Oleh:
INDAH AFRIANI NST 080100373
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
INDAH AFRIANI NST 080100373
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian: PREVALENSI PERSALINAN SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010
Nama : INDAH AFRIANI NST NIM : 080100373
Pembimbing Penguji I
(dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG-K) (dr. Nelva Karmila Yusuf,Sp.KK(K)) NIP: 140139768 NIP: 1967 0915 1997 02 2001
Penguji II
(dr. Tina Christina L. Tobing,Sp.A(K)) NIP: 1961 0910 1987 12 2001
Medan, Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu di dunia. Di Asia perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu. Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri dari perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Salah satu penyebab perdarahan antepartum yaitu plasenta previa yang merupakan perdarahan yang terjadi di atas usia 28 minggu kehamilan. Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang dipilih untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin pada penderita plasenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.
Peneltian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sample yang didapatkan melalui metode total sampling dimana semua penderita plasenta previa yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010 dijadikan sebagai subjek penelitian. Data-data yang didapat berasal dari data yang ada dalam rekam medis pasien.
Dari 25 subjek penelitian yang didapat sebagian besar penderita plasenta previa yang di seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis (20 orang; 80.0 %), berusia 20-34 tahun (15orang; 60.0 %). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (16 orang; 64.0 %). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (19 orang; 76.0 %). Berasal dari kota Medan (18 orang; 72.0 %). Kebanyakan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu yaitu (22 orang; 88.0 %), paritas lebih dari satu
(multigravida) (9 orang; 36.0 %), memiliki riwayat persalinan pervaginam (14 orang; 56.0 %) serta fetal maternal outcome yang hidup (24 orang; 96.0 %).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta previa kebanyakan mengalami plasenta previa totalis dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, berasal dari kota Medan, usia kehamilan ≥ 37 minggu, sudah memiliki anak lebih dari satu, dengan riwayat persalinan pervaginam, serta fetal maternal outcome dalam keadaan hidup.
ABSTARCT
Hemorrhage remains as one of the serious complications in pregnancy that contributes to the maternal deaths in the world. Death from hemorrhage still remains as the leading cause of maternal death in Asia. Obstetric hemorrhage which can lead to maternal death is classified to, ante partum or postpartum .hemorrhage. One of the causes of ante partum hemorrhage is due to placenta previa, which is bleeding that occurs at the age of more than 28 weeks of gestation. Cesarean section delivery is the best choice to be considered to reduce the number of maternal death as well as the fetus, for patients with placenta previa. The purpose of this study was to determine the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010.
This research was conducted with the descriptive method. The approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The sample was taken using total sampling method, involving of all patients suffering with placenta previa that underwent cesarean section delivery in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. All the data were taken from patients’ medical records.
From all of the subjects (25 patients), most of them had plasenta previa totalis (20 patients; 80.0 %), majority are aged between 20-34 years (15 patients; 60.0 %), graduated from senior high school (16 patients; 64.0 %), work as a house wife (19 patients; 76.0 %), and lived in medan (18 patients; 72.0 %). With ≥ 37 weeks
gestational aged (22 patients; 88.0 %), more than one baby (multygravida) (9 patients; 36.0 %), a history of vaginal birth (14 patients; 56.0 %), with healthy
fetal maternal outcome (24 patients; 96.0 %).
Conclusion of the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010 most of them had a plasenta previa totalis, aged between 20-34 years, graduated from senior high school, work as a house wife, and lived in Medan, with ≥ 37 weeks gestasional aged, have more than one baby, a history of previous vaginal birth. And healthy fetal maternal outcome.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas
Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr.Christoffel L. Tobing, Sp.OG-K selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu dr. Nelva Karmila Yusuf, Sp.KK(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing,
Sp.A (K) selaku dosen penguji saya dalam karya tulis ilmiah ini.
4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan
serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak, Dr. Irsan N.H.N Lubis, SpS selaku Kabid Penelitian &
Pengembangan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan izin dan
banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data
di lokasi penelitian.
