• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakuan antara lain :

(1) Fotoperiode berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan berat benih lele dumbo (C. griepinus), semakin lama waktu gelap maka pertumbuhan lele dumbo semakin meningkat.

(2) Fotoperiode tidak berpengaruh nyata terhadap Survival Rate (SR).

5.1 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan fotoperiode 0 jam terang 24 jam gelap dengan frekuensi pakan yang berbeda dan melakukan resirkulasi air atau penyiponan agar kualitas air tetap terjaga dan SR semakin tinggi.

Judul : Pengaruh Fotoperiode Terhadap Pertumbuhan Benih Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Nama Mahasiswa : Belly Maishela Nomor Pokok Mahasiswa : 0614111024

Jurusan : Budidaya Perairan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Suparmono, M.T.A. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc.

NIP. 1959032011985031004 NIP. 197908212003122001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Suparmono, M.T.A. ...

Sekretaris : Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. ...

Penguji Utama : Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang dalam penelitian yaitu : alat ukur (kertas millimeter blok, DO meter, Lux meter, pH meter, timbangan digital, termometer), 15 buah akuarium berukuran 50x50x50 cm3, 12 buah lampu TL 10 watt dengan intensitas 339,6 lux,

scoopnet, kabel listrik, dan 12 saklar lampu. 3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : benih lele dumbo sebanyak 375 ekor dengan berat rata-rata 0,618 gram, panjang rata-rata 2,860 cm yang didapat dari petani lokal di Lampung, dan pakan pellet terapung buatan pabrik sebanyak 5 kg.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan fotoperiode ; perlakuan A (6 jam terang 18 jam gelap), perlakuan B (12 jam terang dan 12 jam gelap), perlakuan C (18 jam terang 6 jam gelap), perlakuan D (24 jam terang 0 jam gelap), dan perlakuan E (0 jam terang 24 jam gelap). Masing-masing perlakuan dilakukan dengan tiga ulangan. Model liniear yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL):

Yij = µ + τi+ ∑ij (Sastrosupadi, 2000) Dengan

i = perlakuan ke-i, i=A, B, C, D dan E. j = ulangan ke-j, j=1, 2 dan 3

Yij = data pengamatan perlakuan fotoperiode ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

ij = galat percobaan akibat pengaruh perlakuan fotoperiode ke-i dan ulangan ke-j

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Tahap Persiapan

3.4.1.1 Penyediaan media

Media yang digunakan adalah akuarium berukuran 50x50x50 cm3 sebanyak 15 buah yang dicuci dengan air tawar kemudian disterilisasi dahulu dengan kaporit

untuk membersihkan kotoran, bakteri dan jamur yang menempel pada dinding akuarium (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Kemudian akuarium dibilas dengan air tawar dan dikeringkan selama 24 jam agar bau kaporit hilang. Akuarium diisi air dengan ketinggian 45 cm. Kemudian memasang instalasi listrik untuk penyinaran. Tata letak akuarium dapat dilihat seperti pada Lampiran 4.

3.4.1.2 Persiapan air

Air yang digunakan berasal dari air sumur yang bersih. Sebelum air dimasukan ke akuarium, air diendapkan terlebih dahulu di bak tandon dan diairasi.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

3.4.2.1 Penebaran benih

Penebaran benih dilakukan pada pagi hari. Rata-rata panjang benih yang ditebar adalah 2,860 cm dengan bobot 0,618 gram/ekor. Padat tebar 278 ekor/m3 (25 ekor/akuarium) seseuai dengan ketentuan yang dikemukakan Randi (2011) untuk padat tebar optimum penebaran benih lele dumbo adalah 200-300 ekor/m3. Dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara kantung plastik dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan selama 15-20 menit. Setelah itu dibuka dan air dibiarkan keluar dari dalam plastik secara berlahan sehingga terjadi pencampuran air dan kesamaan suhu. Ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya dari kantung plastik tersebut. Aklimatisasi dilakukan untuk menyesuaikan suhu lingkungan dengan suhu air yang ada dalam kantong plastik agar ikan tidak stres.

3.4.2.2 Pemberian pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan buatan pabrik (pelet), frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari, dengan selang waktu 12 jam pada pukul 06.00 WIB, dan 18.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan tiap hari sebanyak 5% dari berat ikan (Mahyudin, 2008).

