dalam rekam medis pasien.

Dari 25 subjek penelitian yang didapat sebagian besar penderita plasenta previa yang di seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis (20 orang; 80.0 %), berusia 20-34 tahun (15orang; 60.0 %). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (16 orang; 64.0 %). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (19 orang; 76.0 %). Berasal dari kota Medan (18 orang; 72.0 %). Kebanyakan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu yaitu (22 orang; 88.0 %), paritas lebih dari satu

(multigravida) (9 orang; 36.0 %), memiliki riwayat persalinan pervaginam (14 orang; 56.0 %) serta fetal maternal outcome yang hidup (24 orang; 96.0 %).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta previa kebanyakan mengalami plasenta previa totalis dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, berasal dari kota Medan, usia kehamilan ≥ 37 minggu, sudah memiliki anak lebih dari satu, dengan riwayat persalinan pervaginam, serta fetal maternal outcome dalam keadaan hidup.

(5)

ABSTARCT

Hemorrhage remains as one of the serious complications in pregnancy that contributes to the maternal deaths in the world. Death from hemorrhage still remains as the leading cause of maternal death in Asia. Obstetric hemorrhage which can lead to maternal death is classified to, ante partum or postpartum .hemorrhage. One of the causes of ante partum hemorrhage is due to placenta previa, which is bleeding that occurs at the age of more than 28 weeks of gestation. Cesarean section delivery is the best choice to be considered to reduce the number of maternal death as well as the fetus, for patients with placenta previa. The purpose of this study was to determine the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010.

This research was conducted with the descriptive method. The approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The sample was taken using total sampling method, involving of all patients suffering with placenta previa that underwent cesarean section delivery in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. All the data were taken from patients’ medical records.

From all of the subjects (25 patients), most of them had plasenta previa totalis (20 patients; 80.0 %), majority are aged between 20-34 years (15 patients; 60.0 %), graduated from senior high school (16 patients; 64.0 %), work as a house wife (19 patients; 76.0 %), and lived in medan (18 patients; 72.0 %). With ≥ 37 weeks

gestational aged (22 patients; 88.0 %), more than one baby (multygravida) (9 patients; 36.0 %), a history of vaginal birth (14 patients; 56.0 %), with healthy

fetal maternal outcome (24 patients; 96.0 %).

Conclusion of the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010 most of them had a plasenta previa totalis, aged between 20-34 years, graduated from senior high school, work as a house wife, and lived in Medan, with ≥ 37 weeks gestasional aged, have more than one baby, a history of previous vaginal birth. And healthy fetal maternal outcome.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan ridho - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program

Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas

Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr.Christoffel L. Tobing, Sp.OG-K selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya

tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Nelva Karmila Yusuf, Sp.KK(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing,

Sp.A (K) selaku dosen penguji saya dalam karya tulis ilmiah ini.

4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan

serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak, Dr. Irsan N.H.N Lubis, SpS selaku Kabid Penelitian &

Pengembangan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan izin dan

banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data

di lokasi penelitian.

6. Seluruh staf pegawai di Subbagian Rekam Medis RSUD Dr. Pirngadi Medan.

7. Kedua orang tua tercinta, Drs. H. M.Ghozali Husein Nst, SH, MH dan

Hj.Jamilah Spd, yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

(7)

8. Kakak dan adik saya tercinta, Ade Suryani Nst, Saifah Nur Nst dan Zakya

Radhita Nst yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini.

9. Sahabat-sahabat saya, Arwaini Ulfa, Rizky Amalia, Azmeilia Lubis, Medina

Muslim, Puja Nastia saya ucapkan terima kasih atas bantuan, saran dan

motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10.Teman saya Novita Pangaribuan, Reza Fazly yang selalu bersama sama

berdiskusi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima

kasih

11.Seluruh teman-teman Stambuk 2008, terima kasih atas dukungan dan

bantuannya

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada

penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT

memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

Penulis,

Indah Afriani Nst

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Plasenta Previa ... 5

2.1.1. Definisi Plasenta Previa ... 5

2.1.2. Insiden Plasenta Previa ... 5

2.1.3. Faktor Risiko dan Etiologi Plasenta Previa ... 6

2.1.4. Klasifikasi Plasenta Previa ... 6

2.1.5. Patofisiologi Plasenta Previa ... 7

2.1.6. Gambaran Klinis Plasenta Previa ... 8

2.1.7. Diagnosis Plasenta Previa ... 8

(9)

2.1.9. Komplikasi Plasenta Previa ... 12

2.1.10. Prognosis Plasenta Previa... 13

2.2. Seksio Sesarea ... 13

2.2.1. Definisi Seksio Sesarea ... 13

2.2.2. Indikasi Seksio Sesarea ... 13

2.2.3. Jenis-Jenis Seksio Sesarea ... 16

2.2.4. Komplikasi Seksio Sesarea ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

4.2.1. Waktu Penelitian ... 20

4.2.2. Tempat Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1. Populasi ... 20

4.3.2. Sampel ... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 22

5.2.1. Distribusi Frekuensi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 22

(10)

5.2.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi

Plasenta Previa ... 24

5.2.4. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan cara persalinan ... 24

