• Tidak ada hasil yang ditemukan

8

BAB II

BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH A.Sejarah Ringkas

Balai Penelitian Sungei Putih (BPSP) adalah unit kerja penelitian dan pengembangan perkaretan. Pembentukan BPSP yang dimulai sejak tahun 1981 sudah beberapa kali berganti nama sejalan dengan reorganisasi lembaga penelitian. Diawali dari SK Menteri Pertanian RI No. 790/Kpts/Org/1981 tentang berdirinya Balai Penelitian Perkebunan Sungei Putih (1981-1989), yang kemudian berubah menjadi Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Sungei Putih (1989-1992) berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No.823/Kpts/KB.110/89 dan SK AP31 No. 222/APP/89.

Selanjutnya, berdasarkan segi mandat komoditas Puslitbun Sungei Putih, bersama Puslitbun Sembawa, Puslitbun Getas, dan bagian Pasca Panen Karet pada Puslitbun Bogor dikelompokkan menjadi Pusat Penelitian Karet yang berkedudukan di Sungei Putih (1992-2003) berdasarkan SK DPH-AP31, No. 084/Kpts/DPH/X2/92.

Dengan penggabungan tersebut, keempat Puslitbun berfungsi sebagai unit kegiatan penelitian Pusat Penelitian Karet (PPK) dan melalui keputusan DPH-AP31 No. 059/93 nama Puslitbun Sembawa diubah menjadi Balai Penelitian Sembawa, Puslitbun Getas diubah menjadi Balai Penelitian Getas, dan Bagian Pasca Panen Karet Puslitbun Bogor diubah menjadi Balai

Penelitian Teknologi Karet Bogor, sedangkan Puslitbun Sungei Putih menjadi kantor utama Pusat Penelitian Karet (Puslit Karet).

Pada tahun 2003 terjadi reorganisasi pada lembaga Pusat Penelitian Karet yang semula berkedudukan di Sungei Putih berpindah tempat ke Tanjung Morawa, sedangkan kantor Sungei Putih berubah nama menjadi Balai Penelitian Sungei Putih berdasarkan SK Direktur Eksekutif LRPI No.06/Kpts/LRPI/2003, tanggal 26 Maret 2003.

Berdasarkan struktur organisasi, susunan personalia BPSP dipimpin oleh seorang Kepala Balai setingkat dengan pejabat lapis dua di Pusat Penelitian Karet dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Pusat Penelitian Karet. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dalam Surat Keputusan Direktur Eksekutif LRPI No.06/Kpts/LRPI/2003, tanggal 26 Maret 2003 yang kemudian dibuat dalam SK Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara No.17/Kpts/RPN/2011, maka Kepala Balai dibantu oleh beberapa pejabat struktural setingkat Kepala Urusan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

1. Visi Balai Penelitian Sungei Putih

Visi Balai Penelitian Sungei Putih adalah menjadi perusahaan berbasis riset dan pengembangan teknologi perkebunan karet berkelas dunia, berdaya saing tinggi, dan terus berkembang.

2. Misi Balai Penelitian Sungei Putih

a. Memasyarakatkan secara intensif inovasi teknologi hasil penelitian kepada pengguna.

b. Menghasilkan inovasi, merekayasa dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan, bagi pengembangan sistem dan usaha agribisnis karet untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional

c. Mendorong peningkatan kinerja industri berbasis karet di dalam negeri, melalui introduksi inovasi teknologi serta pelayanan yang proaktif.

d. Mendorong terciptanya industri berbasis karet yang ramah lingkungan guna mempertahankan kelestarian agroindustri.

e. Melakukan upaya-upaya yang mengarah pada kemandirian institusi secara finansial melalui kegiatan usaha yang berbasis pada kompetensi. 3. Tujuan Balai Penelitian Sungei Putih

Tujuan Balai Penelitian Sungei Putih adalah sebagai berikut:

a. Sebagai lembaga yang membantu tercapainya tujuan pembangunan pertanian khususnya di bidang agribisnis berbasis karet di Indonesia. b. Menjadi lembaga yang memberikan bantuan pelayanan kepada

stakeholder dan institusi lain (perkebunan swasta, petani, dan instansi terkait).

