• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini menyajikan data yang telah dievaluasi dan kesimpulan yang dapat diambil seta yang dapat diberikan. Penulis dapat berharap tulisan ini dapat berguna di masyarakat.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM A. Sejarah singkat KPP Pratama Medan Polonia

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A. 2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro No. 30 Sebelum Indonesia merdeka, masa pajak ini dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda yang segala peraturanya diatur menurut Undang-undang yang berlaku di Belanda. Setelah Indonesia merdeka peraturan dan Undang-undang tentang Perpajakan disesuaikan dengan iklim dan kebudayaan Indonesia.

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu: Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan dan Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran.

Dengan pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin meningkat maka pemerintah mendirikan Kantor Inpeksi Pajak Medan Barat. Untuk menetapkan pelayanan pajak yang akan diberikan kepada masyarakat umum. Khususnya kepada wajib pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 276/KMK/01/1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak. Maka Kantor Inpeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai Jl. KM 7,5.

Pada tanggal 1 April 1979 Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak di bagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berjalan di Jl. Diponegoro No.30 A

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, pemeriksaan dan penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengalaman Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam KPP, yaitu :

1. KPP Medan Belawan yang berlokasi di Jl. Asrama No.7 Medan 2. KPP Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No. 17 A Medan 3. KPP Medan Timur yang berlokasi di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan 4. KPP Medan Binjai yang berlokasi di Jl. Asrama No. 7 A Medan 5. KPP Medan Kota yang berlokasi di Jl. Diponegoro No. 17 A Medan 6. KPP Medan Polonia yang berlokasi di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan

KPP Medan Polonia berdiri pada awal tahun 2002 yang mana merupakan pemecahan dari KPP Medan Barat yang terletak di Jl. Suka Mulia. Dengan tujuan untuk mengembangkan kantor wilayah kerja. KPP Medan Polonia ini mencakup lima kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Medan Maimun 2. Kecamatan Medan Polonia 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan

Sesuai dengan surat edaran No. SE – 19/ PJ / 2007 tentang Persiapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak KPP Medan Polonia dan pembentukan Kantor Pelayanan Pratama seluruh Indonesia tahun 2007-2008, KPP Pratama adalah jenis KPP yang sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK/2006. KPP Pratama terbagi menjadi KPP Pratama Pecahan.

Pada 19 Mei 2008 keluar Surat Keputusan Direktur Jenderal pajak No: KEP-95/PJ/2008 tentang penerapan organisasi, tata cara kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan.

Penyuluhan dan Konsultasi perpajakan di lingkungan Kantor Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur dan Kantor Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. Berdasarkan surat-surat tersebut maka KPP Medan Polonia berubah menjadi KPP Pratama Medan Polonia.

Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas dibidang pelayanan, pengawasan administratif dan pemeriksaan sederhana wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak atas Barang Mewah

(PPnBM) dan pajak tidak langsung lainya dalam wilayah wewenangnya. Surat Edaran No: SE-19/ PJ / 2007, tentang persiapan penerapan sistem administratif perpajakan modern pada Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak KPP Medan Polonia dan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama seluruh Indonesia tahun 2007-2008, sehubungan dengan rencana Penerapan Sistem Administrasi Modren (Modernisasi) pada beberapa Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP). Di seluruh Indonesia tahun 2007-2008, menyampaikan hal-hal yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut :

a. Keuangan No: 132/ PMK / 2006. KPP Pratama menjadi dua bagian yaitu, KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan.

b. KP2KP adalah unit vertikal sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No: 132 / PMK / 2006, yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada kepala KPP Pratama.

c. SIDJP adalah Aplikasi Sistem Direktorat Jenderal Pajak yang menggabungkan seluruh aplikasi perpajakan yang ada di KPP, yaitu : SIP, SAPT, SISMIOP, SIMP, dan SIDJP dalam versi sekarang.

d. Konversi data adalah kegiatan yang meliputi antara lain back up data dan kode wilayah.

e. Migrasi data adalah kegiatan menyesuaikan basis data yang ada ke dalam struktur basis data SIDJP.

B. Visi, Misi dan Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 1. VISI

Dengan adanya kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Kpp Medan Polonia, Visi KPP Pratama Medan Polonia adalah “ sebagai Kantor Pelayanan Pajak yang profesional dengan kinerja yang baik dan yang dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kanwil I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara”.

Melalui Visi tersebut diharapkan:

1. Meningkatkan bimbingan, koordinasi dan pengwasan dalam wilayah wewenang KPP Pretama Medan Polonia.

2. Tercapainya pelayanan yang prima kepada wajib pajak.

3. Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak.