5.2.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sosiodemografi ... 25

5.2.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan ... 26

5.2.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan paritas ... 27

5.2.8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu ... 27

5.2.9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Maternal Outcome ... 28

5.2.10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Fetal Outcome ... 28

5.3. Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Distribusi Persalinan Seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi

Medan Berdasarkan Indikasi Medis

Distribusi Frekuensi Persalinan Penderita Plasenta Previa

Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Cara Persalinan

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Klasifikasi

Plasenta previa

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Sosiodemografi

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Usia Kehamilan

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan paritas

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan riwayat persalinan

Terdahulu

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan maternal outcome

Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas

Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Fetal Outcome

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

CPD : Cephalopelvic Disproportion

DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dr : Dokter

EV/EF : Ekstraksi Vakum/ Ekstraksi Forsep

IRT : Ibu Rumah Tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

RS St. Elisabeth : Rumah Sakit Santa

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

USA : United State of America

USG : Ultrasonografi

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Ethical Clearance

Surat Izin Penelitian

Data Induk

(15)

ABSTRAK

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu di dunia. Di Asia perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu. Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri dari perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Salah satu penyebab perdarahan antepartum yaitu plasenta previa yang merupakan perdarahan yang terjadi di atas usia 28 minggu kehamilan. Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang dipilih untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin pada penderita plasenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.

Peneltian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sample yang didapatkan melalui metode total sampling dimana semua penderita plasenta previa yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010 dijadikan sebagai subjek penelitian. Data-data yang didapat berasal dari data yang ada dalam rekam medis pasien.

Dari 25 subjek penelitian yang didapat sebagian besar penderita plasenta previa yang di seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis (20 orang; 80.0 %), berusia 20-34 tahun (15orang; 60.0 %). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (16 orang; 64.0 %). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (19 orang; 76.0 %). Berasal dari kota Medan (18 orang; 72.0 %). Kebanyakan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu yaitu (22 orang; 88.0 %), paritas lebih dari satu

(multigravida) (9 orang; 36.0 %), memiliki riwayat persalinan pervaginam (14 orang; 56.0 %) serta fetal maternal outcome yang hidup (24 orang; 96.0 %).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta previa kebanyakan mengalami plasenta previa totalis dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, berasal dari kota Medan, usia kehamilan ≥ 37 minggu, sudah memiliki anak lebih dari satu, dengan riwayat persalinan pervaginam, serta fetal maternal outcome dalam keadaan hidup.

(16)

ABSTARCT

Hemorrhage remains as one of the serious complications in pregnancy that contributes to the maternal deaths in the world. Death from hemorrhage still remains as the leading cause of maternal death in Asia. Obstetric hemorrhage which can lead to maternal death is classified to, ante partum or postpartum .hemorrhage. One of the causes of ante partum hemorrhage is due to placenta previa, which is bleeding that occurs at the age of more than 28 weeks of gestation. Cesarean section delivery is the best choice to be considered to reduce the number of maternal death as well as the fetus, for patients with placenta previa. The purpose of this study was to determine the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010.

This research was conducted with the descriptive method. The approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The sample was taken using total sampling method, involving of all patients suffering with placenta previa that underwent cesarean section delivery in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. All the data were taken from patients’ medical records.

From all of the subjects (25 patients), most of them had plasenta previa totalis (20 patients; 80.0 %), majority are aged between 20-34 years (15 patients; 60.0 %), graduated from senior high school (16 patients; 64.0 %), work as a house wife (19 patients; 76.0 %), and lived in medan (18 patients; 72.0 %). With ≥ 37 weeks

gestational aged (22 patients; 88.0 %), more than one baby (multygravida) (9 patients; 36.0 %), a history of vaginal birth (14 patients; 56.0 %), with healthy

fetal maternal outcome (24 patients; 96.0 %).

Conclusion of the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010 most of them had a plasenta previa totalis, aged between 20-34 years, graduated from senior high school, work as a house wife, and lived in Medan, with ≥ 37 weeks gestasional aged, have more than one baby, a history of previous vaginal birth. And healthy fetal maternal outcome.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat suatu negara ataupun dalam

suatu daerah dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakatnya dari waktu

ke waktu. Kejadian kematian ini juga dapat digunakan sebagai indikator dalam

penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program pembangunan di sektor

kesehatan (Depkes RI, 2006). Menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia kematian maternal merupakan jumlah wanita yang meninggal karena

kematian yang berhubungan dengan gangguan kehamilan maupun

penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan atau kebetulan selama masa

kehamilan, melahirkan serta masa nifas tanpa memperhitungkan masa

kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan laporan World Health Organization (2008) angka kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh

25 % perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15 % infeksi, 13 % aborsi yang

tidak aman, 12 % eklampsi, 8 % penyulit persalinan, dan 7 % penyebab lainnya.

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada

kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk perdarahan

antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri

(Chalik, 2008).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000

kelahiran hidup pada priode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka

Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup.

Dari hasil survei tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di

Indonesia (Depkes RI, 2009). Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak

237 per 100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada

(18)

2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa

didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI, 2006).

Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah

rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai

dengan perdarahan diatas usia 28 minggu tanpa ada nyeri (Chalik, 2008).