B.Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan

adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertical, melalui saluran tunggal. Struktur organisasi Balai Penelitian Sungei Putih adalah sebagai berikut :

KEPALA BALAI URUSAN TATA USAHA KEPALA KEBUN ASISTEN URUSAN MONITORING ASISTEN URUSAN PEMBUKUAN& ADM ASISTEN URUSAN DIV. KEBUN SUNGEI PUTIH ASISTEN URUSAN DIVISI KEBUN SIKIJANG ASISTEN URUSAN DIV. PEMBIBITAN/N ON KARET ASISTEN URUSAN KEUANGAN Penjab Kasir Penjab Verifikasi Keuangan Penjab Pembukuan & Akuntansi ASISTEN URUSAN RUMAH TANGGA

Penjab Pool Kend. Teknik & Workshop

Penjab Bangunan Emplasmen. Umum ASISTEN URUSAN ADM. KEPEG Penjab Penggajian & Kesejahteraan

Penjab Hukum & Adm Kepegawaian Penjab Aset Inventarisasi ASISTEN URUSAN PGI Penjab Perencanaan & Pelaporan ASISTEN URUSAN KESEKRETARIATAN PERENCANAAN & PELAPORAN URUSAN KOMERSIALISASI HASILPENELITIAN ASISTEN URUSAN JASA ASISTEN URUSAN PROMOSI PEMASARAN URUSAN PENELITIAN ASISTEN URUSAN TATA OPERASIONAL PENELITIAN ASISTEN URUSAN LABORATORIUM.. RUMAH KACA &

STASIUN KLIMATOLOGI ASISTEN URUSAN PHP & PERPUSTAKAAN Penjab Pustaka KOORDINATOR PENELITIAN PENELITI

Struktur Organisasi Balai Penelitian Sungei Putih Sumber Data : Balai Penelitian Sungei Putih

Penjab Unit Kerja Tanjung Morawa

Keterangan :

PHP : Penyaluran Hasil Penelitian Penjab : Penanggung Jawab

Gambar 2.1

Penjab Monitoring Adm&Teknis

C.Job Description

1. Rincian tugas kepala balai a. Memimpin perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan perusahaan. c. Pengambil keputusan yang akan dijalankan perusahaan. 2. Rincian tugas bagian koordinator peneliti

a. Mengatur/mengkoordinasi jalannya kegiatan penelitian. b. Melaksanakan pengembangan teknologi hasil penelitian. 3. Rincian tugas bagian urusan penelitian

a. Melaksanakan kegiatan pemuliaan tanaman, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan pemupukan, iklim, usahatani, dan penyadapan, pasca panen, dan sosial ekonomi.

b. Melakukan pengujian hasil penelitian.

c. Menyelenggarakan kegiatan pelatihan, workshop serta studi banding. 4. Rincian tugas bagian urusan komersialisasi hasil penelitian

a. Melaksanakan pelayanan/jasa hasil penelitian kepada para petani, penyuluh pertanian, dan pekebun karet.

b. Melaksanakan pemasaran/penjualan produk yang dimiliki oleh Balai Penelitian Sungei Putih.

5. Rincian tugas bagian urusan tata usaha

a. Melaksaksanakan urusan administrasi kepegawaian, penggajian dan kesejahteraan serta perlindungan hukum bagi para pegawainya.

c. Melaksanakan urusan asset/inventaris.

d. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pembukuan, pengeluaran dan pertanggungjawaban keuangan.

e. Melaksanakan urusan pool kendaraan, bangunan, teknik dan workshop. 6. Rincian tugas bagian kepala kebun

a. Mengatur urusan pembukuan dan administrasi di kebun percobaan. b. Mengatur urusan divisi Sungei Putih.

c. Mengatur urusan divisi Sikijang.

d. Mengatur urusan divisi Pembibitan/ Non Karet. 7. Rincian tugas bagian asisten urusan monitoring

a. Mengatur bagian administrasi dan teknis. D.Jaringan Kegiatan

Balai Penelitian Sungei Putih bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah, BUMN maupun Perusahaan Swasta serta LSM untuk dapat mengimplementasikan aspek teknologi dalam agribisnis karet. Bentuk-bentuk kerjasama adalah sebagai berikut.

1. Kerjasama pengujian produk

Dalam pengujian produk, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan:

a. PT Cipta Para Sentosa b. PT Agro Dynamics Indo c. PT Golden Agro Jaya

Untuk pengembangan produk, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan :

a. PT SAN

b. PT Prima Agro Tech 3. Kerjasama advis teknis

Untuk advis teknis, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan : a. PT Prima Agro Tech

b. PT Cipta Para Sentosa c. B.I. Cabang Sibolga d. PTPN VIII

e. PT Multisrada

f. PT Sumber Sawit Makmur.