6. Seluruh staf pegawai di Subbagian Rekam Medis RSUD Dr. Pirngadi Medan.
7. Kedua orang tua tercinta, Drs. H. M.Ghozali Husein Nst, SH, MH dan
Hj.Jamilah Spd, yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
8. Kakak dan adik saya tercinta, Ade Suryani Nst, Saifah Nur Nst dan Zakya
Radhita Nst yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
9. Sahabat-sahabat saya, Arwaini Ulfa, Rizky Amalia, Azmeilia Lubis, Medina
Muslim, Puja Nastia saya ucapkan terima kasih atas bantuan, saran dan
motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10.Teman saya Novita Pangaribuan, Reza Fazly yang selalu bersama sama
berdiskusi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima
kasih
11.Seluruh teman-teman Stambuk 2008, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT
memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Medan, Desember 2011
Penulis,
Indah Afriani Nst
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Plasenta Previa ... 5
2.1.1. Definisi Plasenta Previa ... 5
2.1.2. Insiden Plasenta Previa ... 5
2.1.3. Faktor Risiko dan Etiologi Plasenta Previa ... 6
2.1.4. Klasifikasi Plasenta Previa ... 6
2.1.5. Patofisiologi Plasenta Previa ... 7
2.1.6. Gambaran Klinis Plasenta Previa ... 8
2.1.7. Diagnosis Plasenta Previa ... 8
2.1.9. Komplikasi Plasenta Previa ... 12
2.1.10. Prognosis Plasenta Previa... 13
2.2. Seksio Sesarea ... 13
2.2.1. Definisi Seksio Sesarea ... 13
2.2.2. Indikasi Seksio Sesarea ... 13
2.2.3. Jenis-Jenis Seksio Sesarea ... 16
2.2.4. Komplikasi Seksio Sesarea ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18
3.2. Definisi Operasional ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20
4.1. Jenis Penelitian ... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
4.2.1. Waktu Penelitian ... 20
4.2.2. Tempat Penelitian ... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
4.3.1. Populasi ... 20
4.3.2. Sampel ... 20
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22
5.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 22
5.2.1. Distribusi Frekuensi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 22
5.2.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi
Plasenta Previa ... 24
5.2.4. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan cara persalinan ... 24
5.2.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sosiodemografi ... 25
5.2.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan ... 26
5.2.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan paritas ... 27
5.2.8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu ... 27
5.2.9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Maternal Outcome ... 28
5.2.10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Fetal Outcome ... 28
5.3. Pembahasan ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
6.1. Kesimpulan ... 35
6.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
Distribusi Persalinan Seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi
Medan Berdasarkan Indikasi Medis
Distribusi Frekuensi Persalinan Penderita Plasenta Previa
Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 Berdasarkan
Cara Persalinan
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Klasifikasi
Plasenta previa
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Sosiodemografi
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Usia Kehamilan
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan paritas
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan riwayat persalinan
Terdahulu
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan maternal outcome
Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas
Indikasi Plasenta Previa Berdasarkan Fetal Outcome
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
CPD : Cephalopelvic Disproportion
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dr : Dokter
EV/EF : Ekstraksi Vakum/ Ekstraksi Forsep
IRT : Ibu Rumah Tangga
PNS : Pegawai Negeri Sipil
RS St. Elisabeth : Rumah Sakit Santa
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
USA : United State of America
USG : Ultrasonografi
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Ethical Clearance
Surat Izin Penelitian
Data Induk
ABSTRAK
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu di dunia. Di Asia perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu. Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri dari perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Salah satu penyebab perdarahan antepartum yaitu plasenta previa yang merupakan perdarahan yang terjadi di atas usia 28 minggu kehamilan. Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang dipilih untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin pada penderita plasenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.
Peneltian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sample yang didapatkan melalui metode total sampling dimana semua penderita plasenta previa yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010 dijadikan sebagai subjek penelitian. Data-data yang didapat berasal dari data yang ada dalam rekam medis pasien.
Dari 25 subjek penelitian yang didapat sebagian besar penderita plasenta previa yang di seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis (20 orang; 80.0 %), berusia 20-34 tahun (15orang; 60.0 %). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (16 orang; 64.0 %). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (19 orang; 76.0 %). Berasal dari kota Medan (18 orang; 72.0 %). Kebanyakan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu yaitu (22 orang; 88.0 %), paritas lebih dari satu
(multigravida) (9 orang; 36.0 %), memiliki riwayat persalinan pervaginam (14 orang; 56.0 %) serta fetal maternal outcome yang hidup (24 orang; 96.0 %).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta previa kebanyakan mengalami plasenta previa totalis dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, berasal dari kota Medan, usia kehamilan ≥ 37 minggu, sudah memiliki anak lebih dari satu, dengan riwayat persalinan pervaginam, serta fetal maternal outcome dalam keadaan hidup.
ABSTARCT
Hemorrhage remains as one of the serious complications in pregnancy that contributes to the maternal deaths in the world. Death from hemorrhage still remains as the leading cause of maternal death in Asia. Obstetric hemorrhage which can lead to maternal death is classified to, ante partum or postpartum .hemorrhage. One of the causes of ante partum hemorrhage is due to placenta previa, which is bleeding that occurs at the age of more than 28 weeks of gestation. Cesarean section delivery is the best choice to be considered to reduce the number of maternal death as well as the fetus, for patients with placenta previa. The purpose of this study was to determine the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010.
This research was conducted with the descriptive method. The approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The sample was taken using total sampling method, involving of all patients suffering with placenta previa that underwent cesarean section delivery in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010. All the data were taken from patients’ medical records.
From all of the subjects (25 patients), most of them had plasenta previa totalis (20 patients; 80.0 %), majority are aged between 20-34 years (15 patients; 60.0 %), graduated from senior high school (16 patients; 64.0 %), work as a house wife (19 patients; 76.0 %), and lived in medan (18 patients; 72.0 %). With ≥ 37 weeks
gestational aged (22 patients; 88.0 %), more than one baby (multygravida) (9 patients; 36.0 %), a history of vaginal birth (14 patients; 56.0 %), with healthy
fetal maternal outcome (24 patients; 96.0 %).