Menurut Faiz & Ananth (2003) prevalensi plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran. Menurut Romundstad et al

(2006) jumlah kasus plasenta previa pada tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak

1949 kasus dari 845.384 kehamilan.

Menurut Abdat (2010) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2009

terdapat 78 kasus plasenta previa dari total 1457 persalinan. Menurut Tambunan

(2008) penyebab kasus perdarahan terbanyak di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007

yaitu plasenta previa sebanyak 30 orang (51,7 %). Menurut Gultom (2009) kasus

perdarahan antepartum tertinggi di RS St. Elisabeth Medan pada priode

2004-2008 yaitu kasus plaenta previa sebanyak 79 orang.

Persalinan seksio sesarea merupakan metode persalinan yang menjadi pilihan

pada penderita plasenta previa. Seksio sesarea merupakan salah satu faktor

penting untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin (Decherney,

Nathan, goodwin, Laufer, 2007). Persalinan seksio sesarea juga dapat

menurunkan angka kesakitan pada fetus pada kasus kelainan letak (sungsang dan

lintang), serta kasus plasenta previa (Gant & Cunningham, 1999). Oleh karena

itu untuk mengurangi angka kematian ibu dan janin akibat perdarahan yang terjadi

pada kasus plasenta previa perlu dilakukan persalinan seksio sesarea. Menurut

WHO (2001-2003) dalam Sinaga (2008) prevalensi persalinan seksio sesarea di

Inggris pada tahun 2004 sebanyak 24,5 %, sedangkan di Kanada yaitu 22,5 %

kasus persalinan seksio sesarea.

Berdasarkan data dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1999-2000

dalam Sinaga (2008) bahwa proporsi persalinan dengan seksio sesarea sebanyak

30% dari 404 persalinan per bulan. Berdasarkan penelitian Sihaloho (2009) di RS

St. Elisabeth Medan tahun 1998-2004 dari 86 total sampel plasenta previa

(19)

penelitian Sinaga (2008) mengenai persalinan seksio sesarea di RSU Sidikalang

pada tahun 2007 dari total sampel sebanyak 258 oang ibu dengan persalinan

seksio sesarea terdapat 14 orang ibu yang mengalami plasenta previa.

Karena masih tingginya angka kematian maternal akibat perdarahan yang

salah satunya dapat disebabkan oleh plasenta previa, dan untuk menghindari

terjadinya perdarahan maka dilakukan persalinan seksio sesarea. Hal ini yang

mendasari dilakukan penelitian mengenai Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea

atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Berapakah prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa

di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

pada tahun 2010.

2. Mengetahui prevalensi kasus plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan

pada tahun 2010.

3. Mengetahui Fetal dan maternal outcome pada persalinan seksio sesarea atas

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap:

1. Tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan penyediaan fasilitas, pelayanan,

khususnya dalam penanganan terhadap plasenta previa untuk mengurangi angka

kematian maternal dan perinatal akibat perdarahan.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan

untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan plasenta

previa.

3. Sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis maupun pembaca mengenai

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Plasenta Previa

2.1.1. Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen

bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang

ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya

rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan

(Chalik, 2008).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim

yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin berupa

perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan kematian perinatal

(Romundstad et all, 2006).

2.1.2. Insiden Plasenta Previa

Menurut Chalik (2008) plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan

dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang

cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa

Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa

berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka

kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh

berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi.

Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat

meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi

(22)

2.1.3. Faktor Risiko dan Etiologi Plasenta Previa

Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum

diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi

plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat

seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat

mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.

Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta

previa yaitu:

1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar

dibandingkan dengan umur < 35.

2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan

primigravida.

3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar

dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.

4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya

plasenta previa.

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada

segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain

mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi

desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun

atropi.

2.1.4. Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut Chalik (2008) plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat

bagian yaitu:

1. Plasenta previa totalis atau komplit, adalah plasenta yang menutupi

seluruh ostium uteri internum.

2. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri internum.

3. Plasenta previa margianalis adalah plasenta yang tepinya berada pada

(23)

4. Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya

berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa dapat

dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:

1. Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.

2. Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.

3. Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri internum.

4. Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.

Menurut de Snoo dalam Mochtar (1998) klasifikasi plasenta previa

berdasarkan pembukaan 4 -5 cm yaitu:

1. Plasenta previa sentralis (totalis), apabila pada pembukaan 4-5 cm teraba

plasenta menutupi seluruh ostea.

2. Plasenta previa lateralis, apabila pada pembukaan 4-5 cm sebagian

pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :

 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian

belakang.

 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian

depan.

 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea

yang ditutupi plasenta.

2.1.5. PatofisiologiPlasenta Previa

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya

terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami

perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus

akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila

plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.

Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan

(24)

Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa

ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus,

atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat

dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot

uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya

normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang

terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih

dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah

persalinan mulai (Oxorn, 2003).

2.1.6. Gambaran klinis Plasenta Previa

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang

keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya

terjadi diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak

dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab

yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang

biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.

Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada

palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis

dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak

ditemui nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi (Chalik,

2008).

