• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan masalah-masalah yang timbul pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dan beberapa saran yang penulis berikan.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, Biro Keuangan berubah menjadi Direktorat Keuangan sejak tanggal 16 Mei 1973. Dengan demikian bagian Pajak dan Pendapatan juga berubah bentuk menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan.

Dengan terbitnya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 No.137/II/GSU (berdasarkan SK Mendagri tanggal 7 November 1974 No. Finmat 7/15/3/74), maka terhitung sejak 1 April 1975, Sub direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.

Pada tanggal 1 September 1975 No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia, maka dengan demikian Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula Pembentukannnya berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 143/II/GSU, yang kemudian dikukuhkan dengan Perda Provinsi Sumatera Utara No.4 Tahun 1976, yang mulai berlaku 31 Maret 1976. Setelah Otonomi Daerah, tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah diatur

pada Perda Provinsi Sumatera Utara No.3 Tahun 2001 tentang Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Sk Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.060.254.K Tahun 2002.

SAMSAT merupakan singkatan dari ”Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap” adalah gabungan tiga instansi yang mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda tetapi mempunyai objek dana yaitu kendaraan bermotor yang berdomisili daerah Provinsi Sumatera Utara.

Instansi yang terkait dalam Kantor Bersama Samsat yaitu :

1) Kepolisian Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDA. 2) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Provinsi.

3) Depatemen Keuangan yaitu : PT. (Persero) Jasa Raharja Cabang Sumatera Utara.

Berdirinya Kantor Bersama Samsat Merupakan tindak lanjut Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri ( Menhankam, Menkeu, Menteri Dalam Negeri ) yang membentuk kerja sama dengan sistem baru yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Online Under Room Operation) dengan tujuan sebagai berikut:

1) Sebagai usaha untuk lebih meningkatkan Pelayanan kepada masyarakat pemilik Kendaraan Bermotor yang berdomisili di Provisi Sumatera Utara.

2) Meningkatkan Pendapatan Provinsi Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor PKB dan penerimaan dari sektor BBN-KB.

3) Meningkatkan pendapatan Provinsi Sumatera Utara melalui penerimaan Asuransi Kerugian Kecelakaan Jasa Raharja Cabang Utama Sumatera Utara yang merupakan Aparat Departemen Keuangan Provinsi Sumatera Utara.

4) Sebagai usaha menyeragamkan tindakan, ketertiban dan kelancaran pengadaan Administrasi Kendaraan Bermotor.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Dalam rangka untuk memberikan Pendelegasian Wewenang dan Tanggung jawab yang seimbang, maka perlu dibentuk Struktur Organisasi yang baik, sehingga tugas yang diberikan dapat dikerjakan secara efisien, sistematis dan terkoordinir.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No.102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Dinas dan Kepala Cabang wajib menerapkan prinsip Koordinasi, Integrasi, Singkronisasi dan Harmonisasi Kerja di lingkungan Dinas Pendapatan. Semua Pejabat Struktur Dinas wajib membangun, memelihara dan membina komunikasi vertical dan komunikasi horizontal serta koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang terkait, baik dalam lingkungan Dinas Pendapatan Daerah maupun dengan Instansi lain diluar Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

Yang menjadi susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

1) Kepala Dinas 2) Wakil Kepala Dinas 3) Bagian Tata Usaha 4) Sub Dinas Bina Program

5) Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air

6) Sub Dinas Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

7) Sub Dinas Restribusi dan Pendapatan lain-lain 8) Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan 9) Unit Pelaksanaan Teknis

10)Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah untuk mengoptimalkan sumber pemasukan dan sumber dana terhadap Pendapatan Daerah untuk keperluan pembiayaan Pemerintah Daerah maka Dinas Pendapatan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Provinsi dan tugas tersebut adalah dekonsentrasi di bidang pendapatan.

Dalam melaksanakan kegiatannya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Membantu segala kegiatan-kegiatan dan fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara yang berada di dalam wilayah Kabupaten / Kota yang bersangkutan.

2) Memberi laporan kepada kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dan tembusan disampaikan kepada Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3) Memberikan data dan informasi serta saran-saran yang berhubungan dengan upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berada di dalam wilayah kerja yang bersangkutan.

