• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk Mengetahui Kewajiban Perpajakan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA DAN EVALUASI DATA

B. Untuk Mengetahui Kewajiban Perpajakan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan

Perauran perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang ketentuan umum dan

tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Bomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 ini dilandasi falsafah

pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuang yang

menjunjung tinggi hak warga Negara dan menetapkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban

kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan Negara dan

pembangunan nasional. Undang-undang ini membuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan

yang pada prinsipnya berlaku bagi undang-undang pajak materil, kecuali dalam undang-undang

pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara

perpajakannya.

Kewajiban wajib pajak adalah:

1. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Sesuai system self assessment maka wajib pajak mempunyai kewajiban untuk

wajin pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Disamping itu melalui KPP

atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-registration (e-reg), yaitu suatu

cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik on-line (internet)

Bagi wajib pajak yang telah emilikia NPWP, wajib dikukuhkan sebagai PKP oleh KPP

atau KP2KP apabila telah memenuhi persyaratan tertentu. Syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP

adalah pengusaha orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang atau jasa kena

pajak dengan jumlah peredaran bruto (omzet) melibihi Rp. 4.800.000.000 setahun. Wajib pajak

yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, dapat juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP. Bagi pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk memengut

PPN dari setiap pembeli/pemakai jasanya dengan menerbitkan faktur pajak. PPN yang sudah

dipungut, kemudian dilaporkan dalam laporan bulanan (SPT Masa) dan apabila ternyata ada PPN

yang harus disetor ke bank/kantor pos, maka harus disetor terlebih dahulu sebelum dilaporkan ke

KPP tempat wajib pajak tersebut terdaftar. KPP atau KP2KP akan melakukan penelitian

mengenai keberadaan dan kegiatan usaha di tempat usaha wajib pajak yang telah dikukuhkan

sebagai pkp tersebut.

2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak

Wajib pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

harus sesuai dengan system assessment system, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan,

pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.

3. Kewajiban dalam hal Diperiksa

Untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memnuhi kewajiban perpajakannya,

pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap wajib pajak yang

bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Kewajiban wajib pajak yang dieriksa adalah:

1. Memnuhi panggilan untuk dating menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu

yang ditentukan khususnya untuk jenis pemeriksaan kantor

2. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasarnya, dan dokumen lain yang termasuk data yang dikelola secara elektronik,

yang berhubugan dengan penghasilan yang diperolah, kegiatan usaha, pekerjaan

bebas wajib pajak, objek yang terutang pajak. Khusus untuk pemeriksaan lapangan,

wajib pajak wajin memberikan kesempatan untuk mengakses atau mengunduh data

yang dikelola secara elektronik

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang

perlu dan member bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan

4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil

Pemeriksaan

5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik

khususbya untuk jebis pemeriksaan kantor

6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan

4. Kewajiban Memberi Data

Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data

dan informasi yasng berkaitan dengan perpajakankepada Direktorat Jenderal Pajak yang

ketentuannya diatur pada pasal 35 A UU Nomr 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata

Dalam rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan sebagai

konsekuaensi penerapan system self assessment, data dan informasi yang berkaitan dengan

perpajakan yang bersumber dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain sangat

diperlukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Data dan informasi dimaksud adalah data dan

informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran

usaha, penghasilan atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah

debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, laporan keangan atau laporan

kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain diluar Direktorat jederal pajak

Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban memberikan data dan

informasi yang berkaitan dengan perpajakan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

tahun atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 sedangkan untuk setiap orang yang dengan

sengaja menyebabkan tidak terpanuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain (kewajiban

memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan) dipidana denan pidana

kurungan

Tidak semua permohonan pengembalian kelabihan pembayaran pajak akan diproses

oleh pejabat pada direktorat jenderal pajak melalui proses pemeriksaan pajak. Dalam

Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 UU KUP memungkinkan bahwa pengembian kelebihan

pembayaran pajak dapat diberikan tanpa harus melalui proses pemeriksaan pajak. Proses ini

disebut dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

Berdasarkan ketentuan UU KUP,pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran

1. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu

sebagaimana yang diatur dalam pasal 17C UU KUP

2. Pengembalian pendahuluan pembayaran pajak bagi wajib pajak yang memenuhi

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait