• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang emisi GRK di lahan padi gambut dan analisis serapan karbon oleh tanaman selama satu musim tanam yang dilakukan di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati-Jawa Tengah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian selama satu musim tanam menunjukkan bahwa emisi CH4 terbesar dihasilkan oleh tanah gambut dengan pemberian jerami kering dan tanpa amelioran dengan total emisi 852.95 kg/ha dan 837.67 kg/ha, kemudian diikuti oleh perlakuan dolomit dan pupuk kandang dengan total emisi masing-masing yaitu 593.69 kg/ha dan 546.24 kg/ha.

Total emisi N2O tidak berbeda nyata antar perlakuan. Emisi N2O dari penelitian ini berkisar antara 0.127-0.241 kg/ha. Total emisi CO2 juga tidak berbeda nyata anatar perlakuan. Emisi CO2 yang dihasilkan dari empat perlakuan berkisar antara 4784.32-5947.99 kg/ha. Hasil perhitungan emisi GRK setara karbondioksida (Emisi CO2-eq) menunjukkan bahwa tanah gambut dengan pemberian amelioran jerami kering menghasilkan emisi

CO2-eq tertinggi dibandingkan dengan tanpa amelioran, dolomit dan pupuk

kandang. Jerami kering menghasilkan emisi CO2-eq sebesar 25603.43 kg CO2-eq/ha. Sedangkan emisi CO2-eq terendah dihasilkan oleh pemberian amelioran pupuk kandang sebesar 17686,46 kg CO2-eq/ha.

2. Pemberian amelioran pupuk kandang pada tanah gambut mampu menghasilkan total kandungan C-organik sebesar 5860.0 kg-C/ha, jerami kering 6231.9 kg-C/ha, tanpa amelioran 6240.9 kg-C/ha, dan dolomit 6412.3 kg-C/ha. Berdasarkan data ini maka, tanah gambut dengan penambahan dolomit memiliki daya absorbsi karbon yang tinggi. Sedangkan emisi GRK setara karbon dari karbondioksida (Emisi CO2-C) yang dihasilkan dari pemberian amelioran sebesar 10821.96 kg CO2-C/ha, diikuti dolomit, tanpa amelioran, dan jerami kering masing-masing sebesar 11682.49, 15775.62, dan 16347.53 kg CO2-C/ha.

Net karbon terendah dihasilkan oleh tanah gambut dengan perlakuan pupuk kandang sebesar 4962.0 kg-C/ha, diikuti perlakuan dolomit sebesar 5270.2 kg-C/ha, tanpa amelioran 9534.7 kg-C/ha, dan tertinggi jerami kering 10115.6 kg-C/ha. Rasio perbandingan antara net kabon dengan hasil gabah pada tanah gambut dengan penambahan dolomit sebesar 933.58 kg gabah/ton CO2-C, disusul pupuk kandang, tanpa amelioran, dan jerami kering masing-masing sebesar 912.93, 491.92, dan 491.34 kg gabah/ton CO2-C. Artinya, setiap satu kg gabah menghasilkan satu ton emisi. Penambahan amelioran pada tanah gambut ternyata berpengaruh terhadap hasil produktivitas padi dan emisi GRK yang dihasilkan.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa laju subsidensi atau laju penurunan permukaan tanah gambut dengan perlakuan pupuk kandang sebesar 1.7 cm/tahun. Sehingga penambahan pupuk kandang mampu menjaga tanah gambut (kedalaman 1 m) hingga 58 tahun, yang berarti tanah gambut dapat digunakan lagi selama 58 tahun. Pemberian dolomit mampu menjaga tanah gambut hingga 55 tahun, dengan laju penurunan gambut sebesar 1.8 cm/tahun. Laju subsiden tanah gambut dengan penambahan jerami kering dan tanah gambut tanpa amelioran tidak berbeda jauh, masing-masing sebesar 3.5 dan 3.4 cm/tahun.

Kemampuan tanaman padi dalam melepas gas metana (CH4) dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain jumlah anakan, tinggi tanaman, dan biomas tanaman yang semuanya dipengaruhi oleh pemberian perlakuan ke tanah gambut.