Dan sejumlah dinas perkebunan tingkat I dan II di Indonesia 4. Kerjasama pengawalan teknologi

Dalam pengawalan teknologi, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan : a. PTPN III b. PTPN V c. PTPN VII d. PTPN VIII e. PTPN IX f. PTPN XIII

Untuk rekomendasi pemupukan, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan : a. PTPN II b. PTPN V c. PTPN III d. PTPN XIII e. PT Numbing Jaya 6. Kerjasama studi kelayakan

Untuk studi kelayakan, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan: a. PTPN V

b. PTPN IV c. PT. Multistrada d. PT PD Paya Pinang. 7. Kerjasama pemurnian klon

Untuk memurnikan klon-klon unggul di kebun entres, Balai Penelitian Sungei Putih bekerja sama dengan:

a. Swiss Contact (LSM di Kabupaten Aceh Tamiang) b. Dishutbun Propinsi Aceh

E.Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga Balai Penelitian Sungei Putih terus berupaya agar tujuan yang di inginkan dapat terwujud.

Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi, kinerja kegiatan terkini yang dijalankan perusahaan adalah: 1. Penelitian

Melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghasilkan teknologi karet yang meliputi bidang prapanen (pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan pemupukan, iklim, usahatani, dan penyadapan), pasca panen, dan sosial ekonomi.

2. Pengembangan teknologi hasil penelitian

Dalam pengembangan teknologi hasil penelitian, Balai Penelitian Sungei Putih melakukan studi kelayakan usaha perkebunan karet, menyusun rekomendasi pemupukan, evaluasi penyediaan bahan tananaman unggul dan pertumbuhan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pengawalan teknologi penyadapan untuk mencapai produktivitas optimal pada tanaman menghasilkan (TM).

3. Kompetensi utama riset dan pengembangan

Komoditas Karet Terletak di tengah-tengah perkebunan karet rakyat, sejak tahun 1981 Balai Penelitian Sungei Putih menjalankan misinya untuk menghasilkan teknologi di bidang perkaretan yang unggul dan kompeten. Tenaga peneliti terdiri dari 21 orang peneliti yang handal dari berbagai disiplin ilmu seperti pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, pengolahan hasil, dan sosial ekonomi terintegrasi bekerja dan

berusaha menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi pengembangan perkebunan karet.

4. Pengadaan dan pengembangan produk hasil penelitian

Balai Penelitian Sungei Putih dalam kegiatan penelitian lebih lanjut melakukan perakitan teknologi dan formulasi berbagai produk yang bermanfaat bagi usaha perkebunan karet, antara lain rekomendasi pemupukan, rekomendasi pengendalian penyakit, rekomendasi penyadapan, klon-klon unggul, bahan tanam penutup tanah, biofungisida, pupuk lepas lambat, peralatan manajemen tajuk, peralatan sadap, stimulan lateks, alat pelindung panen, bahan penggumpal lateks, dan mesin mobile sawmill. 5. Konsultasi teknologi riset untuk komoditas karet

Balai Penelitian Sungei Putih melaksanakan pelayanan/jasa hasil penelitian kepada para petani, penyuluh pertanian, dan pekebun karet, terutama anggota Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Melaksanakan kegiatan alih teknologi karet.

6. Perdagangan produk perkebunan

Balai Penelitian Sungei Putih di samping melakukan penelitian bidang perkaretan, juga melakukan perdagangan produk perkebunan yang merupakan hasil dari Kebun Percobaan berupa biji karet, bibit tanaman karet, lateks dan lump. Biji dan bibit karet yang dihasilkan Balai Penelitian Sungei Putih telah menyebar ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Disamping itu Balai Penelitian Sungei Putih juga memperdagangkan produk perkebunan lainnya seperti pisau sadap, Triko

SPPlus, bibit pisang kultur jaringan, Tap SP, mobile sawmill portable yang diproduksi sesuai pesanan.

F. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Balai Penelitian Sungei Putih antara lain adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghasilkan teknologi karet yang meliputi bidang prapanen (pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan pemupukan, iklim, usahatani, dan penyadapan), pasca panen, dan sosial ekonomi

2. Melaksanakan pelayanan/jasa hasil penelitian kepada para petani, penyuluh pertanian, dan pekebun karet, terutama anggota Lembaga Riset Perkebunan Indonesia

20

BAB III

PENGAWASAN INTERN TERHADAP KAS PADA BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH A.Pengertian Pengawasan Intern Kas

Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana.

Istilah pengawasan intern meliputi sistem-sistem, prosedur-prosedur dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh suatu perusahaan untuk membantu memastikan bahwa transaksi-transaksi telah diotorisasi, diperiksa dan dicatatat secara layak.