2.1.7. Diagnosis Plasenta Previa

Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester

kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk

memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita

mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam

(25)

Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan

dengan adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan yaitu:

1. Anamnesia, pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang

berkaitan dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya

perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan,

frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro, 2007)

2. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina,

darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu

akan terlihat pucat (Mochtar, 1998).

3. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus

uteri yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian

terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih

bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).

4. Pemeriksaan inspekulo, dengan menggunakan spekulum secara hati-hati

dilihat dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat

kelainan pada serviks, vagina, varises pecah, dll (Mochtar, 1998).

5. Pemeriksaan radio-isotop

a. Plasentografi jaringan lunak

b. Sitografi

c. Plasentografi indirek

d. Arteriografi

e. Amniografi

f. Radio isotop plasentografi

6. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih

yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa.

Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan

ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang

tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,

2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak

(26)

7. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir

yang paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa.

Walaupun ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan

perdarahan yang lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan

mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada

perdarahan antepartum yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc,

perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar

janin (Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya

dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan

operasi dengan segera (Mose, 2004).

Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika

tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika teraba

bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa.

2.1.8. Penatalaksanaan Plasenta Previa

Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi

dalam 2 golongan, yaitu:

1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan

hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat

dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit

sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus

segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.

Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

d. Janin masih hidup.

2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi

perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup

bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat

(27)

a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,

dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup

kembali (tamponade pada plasenta) ( Mose, 2003).

Menurut Mochtar (1998) penekanan tersebut dapat dilakukan melalui

beberapa cara yaitu:

- Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)

Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan

pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa

marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada

primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada

plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal (Mochtar,

1998).

- Memasang cunam Willet Gausz

Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit

kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan

menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr

atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada

janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali

menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin (Mochtar, 1998).

- Metreurynter

Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi

udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi (Mochtar,

1998).

- Versi Braxton-Hicks

Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya

sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki

dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr (Mochtar,

1998).

b. Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim

sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu

(28)

rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan

seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa. Pada

sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena

perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta anterior

(Cunningham et al, 2005).

Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea

pada plasenta previa adalah:

a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau

meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan

yang sulit dikontrol.

b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan tidak

berhenti dengan tindakan yang ada.

c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.

Menurut Winkjosastro (1997) dalam Sihaloho (2009) gawat janin maupun

kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk dilakukannya persalinan

seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila dijumpai gawat ibu

kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda sampai keadaan ibunya dapat

diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan untuk segera memperbaiki keadaan

ibu, sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-satunya tindakan

yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta previa

totalis.

2.1.9. Komplikasi Plasenta Previa

Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:

Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang

dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak

bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.

Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan

lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta

dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual

(29)

Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir

dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus,

kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.

2.1.10. Prognosis Plasenta Previa

Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan

perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari

apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan

pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh karena

kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui

proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.

Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi

kematian perinatal (Cunningham, 2005).

2.2. Seksio Sesarea

2.2.1. Definisi Seksio Sesarea

Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya “memotong”. Pengertian ini dapat dijumpai dalam hukum roma yaitu lex regia

atau lex caesarea yang merupakan hukum yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut dilakukan di akhir kehamilan pada seorang wanita yang dalam keadaan

sekarat demi menyelamatkan calon bayinya (Cunningham et al, 2005). Seksio sesarea merupakan suatu proses insisi dinding abdomen dan uterus untuk

mengeluarkan janin (Dorland, 2002).

Seksio sesarea merupakan prosedur operasi yang dilakukan pada fetus pada

akhir minggu ke-28 melalui penyayatan atau pengirisan pada dinding perut dan

dinding rahim (Dutta, 2004). Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan,

dimana janin yang dilahirkan melalui insisi atau penyayatan pada dinding perut

dan dinding rahim dengan syarat rahim ibu dalam keadaan baik dan berat janin

(30)

2.2.2. Indikasi Seksio Sesarea

Menurut Scott (2002) dalam Sinaga (2009), melahirkan dengan seksio

sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan

kesehatan ibu maupun bayinya. Dengan maksud bahwa janin atau ibu dalam

kadaan gawat darurat sehingga hanya dapat diselamatkan dengan persalinan

seksio sesarea dengan tujuan untuk memperkecil timbulnya resiko pada ibu

maupun bayinya.

Menurut Cunningham, et al (2005), lebih dari 85 % persalinan seksio

sesarea disebabkan oleh:

1. Riwayat seksio sesarea

2. Distosia persalinan dan kemacetan persalinan

3. Gawat janin

4. Letak sungsang

Menurut Ricci (2001) indikasi persalinan seksio sesarea dibedakan

berdasarkan beberapa faktor yaitu :

a. Faktor ibu

Indikasi yang paling sering terjadi yaitu, disproporsi Sefalo-pelvik yang

merupakan ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dengan ukuran panggul

ibu (Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007). Selain itu dapat juga

disebabkan oleh disfungsi uterus, ruptura uteri, partus tak maju yang merupakan,

persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18

jam pada multipara yang terjadi meskipun terdapat kontraksi uterus yang kuat,

janin tidak dapat turun karena faktor mekanis (Mochtar,1998).

b. Faktor janin

b.1. Gawat janin

Keadaan gawat janin yang disertai dengan kondisi ibu yang kurang baik

dianjurkan untuk dilakukan persalinan seksio sesarea. Jika ibu mengalami tekanan

darah tinggi, kejang ataupun gangguan pada ari- ari maupun tali pusar dapat

mengakibatkan gangguan aliran oksigen kepada bayi sehingga dapat

menyebabkan kerusakan otak yang bahkan dapat menimbulkan kematian janin

(31)

b.2. Prolaps tali pusat

Kejadian ini lebih sering terjadi jika tali pusar panjang dan jika plasenta

letaknya rendah. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung

tetapi dapat sangat membahayakan janin karena tali pusat dapat tertekan antara

bagian depan anak dan dinding panggul yang akan timbul asfiksia (Bratakoesuma,

2004).

b.3. Malpresentasi janin

i. Letak sungsang

Bayi letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

yang letaknya paling rendah (Bratakoesuma, 2004). Sekarang ini banyak kelainan

letak bayi yang dilahirkan melalui persalinan seksio sesarea. Hal ini karena risiko

kematian dan kecacatan yang timbul karena persalinan pervaginam jauh lebih

tinggi. Secara teori penyebab kelainan ini dapat terjadi karena faktor ibu seperti

kelainan bentuk rahim, letak plasenta yang rendah ataupun tumor jinak yang

terdapat dalam rahim (Dewi, 2007).

ii. Letak Lintang

Bayi letak lintang yaitu apabila sumbu memanjang janin menyilang sumbu

memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Dalam kedaan

normal yang cukup bulan bayi letak lintang tidak mungkin untuk dilahirkan secara

spontan. Janin hanya dapat dilahirkan secara spontan jika janin prematur, sudah

mati serta bila panggul ibu lebar (Bratakoesuma, 1998).

c. Faktor plasenta

c.1. Plasenta previa

Letak plasenta yang ada di depan jalan lahir atau implantasi plasenta yang

tidak normal yang dapat menutupi seluruhnya ataupun sebagian dari ostium

internum sehingga dapat menghambat keluarnya bayi melalui jalan lahir (Chalik,

2008).

c.2. Solusio plasenta

Solusio plasenta merupakan keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh

plasenta yang letaknya normal dari perlekatannya diatas 22 minggu dan sebelum

(32)

perdarahan yang keluar melalui vagina, tetapi juga dapat menetap di dalam rahim,

yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya dilakukan

persalinan seksio sesarea untuk menolong agar janin segera lahir sebelum

mengalami kekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat

menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu (Mochtar,

1998).

Menurut Dutta (2004), indikasi persalinan seksio sesarea dibagi atas dua

kategori yaitu:

a. Indikasi absolut

Apabila terjadi plasenta previa sentral, adanya Cephalopelvic Disproportion

/ CPD, adanya massa pada pelvis sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan,

adanya kanker serviks, dan adanya obstruksi pada vaginal ( atresia, stenosis).

b. Indikasi relatif

Apabila ibu telah mengalami persalinan seksio sesarea sebelumnya,

dijumpai adanya fetal distress, distosia, perdarahan antepartum, malpresentasi,

gangguan tekanan darah ibu, serta adanya penyakit yang menyertai ibunya.

2.2.3. Jenis seksio sesarea

Menurut Mochtar (1998) jenis operasi seksio sesarea yaitu:

a. Seksio sesarea transperitonealis:

a.1. Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Jenis seksio sesarea ini memiliki

kelebihan berupa pengeluaran janin lebih cepat, tidak mengakibatkan kandung

kemih tertarik, serta sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Namun

metode persalinan seksio sesare ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi

intraabdominal yang lebih mudah karena tidak adanya reperitonealis yang baik.

Serta lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan pada persalinan berikutnya

(Mochtar, 1998).

a.2. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. Persalinan seksio sesarea jenis ini

(33)

dengan reperitonealisasi yang baik, dan perdarahan yang lebih sedikit, serta

kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea

jenis klasik. Namun metode persalinan ini dapat menimbulkan luka yang dapat

melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga menyebabkan arteri uterina putus

sehingga dapat mengakibabkan perdarahan yang lebih banyak, serta keluhan

postoperasi yang terjadi pada kandung kemih tinggi (Mochtar, 1998).

b. Seksio sesarea ekstraperitonealis, tindakan persalinan ini dilakukan dengan

insisi peritoneum, lipatan peritoneum didorong ke atas dan kandung kemih ke

arah bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi pada

segmen bawah (Dorland, 2002). Namun pembedahan persalinan ini tidak banyak

lagi dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal (Oxorn, 2003).

2.2.4. Komplikasi tindakan seksio sesarea

Komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan seksio sesarea menurut

Mochtar (1998) yaitu:

a. Infeksi puerperal (nifas)

 Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

 Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

 Berat; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita

jumpai pada partus yang terlantar, dimana sebelumnya telah timbul infeksi

intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b. Perdarahan yang dapat disebabkan oleh:

 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

 Atonia uteri

 Perdarahan pada placental bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi

persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Penderita plasenta previa adalah keadaan abnormal pada ibu hamil yang

didiagnosa oleh dokter mengalami plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan

priode Januari 2010 sampai Desember 2010 yang letak plasentanya menutupi

sebagian atau seluruh jalan lahir yang dapat dibuktikan berdasarkan data dalam

rekam medis pasien yang diperoleh.

