• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA ... ... 32

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Hidrograf Daerah Playa, Australia Selatan... 1 Gambar 2 Contoh Penempatan Staff Gauge ... 2 Gambar 3 Model Sumur Peredam.. ... 2 Gambar 4 Visualisasi Staff Gauge ... 3 Gambar 5 Contoh Staff Gauge... 3 Gambar 6 Alat Ukur TMA Jenis Rol ... 3 Gambar 7 Pengukuran Solint Water Level Meters... 4 Gambar 8 AWLR Richard ... 4 Gambar 9 AWLR tipe H-334... 4 Gambar 10 AWLR OTT Thalimedes ... 5 Gambar 11 Skematik AWLR OTT Thalimedes... 5 Gambar 12 Sonic Water Level Meter... 5 Gambar 13 Solint Reelogger Water Quality and Level Meter... 5 Gambar 14 AWLR Jenis Tekanan Air ... 6 Gambar 15 Skematik Sensor Jenis Tekanan Air ... 6 Gambar 16 AWLR Jenis Manometer ... 6 Gambar 17 AWLR Jenis Ultrasonic Level Sensor 5600-0157 ... 7 Gambar 18 Skematik Penempatan Sensor Jenis Ultrasonik ... 7 Gambar 19 Skematik Pemasangan AWLR Jenis Radar ... 7 Gambar 20 AWLR Jenis Gelembung... 7 Gambar 21 Skematik Pemasangan AWLR Jenis Gelembung ... 8 Gambar 22 Skematik Rangkaian Astable 555 ... 8 Gambar 23 Bentuk Gelombang Pulsa Rangkaian Astable Multivibrator ... 9 Gambar 24 Korosi ... 10 Gambar 25 Skematik Resistansi Sensor ... 12 Gambar 26 Metode Lilitan 2 Kawat Sensor dalam 1 Pipa... 12 Gambar 27 Fuji Resistance Wire FCHW2... 14 Gambar 28 Proses Resistansi Sensor... 14 Gambar 29 Uji Ketahanan Korosi ... 14 Gambar 30 Hasil Uji Ketahanan Korosi ... 15 Gambar 31 Simulasi Pembuatan Sensor... 15 Gambar 32 Sensor Prototipe I... 16

Gambar 33 Model Resistansi Sensor Prototipe I ... 16 Gambar 34 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe I ... 16 Gambar 35 Sensor Prototipe II... 17 Gambar 36 Model Resistansi Sensor Prototipe II... 17 Gambar 37 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe II Setelah Korosi ... 17 Gambar 38 Sensor Prototipe III ... 18 Gambar 39 Model Resistansi Sensor Prototipe III ... 18 Gambar 40 Uji Coba Sensor Sensor Prototipe III (Tahap I)... 18 Gambar 41 Nilai Resistansi Pengukuran ... 18 Gambar 42 Proses Uji Coba Tahap I ... 19 Gambar 43 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air PDAM) .. 19 Gambar 44 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air Asam) .... 20 Gambar 45 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air Kolam) ... 20 Gambar 46 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air Garam) ... 21 Gambar 47 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air Basa)... 21 Gambar 48 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap I terhadap Air Sungai)... 22 Gambar 49 Uji Coba Sensor III (Tahap II)... 22 Gambar 50 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air PDAM) . 23 Gambar 51 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air Asam) ... 23 Gambar 52 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air Kolam).. 24 Gambar 53 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air Garam).. 24 Gambar 54 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air Basa)... 25 Gambar 55 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Uji Tahap II terhadap Air Sungai) . 25 Gambar 56 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Pada Suhu < 5 oC) ... 26 Gambar 57 Hasil Uji Coba Sensor Prototipe III (Pada Suhu > 25 oC) ... 26 Gambar 58 Diagram Elektronik Sensor... 27 Gambar 59 Elektronik Sensor ... 27 Gambar 60 Hubungan Frekuensi Teoritis dengan Frekuensi Pengukuran ... 28 Gambar 61 Frekuensi 1 Meter dan Frekuensi Simulasi 3 Meter... 28 Gambar 62 Uji Oscilator terhadap Catu Daya... 29 Gambar 63 Kestabilan Sensor pada TMA 35 dan 40 cm... 29

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN AIR (WATER LEVEL)

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ELEKTRODA RESISTANSI

WIRANTO

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

WIRANTO. Pengembangan Sensor Ketinggian Air (Water Level) dengan Menggunakan Pendekatan Elektroda Resistansi. Dibimbing oleh BREGAS BUDIANTO.

Banyaknya perubahan fisik lingkungan yang disebabkan oleh suatu peristiwa alam. Yang kadang menjadi suatu masalah apabila sudah mengganggu dan mengancam kehidupan manusia seperti banjir, sehingga memberikan suatu pemikiran apa sebab dan akibat untuk kedepannya. Banjir adalah debit aliran sungai (limpasan) lebih besar dari normal. Limpasan atau debit aliran sungai dapat diukur dengan menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recording). Kurangnya alat yang tersedia sekarang ini, mengakibatkan pengkajian sifat DAS kurang optimal. Pada kenyataannya, dalam pengukuran Tinggi Muka Air dapat menggunakan suatu alat yang sederhana dengan harga murah serta didukung dengan teknologi yang cukup memadai. AWLR dengan menggunakan pendekatan elektroda resistansi merupakan pengembangan sensor ketinggian air dengan sistem pembuatan yang cukup sederhana dan mampu dioperasikan dengan menggunakan teknologi yang sekarang sedang dikembangkan. Perancangan AWLR (Automatic Water Level Recording) sensor resistance wire FCHW2 yang memiliki nilai resistansi 157 ohm per meter dan sukar teroksidasi. Dengan menggunakan metode lilitan pada pipa, resistansi pada kedua sensor akan dihubungkan oleh sifat resistansi air namun sifat resistansi ini akan diabaikan dengan resistasi sensor yang sangat tinggi dan jarak kedua sensor yang sangat dekat. Dengan menggunakan prinsip elektron pada sifat elektrokimia air, nilai resistansi pada kedua sensor tersebut dihubungkan secara seri oleh resistansi air. Variasi nilai resistansi yang dihasilkan akan berbading terbalik dengan nilai Tinggi Muka Air (TMA), semakin tinggi permukaan air maka nilai resistansi yang dihasilkan semakin kecil dan sebaliknya semskin rendah permukaan air maka semakin tinggi nilai resistansi yang dihasilkan sensor. Oscilator merupakan rangkaian elektronik yang mampu membangkitkan pulsa dari variasi nilai RC. Dengan memanfaatkan rangkaian multivibrator astable IC 555 maka variasi nilai frekuensi akan didapat jika RC pada rangkaian elektronik dihubungkan secara seri dengan nilai resistansi yang dihasilkan sensor. Perubahan permukaan air akan menyebabkan perubahan nilai resistansi dan mempengaruhi variasi fungsi frekuensi oscilator IC 555.

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN AIR (WATER LEVEL)

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ELEKTRODA RESISTANSI

WIRANTO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul

Nama

NRP

:

:

:

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN AIR (WATER LEVEL)

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ELEKTRODA

RESISTANSI

WIRANTO

G24103039

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl

NIP. 132 089 516

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131578806

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya perubahan fisik lingkungan yang disebabkan oleh suatu peristiwa alam yang menjadi masalah apabila sudah mengganggu kehidupan manusia. Salah satu contoh kejadian ekstrim seperti banjir atau kekeringan yang disebabkan oleh Perubahan dalam proses daur hidrologi akibat degradasi DAS, perubahan tata guna lahan (land use) serta aktifitas manusia dll.

Banjir terjadi saat debit aliran air sungai (limpasan) yang secara relatif lebih besar dari biasanya/normal. Kejadian tersebut diakibat oleh hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu secara terus menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya (Paimin dan Sukresno. 2007).

Limpasan atau debit aliran sungai tersebut dapat diukur dengan menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recording). Alat ukur inilah yang berperan dalam pencatatan yang diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat dibidang hidrologi maupun hidrometeorologi. Keakuratan informasi ditunjang dari jumlah AWLR yang tersebar merata pada DAS yang semestinya terpasang AWLR, namun alat yang demikian ini sangat sulit didapat, selain harganya cukup tinggi alat ukur ini tidak begitu dikembangkan sehingga dalam pengadaannya masih menggunakan produk impor.

Keadaan lingkungan yang berubah secara ekstrim dan kurangnya alat yang tersedia sekarang ini, mengakibatkan pengkajian sifat DAS kurang optimal. Pada kenyataannya, dalam pengukuran Tinggi Muka Air dapat menggunakan suatu alat yang sederhana dengan harga murah serta didukung dengan teknologi yang cukup memadai sehingga instalasi alat dapat lebih banyak dan memberikan keakuratan data yang cukup tinggi.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengembangkan alat ukur tinggi muka air dengan menggunakan kawat resistansi (Resistance Wire).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aliran Sungai

Aliran sungai sepanjang tahun yang dipengaruhi oleh distribusi presipitasi digambarkan dalam grafik. Hidrograf pada sungai kecil yang terutama berasal dari curah hujan memiliki bentuk grafik tidak teratur karena aliran langsung sehingga terjadi aliran puncak-puncak banjir saat keadaan hujan lebat dalam satuan hari.

Stasiun pada penempatan jauh di hilir memiliki laju kenaikan dan penurunan grafik lebih lambat, puncak-puncak tertinggi dihasilkan saat curah hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi mingguan hingga bulanan. Dalam keadaan banjir dengan debit sungai yang lebih maka terjadi perubahan tinggi muka air yang sangat cepat, perubahan grafik puncak hidrograf akan sangat tajam dan pada keadaan setelah banjir terjadi penurunan grafik hidrograf dengan durasi yang lebih lama daripada saat awal banjir.

2.2 Hidrograf

Hidrograf adalah suatu diagram yang mengambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka air menurut waktu (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Menurut Harto (1993) hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan.

Gambar 1 Hidrograf daerah Playa, Australia Selatan Sumber www.emporia.edu

Bentuk hidrograf sangat dipengaruhi oleh bentuk DAS. Jika bentuk DAS membesar ditengah maka bentuk hidrografnya pada debit puncak berlangsung dalam waktu yang cepat. Jika bentuk DAS membesar di hulu maka debit puncak akan dicapai dalam waktu yang relatif lama, sedangkan untuk bentuk DAS yang mengecil ditengah dan membesar dibagian hulu serta

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya perubahan fisik lingkungan yang disebabkan oleh suatu peristiwa alam yang menjadi masalah apabila sudah mengganggu kehidupan manusia. Salah satu contoh kejadian ekstrim seperti banjir atau kekeringan yang disebabkan oleh Perubahan dalam proses daur hidrologi akibat degradasi DAS, perubahan tata guna lahan (land use) serta aktifitas manusia dll.

Banjir terjadi saat debit aliran air sungai (limpasan) yang secara relatif lebih besar dari biasanya/normal. Kejadian tersebut diakibat oleh hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu secara terus menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya (Paimin dan Sukresno. 2007).

Limpasan atau debit aliran sungai tersebut dapat diukur dengan menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recording). Alat ukur inilah yang berperan dalam pencatatan yang diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat dibidang hidrologi maupun hidrometeorologi. Keakuratan informasi ditunjang dari jumlah AWLR yang tersebar merata pada DAS yang semestinya terpasang AWLR, namun alat yang demikian ini sangat sulit didapat, selain harganya cukup tinggi alat ukur ini tidak begitu dikembangkan sehingga dalam pengadaannya masih menggunakan produk impor.

Keadaan lingkungan yang berubah secara ekstrim dan kurangnya alat yang tersedia sekarang ini, mengakibatkan pengkajian sifat DAS kurang optimal. Pada kenyataannya, dalam pengukuran Tinggi Muka Air dapat menggunakan suatu alat yang sederhana dengan harga murah serta didukung dengan teknologi yang cukup memadai sehingga instalasi alat dapat lebih banyak dan memberikan keakuratan data yang cukup tinggi.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengembangkan alat ukur tinggi muka air dengan menggunakan kawat resistansi (Resistance Wire).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aliran Sungai

Aliran sungai sepanjang tahun yang dipengaruhi oleh distribusi presipitasi digambarkan dalam grafik. Hidrograf pada sungai kecil yang terutama berasal dari curah hujan memiliki bentuk grafik tidak teratur karena aliran langsung sehingga terjadi aliran puncak-puncak banjir saat keadaan hujan lebat dalam satuan hari.

Stasiun pada penempatan jauh di hilir memiliki laju kenaikan dan penurunan grafik lebih lambat, puncak-puncak tertinggi dihasilkan saat curah hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi mingguan hingga bulanan. Dalam keadaan banjir dengan debit sungai yang lebih maka terjadi perubahan tinggi muka air yang sangat cepat, perubahan grafik puncak hidrograf akan sangat tajam dan pada keadaan setelah banjir terjadi penurunan grafik hidrograf dengan durasi yang lebih lama daripada saat awal banjir.

2.2 Hidrograf

Hidrograf adalah suatu diagram yang mengambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka air menurut waktu (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Menurut Harto (1993) hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan.

Gambar 1 Hidrograf daerah Playa, Australia Selatan Sumber www.emporia.edu

Bentuk hidrograf sangat dipengaruhi oleh bentuk DAS. Jika bentuk DAS membesar ditengah maka bentuk hidrografnya pada debit puncak berlangsung dalam waktu yang cepat. Jika bentuk DAS membesar di hulu maka debit puncak akan dicapai dalam waktu yang relatif lama, sedangkan untuk bentuk DAS yang mengecil ditengah dan membesar dibagian hulu serta

hilir maka bentuk hidrografnya mempunyai dua buah puncak debit.

2.3 Pengukuran Tinggi Muka Air

Tinggi muka air adalah tinggi permukaan air yang diukur dari titik tertentu yang telah ditetapkan. Tinggi muka air dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm). Titik nol duga air ditentukan pada suatu titik tetap dari ketinggian muka air laut rata-rata atau suatu titik referensi tertentu yang dipilih, ini dimaksudkan untuk keseragaman penggunaan data tinggi muka air tersebut.

Dalam pemenuhan kebutuhan usaha pemanfaatan air, pemanfaatan permukaan air dilaksanakan pada tempat-tempat dimana akan dibangun, bangunan air seperti bendungan dan bangunan-bangunan pengambilan air. Untuk usaha pengendalian air atau pengaturan air, maka pengamatan dilaksanakan pada tempat yang dapat memberikan gambaran mengenai banjir termasuk pada tempat perubahan yang relatif cepat terhadap penampang sungai.

2.4 Instalasi AWLR

Pada dasarnya letak pemasangan sangat mempengaruhi dalam pengukuran Tinggi Muka Air, namun banyak pihak yang kurang memperhatikan aspek ini sehingga sistem perawatan, perolehan data dan akurasi yang dihasilkan kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Pemilihan letak yang baik adalah berdasar pada:

• Mudah dicapai (aksesibilitasnya tinggi)

• Ketelitian: tingkat ketelitian hasil pengukuran bergantung pada alat yang digunakan, dan tiap jenis alat mempunyai syarat lokasi pemasangan

• Kemantapan: perubahan hubungan tinggi air- debit hendaknya sekecil mungkin

• Kesinambungan: peralatan hidrometrik tidak boleh terganggu dengan waktu

Gambar 2 Contoh Penempatan Staff Gauge Sumber http://www.rifls.org/detail.asp?siteId=13

2.5 Sumur Peredam

Alat pengukur tinggi muka air dengan desain tertentu yang sangat retan terhadap gelombang dan aliran, seperti alat jenis pelampung, harus menggunakan sumur peredam. Sumur peredam selain untuk peredam gelombang dan aliran air juga dapat sebagai keamanan alat.

Salah satu contoh aturan sumur peredam menurut USBR, yaitu sumur peredam dan sungai saling terhubung dengan sebuah pipa dengan ukuran 1/1000 dari luas penampang sumur (menurut USBR), dengan diameter sumur harus dapat memuat pelampungnya dan ditambah 10 cm untuk ruang bebas.

Gambar 3 Model Sumur Peredam

2.6 Alat Pengukur Tinggi Muka Air

Pada saat ini, Jika dilihat dari bentuk mekaniknya terdapat beberapa macam jenis Alat Ukur Tinggi Muka Air dari yang sederhana (manual) hingga memanfaatkan sistem elektronik (otomatis).

2.6.1 Alat Ukur Tinggi Muka Air Manual

2.6.1.1 Staff Gauge

Staff Gauge merupakan alat ukur tinggi muka air yang paling sederhana. Alat ini diikatkan pada media seperti tiang-tiang yang dipancangkan pada tepi sungai. Staff Gauge terbuat dari kayu atau bahan plat baja dengan pembagian ukuran skala 1 hingga 2 cm.

Gambar 4. Visualisasi Staff Gauge Sumber : http://ilmbwww.gov.bc.ca/

Gambar 5. Contoh Staff Gauge Sumber: www.envco.com

Bentuk visualisasi pengukuran dari staff gauge juga disesuaikan dengan kemudahan dalam pembacaan tinggi muka air. Staff gauge biasanya menggunakan satuan cm dan dalam ketelitian tertentu terdapat simbol yang memudahkan untuk menentukan tinggi muka air. Keuntungan dari Staff Gauge adalah murah dan mudah dipasang, sedangkan kekurangnya adalah memerlukan tenaga manusia untuk pengamatan yang terus menerus.

2.6.1.2 Manual Water Level Meters Alat pengukur ketinggian muka air ini pada prinsipnya menggunakan rol meter dengan pemberat diujungnya. Cara kerja alat jenis ini adalah memasukkan pemberat yang terhubung oleh rol kedalam sumur pengamatan. Nilai tinggi muka air diamati

secara manual yaitu dengan membaca nilai pada rol tersebut dan pengukuran bersifat manual. Keuntungan alat ini adalah mudah dalam pembuatan dan pemasangan alat tidak permanen, sehingga dapat mengukur pada tempat yang berbeda. Kelemahan alat ini masih bersifat manual.

Banyak macam untuk jenis alat ini yang disesuaikan dengan ketinggian permukaan sungai pada umumnya. satuan yang digunakan adalah ft (foot) dan meter (m).

Gambar 6. Alat Ukur TMA Jenis Rol Sumber: www.envco.com

Tabel 1 Spesifikasi Solinst Water Level Meters

Mini Reel 30 ft 65ft 10m 20m Small Reel 100ft 150ft 200ft 250ft 300ft 400ft 30m 50m 60m 80m 100m 120m Medium Reel 500ft 650ft 750ft 1000ft 150m 200m 250m 300m Large Reel 1250ft 1500ft 1650ft 2000ft 400m 450m 500m 600m XL Reel 2500ft 3000ft 3500ft 750m 900m 1500m

Staff Gauge .02 Foot Staff Gauge Metric

Staff Gauge Staff Gauge .10 Foot Number Plates Unnumbered

Staff Gauge .10 Foot

Solinst Water Solinst Narrow Mini Level Meters

Gambar 7. Pengukuran Solinst Water Level Meters Sumber: www.envco.com

2.6.2 Alat Ukur Tinggi Muka Air Otomatis (Automatic Water Level Recording)

2.6.2.1 Jenis Pelampung

Untuk AWLR jenis pelampung dengan pelampung sensor yang dipasang di permukaan air sehingga pelampung mengikuti perubahan ketinggian permukaan air, perubahan tersebut dirubah dalam gerak putaran sudut dan diteruskan pada visualisasi pencatatan.

Sangat banyak contoh yang menggunakan prinsip ini dengan sedikit pengembangan mengenai sistem pengukurannya seperti AWLR pelampung tipe Richard, Thalimedes dan AWLR basis Kalkulator Printing.

Keuntungan alat ini sudah bersifat otomatis sehingga mampu mengukur secara kontinu, sedangkan untuk kerugiannya harus membuat sumur peredam dan respon time yang dihasilkan lambat

Gambar 8 AWLR Richard Sumber : www.novalynx.com Spesifikasi AWLR Richard

Sensor : Counterbalanced float Ranges : 0-10', 0-20', and 0-30' (0-3 m, 0-6 m, and 0-10 m) Chart size : 4.75" H x 11.5" L (121 mm x 292 mm) Graduations : 0.2' (0-10' range) 0.4' (0-20' range) 0.5' (0-30' range) 50 mm (0-3 m range) 100 mm (0-6 m range) 200 mm (0-10 m range) Resolution : 0.1' (0-10' range) 0.2' (0-20' range) 0.25' (0-30' range) 25 mm (0-3 m range) 50 mm (0-6 m range) 100 mm (0-10 m range) Clock type : 1.5 Vdc battery-operated (2

AA cells)

Drum rotation: 1 day (26 hours), 7 days (176 hours), or 31 days, switch Selectable

Float size : 2" Dia x 8" H (45 x 200 mm)

Float cable : Stainless steel, 1/16" dia (1.588 mm), 38' (11.5 m) provided

Pen type : Cartridge

Size : 13" L x 9.5" H x 7.5" D (330 x 241 x 191 mm)

Weight/shipping: 14 lbs/26 lbs (6.4 kg/11.8 kg)

Gambar 9 AWLR Tipe H-334 Sumber: www.waterlog.com

Spesifikasi General

Input : Shaft angle + turn couat

Encoder : absolute, non-contact (optical and magnetic)

Outputs : SDI-12 and 4-20 mA Display : 4-1/2 Digits x, 4 in characters Resolution : 65.536 (16 Bit) counts / rev Accuracy : 1/4096 (.00024 rev) Max. Turns : ±32.768 rev Max. Rotation speed : 20 rev / sec

Offset adjust : SDI-12 or front panel adjust

Mechanical

Bearing :double ball bearing with external seel

Starting torque : 0.15 oz in typical, 0.5 oz in max over temperature

Standart shaft : 5/16 in, diameter x 1.25 in, long, with setscrew flat

Optional threaded shaft : 5/16 in, diameter x 1.75 in, long, 24-threads per in. X 0.75 in

Material : anodized alumunium Size :5.25 in wide (housing)

7.0 in wide (mount flange) 4.0 in deep

Gambar 10. AWLR OTT Thalimedes Sumber : http://www.ott-hydrometry.com

Gambar 11. Skematik AWLR OTT Thalimedes Sumber : http://www.ott-hydrometry.com

Specs

Range: +/- 199.99 ft. Accuracy: +/- 0.007 ft. (0.002m) Resolution: +/- 0.01 ft.

Gambar 12 Sonic Water Level Meter Sumber: www.envco.com

Specifications Sonic Water Level Meter Measurement range : Normal 10-500' or Deep up to 1200'

Readout accuracy : +0.1' Measurment accuracy : +0.2% of

reading* Operating temperature : 30-140 F Power : 8 AA dry cell

batteries Length : 7"; Height: 4",

Width: 5"

Sonic measuring duct diameter: 5/8" Hole diameter must be at least large enough

for 1/2 pipe thread. Sonic measuring duct length: 2" Weight : 3 1/2 lbs.

2.6.2.2 Jenis Rol Otomatis

Pada pengukuran jenis rol otomatis ini, prinsip pengukurannya hampir sama dengan pengukuran tinggi muka air jenis rol secara manual. Keuntungan dari alat ini adalah sistem yang dilengkapi display hasil pengukuran lebih mudah dalam proses pengkuran mampu mengukur secara kontinuitas.

Gambar 13 Solinst Reelogger Water Quality and Level Meter

Sumber: www.envco.com

2.6.2.3. Jenis Tekanan Air (Water Pressure Type)

Pada prinsipnya AWLR jenis ini mengukur tekanan dari tekanan volume yang dihasilkan air dan tekanan udara diatasnya sehingga permukaan air dan tekanan air mempunyai hubungan yang linear.

Alat ini dapat ditempatkan pada bagian yang terdalam pada sungai sehingga alat ini dapat digunakan pada sungai-sungai kecil. Keuntungan dalam pemanfaatan alat ini untuk AWLR adalah tidak menggunakan sumur pengamatan, terdapat banyak kesulitan dalam alat ini sehingga dalam pengembangan alat jenis ini juga sangat lembat.

Gambar 14 AWLR Jenis Tekanan Air Sumber : http://www.ott-hydrometry.com

Gambar 15 Skematik Sensor Jenis Tekanan Air Sumber : http://www.ott-hydrometry.com

Specs

Range : -25 °C to +70 °C (ice-free) Accuracy : +/- 0.2 °C (output only via

SDI-12) Resolution: 0.1 °C

2.6.2.4 Manometer Air

Manometer air atau air raksa dapat dipakai untuk menunjukan elevasi permukaan atau untuk menjalankkan alat perekam. Terdapat alat perekam yang dijalankan dari jarak jauh yang menggunakan sistem penggerak selsyn untuk meneruskan informasi elevansi permukaan air dari aliran ke alat perekam, seperti alat-alat ukur yang mentransmisikan gelombang telefonik atau radio dari jauh.

Alat-alat ukur ini menggunakan suatu alat pemberi kode yang mengubah ketinggian permukaan air menjadi sinyal yang ditransmisikan sebagai rangkaian impuls yang bisa dihitung, perubahan frekuensi osilasi yang bisa diukur, atau interval waktu yang dibutuhkan alat sensor untuk bergerak dari suatu titik nol ke permukaan air dengan kecepatan konstan. Pencatat jarak jauh semacam itu digunakan terutama untuk peramalan banjir atau pengoperasian waduk.

Gambar 16 AWLR Jenis Manometer

2.6.2.5 Jenis Ultrasonic dan Radar

Alat jenis ini diletakkan diatas sungai atau media yang diukur dengan ketinggian tetap. Dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik / radar untuk mengukur tinggi muka air, gelombang tersebut dipantulkan terhadap permukaan air sehingga perubahan dari nilai pantul merupakan nilai tinggi muka air yang diamati. Keuntungan dari alat jenis ini adalah lebih praktis dan mudah dalam pemasangan, sedangkan untuk kerugiannya harga sangat mahal dan kurang dikembangkan.

Gambar 17 AWLR Jenis Ultrasonic Level Sensor 5600-0157

Sumber : http://www.sutron.com

Tabel 2 Spesifikasi AWLR Jenis Ultrasonic

Dokumen terkait