D. Sejarah Singkat Terbentuknya SAMSAT Rantau Prapat Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima

Misi : Tercapainya Realisasi Penerimaan PAD

Motto : Kami Siap Melayani dan Senyum Anda Kebahagiaan Kami

A. Dasar Hukum Pembentukan UPT Dispendasu/ SAMSAT Rantau Prapat a. UPT dinas pendapatan provinsi Rantau Prapat berdiri atas surat keputusan

bersama 3 (tiga) menteri,menteri pertahanan keamanan/panglima ABRI,menteri keuangan, dan menteri dalam negeri.

b. Peraturan pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

c. Peraturan Gubernur no. 19 tahun 2010 tentang uraian tugas,fungsi dan tata kerja Dinas pendapatam provinsi sumatera utara.

d. Peraturan Gubernur no. 44 tahun 2010 tentang tugas,fungsi dan tata kerja dinas pendapatan serta organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis pada dinas pendapatan provinsi sumatera utara.

B. Dasar pungutan

a. Pajak kendaraan bermotor

1. Peraturan daerah provinsi sumatera utara nomor : 1 tahun 2011 tentang pajak daerah provinsi sumatera utara.

2. Peraturan gubernur no 44 tahun 2010 tentang tugas, fungsi dan tata kerja pada dinas pendapatan serta organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis pada dinas pendapatan provinsi Sumatera Utara.

b. Bea balik nama kendaraan bermotor

Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor : 21 tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan pemingutan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

c. Dasar hukum mekasnisme pungutan PKB/BBN-Kb pada kantor SAMSAT

1. Inber Menhankam, Mandagri dan Menteri Keuangan No. INS/03/M/X/1999 tentang pelaksanaan SAMSAT dan penerbitan STNK, TNKB, STCK dan pungutan PKB,BBN-KB serta SWDKLLJ

2. SKB kapolri, Dirjen Pemum dan Otda dan Dirut PT.Jasa Raharja No. SKEP/03/X/1999, No. 973-1228, dan dalam penerbitan STNKB, STCKB, TNKB, dan pungutan PKB,BBN-Kbserta SWDKLLJ

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan

1. Peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 1 tahun 2011 tentang pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan

2. Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 23 tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan pajak air permukaan

e. Sumbangan pihak ketiga (SP-3)

1. Peraturan daerah Provinsi Daerah tingkat 1 Sumatera Utara Nomor : 9 tahun 1992 tentang penerimaan sumbangan pihak ketiga kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2. Surat Gubernur Provinsi Sumatera Utara nomor :

970/3203.K/Tahun 2011 tanggal 30 Agustus 2011 tentang pengumpulan sumbangan pihak ke tiga,penjualan

kendaraan baru,penjuanalan makanan dan

minuman,penjalan/lelang No Polisi Kendaraan Bermotor dan Hasil Produksi Pertokoan.

3. Surat Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Nomor : 970/4138/2011 tentang petunjuk teknis

pengumpulan sumabangan dari Dealer atas penjualan Kendaraan Bermotor Baru.

E. Tugas dan Kewenangan

Pengelola pungutan PKB/BBN-KB pada UPT dilaksanakan melalui kewenangan pada SAMSAT yang unsur terdiri dari Polri Ditlantas,Pemprovsu (Dispendasu) dan PT. Jasa Raharja yang di Implementasikan Melalui :

1. Identifikasi PAD

a. Melakukan sosialaisasi kepada para wajib pajak melalui spanduk, brousur himbauan dan melalui media massa dan radio lokal. b. Melakukan pengiriman SUPER PKB bagi yang tidak pernah

melakukan isi ulang dan yang 1 (satu) bulan sebelum berakhir masa pajak, bekerja sama dengan PT.PSO serta memberdayakan personil yang telah selesai melaksanakan tugas-tugas pelayanan di kantor. c. Razia PKB-BBN-KB dilaksanakan setiap bulan secara rutin

2. Otoritas kewenangan UPDT/SAMSAT Rantau Prapat antara lain memproses :

a. Pengesahan STNK b. BBN-KB II

c. Ganti STNK 5 Tahun

d. Fiscal antar daerah/antar Provinsi

e. Menerima Pembayaran PKB/BBN-KB, SWDKLLJ f. Menerima sumbangan Pihak Ketiga

g. Menerima pembayaran PAP

h. Mengoperasikan SAMSAT Keliling di setiap kecamatan/desa secara berkala di Kabupaten Labuhan Batu

F. Jenis PAD Yang Dikelola 1. Pajak

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) b. Pajak Kendaraan Alat Berat (KBAB)

c. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) d. Pajak Progresif

e. Pajak Air Permukaan Umum (PAPU) 2. Retribusi

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

A. Ketentuan

Surat Keputusan bersama Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima Angkatan Bersenjata, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor POL.KEP 13 / XII / 76.KEP / 1693 / MK / IV / 12 / 1976. Tentang Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Tingkat I, Komando Daerah Kepolisian dan Aparrat Departemen Keuangan Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat Serta Peningkatan Pendapatan Daerah Kususnya Mengenai Pajak-pajak Kendaraan bermotor.

Adapun isi keputusan bersama yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap di seluruh Indonesia sebagai berikut:

1) Menyempurnakan Wadah pelayanan dalam penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor (STCK), Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dan Pemungutaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraab Bermotor (BBN-KB) serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dengan sistem Administrasi Manunggal Di bawah Satu Atap (SAMSAT).

3) Menentukan standarisasi saran dan prasarana ddalam pelaksanaan SAMSAT.

4) Meningkatkan Profesionalisme dan dedikasi aparat SAMSAT.

5) Membentuk tim Pembinaan SAMSAT pusat dalam meningkatkan koordinasi pelaksanaan SAMSAT.

6) Menyempurnakan petunjuk pelaksanaan bersama SAMSAT.

7) Melaporkan pelaksanaan SAMSAT kepada menteri Pertahanan Keamanan,Menteri dalam Negeri dan Menteri Keuangan Secara Berkala. 8) Pada saat instruksi bersama ini berlaku, instruksi Bersama Panglima

Angkatam Bersenjata, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor INS/02/II/1993, Nomor 01/IMK.01/1993 dan Nomor 2a tahun 1993, tentang penyempurnaan pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap dalam pengeluaran Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB), Pembayaran Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotot (BBN-KB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), dinyatakan tidak berlaku.

9) Instruksi bersama berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Atas dasar tersebut maka pemerintah membuat suatu kebijakan tentang masa berlakunya tahun pajak kendaraan bermotor dan tahun pembayaran SWDKLLJ dengan masa berlakunya penelitian ulang STNK yaitu satu tahun sekali.

Untuk mengatasi masalah – masalah di atas tersebut, maka perlu diciptakan suatu “Sistem Administrasi” yang dapat menjamin tercapainya usaha – usaha pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang sekaligus pula menjamin usaha meningkatkan penerimaan daerah khususnya dari sektot PKB dan SWDKLLJ.

B. Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan Sistem Satu Atap yang di kaitkan dengan Pendaftaran, Pengeluaran dan Penelitian Ulang STNK sekaligus dengan pembayaran SWDKLLJ.

1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan adalah suatu rangkaian dari perhimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai pada kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetoran.Pemungut pajak daerah pada umumnya tidak dapat di berikan kepada pihak ke tiga. Pajak daerah di pungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dengan kata lain di bayar sendiri oleh wajib pajak, wajib pajak yang membayar pajaknya sendiri dengan mengunakan surat Keputusan Pajak Daerah (SKPD) yang di keluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang di tunjuk.

2. Proses Pemungutan PKB / BBN-KB A) Pendaftaran

- Pengambilan Formulir SPPKB - Pengisian Formulir SPPKB - Pendaftaran Berkas

- Menyampaikan berkas pada petugas checking

B) Penelitian Berkas

Dalam tahapan ini yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : - Chec persyaratan dan kelengkapan berkas

- Pendaftaran ( Entry )

- Menyampaikan berkas kepada bagian penetapan C) Penetapan

Yang dilakukan pada bagian penetapan ini adalah sebagai berikut :

- Membuat perhitungan dan penetapan ( pembukuan ) - Membuat nomor kohir

- Mencek ketetapan tanda lembar SKPD

- Menyampaiakan berkas pada korektor ( final cheking ) D) .Final Cheking ( korektor )

Yang dilakukan oleh bagian final cheking ( korektor ) adalah dengan melakukan

- Meneliti kebenaran

- Meneliti data pajak dalam ketetapan PPKB / BBN-KB E) Pembayaran

Pada bagian pembayaran Pajak yang menjadi tanggung jawab dari hasil pembayaran pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

- Menerima pembayaran dari wajib pajak ( loket ) - Membukukan hasil penerimaan

- Menyampaikan SKPD pada loket Embossing STNK

- Menyetorkan hasil penerimaan kasir kepada Bendaharawan ( PKKP ) - Menyampaikan berkas belum bayar penagihan

F) Penagihan

Yang menjadi tugas dibagian penagihan ini adalah sebagai berikut : - Menghimpun dan membukukan berkas tunggakan pajak

- Membuat dan menyampaikan Surat Tagihan Pajak yang belum mendaftar dan yang menunggak kepada wajib pajak

- Membuat penetapan denda tunggakan pajak bagi hasil pajak yang menyelesaikan tunggakan.

G)Pelaporan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

- Mempersiapkan laporan target dan realisasi penerimaan

- Laporan permintaan pemakaian SPT / SKPD dan pemakaian formulir lainnya

- Setoran Bank

- Laporan tunggakan dan laporan lainnya.