Conclusion of the prevalence of cesarean section deliveries due to placenta previa in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010 most of them had a plasenta previa totalis, aged between 20-34 years, graduated from senior high school, work as a house wife, and lived in Medan, with ≥ 37 weeks gestasional aged, have more than one baby, a history of previous vaginal birth. And healthy fetal maternal outcome.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan derajat kesehatan masyarakat suatu negara ataupun dalam
suatu daerah dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakatnya dari waktu
ke waktu. Kejadian kematian ini juga dapat digunakan sebagai indikator dalam
penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program pembangunan di sektor
kesehatan (Depkes RI, 2006). Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia kematian maternal merupakan jumlah wanita yang meninggal karena
kematian yang berhubungan dengan gangguan kehamilan maupun
penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan atau kebetulan selama masa
kehamilan, melahirkan serta masa nifas tanpa memperhitungkan masa
kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan laporan World Health Organization (2008) angka kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh
25 % perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15 % infeksi, 13 % aborsi yang
tidak aman, 12 % eklampsi, 8 % penyulit persalinan, dan 7 % penyebab lainnya.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk perdarahan
antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri
(Chalik, 2008).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup pada priode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Dari hasil survei tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di
Indonesia (Depkes RI, 2009). Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak
237 per 100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada
2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa
didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI, 2006).
Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan diatas usia 28 minggu tanpa ada nyeri (Chalik, 2008).
Menurut Faiz & Ananth (2003) prevalensi plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran. Menurut Romundstad et al
(2006) jumlah kasus plasenta previa pada tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak
1949 kasus dari 845.384 kehamilan.
Menurut Abdat (2010) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2009
terdapat 78 kasus plasenta previa dari total 1457 persalinan. Menurut Tambunan
(2008) penyebab kasus perdarahan terbanyak di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007
yaitu plasenta previa sebanyak 30 orang (51,7 %). Menurut Gultom (2009) kasus
perdarahan antepartum tertinggi di RS St. Elisabeth Medan pada priode
2004-2008 yaitu kasus plaenta previa sebanyak 79 orang.
Persalinan seksio sesarea merupakan metode persalinan yang menjadi pilihan
pada penderita plasenta previa. Seksio sesarea merupakan salah satu faktor
penting untuk menurunkan angka kematian ibu maupun janin (Decherney,
Nathan, goodwin, Laufer, 2007). Persalinan seksio sesarea juga dapat
menurunkan angka kesakitan pada fetus pada kasus kelainan letak (sungsang dan
lintang), serta kasus plasenta previa (Gant & Cunningham, 1999). Oleh karena
itu untuk mengurangi angka kematian ibu dan janin akibat perdarahan yang terjadi
pada kasus plasenta previa perlu dilakukan persalinan seksio sesarea. Menurut
WHO (2001-2003) dalam Sinaga (2008) prevalensi persalinan seksio sesarea di
Inggris pada tahun 2004 sebanyak 24,5 %, sedangkan di Kanada yaitu 22,5 %
kasus persalinan seksio sesarea.
Berdasarkan data dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1999-2000
dalam Sinaga (2008) bahwa proporsi persalinan dengan seksio sesarea sebanyak
30% dari 404 persalinan per bulan. Berdasarkan penelitian Sihaloho (2009) di RS
St. Elisabeth Medan tahun 1998-2004 dari 86 total sampel plasenta previa
penelitian Sinaga (2008) mengenai persalinan seksio sesarea di RSU Sidikalang
pada tahun 2007 dari total sampel sebanyak 258 oang ibu dengan persalinan
seksio sesarea terdapat 14 orang ibu yang mengalami plasenta previa.
Karena masih tingginya angka kematian maternal akibat perdarahan yang
salah satunya dapat disebabkan oleh plasenta previa, dan untuk menghindari
terjadinya perdarahan maka dilakukan persalinan seksio sesarea. Hal ini yang
mendasari dilakukan penelitian mengenai Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea
atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Berapakah prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
pada tahun 2010.
2. Mengetahui prevalensi kasus plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan
pada tahun 2010.
3. Mengetahui Fetal dan maternal outcome pada persalinan seksio sesarea atas
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap:
1. Tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan penyediaan fasilitas, pelayanan,
khususnya dalam penanganan terhadap plasenta previa untuk mengurangi angka
kematian maternal dan perinatal akibat perdarahan.
2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan plasenta
previa.
3. Sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis maupun pembaca mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plasenta Previa
2.1.1. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya
rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan
(Chalik, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim
yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin berupa
perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan kematian perinatal
(Romundstad et all, 2006).
2.1.2. Insiden Plasenta Previa
Menurut Chalik (2008) plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan
dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang
cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa
Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh
berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
2.1.3. Faktor Risiko dan Etiologi Plasenta Previa
Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat
seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat
mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta
previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya
plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada
segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun
atropi.