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah data dan catatan dalam

rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010 sampai

Desember 2010. Yang diukur dengan cara mencatat data yang terdapat dalam

rekam medis pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010. Pada penelitian ini

penderita plasenta previa termasuk ke dalam skala nominal.

Seksio sesarea adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter kepada

ibu hamil yang mengalami plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Januari

2010 samapi Desember 2010 yang merupakan proses pengeluaran bayi melalui

dinding abdomen.

(35)

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah data dan catatan dalam

rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari 2010 sampai

Desember 2010. Penelitian ini diukur dengan cara mencatat data yang terdapat

dalam rekam medis pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010. Pada

penelitian ini seksio sesarea termasuk ke dalam skala nominal.

Hasi Ukur pada penelitian ini adalah total pasien yang menjalani persalinan

seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain

cross sectional dengan pengambilan data sekunder pasien yang terdapat pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010 dari RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Dengan satu kali pengamatan, didapatkan data mengenai jumlah persalinan seksio

sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini telah dilakukan pada bulan juli 2011

sampai September 2011.

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD

Dr. Pirngadi Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3. 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan persalinan

seksio sesarea atas indikasi plasenta previa pada priode Januari 2010 sampai

Desember 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh

pasien yang mengalami persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa

pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan

(37)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang telah dikumpulkan dari data sekunder pasien dengan persalinan

seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun

2010, kemudian hal-hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai

kebutuhan penelitian.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan akan dicatat, diolah, dan disajikan

dalam bentuk tabel sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan bantuan program

komputer yang sesuai untuk memperoleh prevalensi persalinan seksio sesarea

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi

Medan yang merupakan suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota

Medan yang berada di Jalan Prof. HM Yamin SH No.47 Medan Sumatera Utara.

Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan

selesai pada tahun 1930 dengan nama Rumah Sakit Kota. RSUD Dr. Pirngadi

Medan merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan sesuai akreditasi Dep. Kes. RI

No: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007.

5.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini didapat dari data rekam medis pasien yang melakukan

persalinan seksio sesarea selama tahun 2010 yang mengalami plasenta previa di

RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 25 orang.

5.2.1.Distribusi Frekuensi Persalinan selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tabel 5.1. Distribusi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)

Persalinan Normal

Seksio sesarea

EV/EF

Total

223

432

24

679

32.8

63.6

3.5

(39)

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis persalinan yang terbanyak

yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngad Medan adalah persalinan seksio sesarea

yaitu sebanyak 432 orang (63.6 %). Persalinan Normal sebanyak 223 orang

(32.8 %) dan paling sedikit dilakukan yaitu persalinan EV/EF sebanyak 24 orang

(3.5 %).

5.2.2. Distribusi Frekuensi Persalinan Seksio Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Tabel 5.2. Distribusi Persalinan Seksio Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan Indikasi Medis

Dari tabel 5.2 Dapat dilihat bahwa indikasi persalinan seksio sesarea paling

banyak dijumpai pada ibu yang memiliki riwayat persalinan seksio sesarea

Indikasi Seksio Cesarea Jumlah Persentase (%)

PTM (partus tak maju)

Hipertensi Kehamilan ( PEB, Eklamsia)

Kelainan Letak ( letak bokong, letak

(40)

sebelumnya yaitu 163 orang (37.7%). Dan paling sedikit yaitu persalinan seksio

sesarea atas indikasi makrosomia (bayi besar) yaitu 3 orang (0.7 %).

5.2.3. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 Berdasarkan Cara Persalinan

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 Berdasarkan Cara Persalinan

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa ibu yang mengalami plasenta previa lebih

banyak melakukan persalinan dengan cara seksio sesarea yaitu sebanyak 25 orang

(92.6 %) dibandingkan dengan persalinan selain seksio sesarea yaitu sebanyak

2 orang (7.4 %).

5.2.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Plasenta Previa

Tabel 5.4. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi Plasenta Previa Jumlah Persentase (%)

Total

plasenta previa yang melakukan seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis,

Cara Persalinan Jumlah Persentase (%)

(41)

sebanyak 3 orang (12.0 %) ibu mengalami plasenta previa marginal dan 2 orang

ibu (8.0 %) mengalami plasenta previa letak rendah.

5.2.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sosiodemografi

Tabel 5.5. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas Indikasi Plasenta

Previa berdasarkan Sosiodemografi

Sosiodemografi Jumlah Persentase (%)

(42)

Dari tabel 5.5 diatas ini dapat dilihat bahwa kasus plasenta previa lebih

banyak terjadi pada ibu yang berusia 20-34 tahun yaitu 15 orang (60.0 %)

dibandingkan dengan ibu yang berusia > 34 tahun yaitu 10 orang (40.0 %).

Dari segi pendidikan terakhir ibu, kebanyakan kejadian plasenta previa

dialami oleh ibu dengan pendidikan terakhir SMA/ Sederajat yaitu sebanyak

16 orang (64.0 %) dan terendah dialami oleh ibu yang pendidikan terakhirnya

SD/ Sederajat yaitu 1 orang (4.0 %).