Dalam hal mengenai pendaftaran kendaraan akibat mutasi sama saja dengan proses pendaftaran sebelum mutasi, yang berarti sama seperti proses pendaftaran. Perincian penjelasan mengenai persyaratan kelengkapan dokumen yang di penuhi sebagai berikut.

1. Pendaftaran Pertama Kendaraan Bermotor yang Baru

Dalam hal ini yang harus dilakukan wajib pajak adalah :

A) Mengisi formulir SPPKB (surat Pendataan dan Pendaftaran Kendaraan Bermotor)

B) Identitas :

Untuk Perorangan : tanda jati diri yang sah + 1 lembar foto copy bagi yang berhalangan melampirkan surat kuasa bermaterai.

Untuk Badan Hukum : Salinan Akte pendirian + 1 lembar foto copy, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai dan di tanda tangani oleh pimpinan serta dicap Badan Hukum yang bersangkutan.

Untuk Instansi Pemerintah ( termasuk BUMN dan BUMD ) : Surat tugas / surat kuasa bermaterai dan di tanda tangani oleh pimpinan serta

C) Faktur

D) Sertifikat uji tipe atau buku tanda bukti lulus uji berkala, sertifikat NIK dan tanda pendaftaran tipe.

E) Kendaraan bermotor yang mengalami perubahan bentuk harus melampirkan surat keterangan dari perusahaan Karoseri yang mendapat izin.

F) Surat keterangan bagi kendaraan bermotor angkutan umum, yang telah memenuhi persyaratan.

G) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor.

2. Pengesahan STNK Setiap Tahun

Persyaratannya :

A) Mengisi formulir SPPKB yang sekaligus berfungsi sebagai persyaratan tidak terjadi perubahan spesifikasi Kendaraan Bermotor.

B) Instansi :

Untuk Perorangan : tanda jati diri yang sah, bagi yang berhalangan melampirkan surat kuasa bermaterai.

Untuk Badan Hukum : Salinan Akte pendirian surat kuasa bermaterai dan di tanda tangani oleh pimpinan serta dicap Badan Hukum yang bersangkutan.

Untuk Instansi Pemerintah ( termasuk BUMN dan BUMD ) : Surat tugas / surat kuasa bermaterai dan di tanda tangani oleh pimpinan serta

C) STNK asli D) BPKB asli

E) Bukti pelunasan PKB / BBN_KB dan SWDKLLJ ( SKPD yang telah di validasi ) tahun terakhir.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A.Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PLKM ), Penulis laksanakan dikantor bersama SAMSAT UPT Rantau Prapat dalam rangka untuk mengetahui tentang apa yang menjadi pokok permesalahan dalam penelitian ini, akan tetapi untuk menjelaskannya penulis menguraikannya berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan secara kualitatif disertai dengan penjelasan yang objektif dan sistematis.

Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan setahun sekali atau setahun kedepan dari masa berlakunya Pajak tesebut dan tidak dibenarkan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dua tahun atau lebih.

Untuk menghitung Pajak Kendaraan Bermotor didasarkan / berpedoman kepada nilai jual Kendaraan Bermotor ( NJKB ) yang ditetapkan dengan peraturan Mendagri No. 29 Tahun 2009 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan PKB dan BBN-KB. Kemudian dalam menghitung pajak tersebut dikenakan tarifnya 1,5%, jadi 1,75% x NJKB.

Contoh :

Merk : Toyota kijang

Pajak setahun = 1,75 % x Rp 98.000.000 = Rp 1.715.000

Maka Pajak Kedaraan Bermotor tersebut 1 Tahun sebesar Rp 1.715.000

Selanjutnya penulis kemukakan bahwa apabila menyangkut / wajib Pajak Kendaraan Bermotor terlambat membayar sesuai masa berlaku / jatuh tempo dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2 % sebulan.

B. Sanksi yang Diterapkan Pada Wajib Pajak yang Tidak Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Tepat Pada Waktunya.

Sanksi yang diterapkan merupakan usaha untuk memotivasi wajib pajak agar membayar pajak kendaraan bermotornya tepat pada waktunya. Semakin lama penunggakan yang dilakukan oleh wajib pajak maka semakin besar sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak tersebut sehingga dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor tidak terlepas dari sanksi-sanksi yang diterapkan. Karena dengan adanya sanksi yang tegas maka setiap wajib pajak berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

Walaupun dengan demikian penerapan sanksi tersebut masih banyak wajib pajak yang masih menunda pembayaran pajak kendaraan bermotornya. Dalam kasus seperti ini pihak Fiskus berusaha untuk memperkecil wajib pajak yang menunda pembayaran pajak kendaraan bermotornya.