4. Tercapainya kualitas SDM yang berpengalaman, berkepribadian dan berbudi pekerti yang baik.

5. Tercapainya pelayanan yang prima kepada wajib pajak. 2. MISI

Misi dari KPP Pratama Medan polonia adalah untuk meningkatkan penerimaan dan pendapatan negara melalui penerimaan Pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan meningkatkan informasi pajak yang baik dan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan aspirasi masyarakat dan tata tertib administrasi.

Dalam rangka mewujudkan Visi Misi tersebut, maka diperoleh sasaran yang ingin dicapai oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yaitu:

1. Tercapainya pererimaan pajak.

2. Terlaksananya peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Melakukan pemberkasan berkas-berkas wajib pajak dengan baik.

4. Melakukan himbauan kepada wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan.

5. Peningkatan sarana dan prasarana di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

6. Intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap subjek dan objek pajak. 7. Melakukan up date terhadap data wajib pajak.

8. Melakukan in house training dan rapat pembinaan secara rutin. 3. Tujuan Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Polonia

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan suatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan. Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.

2. Penelitiaan dan peñatausahaan Surat Pemberitahuan Masa berkas wajib pajak. 3. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan asas Barang Mewah (PPnBM), dan pajak tidak langsung lainya.

4. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penghasilan, Penagihan, penyelesaian keberatan, peñata usahaan banding dan penyelesaian restitusi

Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak langsung lainya.

5. Terwujudnya pelayanan prima.

6. Meningkatkan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi.

7. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif. 8. Terselenggaranya sistem administrasi perpajakan modern.

9. Terkoordinasinya kegiatan pengamatan penerimaan Negara. 10.Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. 11.Penerbitan Surat Penetapan Pajak

12.Pembetulan Surat Penetaan Pajak. 13.Pengurusan sanksi pajak.

C. Logo Perusahaan dan Arti Logo

KPP Pratama Medan Polonia menggunakan logo Direktorat Jenderal Pajak sebagai logo perusahaan, dikarenakan seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama berada dalam naungan Direktorat Jenderal Pajak.

1. Keterangan umum

Motto : Negara Dara Rakca

Bentuk : Segilima dengan ukuran 5 cm dan tinggi 7 cm Tata warna : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih dan hijau Makna :

a. Padi sebayak 17 butir berwarna kuning emas dan kapas sebayak 8 butir dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5, berwarna putih dengan kelopak berwarna hijau. Keduanya melambangkan cita-cita Indonesia sekaligus diberi arti tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia. b. Sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam

menjalankan tugas.

c. Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun, mengarahkan, mengamankan keuangan negara.

d. Ruang segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.

2. Arti keseluruhan

Makna keseluruhan lambang tersebut sesuaidengan motto “Negara dana Rakca” adalah ungkapan suatu daya yang mempersatukan dengan menyerasikan dalam gerak kerja untuk melaksanakan tugas Departemen Keuangan.

Adapun motto dari KPP Pratama Medan Polonia yaitu “Melayani Anda, wujud bakti kami kepada ibu pertiwi ”.

D. Struktur Organisasi di KPP Pratama Medan Polonia

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuanya adalah untuk membina keharmonisan kerja.

Berdasarkan keputusan Presiden RI No 23 tahun 1997 tentang perubahan keputusan Presiden No 15 tahun 1984 tentang susunan suatu organisasi departemen, maka Direkrorat Jenderal pajak terdiri dari susunan sebagai berikut : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal,

2. Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan, 3. Direktorat Peraturan Perpajakan,

4. Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional, 5. Direktorat Pajak Penghasilan,

6. Direktorat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak tidak Langsung lainnya, 7. Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan,

8. Direktorat Pemeriksa Pajak, 9. Pusat Penyuluhan Perpajakan,

10.Pusat Pegolahan Data dan Informasi Perpajakan, dan 11.Pusat Pedidikan dan Latihan Perpajakan.

Sedangkan Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut : 1. Sub Bagian Umum,

2. Seksi Ekstensifikasi,

4. Seksi Penagihan,

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon), 6. Seksi Pemeriksaan,

7. Kelompok Fungsional, 8. Seksi Pelayanan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia memakai struktur organisasi garis staf yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan RI.

E. Bidang-Bidang Kerja KPP 1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga serta perlengkapan. Sub bagian umum terdiri dari :

a. Koordinator pelaksanaan dan pegawaian, yang bertugas membantu urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan.

b. Koordinator pelaksanaan keuangan, yang bertugas membantu keuangan.

c. Koordinator pelaksanaan rumah tangga, yang bertugas membantu urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi dalam pendaftaran wajib pajak, penatausahaan

penerimaan dan pengecekan SPT, pengurusan kearsipan berkas wajib pajak. Seksi Ekstensifikasi terdiri dari :

a. Kordinator Pelaksanaan Pelayanan Terpadu

Mempunyai tugas membantu urusan penerimaan surat pemberitahuan, surat wajib pajak lainnya, serta melakukan penatausahaan pendaftaran wajib pajak dan pemindahan, dan pencabutan identitas wajib pajak.

b. Kordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan Pajak Mempunyai tugas membantu urusan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh.

c. Kordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Wajib Pajak

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan bagi hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis. Seksi pengolahan data dan informasi terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I, yang bertugas membantu melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta pembuatan monografi pajak.

b. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II, yang bertugas membantu melakukan pelaksanaan pemberian dukungan teknis komputer.

c. Koordinator pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III, yang bertugas membantu melakukan urusan penggalian potensi perpajakan dan ekstensifikasi pajak.

4. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku, serta untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi ini mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan Banding / Pengurang atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi,

b. Menjawab konfirmasi data Tunggakan Wajib Pajak,

c. Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,

e. Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang, dan Permohonan Pembatalan Lelang.

5. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki tugas dalam hal mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan wajib pajak (PPh, PPN dan PPnBM, BPHTB, dan pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisa kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP terdapat 4 (empat) kepala seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu yaitu :

a. Waskon I / AR I, AR II, AR III

b. Waskon II / AR I, AR II, AR III

c. Waskon III / AR I, AR II, AR III d. Waskon IV / AR I, AR II, AR III 7. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.

BAB III

Gambaran Data Praktek

A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan (PPn) yang digantikannya. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap perpindahan/pertukarang barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak berganda. Untuk barang yang tergolong mewah, pajak berganda ini masih diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

1. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah Sebagai berikut :

a. Pajak Pertambahan Nilai Merupakan Pajak Tidak Langsung

Pemikul beban pajak dengan penangung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara adalah pengusaha kena

pajak yang bertindak selaku penjual barang kena pajak atau pengusaha jasa kena pajak.

b. Pajak Objektif

Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya keadaan, peristiwa, atau perbuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak.

c. Multi Stage Tax

Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari tingkat pabrikan (manufactured) kemudian ditingkat pedagang (whosaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

d. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Faktur Pajak

Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, pengusaha kena pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak sebagi bukti pemungutan pajak.

Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dilakukan di dalam negeri.

f. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral

Netralisai pajak pertambahan nilai (PPN) dibentuk oleh dua factor, yaitu :

1. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.

2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (Destination Principle)

Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua prinsip pemungtan yaitu :

1. Prinsip tempat asal (Origin Principle) : PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

2. Prinsip tempat Tujuan (destination Principle) : PPN dipungut ditempat barang atau jasa dikonsumsi

g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda

B. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan adanya dasar pengenaan pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan DPP.

Yang dimaksud dengan DPP adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai import, nilai eksport, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang

Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, pergantian, nilai eksport, dan nilai import adalah sebagai berikut :

1. Harga jual

Harga jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.

2. Penggantian

Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

3. Nilai Eksport

Nilai import adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk import BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.

Nilai import yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga patokan import atau cost insurance freight (CIF) sebagai dasar perhitungan bea masuk ditambah dengan semua biaya dan pungutan lain menurut ketentuan perundang-undangan pabean.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Tarif Pajak Pertambahan (PPN) diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang PPN, yaitu sebagai berikut :

a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( sepuluh persen)

1. Eksport Barang Kena Pajak Berwujud

2. Eksport Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan

3. Eksport Jasa Kena Pajak

c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah

C. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

1. Pajak Masukan

Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 24 pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau perolehan jasa kena pajak dan/atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau import barang kena pajak.

2. Pajak Keluaran

Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 25 pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, eksport barang kena pajak berwujud, eksport barang kena pajak tidak berwujud dan/atau eksport jasa kena pajak.

D. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

Menurut surat edaran DIRJEN pajak Nomor SE-75/PJ/2008 tanggal 16 desember 2008 menyampaikan salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48/PJ/2008 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai dengan cara :

1. Meneliti kelengkapan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai berupa faktur pajak dan/atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

2. Bukti-bukti atau dokumen pendukung untuk menguiji keabsahan faktur pajak sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak.

3. Saat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah saat diterimanya SPT massa PPN dengan cara mengisi kolom yang telah tersedia atau diterimanya surat permohonan dalam hal permohonan disampaikan melalui surat tersendiri.

4. Kelengkapan permohonan restitusi dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian permohonan atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian tetapi tidak melampaui jangka

Dokumen terkait