• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada permasalahan penelitian, hasil dan pembahasan sebagaimana dikemukakan pada bab I dan bab IV, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Model pembelajaran PLGI pada materi redoks mempunyai karakteristik dengan proses pembelajaran terdiri dari 3 pertemuan, Pertama, tutor sebaya berdiskusi dengan kelompok untuk merancang eksperirmen dengan bimbingan guru, Kedua, tutor sebaya berperan aktif dalam kelompoknya untuk menjelaskan konsep-konsep redoks, Ketiga, siswa dan tutor sebaya mempresentasikan hasil diskusi dan guru sebagai fasilitator dalam menyimpulkan hasil diskusi hingga di dapat pemahaman konsep siswa yang benar tentang konsep redoks berdasarkan : (a) pengikatan dan pelepasan oksigen, KBKr yang dikembangkan mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin, (b) pelepasan dan penerimaan elektron, KBKr yang dikembangkan menganalisis argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan, membuat induksi dan mempertimbangkannya (membuat suatu kesimpulan dari data yang ada), (c) perubahan biloks, dan (e) reaksi autoredoks, KBKr yang dikembangkan membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan serta mendefenisikan istilah dan mempertimbangkannya.

2. Model pembelajaran PLGI dapat meningkatkan penguasaan konsep redoks pada semua kategori kelompok siswa dengan N-gain untuk kelompok tinggi sebesar

72

61,5%, untuk kelompok sedang sebesar 41.5% dan untuk kelompok rendah sebesar 43,9%, semua peningkatan penguasaan konsep tergolong dalam kategori sedang.

3. Model pembelajaran PLGI yang disusun dapat meningkatkan semua sub konsep, peningkatan yang tertinggi pada konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, dengan N-gain sebesar 68%, termasuk pada kategori sedang, peningkatan terendah pada sub konsep bilangan oksidasi dengan N-gain sebesar 26%, termasuk dalam kategori rendah

4. Model Pembelajaran PLGI yang diimplementasikan dapat meningkatkan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa. Pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis yang paling tinggi terdapat pada mendefinisikan istilah dan mempertimbangkannya dengan skor sebesar 79,3%, sedangkan pencapaian yang terendah pada indikator menganalisis argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan dengan skor sebesar 51,7%

5. Berdasarkan hasil angket dan wawancara, maka pembelajaran PLGI mendapat respon positif dari siswa, pembelajaran lebih menarik dan melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan dan merumuskan konsep sehingga siswa merasa dapat menguasai materi redoks dengan baik. Model pembelajaran PLGI mendapat respon positif dari guru yang menyatakan bahwa model pembelajaran PLGI ini dapat meningkatkan pengusaan konsep, mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan membuat siswa aktif dalam menemukan konsep serta meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran pada materi redoks.

73

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pembelajaran PLGI dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru kimia dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Dalam pengembangan pembelajaran PLGI lebih lanjut diharapkan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan antara beban materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia karena dengan beban materi yang banyak atau sulit serta banyak perhitungan, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk siswa dapat memahaminya.

3. Model pembelajaran yang bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa hendaknya terus menerus dikembangkan untuk berbagai bahan kajian.

74 Daftar Pustaka

Anderson, L. W., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. NY : Addison Wesley Longman Inc.

Arifin, M. dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.

Arikunto. S.(2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta

Blonder, R. et al.(2008). Analyzing inquiri questionof High-School Students in A Gas Chromotography Open-ended Laboratory Experiment. Journal Science Education. 9, 250-258.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Educational Objective, The Classification Of Educational Goals, Hand Book : Cognitive Domain, USA : Longman Inc. Costa, A. L. (ed).(1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,

Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1996) Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung : CV Diponegoro

Devi, P. K. (2001) Pengembangan Model Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Kegiatan Eksperimen dan Non Eksperimen. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Evans, R. J. (1991). Creative Thinking in The Decision and Management Sciences.

75 Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores.[Online]. Tersedia :

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing change-Gain. pdf.

Hassard, J. (2000). Minds On Science. [Online]. Tersedia: http/scied.gsu.edu/Hassard/mos/chapter 7.htm [30 Juni 2006].

Hamalik, O.(2000). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hofstein, et.al. (2005).Depeloving Students Ability To Ask More and Better Question Resulting Inquiry Type Chemistry Laboratories. Journal Of Science Teaching.42.(7).791-806

Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia:

http://org/index.php?option=com_frontpage&itemid=28. [24 Juli 24 2007]. Joyce, B & Weil. (2000). Models of Teaching. Sixth edition.USA: Allyn & Bacon

Publ. Company.

Lewis, S. E. et al. (2005). Departing From Lectures : An Evaluation of a Peer-Led Guided Inquiry Alternative.Journal Of Chemical Education Vol.82 (1)

Liliasari. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subjek Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta : PPPG Matematika.

National Research Council (NRC). (1996). Inquiry and The National Science Education Standards : A Guid for Teaching and learning. Washington : National Academy Press.

Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

76 Soesanti, N. (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided inquiry) dan Inkuiri Tidak Terbimbing ( Free Inquiry) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Struktur Tumbuhan. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2004).Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Usman, M.U. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja RosdaKarya. Wahyudin. (2008) Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung : UPI Wibowo, B. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Udara untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrahsah Aliyah Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains. Tesis UPI Bandung.Tidak diterbitkan.

Windayana, H.,(2009). Pembelajran Matematika Kontektual Kelompok Permanen dan Tidak Permanen Dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa SD. Disertasi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dokumen terkait