Adapun penerapan sanksi yang ditetapkan oleh kantor Samsat Sumatera Utara terhadap wajib pajak yang menunda pembayaran pajak kendaraan bermotor adalah tidak berbeda dengan penerapan sanksi terhadap jenis-jenis pajak daerah lainnya. Dan dalam penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor juga selalu berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada yaitu sebesar 2 % dari jumlah pajak yang terhutang ditambah dengan pajak terhutang dalam tahun yang bersangkutan.

Contoh :

Tuan C menunda pajaknya selama 12 bulan dan pajak yang terhutang adalah : 12 bulan x 2% x Rp 95.000 = Rp 22.800

Rp 95.000 + Rp 22.800 = Rp. 117.800

Maka besarnya pajak terhutang Tuan C adalah sebesar Rp 117.800

Adapun tujuan penerapan sanksi terhadap pajak kendaraan bermotor untuk mendorong agar setiap wajib pajak kendaraan bermotor melaksanakan pembayaran pajaknya dengan tepat waktu setiap tahunnya yang akan dapat memperbesar pajak terhutang.

Namun dengan demikian penerapan sanksi tersebut selalu bertujuan untuk menambah pendapatan daerah demi berlangsungnya pembiayaan dan pembangunan yang telah kita rencanakan.

C. Upaya yang dilakukan untuk menagih / piutang Pajak Kendaraan Bermotor

1) Melakukam Razia Pajak Kendaraan Bermotor 2) Mengadakan Bus SAMSAT keliling

3) Mengirim surat pernyataan kepada wajib pajak yang menunggak.

D. Faktor pendukungpencapaian target penerimaan pajak Kendaraan bermotor

E. Upaya yang dilakukan untuk menagih / piutang Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam Pencapaian target penerimaan pajak kendaraaan bermotor terdapat faktor yang menjadi pengahambat tingkat Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Rantau Prapat yaitu :

1. Satabilitas ekonomi dan politik

Krisis yang melanda Indonesia turut berperan menurunkan pendapatan perkapita masyarakat di Indonesia, khususnya Sumatera Utara juga mengalami hal yang sama. Terjadi inflasi, di mana harga barang pada umumnya setba naik, namun nilai jual rupiah tetap bahkan turun.

2. Rendahnya kesadaran Masyarakat

Rendahnya kesadaran Masyarakat dalam membayar PKB sangat berpengaruh terhadap jumlah realisasi penerimaan PKB pada Pendapatan Asli Daerah.

3. Usis Kendaraan Bermotor

Usia Kendaraan Bermotor juga mempengaruhi jumlah realisasi PKB, kendaraan bermotor terlambat didaftarkan dan pada waktu didaftarkan pada saat usia kendaraan sudah tua sehingga tidak bernilai ekonomis lagi.

4. Banyaknya kendaraan bermotor dalam bentuk CBU

Kendaraan bermotor yang berbentuk CBU (Complety Built Up) yang di ekspor dari luar negeri akan membingungkan pegawai pajak (fiskus) dalam menetapkan jumlah PKB yang terutang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan dan telah di jelaskan pada Bab-bab sebelunya, maka dalam bab ini penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan serta memberikan saran-saran tentang pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai hasil akhir dari keseluruhan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilaksanakan di kantor SAMSAT Rantau Prapat adalah sebagai berikut :

1) Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor roda dua atau lebih serta gandengannya dan di gerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah sumber daya energi menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

2) Penundaan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang dilakukan oleh wajib pajak di karenakan alasan-alasan tertentu yang menyangkut ekonomi dan pindahnya tempat tinggal wajib pajak. 3) Sistem penerapan sanksi yang di tegaskan oleh fihak fiskus adalah

pembayaran pajak kendaraan bermotor serta mendorong wajib pajak untuk tidak menunda pembayaran pajaknya.

4) Dari apa yang dibahas di atas dan berdasarkan hal-hal tersebut di atas, masih di rasakan dari pemilik kendaraan bermotor dalam pemilihan kewajiban pajaknya dapat di katakana rendah.

B. SARAN

Sebagai hasil akhir dari isi laporan ini, penulis juga mempunyai saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam memotivasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara maupun untuk Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1) Bagi atasan termasuk Kepala Kantor SAMSAT Rantau Prapat hendaknya selalu memberikan motivasi atau dorongan agar menindak lanjuti Proses Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang tidak tepat waktu.

Dokumen terkait