2.1.4. Klasifikasi Plasenta Previa
Menurut Chalik (2008) plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat
bagian yaitu:
1. Plasenta previa totalis atau komplit, adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa margianalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
4. Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa dapat
dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
1. Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
2. Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
3. Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri internum.
4. Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.
Menurut de Snoo dalam Mochtar (1998) klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pembukaan 4 -5 cm yaitu:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), apabila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis, apabila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
depan.
Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea
yang ditutupi plasenta.
2.1.5. PatofisiologiPlasenta Previa
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus,
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang
terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai (Oxorn, 2003).
2.1.6. Gambaran klinis Plasenta Previa
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang
keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya
terjadi diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak
dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab
yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang
biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir.
Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada
palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak
ditemui nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi (Chalik,
2008).
2.1.7. Diagnosis Plasenta Previa
Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita
mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam
Menurut Mochtar (1998) diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan
dengan adanya gejala klinis dan beberapa pemeriksaan yaitu:
1. Anamnesia, pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang
berkaitan dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan,
frekuensi serta banyaknya perdarahan (Wiknjosastro, 2007)
2. Inspeksi, dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina,
darah beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu
akan terlihat pucat (Mochtar, 1998).
3. Palpasi abdomen, sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus
uteri yang rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul (Mochtar, 1998).
4. Pemeriksaan inspekulo, dengan menggunakan spekulum secara hati-hati
dilihat dari mana sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat
kelainan pada serviks, vagina, varises pecah, dll (Mochtar, 1998).
5. Pemeriksaan radio-isotop
a. Plasentografi jaringan lunak
b. Sitografi
c. Plasentografi indirek
d. Arteriografi
e. Amniografi
f. Radio isotop plasentografi
6. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa.
Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan
ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang
tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
7. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir
yang paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa.
Walaupun ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan
mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc,
perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar
janin (Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya
dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan
operasi dengan segera (Mose, 2004).
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati. Jika
tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun jika teraba
bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta previa.
2.1.8. Penatalaksanaan Plasenta Previa
Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi
dalam 2 golongan, yaitu:
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit
sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus
segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup
bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup
kembali (tamponade pada plasenta) ( Mose, 2003).
Menurut Mochtar (1998) penekanan tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu:
- Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa
marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada
primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada
plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal (Mochtar,
1998).
- Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit
kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan
menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr
atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali
menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin (Mochtar, 1998).
- Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi (Mochtar,
1998).
- Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya
sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr (Mochtar,
1998).
b. Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan
seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa. Pada
sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta anterior
(Cunningham et al, 2005).
Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea
pada plasenta previa adalah:
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan
yang sulit dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan tidak
berhenti dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Menurut Winkjosastro (1997) dalam Sihaloho (2009) gawat janin maupun
kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk dilakukannya persalinan
seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila dijumpai gawat ibu
kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda sampai keadaan ibunya dapat
diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan untuk segera memperbaiki keadaan
ibu, sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-satunya tindakan
yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta previa
totalis.
2.1.9. Komplikasi Plasenta Previa
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang
dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak
bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan
lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta
dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus,
kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.
2.1.10. Prognosis Plasenta Previa
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal (Cunningham, 2005).
2.2. Seksio Sesarea
2.2.1. Definisi Seksio Sesarea
Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya “memotong”. Pengertian ini dapat dijumpai dalam hukum roma yaitu lex regia
atau lex caesarea yang merupakan hukum yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut dilakukan di akhir kehamilan pada seorang wanita yang dalam keadaan
sekarat demi menyelamatkan calon bayinya (Cunningham et al, 2005). Seksio sesarea merupakan suatu proses insisi dinding abdomen dan uterus untuk
mengeluarkan janin (Dorland, 2002).
Seksio sesarea merupakan prosedur operasi yang dilakukan pada fetus pada
akhir minggu ke-28 melalui penyayatan atau pengirisan pada dinding perut dan
dinding rahim (Dutta, 2004). Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin yang dilahirkan melalui insisi atau penyayatan pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim ibu dalam keadaan baik dan berat janin
2.2.2. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Scott (2002) dalam Sinaga (2009), melahirkan dengan seksio
sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan
kesehatan ibu maupun bayinya. Dengan maksud bahwa janin atau ibu dalam
kadaan gawat darurat sehingga hanya dapat diselamatkan dengan persalinan
seksio sesarea dengan tujuan untuk memperkecil timbulnya resiko pada ibu
maupun bayinya.
Menurut Cunningham, et al (2005), lebih dari 85 % persalinan seksio
sesarea disebabkan oleh:
1. Riwayat seksio sesarea
2. Distosia persalinan dan kemacetan persalinan
3. Gawat janin
4. Letak sungsang
Menurut Ricci (2001) indikasi persalinan seksio sesarea dibedakan
berdasarkan beberapa faktor yaitu :
a. Faktor ibu
Indikasi yang paling sering terjadi yaitu, disproporsi Sefalo-pelvik yang
merupakan ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dengan ukuran panggul
ibu (Decherney, Nathan, Goodwin, Laufer, 2007). Selain itu dapat juga
disebabkan oleh disfungsi uterus, ruptura uteri, partus tak maju yang merupakan,
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18
jam pada multipara yang terjadi meskipun terdapat kontraksi uterus yang kuat,
janin tidak dapat turun karena faktor mekanis (Mochtar,1998).
b. Faktor janin
b.1. Gawat janin
Keadaan gawat janin yang disertai dengan kondisi ibu yang kurang baik
dianjurkan untuk dilakukan persalinan seksio sesarea. Jika ibu mengalami tekanan
darah tinggi, kejang ataupun gangguan pada ari- ari maupun tali pusar dapat
mengakibatkan gangguan aliran oksigen kepada bayi sehingga dapat
menyebabkan kerusakan otak yang bahkan dapat menimbulkan kematian janin
b.2. Prolaps tali pusat
Kejadian ini lebih sering terjadi jika tali pusar panjang dan jika plasenta
letaknya rendah. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung
tetapi dapat sangat membahayakan janin karena tali pusat dapat tertekan antara
bagian depan anak dan dinding panggul yang akan timbul asfiksia (Bratakoesuma,
2004).
b.3. Malpresentasi janin
i. Letak sungsang
Bayi letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang letaknya paling rendah (Bratakoesuma, 2004). Sekarang ini banyak kelainan
letak bayi yang dilahirkan melalui persalinan seksio sesarea. Hal ini karena risiko
kematian dan kecacatan yang timbul karena persalinan pervaginam jauh lebih
tinggi. Secara teori penyebab kelainan ini dapat terjadi karena faktor ibu seperti
kelainan bentuk rahim, letak plasenta yang rendah ataupun tumor jinak yang
terdapat dalam rahim (Dewi, 2007).
ii. Letak Lintang
Bayi letak lintang yaitu apabila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Dalam kedaan
normal yang cukup bulan bayi letak lintang tidak mungkin untuk dilahirkan secara
spontan. Janin hanya dapat dilahirkan secara spontan jika janin prematur, sudah
mati serta bila panggul ibu lebar (Bratakoesuma, 1998).
c. Faktor plasenta
c.1. Plasenta previa
Letak plasenta yang ada di depan jalan lahir atau implantasi plasenta yang
tidak normal yang dapat menutupi seluruhnya ataupun sebagian dari ostium
internum sehingga dapat menghambat keluarnya bayi melalui jalan lahir (Chalik,
2008).
c.2. Solusio plasenta
Solusio plasenta merupakan keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta yang letaknya normal dari perlekatannya diatas 22 minggu dan sebelum
perdarahan yang keluar melalui vagina, tetapi juga dapat menetap di dalam rahim,
yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya dilakukan
persalinan seksio sesarea untuk menolong agar janin segera lahir sebelum
mengalami kekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat
menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu (Mochtar,
1998).
Menurut Dutta (2004), indikasi persalinan seksio sesarea dibagi atas dua
kategori yaitu:
a. Indikasi absolut
Apabila terjadi plasenta previa sentral, adanya Cephalopelvic Disproportion
/ CPD, adanya massa pada pelvis sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan,
adanya kanker serviks, dan adanya obstruksi pada vaginal ( atresia, stenosis).
b. Indikasi relatif
Apabila ibu telah mengalami persalinan seksio sesarea sebelumnya,
dijumpai adanya fetal distress, distosia, perdarahan antepartum, malpresentasi,
gangguan tekanan darah ibu, serta adanya penyakit yang menyertai ibunya.
2.2.3. Jenis seksio sesarea
Menurut Mochtar (1998) jenis operasi seksio sesarea yaitu:
a. Seksio sesarea transperitonealis:
a.1. Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Jenis seksio sesarea ini memiliki
kelebihan berupa pengeluaran janin lebih cepat, tidak mengakibatkan kandung
kemih tertarik, serta sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Namun
metode persalinan seksio sesare ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi
intraabdominal yang lebih mudah karena tidak adanya reperitonealis yang baik.
Serta lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan pada persalinan berikutnya
(Mochtar, 1998).
a.2. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. Persalinan seksio sesarea jenis ini
dengan reperitonealisasi yang baik, dan perdarahan yang lebih sedikit, serta
kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea
jenis klasik. Namun metode persalinan ini dapat menimbulkan luka yang dapat
melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga menyebabkan arteri uterina putus
sehingga dapat mengakibabkan perdarahan yang lebih banyak, serta keluhan
postoperasi yang terjadi pada kandung kemih tinggi (Mochtar, 1998).
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis, tindakan persalinan ini dilakukan dengan
insisi peritoneum, lipatan peritoneum didorong ke atas dan kandung kemih ke
arah bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi pada
segmen bawah (Dorland, 2002). Namun pembedahan persalinan ini tidak banyak
lagi dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal (Oxorn, 2003).
2.2.4. Komplikasi tindakan seksio sesarea
Komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan seksio sesarea menurut
Mochtar (1998) yaitu:
a. Infeksi puerperal (nifas)
Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
Berat; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus yang terlantar, dimana sebelumnya telah timbul infeksi
intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan yang dapat disebabkan oleh:
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi
persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Penderita plasenta previa adalah keadaan abnormal pada ibu hamil yang
didiagnosa oleh dokter mengalami plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan
priode Januari 2010 sampai Desember 2010 yang letak plasentanya menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir yang dapat dibuktikan berdasarkan data dalam
rekam medis pasien yang diperoleh.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah data dan catatan dalam
rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2010 sampai
Desember 2010. Yang diukur dengan cara mencatat data yang terdapat dalam
rekam medis pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010. Pada penelitian ini
penderita plasenta previa termasuk ke dalam skala nominal.
Seksio sesarea adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter kepada
ibu hamil yang mengalami plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Januari
2010 samapi Desember 2010 yang merupakan proses pengeluaran bayi melalui
dinding abdomen.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah data dan catatan dalam
rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari 2010 sampai
Desember 2010. Penelitian ini diukur dengan cara mencatat data yang terdapat
dalam rekam medis pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010. Pada
penelitian ini seksio sesarea termasuk ke dalam skala nominal.
Hasi Ukur pada penelitian ini adalah total pasien yang menjalani persalinan
seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain
cross sectional dengan pengambilan data sekunder pasien yang terdapat pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010 dari RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Dengan satu kali pengamatan, didapatkan data mengenai jumlah persalinan seksio
sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini telah dilakukan pada bulan juli 2011
sampai September 2011.
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3. 1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan persalinan
seksio sesarea atas indikasi plasenta previa pada priode Januari 2010 sampai
Desember 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan
4.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh
pasien yang mengalami persalinan seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
pada priode Januari 2010 sampai Desember 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang telah dikumpulkan dari data sekunder pasien dengan persalinan
seksio sesarea atas indikasi plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun
2010, kemudian hal-hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai
kebutuhan penelitian.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang telah dikumpulkan akan dicatat, diolah, dan disajikan
dalam bentuk tabel sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan bantuan program
komputer yang sesuai untuk memperoleh prevalensi persalinan seksio sesarea
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yang merupakan suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota
Medan yang berada di Jalan Prof. HM Yamin SH No.47 Medan Sumatera Utara.
Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan
selesai pada tahun 1930 dengan nama Rumah Sakit Kota. RSUD Dr. Pirngadi
Medan merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan sesuai akreditasi Dep. Kes. RI
No: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007.
5.2. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini didapat dari data rekam medis pasien yang melakukan
persalinan seksio sesarea selama tahun 2010 yang mengalami plasenta previa di
RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 25 orang.
5.2.1.Distribusi Frekuensi Persalinan selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tabel 5.1. Distribusi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)
Persalinan Normal
Seksio sesarea
EV/EF
Total
223
432
24
679
32.8
63.6
3.5
Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis persalinan yang terbanyak
yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngad Medan adalah persalinan seksio sesarea
yaitu sebanyak 432 orang (63.6 %). Persalinan Normal sebanyak 223 orang
(32.8 %) dan paling sedikit dilakukan yaitu persalinan EV/EF sebanyak 24 orang
(3.5 %).
5.2.2. Distribusi Frekuensi Persalinan Seksio Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
Tabel 5.2. Distribusi Persalinan Seksio Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Berdasarkan Indikasi Medis
Dari tabel 5.2 Dapat dilihat bahwa indikasi persalinan seksio sesarea paling
banyak dijumpai pada ibu yang memiliki riwayat persalinan seksio sesarea
Indikasi Seksio Cesarea Jumlah Persentase (%)
PTM (partus tak maju)
Hipertensi Kehamilan ( PEB, Eklamsia)
Kelainan Letak ( letak bokong, letak
sebelumnya yaitu 163 orang (37.7%). Dan paling sedikit yaitu persalinan seksio
sesarea atas indikasi makrosomia (bayi besar) yaitu 3 orang (0.7 %).
5.2.3. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 Berdasarkan Cara Persalinan
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2010 Berdasarkan Cara Persalinan
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa ibu yang mengalami plasenta previa lebih
banyak melakukan persalinan dengan cara seksio sesarea yaitu sebanyak 25 orang
(92.6 %) dibandingkan dengan persalinan selain seksio sesarea yaitu sebanyak
2 orang (7.4 %).
5.2.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Plasenta Previa
Tabel 5.4. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi Plasenta Previa Jumlah Persentase (%)
Total
plasenta previa yang melakukan seksio sesarea mengalami plasenta previa totalis,
Cara Persalinan Jumlah Persentase (%)
sebanyak 3 orang (12.0 %) ibu mengalami plasenta previa marginal dan 2 orang
ibu (8.0 %) mengalami plasenta previa letak rendah.