Menurut Honggodjojo (1981 : 152) “Pengawasan intern adalah rangkaian daripada organisasi beserta segala peraturan dan cara-cara yang diciptakan dengan tujuan untuk mengamankan harta perusahaan, mengusahakan agar data-data akuntansi dapat diandalkan kebenarannya, merangsang tercapainya daya guna yang tinggi, serta mendorong agar kebijaksanaan pimpinan ditaati sebaik-baiknya. Pengawasan kas merupakan bagian yang tidak terpisah dari pengawasan intern, hanya saja pengawasan kas sebagai bagian yang lebih khusus dan mendetail.

Maju mundurnya suatu perusahaan sangat bergantung pada cara pengelolaan manajemen yang diterapkan. Sedangkan berhasil tidaknya manajemen dalam menjalankan tugasnya akan tercermin di laporan keuangan yang disajikan, dalam hal ini pengawasan merupakan salah satu fungsi

manajemen untuk menyelenggarakan seluruh rencana kegiatan yang telah ditetapkan agar dapat berjalan dengan baik.

Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan instansi tersebut.

1. Kas

Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Menurut Baridwan (2003 : 85) “kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi”. Dalam neraca, kas adalah kas merupakan aktiva yang paling sering berubah. Hampir dalam setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.

Menurut Dunia (2001 : 127) “kas adalah uang kas yang ada diperusahaan dan uang yang disimpan di bank, yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan".

Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller’s checks, cashier’s checks, bank draft dan money order.

Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita,

kas terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu: Kas selalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan, mudah digunakan serta ditukarkan dengan harta lain.

Karena sifatnya yang sangat mudah untuk dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya, maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan.

Kas terdiri dari saldo kas yang ditangan perusahaan dan termasuk rekening giro. Setoran kas adalah asset yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi. Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat pengawasan internal kas.

2. Jenis-jenis pengawasan internal a. Pengawasan akuntansi

Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan dari catatan-catatan keuangan yang dapat dipercaya, oleh karena itu disusun sedemikian rupa untuk meyakinkan bahwa:

1) Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan atau wewenang pimpinan, baik yang bersifat umum maupun khusus.

2) Transaksi-transaksi dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan ikhtisar-ikhtisar keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi atau kriteria lain sesuai dengan tujuan ikhtisar tersebut dan menekankan pertanggungjawaban atas harta kekayaan perusahaan. 3) Penguasaan atas harta perusahaan diberikan hanya dengan persetujuan

atau wewenang pimpinan.

4) Jumlah aktiva prusahaan seperti yang tercantum dalam catatan perusahaan dicocokkan dengan aktiva yang ada pada waktu yang tepat dengan tindakan yang sewajarnya diambil jika terjadi perbedaan. b. Pengawasan administratif

Pengawasan administratif meliputi (tapi tidak terbatas pada) rencana serta prosedur dan pencatatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang membuat pimpinan perusahaan untuk menyetujui atau memberi wewenang atas terjadinya transaksi-transaksi. Pemberian wewenang tersebut merupakan fungsi pimpinan perusahaan yang langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai titik tolak serta menciptakan pengawasan akuntansi atau transaksi.

c. Pengawasan penggunaan

Tujuan dari pengawasan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu barang atau inventaris sudah benar penggunaannya. Penggunaan ini penting artinya untuk menentukan nilai ekonomis aktiva tetap seperti keamanan atau keutuhan, keawetan, maupun pendayagunaan barang-barang yang ada.

3. Ciri-ciri sistem pengawasan intern yang baik adalah sebagai berikut: a. Struktur organisasi yang baik.

Suatu struktur organisasi yang membagi fungsi organisasi secara tepat di antara petugas atau bagian dan di dalamnya terdapat pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berhubungan. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kekeliruan dan penyelewengan.

b. Prosedur pemberian wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

Penyelenggaraan catatan-catatan akuntansi harus dipisahkan sebagai bagian tersendiri dan bertanggung jawab penuh terhadap data akuntansi perusahaan. Pembagian tanggung jawab harus dilakukan dengan tepat dan teliti, sehingga tiap pegawai mengetahui dengan jelas, kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Begitu pula pembagian wewenang harus dilaksanakan dengan teliti, sehingga tiap pejabat mengetahui tanpa ragu-ragu, siapa yang berwenang untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan siapa tidak.

c. Menaati setiap tugas dan menjalankannya dengan benar.

Praktik-praktik yang sehat yang harus dijalankan harus ditaati dan dijalankan oleh setiap bagian organisasi. Setiap bagian harus mengetahui tugasnya masing-masing secara jelas dan benar serta menjalankannya dengan sungguh-sungguh.

d. Penempatan pegawai secara tepat.