5.2. Saran

Analisis kandungan karbon organik pada akar baik akar padi maupun akar gulma tidak dilakukan, sehingga perhitungan kandungan karbon organik dilakukan dengan menggunakan asumsi dan pendekatan. Karena serapan karbon organik tidak hanya dilakukan oleh tanaman bagian atas saja tetapi, tanaman bagian bawah yaitu akar. Selain itu analisis kandungan karbon organik dari tanah gambut yang digunakan tidak dilakukan. Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut, analisis kandungan karbon organik pada akar dan tanah gambut dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aulakh MS, J Bodenbender, R Wassmann and H Rennnenberg. 2000b. Methane transport capacity of rice plant. II. variation among different rice cultivars and relationship with morphological characteristics. Nut Cycl in

Agroecosyst 58: 367-375.

Bappenas. 2004. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia. Antara Krisis dan Peluang. Jakarta.

Barchia, Muhammad Faiz. 2006. Gambut. Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Boer, R., I. Nasution., I. Las dan A. Bey. 1996. Emisi Metan dari Lahan Gambut Sejuta Hektar Kalimantan Tengah. Jurnal Agromet Vol. XII No. 1 dan 2, 1996/1997. pp.31-38.

Bohn. 1976. Estimate of Organic Carbon in World Soils. Soil Science Social America. J. 40:468-469 dalam Schnitzer. 1982. Organic Matter Characterization. Chemical and Microbiological Properties-Agronomy Monograph No.9 (2nd edition).

Bouwman, A.F. 1990. Introduction. In Bouwman (Editor). Soil and Greenhouse Effect. John Wiley & Son, New York, 25-35.

Chang, C., H.H. Jansen, C.M. Cho dan E.M. Nakonechny. 1998. Nitrous oxide Emission through plants. Soil Science Am. Journal 62: 35-38.

Cicerone, R.J. 1987. Changes in Stratospheric Ozone. Sciences 237 : 35 – 42. ---, R.J. 1989. Analysis of Sources and Sink of Atmospheric Nitrous Oxide

(N2O). J. Geophys. Res. 94: 1825 –1827.

Ciceron R. J. And R. S. Oremland. 1988. Biogeochemical Aspects of Atmospheric

Methane. Global Biogeochem. Cycles2, 299-327.

Dickenson, R.e., and R.J. Cicerone. 1986. Future Global Warming From

Atmospheric Traces Gases. Nature 319 : 109 – 115.

Erickson, H.E. dan M. Keller. 1997. tropical land use change and soil emissions of nitrogen oxides. Soil use and management 13:278-287.

Granli, T. dan O. C. Bockman. 1994. Nitous Oxide from Agricultural. Norwegian Journal of Agricuktural Sciances, Supplement 12 : 7-128.

Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai MacamPenggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF, SEA Regional Office, Universitas Brawijaya, Unibraw, Indonesia. p 77. Hakim, N., M. Yusuf N., A.M. Lubis., Sutopo G.N., M. Rusdi S., M. Amin Diha.,

Go Ban Hong., dan H.H. Bailey.1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung: Lampung.

Hardjowigeno. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres.Jakarta.

Hardy, R.W.F. & E. Knight jr. 1966. Reduction of N2O by biological N2-fixing systems. Biochem. Biophys. Res. Commun. 23: 409-414.

Haynes, R.J. 1986. Nitrification. pp. 127-165 in R.J. Haynes & F.L. Orlando (eds.). Mineral nitrogen. In the plant-soil system. Academic Press, New York, NY.

Hutabarat, Lusida. 2001. Emisi Nitrous Oksida (N2O) Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kuamang Kuning, Provinsi Jambi. Skripsi. Fakulktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change). 1991. the Supplementary Report to The IPCC Scientific Assesment Cambridge University Press. Cambridge.

---. 1992. the Supplementary Report to The IPCC Scientific Assesment Cambridge University Press. Cambridge.

Khalil, M.A.K. dan M.J. Shearer. 1993. Sources of Methane: an overview. Dalam: Khalil, M.A.K, editor. Athmospheric Methane: Sources, Sinks, and Role in

Global Change. Heidelberg . Springer-verlag. hlm:180-198.