5.2.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sosiodemografi
Tabel 5.5. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas Indikasi Plasenta
Previa berdasarkan Sosiodemografi
Sosiodemografi Jumlah Persentase (%)
Dari tabel 5.5 diatas ini dapat dilihat bahwa kasus plasenta previa lebih
banyak terjadi pada ibu yang berusia 20-34 tahun yaitu 15 orang (60.0 %)
dibandingkan dengan ibu yang berusia > 34 tahun yaitu 10 orang (40.0 %).
Dari segi pendidikan terakhir ibu, kebanyakan kejadian plasenta previa
dialami oleh ibu dengan pendidikan terakhir SMA/ Sederajat yaitu sebanyak
16 orang (64.0 %) dan terendah dialami oleh ibu yang pendidikan terakhirnya
SD/ Sederajat yaitu 1 orang (4.0 %).
Berdasarkan pekerjaan ibu kasus plasenta previa terbanyak pada ibu yang
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 19 orang (76.0 %). Paling sedikit
terdapat pada ibu yang bekerja sebagai guru dan wiraswasta yaitu masing-masing
1 orang (4.0 %). Sedangkan berdasarkan asal daerah ibu penderita plasenta pevia
lebih banyak berasal dari kota Medan yaitu 18 orang (72.0 %) dibandingkan
dengan ibu yang berasal dari luar kota Medan yaitu 7 orang (28.0 %).
5.2.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan
Tabel 5.6. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Usia Kehamilan
Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa penderita plasenta previa lebih
banyak pada ibu yang usia kehamilannya ≥ 37 minggu (aterm) yaitu sebanyak 22
orang (88.0 %) dibandingkan dengan ibu yang usia kehamilan < 37 minggu
(preterm) yaitu 3 orang (12.0 %).
Usia Kehamilan Jumlah Persentase (%)
< 37 minggu (preterm)
≥ 37 minggu ( aterm)
3
22
12.0
88.0
5.2.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Paritas
Tabel 5.7. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Paritas
Paritas Jumlah Persentase (%)
PG (Primigravida)
(36.0 %) dan paling sedikit dialami oleh ibu yang sudah pernah melahirkan satu
kali (SG) dan ibu dengan paritas lebih dari 5 (Grande Multigravida) yaitu
masing-masing 5 orang (20.0 %).
5.2.8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu
Tabel 5.8. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Riwayat Persalinan Terdahulu
Riwayat Persalinan Jumlah Persentase (%)
Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa riwayat persalinan pada penderita
plasenta previa terbanyak yaitu persalinan pervaginam sebanyak 14 orang
(56.0 %) dan tidak dijumpai adanya riwayat persalinan abortus pada pederita
plasenta previa yang datang ke RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2010.
5.2.9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Maternal Outcome
Tabel 5.9. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Maternal Outcome
Maternal Outcome Jumlah Persentase (%)
Hidup
plasenta previa yang melakukan seksio sesarea melahirkan dalam keadaan hidup
yaitu sebanyak 24 orang (96.0 %), dan hanya 1 ibu (4.0 %) yang meninggal.
5.2.10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Fetal Outcome
Tabel 5.10. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa berdasarkan Fetal Outcome
Fetal Outcome Jumlah Persentase (%)
Hidup
dilahirkan dalam keadaan hidup yaitu sebnayak 24 orang (96.0 %) dan hanya
1 bayi (4.0 %) yang meninggal.
5.3. Pembahasan
5.3.1. Distribusi Frekuensi Persalinan Selama Tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
Jumlah kasus persalinan seksio sesarea merupakan persalinan terbanyak
selama tahun 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 432 orang ibu (63.6 %).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Balasubramaniam (2010) yang menyatakan
bahwa angka persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang terbanyak
yang dilakukan kepada ibu hamil untuk mengakhiri kehamilannya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh berkembangnya kecanggihan bidang ilmu
kedokteran kebidanan, sehingga seksio sesarea menjadi alternatif persalinan
dengan atau tanpa indikasi medis yang dianggap lebih mudah dan lebih nyaman
(Sinaga, 2008).
5.3.2. Distribusi Frekuensi Persalinan Seksi Sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
Sebanyak 163 orang (37.7 %) ibu yang melahirkan melalui proses persalinan
seksio sesarea memiliki riwayat persalinan seksio sesarea sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Unsi (2009) dalam Sudiman (2009) bahwa setiap wanita
yang memiliki riwayat persalinan dengan seksio sesarea sebelumnya maka
persalinan selanjutnya juga dilakukan dengan persalinan seksio sesarea untuk
mencegah terjadinya ruptur uteri. Kemungkinan juga disebabkan oleh adanya
pendapat-pendapat yang meluas di masyarakat bahwa wanita yang sudah pernah
melahirkan melaui proses persalinan seksio sesarea sebelumnya maka persalinan
5.3.3. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Cara Persalinan
Sebanyak 25 orang penderita plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi
Medan mengakhiri kehamilannya melalui proses persalinan seksio sesarea. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihaloho (2009) yang mendapatkan
bahwa 80 orang (93 %) ibu melakukan persalinan seksio sesarea. Persalinan
seksio sesarea merupakan persalinan yang diindikasikan untuk semua jenis
plasenta previa dengan usia kandungan yang aterm karena merupakan penanganan
yang paling tepat untuk menghindari terjadinya perdarahan yang lebih lanjut dan
tidak terkontrol yang dapat menimbulkan kematian pada ibu maupun janin yang
dikandungnya.