Penempatan pegawai yang tepat akan mendorong kemajuan operasi perusahaan dan kebijaksanaan manajemen dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Hal ini menuntut adanya petugas yang dapat memahami dan mampu melaksanakan tugas yang telah ditentukan baginya. Sehingga perlu dilakukannya seleksi bagi para karyawan.

e. Pemeriksaan yang bebas

Untuk menentukan apakah prinsip-prinsip pengendalian intern diterapkan secara efektif, sistem tersebut secara berkala harus diperiksa dan dinilai oleh auditor intern (internal auditor), yang bebas (independen) terhadap pegawai yang bertanggung jawab atas kegiatan operasi perusahaan. f. Adanya bukti dan tindakan pengamanan

Bukti-bukti dan tindakan pengamanan harus dimanfaatkan untuk melindungi aktiva perusahaan dan memastikan kecermatan data akuntansi. Prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai teknik dan prosedur, misalnya penggunaan perkiraan pengendali dan buku besar tambahan, penggunaan rekening bank dan tindakan pengamanan lain untuk uang kas, investasi, dan dokumen-dokumen berharga lain serta penggunaan berbagai macam peralatan mekanis.

g. Pengendalian atas uang kas

Karena nilainya yang tinggi dibandingkan dengan banyaknya serta mudahnya dipindahkan, aktiva ini paling mudah diselewengkan dan digunakan untuk kepentingan sendiri oleh pegawai. Karena itu merupakan keharusan bahwa uang kas harus dilindungi secara efektif dengan alat pengendalian yang khusus. Alat-alat pengendalian tersebut antara lain:

1) Rekening bank 2) Rekening koran 3) Rekening giro 4) Rekonsiliasi bank 5) Cek

h. Pengawasan terhadap uang tunai

Pengamanan untuk kas yang baik dan berfaedah baik bagi perusahaan sendiri maupun bagi masyarakat business ialah apabila kas perusahaan pada prinsipnya disimpan di bank dan semua pengeluaran dilakukan dengan cek.

Secara garis besar pengawasan kas harus diarahkan kepada dua hal, yaitu: administrative dan accounting control sesuai dengan tanggung jawab manajemen terhadap kas yang secara umum terdiri dari:

1) Menyediakan kas dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kelancaran operasi perusahaan / instansi.

2) Menghindari terjadinya kas yang menganggur.

3) Meningkatkan efisiensi operasi dan mencegah terjadinya kerugian-kerugian sebagai akibat dari adanya tindak penyelewengan kas atau penyalahgunaan wewenang.

B.Tujuan dan Fungsi Pengawasan Intern Kas 1. Tujuan pengawasan intern

Mengingat mayoritas transaksi diperusahaan melibatkan kas, maka pengawasan internal kas sangat diperlukan guna menghindari terjadinya

penyelewengan yang dilakukan terhadap kas. Pengawasan intern kas tercakup dalam suatu pengawasan intern kas. Pada dasarnya tujuan pengawasan intern kas adalah:

a. Diperolehnya data dan informasi mengenai kas yang sebenarnya. b. Diperolehnya keakuratan data.

c. Untuk mencek kecermatan antara dana dari catatan menurut pembukuan dengan saldo kas yang sebenarnya.

d. Untuk mencek pelaksanaan kegiatan mengenai kas sehingga apabila terjadi penyimpangan dari sistem yang diterapkan dapat diambil tindakan koreksi.

2. Pengawasan intern kas dapat diterapkan dengan cara, yaitu: a. Pengawasan terhadap penerimaan kas

Sumber penerimaan uang kas yang lazim dalam perusahaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan kas pelunasan piutang untuk penjualan kredit, dan penerimaan lainnya seperti hasil penjualan investasi sementara atau penjualan aktiva tetap perusahaan. Agar semua hasil penerimaan ini dapat diamankan dan menjadi milik perusahaan maka pengawasan intern yang baik harus diciptakan dan dibina. Adapun prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain:

1) Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. 2) Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi

3) Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.

b. Pengawasan terhadap pengeluaran kas

Sama halnya dengan penerimaan kas, pengeluaran kas juga harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan atau kecurangan dalam pelaksanaannya yang mengakibatkan kerugian perusahaan. Pengeluaran kas biasanya berupa pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk berbagai macam keperluan, misalnya pembayaran hutang, pembayaran gaji karyawan dan biaya-biaya lainnya. Beberapa prosedur pengawasan yang penting adalah sebagai berikut: 1) Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk

Dokumen terkait