Kimura MD, H Murakami, H Wada. 1991. CO2, H2 and CH4 Production in Rice Rhizosphere. Soil Sci. Plant Nutr 37 : 55-60.

Lal. 2002. Soil Carbon Dynamics in Cropland and Rangeland. Environmental Pollution. 116: 353-362.

Mosier, A.R., K.F. Bronson, J.R. Freney, and D.G. Keerthisinghe. 1994. Use

Nitrification Inhibitors to Reduce Nitrous Oxide Emission From Urea Fertilized Soils. Dalam CH4 and N2O: Global Emissions and Controls from Rice Field and Other Agricultural and Industrial Sources. NIAES. Pp. 187 – 196.

Mulya, S.H., Ade R., Arti D., Agus G., Triny S.K., dan Iwan J. 2003. Dampak Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Terhadap Kelestarian Lingkungan Pertanian. Prosiding Sem. Nas. Pengelolaan Lingkungan Pertanian. Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanaian.

Naharia. 2004. Teknologi pengairan dan pengolahan tanah pada budidaya padi sawah untuk mitigasi gas metana (CH4). Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Najiyati S, Muslihat L, Suryadiputra INN. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor: Wetlands International-Indonesia Programme.

Nelson, D.W. and L.E. Sommers. 1982. Total Carbon, Organic Carbon, and Organic Matter. Chemical and Microbiological Properties-Agronomy Monograph No.9 (2nd edition).

Neue. 1993. Methane Emission From Rice Fields. Bioscience 43: 466-474.

Nurmaini. 2001. Peningkatan Zat-Zat Pencemar Mengakibatkan Pemanasan Global. http://library.usu.ac.id (diakses, 07 April 2008)

Noor, Muhammad. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Patrick, Jr., W.H., and C.N. Reddy. 1977. Chemical and Biological Redox

Systems Affecting Nutrient Availability in The Coastal Wetlands.

Geosciences and Man 28: 131-137 Dalam Setyanto, P. 1994. Penelitian Emisi Gas Metan di Kebun Percobaan Jakenan. Makalah.

Pp. 49-63 in Kirk, G.J.D., and D.C. Olk (eds.). Carbon and Nitrogen Dynamics in Flooded Soils. International Rice Research Institute. Philippines.

Raimbault, M. Rinando, G. Garcia, L. and M, Boureau. 1977. A Device to Study Metabolic Gases in The Rice Rhizosphere. Biol Biogeochem 9: 193-196. Rennenberg, H., R. Wassmann, H. Papen, and W. Seiler. 1992. Trace Gas

Exchange In Rice Cultivation. Ecological Bulletin 42 : 164 – 173.

Sabiham S, Mario MD, Barchia MF. 2003. Emisi-C dan produktivitas tanah pada lahan gambut yang diusahakan untuk pertanian. Dalam: Noor YR, Muslihat.

Sahrawat, K.Z. and Keeney, D.R. 1994. Nitrous Oxide Emission From Soils. In B.A. Stewart (eds). Advances In Soil Science, Vol. 4. springer-Verlag, New York. pp:119.

Schutz, H., W. Seiler, dan R. Conrad. 1989. Influence of Soil Temperature on Methane Emission from Rice Paddy Fields. Biogeochemistry 11: 77-95 Setiadi. 1990. Gambut:Tantangan dan Peluang. Jakarta: Departemen Pekerjaan

Umum.

Setyanto, Prihasto. 1994. Penelitian Emisi Gas Metan di Kebun Percobaan Jakenan. Makalah.

---. 2004. Mitigasi gas metan dari lahan sawah. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Departemen Pertanian. Hlm 287-303.

---. 2004. Methane Emission and It’s Mitigation in Rice Fields Under Different Management Practices in Central Java. Disertation. Serdang: Universiti Putra Malaysia.

---. 2005. Pengaruh Varietas Padi Pasang Surut Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca di Lahan Sawah Pasang Surut. Laporan Akhir. Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian. Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanian.

Skiba, U., K.A. Smith dan D. Fowler. 1993. nitrification and denitrification as resources of nitric oxide and nitrous oxide in sandy loam soil. Soil biologhy biochemistry 25(11): 1527-1536.

Stouthamer, A.H. 1988. Dissimilatory reduction of oxidized nitrogen compounds. pp. 245-303. In A.J.B. Zehnder (ed.). Biology of aerobic microorganisms. John Wiley & Sons Ltd., New York, NY.

Subagyo. 2003. Penyebaran dan potensi tanah gambut di Indonesia untuk pengembangan pertanian. Di dalam: Noor YR, Muslihat L, Ilman M, editor. Sebaran Gambut di Indonesia. Seri Prosiding 02. Bogor: Wetlands International-Indonesia Programme. Hlm 197-208.

Veldkamp, E., dan M. Keller. 1997. Nitrogen oxide emission from a banana plantation in the humid tropics. Journal Geophysics research no. D13 (102): 15889-15898.

Veldkamp, E., M. Keller dan Marvin N. 1998. Effect of pasture management on N2O and NO emissions from soils in the humid tropics of costa rica. Global biogchemical cycles 12: 71-79.

Wang, Z.P., R.D. De Laune, P.H. Masscheley, and W.H. Patrick. 1993. soil redox and pH effects on methane production in a flooded rice soil. Journal soil science society America 57: 382—385.

Watanabe, I. and P.A. Roger. 1985. Ecology of Flooded Rice Fields. P. 229-243

in Wtland Soils: Characterization, Classification, and Utilization.

International Rice Research Institute. Los Banos, Philipines.

Yagi, K. dan K. Minami. 1990. Effect of Soil Organic matter Application on Methane Emission From Some Japanese Paddy Fields. Soil Science Plant Nutrition 36: 599-610

Yusima. 1999. Potensi produksi gas metan (CH4) pada tanah sawah di daerah sentra produksi padi Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.

Lampiran 1. Total emisi gas rumah kaca dan global warming potential (GWP) selama satu musim tanam.

Perlakuan Total Emisi

CO2 (kg/ha) Total Emisi CH4 (kg/ha) Total Emisi N2O (kg/ha) Jumlah Total Emisi (kg/ha) Emisi CO2-eq (kgCO2-eq) Emisi CO2-eq (tonCO2-eq) Emisi CO2-C (kg CO2-C/ha) Hasil gabah (ton) Tanpa Amelioran 4784.32 837.67 0.223 5622.21 24116.74 24.12 15775.62 4.69a Dolomit 5201.69 593.69 0.241 5795.62 18927.90 18.93 11682.49 4.92a Jerami Kering 5947.99 852.95 0.127 6801.06 25603.43 25.60 16347.53 4.97a Pupuk Kandang 5075.58 546.24 0.160 5621.98 17686.46 17.69 10821.96 4.53a

GWP (Global Warming Potential) adalah angka yang digunakan untuk menyetarakan nilai potensi pemanasan global dari CH4-C

dan N2O-N yang disetarakan dengan nilai CO2-C.

Emisi CO2-eq = (N2O*296) + (CH4*23) + CO2

Lampiran 2. Hasil analisis C-organik tanaman di tanah gambut

Sample Perlakuan A (gram) B (gram) C (gram) D (gram) Kadar Air (%) C-Organik (%) Kadar Abu (%) Tanpa Amelioran 7.41 7.79 7.77 7.46 5.56 49.95 13.89 Dolomit 7.77 8.21 8.19 7.81 4.76 52.48 9.52 Jerami Kering 7.58 8.02 8.01 7.62 2.33 52.61 9.30 Pupuk Kandang 7.99 8.46 8.44 8.03 4.44 52.85 8.89 Gulma Tanpa Amelioran 11.16 11.98 11.97 11.27 1.23 50.13 13.58 Dolomit 11.22 12.02 12 11.32 2.56 50.57 12.82 Jerami Kering 11.59 12.47 12.46 11.72 1.15 49.34 14.94 Pupuk Kandang 11.39 12.33 12.31 11.52 2.17 49.81 14.13 Jerami Tanpa Amelioran 10.55 13.34 13.06 10.62 11.16 56.39 2.79 Dolomit 19.9 22.15 21.98 20.05 8.17 53.82 7.21 Jerami Kering 10.48 12.49 12.29 10.55 11.05 55.76 3.87 Gabah Pupuk Kandang 11.42 13.63 13.43 11.53 9.95 54.83 5.47 Ket: A = Bobot Cawan Kosong

B = Bobot Cawan Kosong + Contoh

C = Bobot Cawan Kosong + Contoh setelah dipanasi dengan suhu 1050 C D = Bobot Cawan Kosong + Contoh setelah dipanasi dengan suhu 7000 C 1.724 = Rumus Baku ( kadar C 58% mudah teroksidasi)

Lampiran 3. Hasil konversi dan perhitungan karbon tanaman per luas lahan

Berat biomas panen (g)

U/P Basah

(ubinan) Sampel(basah) Sampel(Kering)

1 KA Biomas (%) 2 Biomass Ubinan Atas KA 14% (gr/m2) 3 Berat Biomass Atas Pada KA 14 % (kg/ha) 4 Kandungan C-organik biomas atas pada KA 14% (kg/ha) I-1 1570 299 100 66.56 610.56 6105.62 3060.59 I-2 1439 300 100 66.67 557.75 5577.52 2820.45 I-3 1273 224 87 61.16 574.91 5749.12 2836.46 I-4 1707 349 107 69.34 608.55 6085.46 3031.07 II-1 1347 297 108 63.64 569.56 5695.56 2855.04 II-2 1854 410 148 63.90 778.20 7781.96 3935.19 II-3 1980 422 115 72.75 627.41 6274.11 3095.48 II-4 1541 400 125 68.75 559.96 5599.56 2789.05 III-1 2058 300 96 68.00 765.77 7657.67 3838.60 III-2 1899 432 130 69.91 664.49 6644.86 3360.18 III-3 1928 351 108 69.23 689.80 6898.03 3403.30 III-4 1957 390 112 71.28 653.50 6535.00 3254.98

1KA 14% Biomass = ((sampel basah- sampel kering) / sampel basah) x 100 1 : Tanpa Amelioran

2Biomass Ubinan = ((100-KA biomass) / (100-14)) x berat basah biomass 2 : Dolomit

3Berat Biomass = (biomass ubinan/1000) x (10000/1) 3 : Jerami Kering

Lampiran 3 (lanjutan). Hasil konversi dan perhitungan karbon tanaman per luas lahan Berat gulma (g) U/P Basah (ubinan) Kering (Ubinan) 1 KA 14% Gulma (%) 2 Berat gulma ubinan atas KA 14 % (g/m2) 3

Berat gulma pada KA 14 % (kg/ha) 4 Kandungan C-organik Gulma KA 14% (kg/ha) I-1 11.6 1.1 90.52 1.28 12.79 6.39 I-2 4.7 0.7 85.11 0.81 8.14 4.27 I-3 8.1 2.7 66.67 3.14 31.40 16.52 I-4 7.2 1.2 83.33 1.40 13.95 7.37 II-1 1.2 0.3 75.00 0.35 3.49 1.74 II-2 4.7 0.3 93.62 0.35 3.49 1.83 II-3 11.2 1.1 90.18 1.28 12.79 6.73 II-4 10.4 2.1 79.81 2.44 24.42 12.90 III-1 0.4 0.1 75.00 0.12 1.16 0.58 III-2 83.2 17.4 79.09 20.23 202.33 106.18 III-3 2.3 0.3 86.96 0.35 3.49 1.84 III-4 1.4 0.4 71.43 0.47 4.65 2.46

1KA 14 % Gulma = ((berat basah-berat kering) / berat basah) x 100 1 : Tanpa Amelioran

2Berat Gulma Ubinan = ((100-KA 14%) / (100-14)) x berat basah 2 : Dolomit

3Berat Gulma = (berat gulma ubinan/1000) x (10000/1) 3 : Jerami Kering

Lampiran 3 (lanjutan). Hasil konversi dan perhitungan karbon tanaman per luas lahan U/P GKG Kotor KA 14%