3.4.3 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah:

(1) Pertumbuhan yang meliputi dari panjang dan berat ikan. Pengamatan panjang ikan diukur dengan kertas milimeter blok dengan skala 1 mm dan untuk pengukuran berat ikan dilakukan dengan menimbang ikan. Pengukuran dilakukan pada awal penebaran, hari ke-10, hari ke-20 dan hari ke-30.

(2) Kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, dissolved oxygen (DO) dan kandungan amoniak. Pengukuran suhu, pH dan DO diukur dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan untuk amonia dilakukan dengan uji laboratorium. Sampling uji amoniak dilakukan pada hari ke-10, ke-20 dan ke-30.

3.4.3.1 Pengukuran pertumbuhan berat mutlak

Menurut Effendie (1997), pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat pada awal peneltitian dengan akhir penelitian. Rumus untuk mencari pertumbuhan berat mutlak adalah:

Keterangan :

Wm : Growth/Pertumbuhan berat mutlak (gram)

Wt : Weight at time-t/Berat rata-rata akhir ikan (gram)

Wo : Initial weight/Berat rata-rata awal benih ikan (gram)

3.4.3.2 Laju pertumbuhan berat harian

Laju pertumbuhan berat ikan dalam kurun waktu tertentu dapat diketahui dengan rumus:

(Effendie, 1997) Keterangan :

GR : Growth rate/Pertumbuhan berat harian (gram/hari)

Wt : Weight at time-t/Berat rata-rata akhir ikan (gram)

Wo : Initial weight/Berat rata-rata awal benih ikan (gram)

t : Maintenance time/Lama pemeliharaan (hari)

3.4.3.3 Pengukuran pertumbuhan panjang mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih panjang tubuh pada awal penelitian dengan akhir penelitian. Rumus untuk mencari pertumbuhan panjang mutlak adalah:

(Effendie, 1997) Keterangan :

L : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt : Panjang tubuh pada awal penelitian (cm)

3.4.3.4 Pengukuran pertumbuhan panjang harian

Laju pertumbuhan berat ikan dalam kurun waktu tertentu dapat diketahui dengan rumus:

(Effendie, 1997) Keterangan :

LR : Pertumbuhan panjang harian (cm/hari)

Lt : Panjang pada akhir penelitian (cm)

Lo : Panjang pada awal penelitian (cm)

t : Lama waltu pemeliharaan (hari)

3.4.3.5 Survival Rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung setelah proses pemanenan. Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus:

(Effendie, 1997) Keterangan :

SR : Survival Rate/Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt : Number at time-t/Jumlah pada saat pemanenan (ekor)

No : Number at time-o/Jumlah benih saat awal penebaran (ekor)

3.4.3.6 Food Conversion Ratio (FCR)

Food Conversion Ratio adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. FCR dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

FCR : Food Conversion Ratio

F : Total pakan yang digunakan (kg)

Wo : Berat total ikan awal pemeliharaan (kg)

Wt : Berat total ikan akhir pemeliharaan (kg)

D : Berat total ikan mati (kg)

3.5 Sampling Data

Sampling data panjang dan berat tubuh ikan dilakukan 10 hari sekali, jumlah ikan yang diukur tiap sampling adalah 3 ekor/akuarium (10% dari jumlah populasi awal). Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan meletakkan ikan di atas kertas milimeter. Sedangkan untuk pengukuran berat dilakukan dengan meletakkan ikan di atas timbangan yang telah dikalibrasi. Pengukuran suhu, Dissolved Oxygen

(DO) dan pH dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Kandungan amoniak diamati sebanyak tiga kali selama penelitian dan dilakukan pada hari 10, ke-20, dan ke-30.

3.6 Analisis Data

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Anova pada selang kepercayaan 95%. Jika hasil uji Anova berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan ikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan tersebut perlu ditopang dengan ketersediaan ikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satunya adalah ikan lele dumbo (C. gariepinus) yang perkembangan produksinya secara nasional sangat baik. Hal tersebut didukung dengan ketersediaan ikan lele dumbo yang selama lima tahun terakhir produksinya terus meningkat. Pada tahun 2005 produksi nasional semua jenis ikan lele sebesar 69.386 ton, tahun 2006 sebesar 77.332 ton, tahun 2007 sebesar 91.735 ton lalu tahun 2008 meningkat menjadi 114.371 ton dan pada tahun 2009 terus meningkat menjadi 144.755 ton. Tahun 2010, angka sementara yang dipublikasikan produksi ikan lele dari hasil budidaya sebesar 273.554 ton (Ditjen Perikanan Budidaya, 2010). Hal tersebut menunjukan bahwa ikan lele dumbo memiliki prospek untuk dibudidayakan lebih intensif lagi. Pakan merupakan salah satu aspek yang dominan. Kebutuhan biaya untuk pakan mencapai lebih dari 50% dari keseluruhan biaya proses budidaya ikan lele dumbo. Sementara harga pakan buatan terus meningkat, tetapi harga jual ikan di tingkat petani relatif stabil sehingga keuntungan yang diterima para pembudidaya ikan akan semakin kecil (Rakhmawati, 2011). Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian

yang diharapkan mampu mempercepat laju pertumbuhan tanpa menambah biaya pakan. Sehingga hal tersebut dapat mempersingkat masa pemeliharaan dan mengurangi penggunaan pakan. Dengan demikian maka biaya produksi dapat diminimalisir dan waktu pemeliharaan dapat lebih singkat.

Menurut Boef dan Bail (1999), salah satu faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan ikan adalah cahaya yang meliputi spektrum warna, intensitas dan fotoperiode. Cahaya memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan (Puvanendra dan Brown, 1998). Pengaruh cahaya terhadap larva ikan tergantung pada jenis spesiesnya.

Ikan lele merupakan ikan nokturnal, yang aktif bergerak dan mencari makan di malam hari. Menurut Ariandhana (2010), Cahaya dapat mempengaruhi pola makan, melalui variasi intensitas, panjang gelombang dan polarisasi, dan variasi diurnal serta musiman. Semakin tinggi periode aktif ikan lele dalam mencari makan maka semakin banyak makanan yang dikonsumsi dan laju pertumbuhan pun semakin tinggi. Namun, semakin lama ikan beraktivitas maka energi yang digunakan untuk metabolisme juga meningkat, pada saat kondisi makanan yang kurang mencukupi hal tersebut akan mengurangi jumlah energi yang mestinya dimanfaatkan untuk pertumbuhan, dan berdampak pada penurunan laju

1.2 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh fotoperiode terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh fotoperiode terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo.

1.4 Kerangka Pemikiran

Ikan lele merupakan ikan nokturnal, cenderung aktif mencari makan pada malam hari atau pada saat kondisi gelap. Sehingga cahaya mempengaruhi tingkat

keaktifan ikan dalam bergerak maupun dalam mencari makan (Khairuman, 2010). Salah satu kerabat dekat dari ikan lele dumbo (ikan patin) tumbuh lebih cepat pada fotoperiode 0 jam terang 24 jam gelap (Piaia dkk, 1999). Adanya pengaruh cahaya terhadap tingkat keaktifan ikan dalam mencari makan, sehingga peneliti menduga pencahayaan akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan. Dengan anggapan bahwa semakin lama ikan aktif dalam mencari makan, maka

pertumbuhan akan semakin cepat. Cahaya (intensitas dan panjang gelombang) akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pergerakan, tingkah laku, dan pola makan ikan (Wulangi, 1993).

Gambar 1. Kerangka pemikiran

1.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

(1) H0 : µi = 0 ; i = 1,2,3,4,5. Fotoperiode tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan benih lele dumbo.

(2) H1 : µi ≠ µj untuk i ≠ j ; i,j = 1,2,3,4,5. Fotoperiode berpengaruh terhadap pertumbuhan benih lele dumbo.

Aktifitas mencari makan Lama penyinaran

Periode aktif ikan

Pertumbuhan Lele dumbo Total pakan yang

dikonsumsi Benih lele dumbo

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gadingrejo-Peringsewu pada 10 Mei 1988, Anak pertama dari tiga bersaudari dari pasangan Bapak Darmain, S.Pd. dan Ibu Suswati, S.Pd.

Pendidikan SDN 1 Gadingrejo pada tahun 2000, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo pada tahun 2003, dan sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Selama kuliah penulis aktif dalam organisas kemahasiswaan tingkat Universitas di UKM Fotografi ZOOM Unila dan Tingkat Provinsi di Forum Komunikasi

Fotografi Mahasiswa Lampung (Frame Lampung).

Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) yang terletak di desa Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

Pada tahun 2013, peneliti menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi

yang berjudul “Pengaruh Fotoperiode Terhadap Pertumbuhan Benih Lele Dumbo

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan HidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi berjudul : “Pengaruh Fotoperide Terhadap Pertumbuhan Benih Lele

Dumbo (C. gariepinus)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., Selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan. 3. Bapak Ir. Suparmono, M.T.A., selaku pembimbing utama atas bimbingan,

saran, dan kritik selama proses penyusunan skripsi.

4. Ibu Rara Diantari, S.Pi.,M.Sc., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran, dan kritik selama proses penyusunan sekripsi.

5. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si.. selaku penguji utama atas bimbingan, kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing akademik.

7. Semua Dosen Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. 8. Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga tercinta yang senantiasa memberi

9. Teman-teman Budiday Perairan Unila angkatan 2006, kakak senior angkatan 2004 dan 2005, serta adik-adikku angkatan 2007 dan seterusnya.

10. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 6 Januari 2013 Penulis

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

2.1.1 Klasifikasi

Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1985. Klasifikasi ikan lele dumbo (C. gariepinis) menurut Saanin (1989) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysoidei Subordo : Silaroidae Family : Claridae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Sirip dada(patil)

Lele dumbo memiliki kulit yang licin, berlendir, dan sama sekali tidak memiliki sisik. Warnanya hitam keunguan atau kemerahan dengan bintik-bintik yang tidak beraturan. Warna kulit tersebut akan berubah menjadi mozaik hitam putih jika lele sedang dalam kondisi stres, dan akan menjadi pucat jika terkena sinar matahari langsung (Arifin, 2009).

Lele dumbo memiliki kepala yang panjang hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Tanda yang khas dari lele dumbo adalah tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya. Sungut tersebut berfungsi sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makan (Najiyati, 2003).

Lele dumbo memiliki 3 buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, serta sirip dubur dan sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat gerakan. Lele dumbo juga

memiliki dua sirip yang berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada mempunyai jari-jari yang keras dan runcing yang biasa disebut patil. Patil berfungsi sebagai senjata sekaligus alat bantu gerak ke kanan dan ke kiri (Najiyati, 2003). Morfologi ikan lele dumbo dapat dilihat pada Gambar 2.

Sirip dorsal Kepala

Antena

Sirip perut Tutup inang

Gambar 2. Ikan lele dumbo (Intan, 2006)

2.1.3 Habitat dan Kebisaan Hidup

Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang paling baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah dan mata air. Namun lele dumbo jaga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O2 seperti dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena lele dombo memiliki alat pernapasan tambahan yaitu

arborescent. Alat tersebut memungkinkan lele mengambil O2 langsung dari udara sehingga dapat hidup di tempat beroksigen rendah. Alat tersebut juga

memungkinkan lele dumbo hidup di darat asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang cukup (Nugroho, 2007).

Salah satu sifat dari lele dumbo adalah suka meloncat ke darat, terutama pada saat malam hari. Hal tersebut karena lele dumbo termasuk ikan nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Sifat tersebut juga yang menyebabkan lele dumbo lebih menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya (Khairuman, 2010).

Dilihat dari makanannya, lele dumbo termasuk hewan karnivora atau pemakan daging. Pakan alami lele dumbo adalah cacing, kutu air, dan bangkai binatang. Lele dumbo sangat agresif dalam memangsa makanan, karena apapun yang diberikan pasti dilahapnya. Hal tersebut yang menyebabkan lele dumbo sangat cepat pertumbuhannya (Anonim, 2009).

Sirip anal Sirip kaudal

Di alam bebas, lele dumbo melakukan perkawinan pada bulan Oktober sampai April, yakni saat musim hujan berlangsung. Pada musim hujan, air hujan menggenang. Kondisi tersebut merangsang lele dumbo untuk melakukan pemijahan (Anonim, 2009).

2.2 Cahaya

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik. Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia adalah cahaya yang memiliki panjang gelombang kisaran 390-750nm (Starr, 2005).

Menurut Sudirman (2004), pada dasarnya respon ikan terhadap cahaya dimulai dari penglihatan (cahaya ditangkap oleh mata ikan) lalu kemudian timbul rangsangan dari otak. Respon ikan terhadap cahaya disebut juga dengan istilah

phototaxis. Ikan diurnal akan memberikan respon mendekati sumber cahaya (phototaxis positive), dan yang memiliki sifat nokturnal akan menjauhi sumber cahaya (phototaxis negative).

Cahaya (intensitas dan panjang gelombang) akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pergerakan, tingkah laku, dan pola makan ikan (Wulangi, 1993). Cahaya memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan (Puvanendra dan Brown, 1998). Pengaruh cahaya terhadap larva ikan tergantung jenis spesiesnya. Cahaya dapat mempengaruhi pola makan, melalau variasi intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dan variasi diurnal serta musiman (McFarland, 1999).

Ariandhana (2010) membuktikan bahwa periode penyinaran selama 24 jam terang dengan lampu TL 10 watt yang menghasilkan intensitas cahaya sebesar 339,6 lux memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan black ghost

(Apteronotus albafrans).

Worrall (2011) membuktikan bahwa fotoperiode yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan kakap putih (Lates calcariver). Worrall memberikan perlakuan dengan dua fotoperiode yang berbeda (12 jam terang 12 jam gelap dan 24 jam terang) dengan intensitas cahaya 1000 lux. Ditemukan bahwa ikan kakap putih tumbuh lebih cepat pada periode penyinaran 24 jam terang. Zolfaghari dkk. (2011) menyatakan bahwa Persian sturgeon

(Acipenser persicus) dengan fotoperiode 18 jam terang dan 6 jam gelap tumbuh lebih cepat dari kontrol (fotoperiode 12 jam terang 12 jam gelap).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Piaia dkk (1999), didapati bahwa

silver catfish tumbuh lebih cepat pada fotoperiode 0 jam terang 24 jam gelap. Pada kondisi gelap 24 jam silver catfish makan lebih banyak dibandingkan

dengan yang dipelihara pada kondisi 24 jam terang 0 jam gelap dan 10 jam terang 14 jam gelap.

Dari penelitian Türker dan Yıldırım (2011) diperoleh kesimpulan bahwa ikan

Rainbow trouth (Oncorhynchus mykiss) tumbuh sangat baik pada perlakuan 24 jam terang dengan laju pertumbuhan setiap hari sebesar 2,16% dan 18 jam terang dengan laju pertumbuhan setiap hari sebesar 1,96%. Asupan pakan meningkat dengan penambahan fotoperiode.

Al Jerian dan Younis (1998) mengemukakan bahwa fotoperiode bertindak sebagai rangsangan endogen nafsu makan dan pertumbuhan. Pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya nafsu makan dan konversi pakan.

2.3 Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan ikan adalah perubahan panjang atau berat pada suatu individu atau populasi yang merupakan respon terhadap perubahan makanan yang tersedia. Laju pertumbuhan organisme perairan tergantung dari kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan tempat organisme itu berada. Menurut Effendie (1979) pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, dan ukuran) per satuan waktu baik individu, stok, maupun komunitas.

Menurut Ridwan (2002), setiap makanan yang masuk dalam tubuh ikan mengalami proses pencernaan, lalu diserap oleh usus, serta pengangkutan oleh darah, lalu metabolisme dalam sel. Karena kompleksnya zat makanan tersebut ditambah keterbatasan kemampuan organ pencernaan, sehingga tidak semua makanan dapat diserap oleh tubuh ikan. Bagian yang tidak diserap tersebut akan dibuang lewat anus sebagai feses, zat makanan yang diserap kemudian diangkut menuju organ target, sebagian akan mengalami proses katabolisme sehingga dapat dihasilkan energi bebas dan sebagian lagi akan dijadikan bahan untuk menyusun sel-sel baru. Energi bebas yang dihasilkan dari proses katabolisme, selanjutnya dapat digunakan untuk proses penyusunan jaringan baru (pertumbuhan).

Menurut Ridwan (2002), secara matematik pemanfaatan energi yang dikonsumsi dapat dihitung dengan persamaan:

Ec = Ef + Eu + Em + Eg

Dengan Ec = Energy consumtion/Energi yang dikonsumsi, Ef = Energy

feses/Energi yang terbuang lewat feses, Eu = Energy urine/Energi yang terbuang lewat ekskresi nitrogen, Em = Energy metabolism/Energi yang digunakan untuk metabolisme, Eg = Energy growth/Energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Menurut Effendie (1979), pertumbuhan ikan terdiri dari beberapa macam: (1) pertumbuhan mutlak, yaitu ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, dan (2) pertumbuhan nisbi, yaitu berat atau panjang yang dicapai ikan dalam suatu

periode waktu tertentu dihubungkan dengan panjang atau berat awal periode tertentu.

Dokumen terkait