5.3.4. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Kasifikasi Plasenta Previa
Kasus plasenta previa totalis merupakan jumlah kasus terbanyak yang
melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun
2010. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sihaholo (2009) yang mendapatkan
bahwa 43 orang (50 %) plasenta previa lateralis yang melakukan persalinan seksio
sesarea. Pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa pada trimester ketiga
yang dideteksi dengan ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada
serviks maka persalinan yang dilakukan adalah persalinan seksio sesarea (Chalik,
2008). Persalinan seksio sesarea juga diindikasikan pada plasenta previa totalis,
lateralis, marginalis dengan perdarahan yang sulit dikontrol maupun janin yang
dikandung dalam keadaan hidup atau meninggal.
5.3.5. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Sosiodemografi
Kejadian plasenta previa di RSUD Dr. Pirngadi lebih banyak terjadi pada
usia 20-34 tahun yaitu 15 orang (60.0 %). Hal ini sejalan dengan penelitian
Sihaholo (2009) yang mendapatkan bahwa penderita plasenta terbanyak pada
penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Wardana (2007) yang menyatakan
bahwa risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita usia < 35 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena banyaknya wanita yang menikah di usia 20-34 tahun dan usia ini
merupakan usia reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan melahirkan
(Rahmi, 2009)
Sebanyak 16 orang (64.0 %) penderita plasenta previa memiliki
pendidikan terakhir SMA/sederajat. Menurut Gultom (2009) ibu yang mempunyai
pendidikan relatif tinggi, pada umumnya cendrung memperhatikan kesehatan.
Namun hal ini dapat menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi belum tentu tingkat pengetahuan atau kesadaran ibu
terhadap kesehatan selama kehamilan serta faktor resiko terjadinya plasenta previa
maupun penyakit selama kehamilan lainnya juga tinggi.
Berdasarkan pekerjaan ibu, kasus plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu
yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 19 orang (76.0 %). Hal
ini sejalan dengan penelitian Simbolon (2004) yang menyatakan bahwa
perdarahan antepartum lebih banyak dialami oleh Ibu Rumah Tangga yaitu
45 orang (52.9 %) dari 85 orang ibu. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang
datang ke RSUD Dr. Pirngadi mayoritas pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan asal daerah ibu, penderita plasenta pevia kebanyakan berasal
dari kota Medan yaitu 18 orang (72.0 %) . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Sihaholo (2009) yang menyatakan bahwa penderita plasenta previa paling banyak
berasal dari kota Medan yaitu 69 orang (80.2 % ). Hal ini kemungkinan
disebabkan lokasi RSUD Dr. Pirngadi berada di kota Medan dan juga milik
pemerintah kota Medan, sehingga lebih banyak penduduk kota Medan yang
5.3.6. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Usia Kehamilan
Sebanyak 22 orang (88.0 %) ibu penderita plasenta previa datang ke RSUD
Dr. Pirngadi Medan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu (aterm). Namun hasil ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian Abdat (2010) yang mendapatkan bahwa
kejadian plasenta previa tertinggi terdapat pada usia kehamilan < 36 minggu.
Berdasarkan hasil penelitian Pandia (1999) dalam Sihaholo (2009) yang
mendapatkan bahwa penderita plasenta previa kebanyakan datang dengan usia
kehamilan < 36 minggu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada
umumnya penderita plasenta previa terjadi pada usia kehamilan trimester III. Hal
ini juga sesuai dengan teori Winkjosastro (1999) yang menyatakan bahwa
perdarahan antepartum (Plasenta previa, Solusio Plasenta) adalah perdarahan jalan
lahir setelah usia kehamilan 28 minggu dan biasanya perdarahan akan semakin
banyak seiring dengan peningkatan usia kehamilan.
5.3.7. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan Paritas
Kasus plasenta previa lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas lebih
dari satu (Multigravida). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Abdat (2010)
bahwa kejadian plasenta previa pada multigravida sebanyak 70 %. Menurut
penelitian Wardana dan Kartaka (2007), bahwa resiko plasenta previa 1.3 kali
lebih besar pada multigravida dibandingkan dengan primigravida. Hal ini juga
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terjadi peningkatan kasus plasenta
previa seiring dengan meningkatnya paritas ibu hal ini disebabkan oleh
vaskularisasi yang berkurang pada rahim ibu sehingga aliran darah ke plasenta
tidak mencukupi dan plasenta memperluas permukaannya sehingga menutupi