(ton/ha)

Kandungan C-organik

Gabah (ton/ha) GKG Kotor KA 14% (kg/ha)

Kandungan C-Organik Gabah (kg/ha) I-1 4.56 2.57 4556.63 2569.34 I-2 4.68 2.52 4678.45 2518.02 I-3 3.51 1.96 3509.33 1956.85 I-4 4.73 2.59 4729.30 2593.09 II-1 4.53 2.55 4525.89 2552.01 II-2 5.00 2.69 4998.76 2690.41 II-3 5.49 3.06 5492.09 3062.47 II-4 3.72 2.04 3720.93 2040.20 III-1 5.00 2.82 4998.76 2818.65 III-2 5.09 2.74 5085.27 2736.98 III-3 5.93 3.31 5930.23 3306.78 III-4 5.16 2.83 5162.79 2830.77 1 : Tanpa Amelioran 2 : Dolomit 3 : Jerami Kering 4 : Pupuk Kandang

Lampiran 4. Hasil perhitungan kandungan organik pada akar gulma

U/P Berat Gulma KA 14%

(kg/ha)

Berat Akar Gulma* (kg/ha)

Kandungan C-Organik Akar Gulma** (%)

Kandungan C-Organik Akar Gulma (kg/ha) I-1 12.79 4.26 49.95 2.13 I-2 8.14 2.71 52.48 1.42 I-3 31.40 10.47 52.61 5.51 I-4 13.95 4.65 52.85 2.46 II-1 3.49 1.16 49.95 0.58 II-2 3.49 1.16 52.48 0.61 II-3 12.79 4.26 52.61 2.24 II-4 24.42 8.14 52.85 4.30 III-1 1.16 0.39 49.95 0.19 III-2 202.33 67.44 52.48 35.39 III-3 3.49 1.16 52.61 0.61 III-4 4.65 1.55 52.85 0.82

* : Berat akar gulma = 1/3 * berat gulma KA 14%

** : Asumsi Kandungan C-Organik Akar Gulma sama dengan Kandungan C-Organik Gulma 1 : Tanpa Amelioran

2 : Dolomit 3 : Jerami Kering 4 : Pupuk Kandang

Lampiran 5. Hasil perhitungan total kandungan karbon organik dan net karbon Perlakuan 1 Kandungan C-Organik Akar Padi (kg-C/ha) 2 Kandungan C-Organik Gabah (kg-C/ha) 3 Kandungan C-Organik Jerami (kg-C/ha) 4 Kandungan C-Organik Gulma (kg-C/ha) 5 Kandungan C-Organik Akar Gulma (kg-C/ha) 6 Total Kandungan C-Organik (kg-C/ha) 7 Emisi CO2-C (kg CO2-C/ha) 8 Net Karbon (kg-C/ha) Tanpa Amelioran 338.99 2646.67 3251.41 2.90 0.97 6240.9 15775.62 9534.7 Dolomit 341.97 2648.47 3371.94 37.43 12.48 6412.3 11682.49 5270.2 Jerami Kering 333.64 2775.37 3111.74 8.36 2.79 6231.9 16347.53 10115.6 Pupuk Kandang 336.83 2488.02 3025.03 7.58 2.53 5860.0 10821.96 4962.0 1

Kandungan C-Organik Akar Padi = Bobot Kering Akar x C-Organik Jerami

2

Kandungan C-Organik Gabah = GKG Kotor KA 14% x C-Organik Gabah

3

Kandungan C-Organik Jerami = Berat Jerami KA 14% x C-Organik Jerami

4

Kandungan C-Organik Gulma = Berat Gulma KA 14% x C-Organik Gulma

5

Kandungan C-Organik Akar Gulma = Berat Akar Gulma x C-Organik Gulma

6

Total Kandungan C-Organik = Jumlah Total Kandungan C-Organik

7

Emisi CO2-C = (N2O-N x 14/44 x 296) + (CH4-C x 23 x 12/16) + (CO2-C x 12/44)

8

Dokumen terkait