Berdasarkan pekerjaan ibu kasus plasenta previa terbanyak pada ibu yang

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 19 orang (76.0 %). Paling sedikit

terdapat pada ibu yang bekerja sebagai guru dan wiraswasta yaitu masing-masing

1 orang (4.0 %). Sedangkan berdasarkan asal daerah ibu penderita plasenta pevia

lebih banyak berasal dari kota Medan yaitu 18 orang (72.0 %) dibandingkan

dengan ibu yang berasal dari luar kota Medan yaitu 7 orang (28.0 %).

5.2.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan

Tabel 5.6. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Usia Kehamilan

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa penderita plasenta previa lebih

banyak pada ibu yang usia kehamilannya ≥ 37 minggu (aterm) yaitu sebanyak 22

orang (88.0 %) dibandingkan dengan ibu yang usia kehamilan < 37 minggu

(preterm) yaitu 3 orang (12.0 %).

Usia Kehamilan Jumlah Persentase (%)

< 37 minggu (preterm)

≥ 37 minggu ( aterm)

3

22

12.0

88.0

(43)

5.2.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Paritas

Tabel 5.7. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Paritas

Paritas Jumlah Persentase (%)

PG (Primigravida)

(36.0 %) dan paling sedikit dialami oleh ibu yang sudah pernah melahirkan satu

kali (SG) dan ibu dengan paritas lebih dari 5 (Grande Multigravida) yaitu

masing-masing 5 orang (20.0 %).

5.2.8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu

Tabel 5.8. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu

Riwayat Persalinan Jumlah Persentase (%)

(44)

Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa riwayat persalinan pada penderita

plasenta previa terbanyak yaitu persalinan pervaginam sebanyak 14 orang

(56.0 %) dan tidak dijumpai adanya riwayat persalinan abortus pada pederita

plasenta previa yang datang ke RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.

5.2.9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Maternal Outcome

Tabel 5.9. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Maternal Outcome

Maternal Outcome Jumlah Persentase (%)

Hidup

plasenta previa yang melakukan seksio sesarea melahirkan dalam keadaan hidup

yaitu sebanyak 24 orang (96.0 %), dan hanya 1 ibu (4.0 %) yang meninggal.

5.2.10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Fetal Outcome

Tabel 5.10. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi

Plasenta Previa berdasarkan Fetal Outcome

Fetal Outcome Jumlah Persentase (%)

Hidup

(45)

dilahirkan dalam keadaan hidup yaitu sebnayak 24 orang (96.0 %) dan hanya

1 bayi (4.0 %) yang meninggal.

5.3. Pembahasan

5.3.1. Distribusi Frekuensi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Jumlah kasus persalinan seksio sesarea merupakan persalinan terbanyak

selama tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 432 orang ibu (63.6 %).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Balasubramaniam (2010) yang menyatakan

bahwa angka persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang terbanyak

yang dilakukan kepada ibu hamil untuk mengakhiri kehamilannya. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh berkembangnya kecanggihan bidang ilmu

kedokteran kebidanan, sehingga seksio sesarea menjadi alternatif persalinan

dengan atau tanpa indikasi medis yang dianggap lebih mudah dan lebih nyaman

(Sinaga, 2008).

5.3.2. Distribusi Frekuensi Persalinan Seksi Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

Sebanyak 163 orang (37.7 %) ibu yang melahirkan melalui proses persalinan

seksio sesarea memiliki riwayat persalinan seksio sesarea sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Unsi (2009) dalam Sudiman (2009) bahwa setiap wanita

yang memiliki riwayat persalinan dengan seksio sesarea sebelumnya maka

persalinan selanjutnya juga dilakukan dengan persalinan seksio sesarea untuk

mencegah terjadinya ruptur uteri. Kemungkinan juga disebabkan oleh adanya

pendapat-pendapat yang meluas di masyarakat bahwa wanita yang sudah pernah

melahirkan melaui proses persalinan seksio sesarea sebelumnya maka persalinan

(46)

5.3.3. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Cara Persalinan

Sebanyak 25 orang penderita plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi

Medan mengakhiri kehamilannya melalui proses persalinan seksio sesarea. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihaloho (2009) yang mendapatkan

bahwa 80 orang (93 %) ibu melakukan persalinan seksio sesarea. Persalinan

seksio sesarea merupakan persalinan yang diindikasikan untuk semua jenis

plasenta previa dengan usia kandungan yang aterm karena merupakan penanganan

yang paling tepat untuk menghindari terjadinya perdarahan yang lebih lanjut dan

tidak terkontrol yang dapat menimbulkan kematian pada ibu maupun janin yang

dikandungnya.

5.3.4. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Kasifikasi Plasenta Previa

Kasus plasenta previa totalis merupakan jumlah kasus terbanyak yang

melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun

2010. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sihaholo (2009) yang mendapatkan

bahwa 43 orang (50 %) plasenta previa lateralis yang melakukan persalinan seksio

sesarea. Pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa pada trimester ketiga

yang dideteksi dengan ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada

serviks maka persalinan yang dilakukan adalah persalinan seksio sesarea (Chalik,

2008). Persalinan seksio sesarea juga diindikasikan pada plasenta previa totalis,

lateralis, marginalis dengan perdarahan yang sulit dikontrol maupun janin yang

dikandung dalam keadaan hidup atau meninggal.

5.3.5. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Sosiodemografi

Kejadian plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi lebih banyak terjadi pada

usia 20-34 tahun yaitu 15 orang (60.0 %). Hal ini sejalan dengan penelitian

Sihaholo (2009) yang mendapatkan bahwa penderita plasenta terbanyak pada

(47)

penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Wardana (2007) yang menyatakan

bahwa risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar

dibandingkan dengan wanita usia < 35 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena banyaknya wanita yang menikah di usia 20-34 tahun dan usia ini

merupakan usia reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan melahirkan

(Rahmi, 2009)

Sebanyak 16 orang (64.0 %) penderita plasenta previa memiliki

pendidikan terakhir SMA/sederajat. Menurut Gultom (2009) ibu yang mempunyai

pendidikan relatif tinggi, pada umumnya cendrung memperhatikan kesehatan.

Namun hal ini dapat menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi belum tentu tingkat pengetahuan atau kesadaran ibu

terhadap kesehatan selama kehamilan serta faktor resiko terjadinya plasenta previa

maupun penyakit selama kehamilan lainnya juga tinggi.

Berdasarkan pekerjaan ibu, kasus plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu

yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 19 orang (76.0 %). Hal

ini sejalan dengan penelitian Simbolon (2004) yang menyatakan bahwa

perdarahan antepartum lebih banyak dialami oleh Ibu Rumah Tangga yaitu

45 orang (52.9 %) dari 85 orang ibu. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang

datang ke RSUD Dr. Pirngadi mayoritas pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

Berdasarkan asal daerah ibu, penderita plasenta pevia kebanyakan berasal

dari kota Medan yaitu 18 orang (72.0 %) . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Sihaholo (2009) yang menyatakan bahwa penderita plasenta previa paling banyak

berasal dari kota Medan yaitu 69 orang (80.2 % ). Hal ini kemungkinan

disebabkan lokasi RSUD Dr. Pirngadi berada di kota Medan dan juga milik

pemerintah kota Medan, sehingga lebih banyak penduduk kota Medan yang

(48)

5.3.6. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Usia Kehamilan

Sebanyak 22 orang (88.0 %) ibu penderita plasenta previa datang ke RSUD

Dr. Pirngadi Medan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu (aterm). Namun hasil ini

tidak sejalan dengan hasil penelitian Abdat (2010) yang mendapatkan bahwa

kejadian plasenta previa tertinggi terdapat pada usia kehamilan < 36 minggu.

Berdasarkan hasil penelitian Pandia (1999) dalam Sihaholo (2009) yang

mendapatkan bahwa penderita plasenta previa kebanyakan datang dengan usia

kehamilan < 36 minggu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada

umumnya penderita plasenta previa terjadi pada usia kehamilan trimester III. Hal

ini juga sesuai dengan teori Winkjosastro (1999) yang menyatakan bahwa

perdarahan antepartum (Plasenta previa, Solusio Plasenta) adalah perdarahan jalan

lahir setelah usia kehamilan 28 minggu dan biasanya perdarahan akan semakin

banyak seiring dengan peningkatan usia kehamilan.

5.3.7. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Paritas

Kasus plasenta previa lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas lebih

dari satu (Multigravida). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Abdat (2010)

bahwa kejadian plasenta previa pada multigravida sebanyak 70 %. Menurut

penelitian Wardana dan Kartaka (2007), bahwa resiko plasenta previa 1.3 kali

lebih besar pada multigravida dibandingkan dengan primigravida. Hal ini juga

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terjadi peningkatan kasus plasenta

previa seiring dengan meningkatnya paritas ibu hal ini disebabkan oleh

vaskularisasi yang berkurang pada rahim ibu sehingga aliran darah ke plasenta

tidak mencukupi dan plasenta memperluas permukaannya sehingga menutupi

Gambar

Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tabel 5.2. Distribusi Persalinan Seksio Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi  Penderita Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Rule 3: Null values (distinct from the empty character string or a string of blank characters and distinct from zero or any other number) are supported in fully relational DBMS

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dengan panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam suatu

Fenomena pada lokasi studi adalah bangunan tertata berderet secara rapat dan tergantung pada keberadaan jalan eksisting sehingga kemungkinan suhu, kelembaban, dan

Adapun hal-hal yang masih menjadi kekurangan yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah masalah kerja sama dalam perusahaan, untuk lebih meningkatkan

bermaksud untuk menerapkan konsep CIA dalam fitur pengelolaan hak akses di dalam aplikasi koperasi Pada Mukti dengan harapan bisa menjadikan salah satu cara

Sedangkan Struktur Non-Linear berarti sifat struktur tersebut (Massa, Redaman, Kekakuan) dapat berubah pada saat/ waktu tertentu. Analisa Transien terjadi jika beban yang diberikan

Hal ini menunjukkan bahwa titer antibodi primer pada anak anjing berumur kurang dari 3 bulan masih cukup tinggi, dan dapat bertahan hingga anak anjing berumur 3 bulan,

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Think Talk Write dalam pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki proses pembelajaran dan juga dapat meningkatkan